Episode X
Aku terjaga di sebuah ruangan serba putih,
Di mana ini ?
Kenapa aku disini ?
Kenapa sebagian rambutku tercukur dan ada bekas memanjang disana ?
Kenapa semua orang ada disini ?
Aku menatap mereka satu persatu dengan tatapan penuh tanda tanya meminta penjelasan dari mereka.
Suci istriku, Irna sekretarisku, Yeni sahabat istriku, Faris, Haris, Karina, Desi yang sedang menggendong anakku Daffa dan pak Rohim sang imam Mushalla.
Suci mendekati ku.
"selamat datang kembali sayang" sapa Suci sembari mencium keningku.
"kenapa aku ada di sini, apa yang terjadi pada ku?"
"jangan mikir macam-macam dulu sayang, istirahat aja dulu, nanti adek jelasin semuanya"
Aku hanya menatap mereka semua dengan bingung, mereka hanya membalas dengan senyuman dan anggukan kepala.
Perlahan aku mulai mengingat-ingat, mengumpulkan semua yang terjadi seperti menyusun sebuah puzzel.
Malam itu malam naas bagi ku, malam dimana aku di ikuti oleh dua mobil yang mencurigakan.
Awalnya mengikuti kemudian mengejar seiring bertambahnya kecepatan mobil yang ku kendrai. Mereka menembaki mobil ku, aku masih bersyukur waktu itu karena mobil ku anti peluru, namun naas bagiku saat mereka menembaki bannya. Aku kehilangan keseimbangan yang membuat mobilku terbalik, kepala ku terbentur, lenganku terasa panas, kakiku terjepit. Aku meronta tuk keluar, tenagaku pun mulai melemah semakin lemah sampai akhirnya semua menjadi gelap.
Aku hanya sibuk dengan pikiranku, sibuk dengan mengumpulkan kepingan ingatanku. Tak ku peduli mereka menatap penuh tanda tanya padaku, termasuk tatapan tiga bidadari cantik di samping pembaringanku.
Kini semua ingatanku sudah kembali, dimulai kecurigaan pada notarisku, kecurigaan pada istriku walau dia sudah menceritakan keluh kesahnya dikantor dengan gamblang akibat ulah atasannya. Ah, kepala ku terlalu pusing memikirkan semua ini. Akupun tertidur di tengah ke kalutan pikiranku.
Aku terjaga di sampingku hanya ada Irna yang lain entah pada kemana, akupun malas bertanya.
Dia hanya senyum padaku sembari tangannya mengelus kepalaku.
"bagaimana bang ? Sudah mendingan ?"
aku hanya mengguk, kuraih tangannya, lembut dan halus terasa lalu kuciumi tangan itu.
"dek, bolehkah abang tanya sesuatu"
"tanyakan saja bang, adek akan menjwabnya sebisa adek"
"sebelum abang berada di sini, pernah kah kita ke pantai ?"
"belum sekalipun bang, waktu itu ngak jadi kita perginya"
"buatin kopi dong, kangen nih sama kopi buatan adek"
dia menggeleng sembari memberiku senyuman termanisnya.
"abaaang, kata dokter abang belum boleh ngopi ya"
Mesranyaaaa, sampai-sampai aku di cuekin gituuu.
"eh mbak Yeni, udah lama mbak ?" sapa Irna
"udah dari tadi kaliiii" pasang wajah galak
"gantian ya mbak, Irna ke mushalla dulu"
Irna berlalu, Yenipun menghampiriku.
"mmmwwwaaahhccc"
"Yen kok"
"sssssssttttt, nikamati saja bang. Adek khawatir tau, abangnya ngak siuman selama dua minggu. Adek udah tiga tahun nunggu saat-saat seperti ini tau"
Makin tak mengerti aku, kenapa dengan Yeni. Kalau dengan Irna sudah biasa, karena diantara kami sudah ada rasa cinta walau tak pernah terucap.
"dek, abang mau tanya sesuatu boleh ? Tapi jangan marah ya !"
"tanyain aja kenapa bang, ngak akan marah kok, swerrr "
"apa kita pernah tidur bareng di rumah adek ?"
"hah, ada-ada aja abang nih. Iiihhh baru aja siuman udah mikir mesum gitu. Ngaaak pernah abaaang, mimpi aja adek ngak berani takut di bacok Suci. Tapi kalau sekarang adek berani kok"
tambah aneh, selama ini apa yang terjadi sebenarnya. Aku yang mulai gila, atau mereka berdua yang pada stres.
"ngaak, kan cuma tanya saja, siapa tau pernah. Hehehe"
"abaaang iiiihh mikirnya gitu kali dia" cubit manja
"sejak kapan abang disini dek, apa yang terjadi"
"abang waktu itu kecelakaan, terus abang koma selama dua minggu"
"hemm gitu ya" pura-pura bodoh
" Suci mana dek ?"
"udah pulang dia, ngambil baju abang di rumah"
tak lama kemudian Suci masuk.
"eh Ci baru aja di tanyain langsung nongol lu" kata Yeni
"ada apaan sih Yen ? Eh apa tu di kening my hubbi, bekas lipstik lu ya ? Awas lu, gue tabok lu!" sengit Suci
Yeni hanya cekikan
"iya, berani lu ?" tantang Yeni
"eh kok pada ribut sih kalian, udah kek Tom & Jerry aja kalian"
"Ci tak tinggal dulu ya, aku mau ke nyari cemilan dulu, ada yang di titip"
"Marlboro merah sebungkus Yen ya" pinta ku
"eh belum boleh sayang" istriku mendelik manja
"sayang apa sih yang terjadi, kok pada aneh semua Yeni, Irna"
"oh itu, hadiah spesial buat abang"
"maksudnya apa ni dek ?"
"selama ini kan adek sendiri di rumah, ya adek pengen mereka berdua mau teminin adek"
"terusss"
"ihh ngak sabaran amat sih, abang tau sendiri kan kalau selama ini adek kualahan melayani abang, makanya adek minta mereka, biar bisa keroyok abang rame-rame gitu. Hihihi"
"apa adeknya ngak cemburu tuhc ?"
"ngak sayang, adek ikhlas.