Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY AKU

Wahhh Anin ndut..... Dilanjut lah gan masa iya di antepin aja, syukur2 agannya kedepannya rajin buat updatenya hhee.
 
-PART 2-
DINAS LUAR KOTA​

Dddrrrt ….. Dddrrrt …..

Handphone ku bergetar ketika aku sibuk berselancar di dunia maya saat melihat media sosial milik Anin.

Aku rasa panggilan ini menyelamatkanku ketika aku sedikit teringat dengan seseorang di masa laluku itu.

“Ditto, hai lagi dimana?”

“Hei, ada apa? Tumben telp, udah selesai shootingnya nih. Biasanya kalo telp gua cuma ada butuhnya aja.” Ketus jawabku.

“Ihh, Ditto gitu amet. Gua tutup nih telp-nya.”

“Iya … Iya Nay ku sayang. Gitu aja kok ngambek. Gimana? Sehat kan Nay. Gua lagi di luar kota ada tugas. Kebetulan baru sampe dan istirahat di hotel.”

“Hah tugas keluar kota kok weekend gini. Pacaran kek malah kerja mulu. Emang tugas dimana?”

“Belitung, kebetulan mau ada pembukaan kilang minyak dan ada peresmian dari Presiden.”

“Lho kok sama, gua juga di Belitung. Ayo ketemu, kebetulan gua free nih seharian. Hmm, kali ini gua yang harus tanya jadwal elu. Bisa gak malem atau dari sore yuk, ada banyak yang mau gua obrolin.”

“Bisa, kebetulan kerjaan gua udah beres. Cuma gua bawa anak buah gpp. Kasian dia kalo gua tinggal.”

“Gua kira kita bakal nge-date. But, its okay ajak aja. Kita ketemuan di XX ya jam 5 sore ya, oke sih kata orang lokal disini. Mau gua jemput?”

“Gak usah Nay, gua ada kendaraan sendiri. Oke see you ya.”

Aku akhiri telp dari temanku tersebut dan pergi bersiap – siap untuk menemuinya. Sebelumnya aku kirim pesan teks ke Anin untuk segera bersiap – siap pergi.

Siapakah sosok Nay yang menjadi lawan bicaraku saat telp tadi. Saya akan flashback sekitar 10 tahun yang lalu.



-Flashback-

Aku dan Nay bertemu saat di sekolah menengah atas di Jakarta. Syukur aku dapat diterima disebuah sekolah swasta bergengsi melalui jalur beasiswa dari segi akademik. Menurut orang bilang yang bisa masuk sekolah ini adalah anak – anak konglomerat, ekspatriat dan pejabat serta siswa/i yang memiliki kemampuan akademik tinggi. Aku masuk dalam poin yang kedua. Pantas saja aku banyak melihat sosok pejabat yang mengantar anak – anaknya dan artis yang aku lihat di televisi.

Nay bukanlah anak pejabat dan artis, pada saat aku berkenalan pertama kali dia tidak bisa sama sekali berbahasa Indonesia. Pertemuan kami pun unik, karena kami berdua tidak punya teman berkelompok. Sehingga aku yang aslinya pendiam ini mencoba memberanikan diri untuk mengajaknya sekaligus berkenalan dengannya.

“Hi, apakah kamu sudah punya teman kelompok?” (Ucapku ceritanya dalam B. Inggris)

Nay hanya menggelengkan kepalanya

“Sama saya juga, mungkin hanya kita berdua yang belum punya kelompok. Apakah mau kamu berkelompok denganku?”

“Ok.” – Jawab Nay hanya dua kata dan berlalu meninggalkan aku untuk pergi istirahat.

Terheran aku dibuatnya, anak ini pendiam dan menyendiri sekali. Padahal dia terlihat sangat menarik sebagai seorang anak SMA yang sepertinya akan memiliki banyak teman apabila diam mau. Untungnya tugasku ini masih dikumpulkan 2 minggu lagi sehingga aku masih punya banyak waktu untuk mencoba berkenalan dan mendekatkan diri, mengingat tugasku ini harus memiliki koneksi satu sama lain antar siswa.

