#LEPAS
Mukanya terlihat begitu datar, aku khawatir terjadi sesuatu dengan seseorang yang baru saja bertegur sapa dengannya di telepon.
“gak apa-apa. Cuma ngabarin kalo mereka baru sampe, kayanya pulangnya agak malem” jawabnya sambil menyimpan handphone di meja dekat lemari pakaian.
“oh kirain ada apa, tapi kok muka kamu kenapa kaya begitu?” aku menanyakan mimik mukanya yang datar sambil menutupi payudaraku yang bebas bergelantungan.
“hahah, ya gak apa-apa. emang kamu gak kaget apa, lagi panas-panasnya eh malah jadi deg-degan gini, nafsunya itu langsung ilang gitu” jawabnya sambil memegang bahuku.
“oooh, yaudah kalo gitu udahan aja deh” aku kemudian mengambil bra yang sudah ku rapihkan tadi. Belum sempat aku memakainya, payudaraku sudah dalam genggamannya. Dia meremasnya dari belakang
“yakin mau udahan? Aku Cuma bercanda kok. Siapa yang bisa tahan ngliat kamu telanjang gini” jawabnya sambil mendekatkan bibirnya di leherku.
“lagian kamu mah, aku lagi ingin malah bilang ga nafsu, huhu” aku memeluk lengannya yang sedang aktif memijat benda kenyal pribadiku.
Kemudian dia menggesekan penisnya ke pantatku. Sambil terus meremas dan memilin puting payudaraku, lidahnya bergerak lincah di leher dan tengkuku. Hal ini mengahasilkan rangsangan hebat yang sempat terhenti karena dering telepon tadi. Akupun ikut meyambut goyangan pinggulnya dengan menggerakan pantatku.
“ohhh, sayaangggsshhhh” aku mendesah saat tangan kirinya membelai vaginaku yang basah.
“udah banjir sayang, basah banget” ucapnya dengan nafas terburu.
“iya terusss sayangg ahhhh” gerakanku sudah tidak beraturan lagi, aku benar-benar birahi.
Kita menghentikan aktivitas main belakang ini. Dia membalikan badanku, menium bibirku sejenak. Dia kemudian memintaku untuk berbaring di kasur, aku paham, ini saatnya.
Aku berbaring terlentang di ranjang dengan pantatku berada diujung ranjang dan kakiku terjuntai ke lantai. Kemudian dia menambahkan bantal tepat dibawah pantatku sehingga bagian bawahku makin terangkat. Akupun menaikkan kaki ku ke ranjang, dan dia bisa melihat wanita setengah telanjang dengan wajah memerah terbakar biarhi dengan celana dalam yang basah akibat lendir birahinya sendiri.
Kemudian dia naik ke atas tubuh ku dan kami mulai berciuman. Tangannya tidak tinggal diam karena meremas payudaraku yang semakin kenyal dengan puting yang semakin mengeras. Sementara penisnya mulai menggesek vaginaku yang sudah basah. Meski dibatasi oleh celana dalam, gesekanya terasa sampai ke kepalaku.
“ahhhhh, terus sayaaangggghhhh” aku mendesah saat bibirnya mulai mengulum puting sebelah kanan sedangkan tangan lainnya memelintir puting sebelah kiri.
Aku mendekap kepalanya agar bisa menghisap lebih dalam lagi, lebih dalam lagi dan lebih dalam lagi. Beberapa gigitan kecil menambah sensasi nikmat pada payudaraku. Tak lupa juga dia meninggalkan beberapa tanda merah bekas cupanganya di daging kenyal menggiurkan itu.
Tangannya yang satu mulai menggantikan tugas penisnya dalam mengesek vaginaku. Tak ayal membuatnya semakin basah. Sementara itu lidahnya semakin turun menjilati pusarku, memberikan rangsangan yang geli di perut namun menambah nikmat. Setelah cukup menicumi perutku yang rata, tibalah bibirnya menyentuh ujung celana dalamku yang berenda. Aku bisa melihat dari ujung mataku wajahnya kini tepat didepan vaginaku.
Dia kemudian menarik ujung celana dalamku. Akupun mengangkat pantatku untuk membantunya membuka sisa penutup tubuhku. Setelah kain basah itu lolos dari kaki ku, matanya lebih leluasa melihat vagina yang beberapa hari yang lalu baru ku cukur bulunya.
