Aku langsung mematikan Hp, kemudian langsung keluar.
Di luar aku bertemu lagi dengan keamanan kantor yang lagi patroli.
"lama amat pak ke toiletnya ?"
"iya ni pak, aku tadi di kerjain sama kawan, benar-benar kampret mereka."
"dikerjain bagaimana toh pak ?"
"di masukin obat pencuci perut ke dalam makanan ku". (kilah ane beralasan).
"hahahaha, anjriit kurang ajar benar kawanmu pak".
"itulah pak, pak sudah dulu ya, itu ibu Suci sudah turun." (sembari menunjuk wife)
"oh iya pak. Aku pun mau lanjut pratoli lagi, mari pak !"
"marii"
Aku melihat wife begitu lelah, air mukanya menunjuk sesuatu yang belum tersalurkan. Disana memancarkan berbagai rasa, jengkel, tidak puas, dan masih banyak lagi yang tidak mampu ku mengerti.
"lelah ya dek ?" (ane merasa geli dalam hati melihat kondisi wife)
"iya bang, pulang yok ?" balasnya singkat.
Di perjalanan, tak sepatah katapun keluar dariku maupun wife. Dia terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri. Tak terasa kami pun sampai di kediaman kami.
Wife buru-buru masuk kerumah, sesampai aku di kamar ku dengar suara guyuran air dari syower.
Ku ketuk pintu kamar mandinya,
"sayang boleh mandi bareng ngak" (sengaja ku goda dia)
"ih sayang, ngak boleh sayang ah,"
"biasanya boleh, kenapa sekarang ngak boleh ?"
ngak ada sahutan lagi di kamar mandi, aku pun pergi ke kamar mandi di kamar sebelah.
Selesai mandi aku masuk ke kamar kami lagi, ku lihat wife sedang mengering rambutnya. Dia begitu terkejut melihat ku masuk, dia buru-buru menutupi kedua bukit kembarnya.
"kenapa ditutup sayang ?"
"eh, eeenggak sayang, malu saja" (alasan kau saja jalang, padahal ngak mau aku lihat kan bekas pergelutan kau sama dia) ;>
"anak udah satu, masih malu sama suaminya" (goda ane tetap halus)
"dek, aku mau bicaraiin sesuatu" (dia sangat terkejut, dia begitu gugup)
"aku tunggu di ruang keluarga ya"
"iiya bang"
akupun ke ruang keluarga dan menghidupkan Tv, tak lama kemudian wife pun menghampiri dengan membawa secangkir kopi panas.
Aku mengambil kopi kemudian meminumnya.
Sruup, srup
"rasa kopinya ngak sama seperti dulu" (tegur ane, wife mengerti teguran itu mengindikasi bahwa hubungan kami sedang ada masalah)
wife tak menjawab, malah dia terlihat lebih tegang dari tadi.
"kenapa begitu tegang dek ? Udah kek koruptor lagi denger putusan hukum saja !" (sembari tersenyum manis ke wife)
"eh, ngak kok bang, adek hanya sedikit kecapean saja"
kupeluk wife, ku cium ubun-ubun kepalanya, kubelai rambutnya.
"dek, aku sangat cinta dan sayang sama adek" (ane berusaha menurun ketegangan wife)
"adek juga bang" (nadanya terdenger sumbang, seperti orang menahan tangis)
setelah beberapa menit aku diamkan,
"abang mau bicaraiin masalah apa ?"
"oh itu, gini dek, tadi abang dapat telpon dari kawan" (sengaja ane berhenti, posisi masih memeluk wife secara menyamping)
"teerus dia bicarain apa yank ?" (wife sudah tidak tegang lagi, namun masih harap-harap cemas seprti anak SMU menunggu hasil UN)
"dia lagi ada masalah sama istrinya, nah dia minta masukan kek mana menyelesaikannya ?"
"emang apa permasalahannya yank ?" (wife begitu antusias)
"istrinya selingkuh yank, nah yang bikin dia pusing mereka punya anak berumur 1 tahun gitu, sebaya lah sama Daffa". Menurut adek kek mana tu ?"