Satu minggu aku mencoba mendekatinya, dia menjauh. Aku merasa gelisah karena tugas tinggal satu lagi untuk dikumpulkan tapi kami masih belum mengerjakan sama sekali. Namun, mungkin kami berdua memang sudah ditakdirkan untuk menjadi teman dekat dan …..

Suatu sore saat pulang sekolah.

Hari ini aku mengikuti sebuah kelas peminatan dan bakat yang menyebabkan aku berkegiatan hingga sore hari. Sekolah kami tidak hanya pencetak akademisi hebat tapi terkenal juga penghasil artis dan olahragawan terkenal yang berhasil debut baik di dalam maupun di luar negeri. Beruntung aku terpilih menjadi salah satu anggota tim utama basket sekolah dan menjadi satu – satunya anak kelas X yang berhasil menembus tim utama meski hanya manjadi pemain cadangan. Sekolah kami tidak hanya pencetak akademisi hebat tapi terkenal juga penghasil artis dan olahragawan terkenal yang berhasil debut baik di dalam maupun di luar negeri.

Saat itu juga aku melihat Nay baru selesai mengikuti kelas yang sama namun non-olahraga tepatnya dalam bidang musik. Terlihat dia menenteng tas biola ditangan kanannya, sambil menunggu jemputan dengan wajah gelisahnya. Aku terka jemputannya terjebak macet dan telat menjemputnya, mengingat jalanan Jakarta akan padat pada jam pulang kerja.

Nay lalu pergi meninggalkan gerbang sekolah kami, aku harus berjalan kaki ke jalan besar untuk naik busway kebetulan berjalan dibelakangnya. Jauh melewati sekolah kami merupakan jalanan yang sangat sepi, karena sekolah kami terpisah dari kawasan penduduk. Tiba – tiba ada sekelompok pria mendekati Nay dan mencoba mengganggunya, ia berteriak meminta tolong dan aku yang tidak jauh berada dibelakangnya berlari dan menghampirinya.

Perkelahian tidak terhindarkan, aku yang memiliki sabuk hitam taekwondo tidak memiliki kesulitan untuk menjatuhkan para sekumpulan pria yang memiliki dandanan preman tersebut. Mereka pergi tunggang – langgang meninggalkan aku dan Nay yang menangis.

“Hei, ayo bangun. Sudah jangan menangis ya, mereka sudah pergi.” Ucapku sambil memberikan tanganku untuk membangunkannya yang saat itu duduk terjatuh.

Nay meraih tanganku dan reflek memelukku. Aku reflek memeluknya sambil menenangkannya.

“Ah maaf dan terima kasih sudah menolongku.” Ucap Nay sambil melepaskan pelukannya.

“Hei, kau kan teman satu kelasku yang mengajakku satu kelompol denganmu. Sedang apa kamu disini?” tanyanya. Aku heran anak ini malah bertanya sambil menatapku curiga.

“Iya benar, ternyata kamu masih ingat. Aku menuju jalan besar untuk naik busway, kamu tau kan jam segini bus sekolah sudah tidak ada. Ohya kita belum sempat berkenalan dulu, namamu siapa? Perkenalkan aku Ditto, lengkapnya Ditto Prayoga.” Jelasku sambil mengajaknya bersalaman.

“Im – Nayeon, panggil saja Nayeon atau Nay juga bisa. Sekali lagi aku berterima kasih atas pertolonganmu.” Senyumnya sambil membalas ajakan salam perkenalan kami.


Akhirnya kami berjalan bersama ke jalan besar, sambil mengobrol tentang tugas kami. Ternyata Nay anak yang cepat akrab dan ceria serta banyak berbicara berbeda dengan kelihatannya yang pendiam dan suka menyendiri. Kami berpisah karena Nay akhirnya menaiki taksi, sebelumnya kami saling bertukar nomor handphone untuk memudahkan berkomunikasi membicarakan tugas kami.