“sayang, bagus banget memek kamu yang, baru dicukur ya?” tanyanya sambil mencium bibirnya.
“ohhhhsssshhhhh, udah cepetan sayang” aku berusaha menjawab pertanyaannya sambil mendesah.
“mau diapain emang?” godanya sambil mengelus paha dalamku dengan tangannya.
“ih, apaan kali, males aku sama kamu”
“kan aku gak tahu. Di giniin?” godanya sambil mengecup bibir vaginaku.
“oohhhh, iya sayang. Jilatin terus memek aku, sedot yang itilnyaahhhhh” aku menjadi gila karena terbakar nafsu.
Kemudian dia mulai memanjakan vaginaku. Dia menicumi, menjilati dan menyedot vaginaku dengan lahapnya. Kombinasi antara kecupan, jilatan dan sedotan pada titik sensitiv ku membuat aku makin terbakar. Pandangan mataku makin kabur ketika lidahnya mulai menyapa klitorisku. Siapa wanita yang tahan jika benda itu dimanjakan?
Lidahnya bekerja teratur, membelai bibir vaginaku dari bawah ke atas, dan diakhiri dengan membelai klitorisku. Kenikmatan ini semakin menjadi ketika sepasang tangan mulai menjamah payudaraku yang otomatis bertambah kenyal. Putingku sesekali di pelitir memberikan sensasi nikmat jika dikolaborasikan dengan sedotan pada klitorisku. Tak butuh waktu lama untuk aku mencapai puncak kenikmatan ini.
“sayaaangghhhh, akkuuuu keluuuarrrssshhh, ooohhhhh”
Seketika aku mengejang. Tangaku membenamkan wajahnya pada vaginaku. Pantatku terangkat menggapai kenikmatan yang kudapatkan. Aku rindu, aku rindu kenikmatan ini. Kadang aku berpikir, betapa bodohnya dia yang jarang menyentuhku.
“ahhhh udah sayangghhh, geli shhhhh” ucapku saat lidahnya menjilati cairan kenikmatan yang keluar dari vaginaku.
“gimana sayang? Enak gak?” tanyanya saat telah selesai membersihkan cairanku.
“apaan sih kamu yang” aku memalingkan wajahnya malu. ya jelas enak, mana mungkin aku sampai berteriak jika tidak enak!
Dia kemudian beranjak dan meninggalkan kamar. Aku masih mengatur nafas saat dia datang dengan segelas air. Pergulatan nafsu tadi membuatku kehilangan energi seperti lari marathon. Air putih ini cukup menyegarkan tenggorokanku yang kering dan mengembalikan staminaku untuk ronde selanjutnya.
Posisiku minum duduk ditepian tempat tidur. Setelah dia menyimpan gelas dimeja, aku langsung disuruhnya untuk kembali berbaring. Ya, aku siap untuk ronde selanjtnya. Dia mulai memposisikan diri diantara kedua pahaku yang terbuka. Penisnya tepat berada didepan vaginaku. Kemudian,
“aahhhh” aku mendesah saat penisnya mulai menggesek vaginaku yang basah
“enak sayang?” tanyanya sambil terus menggoyangkan pinggulnya
“enak sayang, sambil diremesin dong, hehe” aku mulai manja
Kemudian tanganya beralih dari pahaku ke payudaraku. Gerakannya pinggulnya berkolaborasi dengan gerakan tangannya membuat aku terbuai. Aku mengimbangi dengan menggerakan pinggulku, menyambut gesekan penisnya. Sesekali penisnya menyentuh klitorisku membuat sensasinya semakin menggoda.
“sayang, balik dong” pintanya sambil melepaskan mulutnya dari payudaraku.
Aku kemudian berbalik membelakanginya. Aku diminta untuk lebih ketengah kasur karena diapun ingin berada dikasur saat melakukan penetrasi. Tubuhku basah oleh keringat tidak membuatnya merasa jijik untuk menjilati punggungku.
“ohhhhh, keringatan sayanggghhh” aku mendesah saat lidahnya mulai menjelajahi punggungku sambil tangannya meremas payudaraku dari belakang. Sesekali lidah nakalnya menggelitik kuping dan tengkuku yang merupakan kelemahanku.