"ya gak tau gimana juga, kan kasian anaknya kehilangan kasih sayang ortunya kalau ortunya cerai" (wife semakin erat memeluk ane)
"karena memikirkan anaknya yang bikin dia bingung yank, menurut adek kek mana pisah atau nerima wifenya yang udah ngak suci lagi ?"
"menurut adek ya pisah saja yank, ngapain lagi nerima istri yang udah tega khianatin suaminya ?" (ngak nyadar ni orang padahal dia juga seperti itu) ;>
"kalau adek seperti wifenya kawan abang ngak ?" (wife gelagapan mendapat pertanyaan begitu, sampe-sampe pelukan pun dilepasnya)
"kok tanyanya gitu yank ?" (menatap ane dengan tajam)
"siapa tau aja adek punya PIL" (wife semakin tegang)
"abang menuduh adek selingkuh ?"(minta penjelasan)
"apakah adek selingkuh ?(ane balas tanya tanpa menghirau pertanyaannya)
"tiidak bang, adek setia sama abang, adek ngak mungkin khianatin abang" (dia menjawab sambil menunduk, ane mengangkat dagunya dia berpaling tanpa berani menatap mata ane. Ini tanda dia sedang berbohong)
"abang percaya kok" (sambil mengecup kening wife, padahal hati ane udah sangat panas) ;>
"sayang tidur yok, adek udah ngantuk sangat ni" (masih ngak berani menatap mata ane)
"duluan saja" balasku cuek.
Wife pun berlalu dari sampingku. Ya Tuhan apa yang semuanya tidak seperti yang kuharap.
Ya, aku berharap dia jujur, dia minta maaf dan berjanji tidak mengulanginya lagi. Kalau tadi dia bersikap seperti yang kuharap, dia akan ku terima kembali dengan segala kekurangannya. Tapi dia dengan seenak dengkulnya membohongiku.
Apa yang harus ku lakukan Tuhan..?
Apakah aku akan menjadi saksi kegilaan yang dilakukan istriku ?
BERSAMBUNG DENGAN SUKSES ...
Di luar aku bertemu lagi dengan keamanan kantor yang lagi patroli.
"lama amat pak ke toiletnya ?"
"iya ni pak, aku tadi di kerjain sama kawan, benar-benar kampret mereka."
"dikerjain bagaimana toh pak ?"
"di masukin obat pencuci perut ke dalam makanan ku". (kilah ane beralasan).
"hahahaha, anjriit kurang ajar benar kawanmu pak".
"itulah pak, pak sudah dulu ya, itu ibu Suci sudah turun." (sembari menunjuk wife)
"oh iya pak. Aku pun mau lanjut pratoli lagi, mari pak !"
"marii"
Aku melihat wife begitu lelah, air mukanya menunjuk sesuatu yang belum tersalurkan. Disana memancarkan berbagai rasa, jengkel, tidak puas, dan masih banyak lagi yang tidak mampu ku mengerti.
"lelah ya dek ?" (ane merasa geli dalam hati melihat kondisi wife)
"iya bang, pulang yok ?" balasnya singkat.
Di perjalanan, tak sepatah katapun keluar dariku maupun wife. Dia terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri. Tak terasa kami pun sampai di kediaman kami.
Wife buru-buru masuk kerumah, sesampai aku di kamar ku dengar suara guyuran air dari syower.
Ku ketuk pintu kamar mandinya,
"sayang boleh mandi bareng ngak" (sengaja ku goda dia)
"ih sayang, ngak boleh sayang ah,"
"biasanya boleh, kenapa sekarang ngak boleh ?"
ngak ada sahutan lagi di kamar mandi, aku pun pergi ke kamar mandi di kamar sebelah.
Selesai mandi aku masuk ke kamar kami lagi, ku lihat wife sedang mengering rambutnya. Dia begitu terkejut melihat ku masuk, dia buru-buru menutupi kedua bukit kembarnya.
"kenapa ditutup sayang ?"