Semakin hari kami semakin akrab, Nay seperti hanya memiliki aku sebagai temannya. Di sekolah dia selalu mengajakku untuk menemani ke kantin, perpusatakaan dan mengajakku pulang sekolah bersama. Hari pengumpulan tugasku semakin dekat, aku dan dirinya memiliki ide untuk membuat drama singkat. Akhirnya untuk meningkatkan persiapan kami, Nay memberikan alamat rumahnya agar kami bisa melakukan latihan terakhir.

Tiba aku dirumah Nay yang memiliki tembok pagar yang besar seperti istana. Ku pencet bel pagarnya dan ternyata dijawab oleh sebuah mesin penjawab bersuara pria yang yakini adalah tim keamanan rumahnya. Aku sampaikan bahwa aku adalah temannya yang datang untuk melakukan latihan tugas sekolah. Salah satu anggota tim keamanan menjawab seperti heran bahwa Nay memiliki teman, setelah melakukan konfirmasi kepada Nay sendiri aku dipersilahkan masuk dan diantar menggunakan kendaraan listrik. Takjub bahwa halaman rumahnya ternyata sangat besar sehingga untuk menuju kediaman utamanya harus menggunakan kendaraan, seperti rumah keluarga Zoldik di anime Hunter x Hunter.

“Ditto, maaf ya gak bisa jemput di depan. Yuk masuk” Senyum Nay manis berdiri menyambutku.

“Iya Nay, tidak apa. Terima kasih sudah dipersilahkan masuk kerumahmu.” Jawabku menjawab senyumannya.

Akhirnya kami latihan di halaman belakangnya yang memiliki kolam renang dan lapangan basket yang sangat luas. Selepas kami mempersiapkan tugas kami, akhirnya kami saling bercerita tentang latar belakang diri kami. Aku bercerita bahwa aku tinggal sebatang kara di kota ini karena keluarga ibu dan adikku meninggal dalam sebuah kecelakaan bus di kampung halamanku.

Nay merupakan seorang anak tunggal berdarah campuran Indonesia – Korea. Pantas Nay fasih berbasaha Indonesia. Ia pergi ke Indonesia mengikuti Ibunya yang pergi mencari Ayahnya yang pergi meninggalkannya. Nay bercerita sambil menangis karena saat pergi ke Indonesia dirinya meninggalkan semua impiannya di Korea, karena pada saat itu Nay menjadi trainee dari sebuah agensi hiburan terbesar dan bersiap debut menjadi penyanyi. Tidak heran saat disekolah ia mengambil kelas tambahan menyanyi.

Pertemanan kami menjadi semakin dekat dan seperti sahabat, Ibu Nay yang merupakan keluarga satu – satunya ternyata merupakan seorang pengusaha terkenal tingkat multinasional dan aku pun menjadi dekat seperti keluargaku sendiri.

“Tto, lulus SMA kamu lanjut kemana?” tanya Ibu Nay saat aku sedang pergi bersama Nay dan Ibunya.

“Rencana ambil beasiwa tante, ada sebuah universitas di US menerima aplikasi beasiswa saya dan kebetulan cocok sama jurusan yang saya mau.” Jawab saya menjelaskan.

“Kamu kok jadi anak pinter banget Tto, bangga tante. Semoga orangtua kamu bangga ya disana. Jangan kayak Nay ya lupa sama pelajarannya hehe. Kalau nanti butuh apa – apa jangan lupa bilag tante ya.” Terang Ibu Nay.

“Hehe Nay kan ahli dibilang seni tante, beda sama saya. Cantik, pintar nyanyi dan akting lagi. Sekarang udah terkenal hehe.” Bela aku kepada Nay.

“Haha kamu ini bela Nay terus, udah kayak kakaknya. Untung tante punya kamu, sosok lelaki yang bisa melindungi Nay. Terima Kasih ya Tto.” Ucap tante sambil sedikit berkaca – kaca.

Nay saat ini sudah menjadi artis terkenal di Indonesia. Meski usianya yang muda ia mulai disejajarkan dengan para artis senior, single-nya dikenal orang banyak. Saat ini tawaran bermain dalam bidang film mulai berdatangan. Hal ini membuat beberapa orang disekitar mencoba mendekati Nay lewat diriku, aku hanya bisa menjawab diplomatis. Nay juga menyampaikan padaku bahwa untuk menjaga segala informasi yang orang luar ingin tau dan mempercayakannya kepadaku.