Aku kemudian menungging, kami siap untuk melakukan pertarungan selanjutnya. Setelah aku menunggunging, aku dikagetkan dengan sapuan lidahnya diujung pantatku. Sesekali dia menggit kecil membuat rangsangan itu semakin menjadi.
“oohhh, sayanghh jangan disitu, kotor ihhh” aku mencoba melarangnya meskipun sensasinya luar biasa.
Setelah itu dia membuka pahaku membuat vaginaku makin tempampang dari belakang. Tak menunggu waktu lama, penisnya langsung menggesek vaginaku. Sebenarnya aku lebih suka posisi ini. Dengan posisi ini penisnya lebih menekan vaginaku dan potensi kepala penisnya menyentuh klitorisku lebih besar. Dia langsung memacu kocokannya. Aku yang sudah birahi sejak tadi ikut membantunya dengan menggerakan pantatku menyambut goyangan pinggulnya.
Tak butuh waktu lama untuk aku mencapai orgasme yang kedua. Badanku mengejang aku menggelepar menikmati sensasi kenikmatan ini.
“aahhhhh sayanggssss akuuu nyamppeee oohhhh” aku meremas prei yang sudah berantakan.
Aku kembali terlentang sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan itu. Aku melihat dia sedang mengocok penisnya sendiri sambil memegang celana dalamku.
“sayang, aku belum keluar. Sepongin dong” pintanya sambil terus mengocok penisnya.
“kamu lama amat sih keluarnya, aku aja udah cape” protesku sambil beranjak duduk ditepi ranjang yang dikuti oleh dia yang duduk disampingku
“ya gimana, orang belum pengen keluar” balasnya sambil menciumi pundakku.
“yaudah sini, mau dimana yang?” tanyaku sambil berdiri
Kemudian dia naik ke kasur yang sudah semraut akibat pertarungan kita. Dia memintaku untuk naik juga. Dia mengajak untuk meakukannya diatas kasur.
“yang, boleh gak?” dia mememinta sesuatu yang sudah lama dia minta tapi aku menolak
“gak mau ih, males ahh” balasku konsisten sambil mengocok penisnya dengan tangan kanan sedang tangan kiriku memegang pundaknya.
Setelah itu kami kembali bercumbu. Tanganya kembali aktif meremas payudaraku yang semakin kenyal. Sementara tangaku masih aktif di penisnya. Penisnya yang cukup panjang dan besar membuat tanganku penuh. Aku melepaskan ciumanku dan mulai meposisikan kepalaku didepan penisnya. Aku masih ingat saat pertama kali mengulum penisnya, rasa jijik dan nafsu bercampur aduk saat itu. Tapi sekarang, nafsu lebih menguasasi pikiranku. Ditambah dengan ukurannya yang menurutku besar terkadang membuatku ngeri sekaligus penasaran jika benda ini masuk kedalam vaginaku.
“ooohh, terus sayaanggghhh” suaranya parau saat menekan kepala ku agar memasukan pensinya lebih dalam lagi
Aku terus mengulum penisnya. Hanya ¾ yang masuk kedlama mulutku. Tanganku aktif memremas bijinya disaat tanganya aktif meremas payudaraku. Dia mengerang saat aku mengulum bijinya sambil aku mengocok penisnya yang sudah licin dengan air liurku.
“sayaangss, aku mau keluaarhhh” seketika aku melepas mulutku dari penisnya.
“dikeluarain dimana sayaanggghhh” tanyanya sambil terus mengocok penisnya.
“di toket saja yang, awas loh kalo kemana-mana” aku langsung terlentang yang langsung diikuti oleh dia yang sudah menindih perutku dan mengarahkan penisnya ke payudaraku.
“aaahhhhhh, ohhhhhh” dia mendesah dibarengindengan keluarnya cairan sperma kental yang jatuh ke payudaraku. Karena banyak spermanya ada yang sampai keperutku dan leher.
Aku melihat wajahnya yang memerah dengan perasaan puas telah memperkosa payudaraku. Dia langsung terlentang disebelahku setelah yakin spermanya habis. Aku membiarkan spermanya bertahan disana, aku cukup lemas untuk memberesihkan tubuhku dari spermanya. Seketika hening, hanya ada suara kipas dan sayup-sayup suara televisi yang menyala di ruang tamu.