"eh, eeenggak sayang, malu saja" (alasan kau saja jalang, padahal ngak mau aku lihat kan bekas pergelutan kau sama dia) ;>
"anak udah satu, masih malu sama suaminya" (goda ane tetap halus)
"dek, aku mau bicaraiin sesuatu" (dia sangat terkejut, dia begitu gugup)
"aku tunggu di ruang keluarga ya"
"iiya bang"
akupun ke ruang keluarga dan menghidupkan Tv, tak lama kemudian wife pun menghampiri dengan membawa secangkir kopi panas.
Aku mengambil kopi kemudian meminumnya.
Sruup, srup
"rasa kopinya ngak sama seperti dulu" (tegur ane, wife mengerti teguran itu mengindikasi bahwa hubungan kami sedang ada masalah)
wife tak menjawab, malah dia terlihat lebih tegang dari tadi.
"kenapa begitu tegang dek ? Udah kek koruptor lagi denger putusan hukum saja !" (sembari tersenyum manis ke wife)
"eh, ngak kok bang, adek hanya sedikit kecapean saja"
kupeluk wife, ku cium ubun-ubun kepalanya, kubelai rambutnya.
"dek, aku sangat cinta dan sayang sama adek" (ane berusaha menurun ketegangan wife)
"adek juga bang" (nadanya terdenger sumbang, seperti orang menahan tangis)
setelah beberapa menit aku diamkan,
"abang mau bicaraiin masalah apa ?"
"oh itu, gini dek, tadi abang dapat telpon dari kawan" (sengaja ane berhenti, posisi masih memeluk wife secara menyamping)
"teerus dia bicarain apa yank ?" (wife sudah tidak tegang lagi, namun masih harap-harap cemas seprti anak SMU menunggu hasil UN)
"dia lagi ada masalah sama istrinya, nah dia minta masukan kek mana menyelesaikannya ?"
"emang apa permasalahannya yank ?" (wife begitu antusias)
"istrinya selingkuh yank, nah yang bikin dia pusing mereka punya anak berumur 1 tahun gitu, sebaya lah sama Daffa". Menurut adek kek mana tu ?"
"ya gak tau gimana juga, kan kasian anaknya kehilangan kasih sayang ortunya kalau ortunya cerai" (wife semakin erat memeluk ane)
"karena memikirkan anaknya yang bikin dia bingung yank, menurut adek kek mana pisah atau nerima wifenya yang udah ngak suci lagi ?"
"menurut adek ya pisah saja yank, ngapain lagi nerima istri yang udah tega khianatin suaminya ?" (ngak nyadar ni orang padahal dia juga seperti itu) ;>
"kalau adek seperti wifenya kawan abang ngak ?" (wife gelagapan mendapat pertanyaan begitu, sampe-sampe pelukan pun dilepasnya)
"kok tanyanya gitu yank ?" (menatap ane dengan tajam)
"siapa tau aja adek punya PIL" (wife semakin tegang)
"abang menuduh adek selingkuh ?"(minta penjelasan)
"apakah adek selingkuh ?(ane balas tanya tanpa menghirau pertanyaannya)
"tiidak bang, adek setia sama abang, adek ngak mungkin khianatin abang" (dia menjawab sambil menunduk, ane mengangkat dagunya dia berpaling tanpa berani menatap mata ane. Ini tanda dia sedang berbohong)
"abang percaya kok" (sambil mengecup kening wife, padahal hati ane udah sangat panas) ;>
"sayang tidur yok, adek udah ngantuk sangat ni" (masih ngak berani menatap mata ane)
"duluan saja" balasku cuek.
Wife pun berlalu dari sampingku. Ya Tuhan apa yang semuanya tidak seperti yang kuharap.
Ya, aku berharap dia jujur, dia minta maaf dan berjanji tidak mengulanginya lagi. Kalau tadi dia bersikap seperti yang kuharap, dia akan ku terima kembali dengan segala kekurangannya. Tapi dia dengan seenak dengkulnya membohongiku.
Apa yang harus ku lakukan Tuhan..?
Apakah aku akan menjadi saksi kegilaan yang dilakukan istriku ?
BERSAMBUNG DENGAN SUKSES ...