“Tto, kalau kamu gak ada disini. Aku sama siapa?” tanya Nay lemas.

Saat ini aku sedang makan malam yang sengaja di setting Nay untuk perpisahan sebelum aku berangkat ke US untuk kuliah disana.

“Nay, kamu itu harus bisa membuka diri dan percaya kepada oranglain seperti ke aku. Aku tau meski sulit karena pengalamanmu, masih banya kok orang baik diluar sana.” Terangku menjelaskanku sambil menenangkannya.

“Tto aku udah coba itu, kamu tau kan hasilnya gimana. Orang – orang hanya cari manfaat dari apa yang aku punya. Tto apa aku ikut kuliah di Amerika ya.” Tiba – tiba Nay meneteskan air mata sambil memegang tanganku.

“Im-Nayeon sahabatku, kamu sedang menjalani impianmu selama ini. Hayoo kan sudah sepakat dengan Ibu kamu untuk berkuliah disini sambil menjalankan kegiatanmu. Kamu sendiri lho yang bilang hehe. Aku janji, kurang dari 4 tahun aku lulus dan bisa kembali ke Indonesia.” Sambut aku sambil memberikan jari manisku kepada Nay dan ia menyambutnya.

“Janji ya Tto, jangan pacaran sama bule disana. Biar enggak ganggu kuliahmu.” Galak Nay.

“Ih kok gua gak oleh punya pacar sih, elu aja boleh sempet deket ama cowok. Weeekkkk” godaku kepada Nay.

“Dittoooo kok gak peka sihhh …” manja dirinya.

“Kenapa Nay?” awkward aku.

Suasana tiba – tiba hening dengan perkataan yang diucap oleh Nay.

“Tto, jujur banyak cewek bahkan rekan artis yang nanyain kamu. Sekedar ingin berkenalan karena tertarik sama kamu katanya.” Ucap Nay

“Terus?”

“Tau gak, aku bilang kamu itu lagi fokus pendidikan dan enggak mau dekat sama cewek dulu.”

“Kamu kan cewek.”

“Ditto kok gak peka sih. Ttoo, aku suka sama kamu.”

Seperti petir di malam hari, aku kaget dengan apa yang dia ucapkan.

“Nay, ingat gak kita sepakat untuk membahas hal ini ketika kita mulai sangat dekat. Kamu sendiri yang bilang, oleh karena itu aku memegang janji tersebut. Kamu sudah aku anggap seperti keluargaku sendiri yaitu adik aku. Maafin aku Nay.” Jelaskan aku kepada dirinya.

“Aku tau kamu pasti jawab begini. Kamu emang cowok yang memegang janji makanya aku suka. Aku kecewa pasti, aku kira hal seperti ini bisa berubah seperti perasaanku sama kamu. Ternyata tidak, kamu emang pantas aku kagumi.” Senyum Nay sambil mengeluarkan air mata namun tetap tersenyum.

“Im-Nayeon, kamu itu cantik – pintar – berbakat pasti banyak pria hebat diluar sana lebih pantas daripada aku.”

Nay hanya menjawab sambil tersenyum dan melanjutkan menikmati es krim sebagai makanan penutup kami.

Singkat cerita akhirnya aku berangkat ke US, Nay tidak tampak di bandara di hari keberangkatanku. Hanya Ibunya saja yang hadir menyempatkan waktu mengantar keberangkatanku. Aku menjelaskan semuanya kepada apa yang terjadi kepada kami berdua, Ibunya menenangkanku dan berjanji memberikan penjelasan kepada dirinya. Akhirnya aku pamit dan pergi ke US untuk berkuliah.

-Flashback End-

-POV Ditto-


Akhirnya aku bertemu Nay lagi, apakah ini takdir karena aku selalu dipertemukan saat kami mengatur jadwal kami. Pertemuan kami selalu disempatkan ditengah kesibukan pekerjaan kami.

Aku berdandan rapih untuk bertemu dirinya, ku kira dia begitu. Mungkin aku kepedean tapi tidak, Nay selalu ingat sifatku bahwa harus berpenampilan sopan kemanapun dan aku kira dia akan mengikuti gayaku.

Aku pergi bersama Anin kesebuah rumah makan ditepi pantai di Belitung. Anin berdandan kasual namun tetap cantik dan cocok di usia-nya. Beberapa kali kami dibilang pasangan ketika ditanya petugas hotel dan ia terlihat malu mendengarnya. Aku tidak menjawab apapun dan hanya tersenyum saja.

Tiba aku dirumah makan yang menjadi titik temuku dengan Nay. Inilah pertemuan pertama kami setelah hampir 2 tahun tidak bertemu. Selama ini kami hanya saling berkomunikasi via telp dan media obrolan saja.

Dari jauh aku melihat Nay yang mengangkat tangannya sambil tersenyum. Kaget aku melihatnya karena penampilannya berubah dengan rambutnya yang sebahu namun tetap cantik.

-POV Ditto End-

“Ditttoooo” Teriak Nay memeluk Ditto

“Nay, udah gak enak dilihat orang.” Ditto sedikit tertawa sambil melepas pelukan Nay

“Gua kan kangen sama elu, gak kangen ya sama gua. Pantes udah punya gandingan tuh dibelakang.” Cemberut Nay sambil memasang muka sedihnya.

“Im-Nayeon kan tadi Ditto sudah bilang ini rekan di kantor. Masih magang lagi.” Jelaskan Ditto tenang sambil tersenyum kepada Nay.

Nay hanya cengengesan mendengarkan penjelasan Ditto.

“Nay, ini kenalin Anin Namanya. Dia masih magang dikantorku.” Aku memperkenalkan Nay kepada Anin.

“Hallo Anin, aku Nayeon orang yang ditolak Ditto saat SMA. Panggil aja Nay ya.” Terang Nay kepada Anin sambil mengejekku. Aku hanya membalas melotot kepada dirinya karena ku tau itu hanya bercandaan saja.

“Hallo Kak Nayeon, eh Nay. Aku sudah tau kakak, salam kenal. Aku penggemar kakak hehe.” Ucap Anin malu – malu.

“Udah yuk duduk, makan laper nih. Bentar lagi sunset juga.” Ajakku kepada Nay dan Anin.

Mereka bertiga duduk untuk menikmati hidangan laut dan sunset yang cukup baik di Belitung. Nay duduk disebelah Ditto dan Anin didepannya. Ditto dan Nay bercerita banyak kepada Anin tentang hubungannya hingga bisa dekat itu. Pasang – surut hubungan persahabatan ketika Ditto kuliah di US hingga kesibukan Nay saat ini. Anin hanya menjadi pendengar saat itu.

“Nay, sorry. For the first I see you with short hair. Kata anak jaman sekarang nih katanya ye, kalo cewek habis potong rambut dia putus sama pacarnya.” Tanya Diito kepada Nay.


“Nah kan Nin apa yang gua bilang tadi tentang Ditto yang tau gua banget. Gini aja bisa nebak, hehe. Iya Tto ini yang mau gua ceritain. Gua putus sama itu si Akbar. Selingkuh dia ternyata. Yasudahlah gua udah move on hehe.” Kekeh Nay menjawab pertanyaan Ditto.

“Akbar anak Presiden itu Kak? Berarti gossip di bibir_turah bener dong.” Kaget Anin reflek.

Nay hanya mengangguk tersenyum menjawabnya.

“Segalau apee lu sampe potong rambut haha. Yasudah yang penting elu tenang ya jangan ganggu kerjaan dan kesehatan elu.” Ucap Ditto.

“Tuh kan udah kayak Nyokap gua lu kalo ngasih saran. Jadi makin sayang sama elu Tto. Gua potong gini masih cakep kan, tapi ini potong karena tuntutan film kok” Ucap Nayeon sambil merangkul tangan Ditto disebelahnya hal ini membuat Ditto tidak enak dengan Anin didepannya.

Akhirnya suasana mereka bertiga semakin cair, Anin berceirta bahwa dirinya adalah anggota JKT48. Ditto mengikuti Nay kaget padahal ia sudah mengetahui sebelumnya. Tak terasa malam semakin larut dan akhirnya mereka berpisah. Nay begitu ramah dengan Anin, melihat hal tersebut Ditto bangga melihat perubahan yang dialami Nay. Akhirnya pertemuan mereka diakhiri dengan swafoto yang diunggah dimedia sosial Nay yang akhirnya membuat notifkasi media sosial Anin ramai, karena berfoto akrab dengan Nay.

-POV Anin-

Malam yang menyenangkan menurutku, aku bisa mengetahui lebih dalam tentang Kak Ditto. Meski aku tau sainganku semakin berat yaitu adalah Im-Nayeon sahabat Kak Ditto, apalagi statusnya sebagai artis terkenal membuatku minder. Aku semakin pusing dibuatnya mengingat seorang yang cantik dan penuh dengan bakat seperti Kak Nay saja ditolak cintanya oleh Kak Ditto, aku sampai berfikir bahwa Kak Ditto tidak menyukai cewek meski terbantahkan bahwa aku ingat Kak Ditto pernah bercerita bahwa dia pernah gagal melangsungkan pernikahan.

Notif media sosialku ramai, karena Kak Nay tag swafoto kami yang diunggah di media sosialnya. Salah satu media sosial yang digunakan banyak fansku pun ramai dengan komentar yang beragam mengingat aku hari ini absen tampil di theater tapi malah justru terlihat sedang nongkrong dengan seorang artis terkenal.

Sontak aku kaget dan langsung menghubungi manajerku dan menjelaskannya. Syukurlah manajerku mengerti dan menjelaskan kepadaku kalau situasinya terkendali. Aku hanya di instruksikan untuk sekedar menjelaskan kegiatan dan tujuanku di media sosial dinasku. Meski tetap banyak komentar miring yang membalas dari tulisanku, hal tersebut membuat moodku berubah ketika dalam perjalanan pulang ke hotel.

-POV Anin End-

“Anin, kamu kenapa? Sakit?” Ucap Ditto kepada Anin melihat wajah Anin merah padam.

“Oh enggak kak, ini aku habis baca komentar negatif fans aku karena mereka bilang kalau aku hari ini enggak kegiatan theater eh malah kelihatan ada foto sama Kak Nay.” Terang Anin kepada Ditto.

“Coba mana lihat.” Minta Ditto kepada Anin.

Ditto memahami situasinya, dan mencoba menenangkan Anin yang menangis melihat komentar negatif yang datang kepadanya. Di usia semuda Anin, Ditto melihat Anin seperti Nay yang sudah harus menanggung beban yang belum waktunya ia terima.

“Mumpung masih jam 9, belum terlalu malam. Kita pergi ke Bar di hotel ya. Gpp kan ya.” Ajak Ditto merangkul Anin mencoba menenangkannya. Anin hanya mengangguk mengiyakan.

Akhirnya mereka berdua sampai di Bar di hotel tempat mereka menginap. Anin melepaskan seluruh kekesalannya tentang apa yang dia alami hari ini, dan Ditto dengan kedewasaannya menenangkan Anin dan memberikan saran untuk dirinya. Anin merasa apa yang diucapkan Nay bahwa Ditto adalah sosok yang dewasa dan membuat nyaman adalah benar. Sehingga Anin berfikir bahwa Ditto merupakan sosok Pria yang sempurna. Anin memiliki ide dan mencoba membalas kebaikan dari saran – saran yang diberikan Ditto sehingga membuatnya tenang atas kejadian yang menimpanya.

Anin pura – pura mabuk dan merangkul Ditto. Sontak Ditto kaget melihat perlakuan Anin kepadanya, apalagi Anin menempelkan dadanya kepada Ditto. Sebagai pria normal kondisi ini sedikit membuat hormon Ditto naik. Melihat kondisi Ditto yang sedikit turn on ditambah pengaruh alkohol yang diminumnya, membuat Anin melanjutkan misinya dengan meraba dada dan meremas kemaluan Ditto dari luar jeansnya.

Perlakuan Anin membuat Ditto panas meski ia masih sadar walaupun beberapa tenggak alkohol sudah sedikit mempengaruhinya. Apalagi melihat cardigan Anin yang sudah terlepas seluruh kancingnya sehingga terlihat dada Anin yang membusung meski masih tertutup oleh tanktop renda warna hitamnya.


“Kak Ditto, makasih ya. Kak yuk ke kamar. Anin mau balas kebaikan kakak. Anin mau kakak.” Anin berbisik sambil berdesah ditelinga Ditto ditengah dentuman musik Bar yang kencang.

Melihat Ditto yang tidak bergerak dan kaget, Anin terus memberikan rangsangan dengan menggigit telinga dan meremas kemaluan Ditto dari luar jeansnya. Anin tidak malu melakukan hal ini ditengah Bar, karena ia berada diruang private. Akhirnya Ditto membawa Anin keluar dari Bar tersebut menuju kamarnya.

Sesampai dikamar Anin, Ditto langsung menidurkan Anin ditempat tidurnya dan meninggalkannya. Tidak mau melepaskan kesempatan ini, Anin memegang tangan Ditto dan menariknya hingga terjatuh ketempat tidur. Anin langsung mengambil posisi diatas Ditto dan menekan pundaknya agar tidak pergi.

“Kak Ditto disini aja ya, temenin Anin. Aku tau kok Kak Ditto pengen juga kan. Ini adeknya dibawah udah ngaceng dari tadi. Aku ngerasain kok.” Ucap Anin yang saat ini mengambil posisi women on top sambil menggesek – gesekan bagian bawah tubuhnya diselangkangan Ditto meski keduanya masih berpakaian lengkap.

“Aaah Kak Ditto … Ahhh” Goyang tubuh Anin, namun kemudian …

“Ya ampun Anin, apa yang kamu lakukan.” Sadar Ditto tiba – tiba dari mabuknya dan reflek melepaskan tubuh Anin yang berada diatasnya dan bergegas turun dari tempat tidur lalu berlari ke kamar mandi.

“Apa yang aku lakukan, ya ampun gua malu.” Gerutu Ditto di kamar mandi hotel Anin sambil mencuci wajahnya untuk membantunya semakin sadar dari jerat alkohol.

“Kak Ditto, maafin Anin. Maaf Kak.” Keras Anin berbicara sambil menangis dan mengetuk pintu kamar mandi.

Tak lama kemudian Ditto keluar dari kamar mandi hotel milik Anin dan berlalu melewatinya untuk pergi kembali ke kamarnya. Hal ini menimbulkan rasa bersalah kepada Anin dan membuatnya sulit tidur.

Keesokan paginya. Sebuah pesan teks masuk ke Handphone Anin.

Ditto : Anin jangan lupa pagi ini tolong cek protokol acara apakah ada perubahan seat untuk Direksi kita saat acara peresmian. Kontaknya sudah saya kirimkan beberapa hari lalu.

Anin : Oke Kak, siap.

Ditto : Tolong juga round down acara diberikan kepada saya di lobby hotel sebelum berangkat. Hari ini saya satu kendaraan dengan Pak Dirut, kamu dengan rombongan divisi lainnya. Saya juga sudah rubah penerbangan saya karena langsung ambil cuti beberapa hari.

Anin : Baik Kak, terima kasih informasinya. Kakak sudah makan?

Setelah pesan terakhir Anin, Ditto tidak membalas. Padahal hubungan mereka tidak seperti teman kerja karena Ditto membangun kinerja tim seperti pertemanan. Anin mengetahui ada hal yang salah dan penyebabnya adalah kejadian semalam.

-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Semoga update - nya bisa diterima ya hehe. Maklum nubi dan udah lama banget enggak update.

Saran dan masukannya bisa banget lho ditunggu.

Semoga suka ya. hehe.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd