Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Akibat Tugas Akhir

Status
Please reply by conversation.
Hmmm..
Udah nggak terasa page 6 aja nih...
Sesuai janji ane yah Hu... Ane update..

Jangan lupa Like Komen dan Subscribe yah.. Bantu thread ini lebih bergairah..

Kembali dengan kisah gue dengan tante Sinta yang terus berlanjut, kali ini lebih terasa gregetnya mau tau gimana saksikan aja.

kejadian hari itu ada jeda sehari gue nggak ada dirumah indi karena sesuai kesepakatan, gue, indi dan rere kami akan bertamasya dan berlibur walaupun laporan 2 cewek tersebut belum selesai, gue rere dan indi kami berlibur disalah satu rumah keluarga indi yang memang jauh dari rumah indi disana kami berlibur dengan senang dan semangat,

seperti ayah dan ibu tirinya (Tante Sinta) dikeluarga indi dari ayahnya ini kami diterima dengan baik. Ada om Rizal (45) adik om Riadi yang menyapa kami, kebetulan om Rizal ini hidup sendiri karena istri tercintanya sudah tiada, meski begitu sampai sekarang ia tak pernah kawin lagi, alasannya karena tak mau anaknya punya ibu tiri meski ibu tiri itu tak selamanya jahat, contoh saja Tante Sinta istri kakaknya yaitu om Riadi.

Ditempat om Rizal ini lebih kearah gunung, dan lebih sejuk dari tempatnya Indi, dan disinilah Indi biasanya bermain kala hatinya sedang gundah, ia menunjukan spot2 terbaik dimana terdapat banyak wisata alam seperti air terjun dan kolam alami disekitaran air terjun. Selain itu juga tepat dibawah kaki bukit terbentang sawah milik omnya yang biasa digunakan Indi bermain bersama sepupunya yang kini sudah beranjak SMA, kami tiba saat pagi sekitar pukul 8 sehingga masih sempat menikmati hari itu.

Indi kemudian mengajak gue dan Rere ke arah air terjun dimana disanalah tempat terindah dan terbaik, masih sangat asri meski medannya cukup terjal saat pagi seperti ini tak terlalu banyak aktifitas hanya segelintir orang saja yang mencari kayu bakar, dibawahnya sedikit lagi berkelok 2 belokan terdapat sebuah kolam entah alami atau buatan karena Disana sudah terdapat jamahan tangan manusia sehingga susunan batu bertambah tinggi padahal kalau di biarkan batu besarnya saja sudah membentuk kolam yang cukup luas kira2 berdiameter 10m dengan kedalaman mencapai 2 meter.

Disana gue Rere dan Indi bermain air layaknya anak kecil disela2 permainan kami ternyata ikut bergabung anak2 yang baru saja pulang dari sekolah mereka terlihat asik berenang di kolam yang luas tersebut, sama seperti Indi mereka lincah berenang kiri dan kanan gue memang tak jago renang tapi bisalah gue mengapung dan bergerak meski lamban tak seperti mereka. Sadar kalau anak2 ini sudah pulang sekolah akhirnya kami terkejut juga waktu sudah berlalu cukup lama.. yah kami tiba sekitar pukul 8, hingga pukul 10 kami masih mengobrol dengan om Rizal dan setelah itu kami menuju air terjun yang berjarak 30 menit dari rumah om Rizal dengan berjalan kaki. Artinya sekarang sudah pukul 1 lebih dimana setelah bermain air selama 3 jam kami mulai kelaparan, akhirnya kami memutuskan menyudahi kesenangan kami dan pulang kerumahnya om Rizal.

Sesampainya Disana kami sudah disambut dengan makan siang yang dibuatkan om Rizal sendiri, oh yah om Rizal ini hanya tinggal bertiga dengan kedua anak kembarnya yang kata Indi sudah kelas 3 SMA dan sementara mengikuti ujian sehingga mereka baru tiba sore atau malam dari sekolahnya yang cukup jauh, memang itulah kendalanya karena om Rizal tak mau jauh dari anak2nya. Oke lanjut setelah makan siang sekitar pukul 2 lebih lagi santai2nya gue memandangi sawah terdengar suara berisik dari belakang rumah.

'ehh kenapa emangnya' kata gue melihat Indi dan Rere yang panik.

'aduh ferr, kalung warisan ibu gue hilang fer, gue baru sadar pas habis makan tadi kayaknya jatuh pas renang tadi' ucap Indi yang memang sangat hiper aktif saat berenang tadi entah berapa kali ia bergerak dari sisi kolam satu ke yang lain.
'kok bisa, loe yakin ?'
'yakin fer, malah si om pergi lagi gimana nih' ucapnya sedikit kebingungan di kala kalung warisan ibunya harus lenyap.
'udah jadi gini aja, loe sama Fery balik cari Disana sementara gue coba cari disini, kali aja ada disini, lagian laporan kita belum selesai gue musti ngetiknya lagi'
'yaudah gitu aja ndi, kita ke kolam aja, nggak jauh pun', lagian ini masih siang dan airnya jernih bakal mudah kalau ketemunya.
'beneran ? okelah , re titip rumah yah, nanti kalau sepupu gue datang bilang aja loe teman gue, soalnya dia nggak tahu gue kesini om Rizal juga lagi ke penadah ngecek gabahnya yang kemarin' ucap Indi sambil tergesa-gesa menuju kolam.

Sebenarnya gue rada malas juga sih tapi karena itu kalung warisan ibunya dan juga Indi yang sudah baik mau menampung dan membiayai kebutuhan gue akhirnya gue dengan rela membantunya. Disepanjang jalan Indi terlihat khawatir, langkah kami pun dipercepat, yang seharusnya tiba dalam 30 menit hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai, setengah dari waktunya. Saat sampai Disana sudah sepi tak seperti tadi suasananya juga hening meski suara binatang dan derasnya air terjun membuat ramai. Indi langsung melompat kedalam kolam saat tiba dengan tangkas ia berenang bagai ikan duyung mencari kesana kemari. Gue baru sadar Indi mengenakan baju putih dan celana jeans pendek , karena tadi dia dan Rere mengenakan baju hitam, saat berenang maka tubuh bagian dalam Indi bisa tertembus akibat baju yang ia kenakan menerawang, indie terlihat jelas mengenakan bra hitam kontras dengan kulit dan baju yang ia kenakan.

'gimana ndi ? Ada ?'

'nggak ada fer, aduh gimana yah diatas mungkin' katanya menunjuk keatas dimana kami sempat bermain di air terjun atas sebelum ke arah kolam. Sebenarnya untuk menuju atas kami harus memutar lebih jauh lagi melewati rerimbunan pohon, tapi karena Indi begitu semangat dan tergesa ia langsung memotong lewat jalur sungai dimana ia sama sekali tak menghiraukan gue, untungnya gue masih sempat berpikir dan membuka baju gue dan meletakkannya dekat kolam sebelum terjun melawan arus menelusuri batu2 terjal ke arah air terjun.

' yaampunnn ndi kenapa nggak mutar aja'
'lebih cepat fer' ucapnya dengan lincah melompat antar batu satu dengan lainnya sementara gue kesusahan.
'hahaha emang anak kota' ejeknya.
'sialan ini demi loe juga'
'hehe, ia deh ayo' ucapnya didepan gue, tau gini gue mutar aja basah lagi. Kata gue menggerutu dalam hati.

'yeeeeeehhhhh...' teriak dari atas gue mengalahkan derasnya suara air terjun menghantam batu.
'kenapa ndi'
'dapat fer' ucapnya kegirangan.
'ahh syukurlah' kata gue yang sudah dekat dengan Indi.

'akhirnya ehh' gue baru saja sampai ketika Indi memeluk gue dengan girangnya tubuhnya yang basah menempel dengan tubuh gue.
'makasih fer' ucapnya lalu melepas pelukannya.
' nggak usah makasih orang loe juga yang dapat lagian gue dari tadi nggak bantu apa2' kata gue yang memang benar kenyataannya seperti itu.
'btw kok disini sepi yah ndi, anak2 yang tadi mana ?'
'ia sepi udah pada balik, biasanya ramai kalau pagi sama siang menjelang sore udah pada balik semua' kata Indi.
'ehh fer sini deh, tadi gue lupa nunjukinnya' kata Indi membawa gue di sela batu sedikit memanjat ke atas, terdapat 3 batu besar yang sangat dekat dengan air terjunnya.
(Mode teriak on)
'ehh awas sakit kena airnya' teriak gue karena memang air terjunnya begitu keras
'ia fer sini cepat' ajak Indi ke gue yang gue ikutijejaknya. Hingga benar2 gue sampai dekat air terjunnya sangat dekat karena cipratan air begitu terasa dan.
'ini fer tempat gue kalau lagi suntuk, loe bisa liat kesana keliatankan, gue teriak apapun disini kalau lagi stress'

Memang tempatnya diatas bebatuan terdapat 3 batu dimana batu pertama yang menjadi pijakan kami luas untuk 4-5 orang cukup halus namun tak licin, kemudian 2 batu besar tepat didepan kami membentuk sedikit celah nah dari celah inilah bisa gue liat ke arah bawah Dimana baju gue tadi tergeletak dan jalan setapak menuju ke arah air terjun ini Sedangkan Air terjun tepat berada di belakang samping kanan gue dan Indi yang melihat kearah kolam.

'aaaaaaaa ...........' teriak Indi yang gue yakin kalah dari air terjun disampingnya.
'ayo fer, teriak lepasin semuanya' ucapnya yang membuat gue ikut berteriak kaya orang gila...
'aaaaaaaaaa.... Uhukk..uhukkk' gue batuk karena terlalu lama berteriak. Sementara Indi menertawai gue.
'gimana fer, keren kan ?'
' ia ndi, Ayok balik udah dingin nih gue'
'eh sabar dulu fer,' kata Indi menahan lengan gue.

Dan gue terkejut setengah mati dan setengah kedinginan saat Indi mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

'ehh ini dapat dari mana ?' kata gue kaget dengan spontan.
'gue bakalan bilang kalau loe juga jujur' masih dengan mode.teriak yah.
'jujur apaan ?' ucap gue.
'kemarin malam ngapain loe sama mama Sinta di kamar' pertanyaan Indi membuat petir disiang bolong meski memang hujan tengah membasahi gue tapi hujan lokal air terjun.

'itu...' ucap gue dengan mode yang diam tak keras seperti tadi, gue rasa gue sudah ketahuan oleh Indi.
'loe.ngeseks kan sama mama Sinta, ini buktinya' sambil memegang obat
'sabar ndi gue bisa jelasin ndi' kata gue berteriak.

Gue seakan ingin berteriak lagi akibat stress yang melanda gue, lagian gue kira Tante Sinta udah nyembunyiin obat tersebut saat kemarin kami hampir kepergok, nyatanya obat tersebut terletak begitu saja.

'gue tau ini gunanya buat apa,' kata indie.
'sabar ndi jangan marah' kata gue yang tertangkap basah.. yah memang sakarang pun basah.
'gue nggak marah fer.. cuman pengen tahu aja,. Fer., semalam gue kaget setengah mati pas lewat pintu loe liat loe sama mama Sinta lagi diranjang, dugaan gue ternyata benar nggak salah, lie yang punya obat ini ' katanya masih dengan mode teriak yang nggak bisa gue ukur antara marah atau bukan.
'sory, ndi nanti gue jelasin tapi gue mohon pliss... Jangan sampe bokap loe tau' kata gue dengan serius.
'oke kalau itu mau loe fer, gue bakalan rahasiakan ini tapi fer gue minta sama loe apa yang mama Sinta dapat dari loe fer' ucapnya meneriaki gue.
'gue nggak dikasih duit apa2 ndi sumpah' kata gue yang memang tak mendapat apa2 selain kenikmatan. (Mungkin salah mendengar gue)
'bukan itu fer, ' sekarang Indi mendekat kearah gue. Sangat jelas ia berbisik ditelinga gue meski suara keras air.terjun menerjang.
' gue udah lama naksir loe fer, malah yang dapatin loe duluan mama tiri gue, gue pengen ngeseks sama loe ' sebuah ungkapan indi yang terkesan fulgar namun itulah yang gue dengar.

Gue tak menyangka Indi yang anaknya lumayan pendiam dan juga tak banyak bicara menyatakan sebuah kalimat berikut nada mesum ke gue, wajah Indi begitu polos tak meyakinkan gue dengan pernyataannya tapi jelas itulah yang gue dengar dari mulutnya..

Indi kemudian bergerak kearah gue yang masih terdiam ia mendorong gue hingga bersandar pada batu dibelakang gue tubuh Indi merapat kearah gue dan... Bibir ini berpangutan dengan bibir gue sementara kedua tangannya memeluk leher gue. Nampak Indi mengerti cara berciuman bibir gue dihisapnya bahkan lidahnya masuk membelit lidah gue yang mulai mengikuti irama permainannya sampai akhirnya gue sedikit menarik wajah gue.

'kenapa fer'
'ndi loe yakin ? Nggak nyesel, ngasih kehormatan loe ke gue, loe tau sendiri kelakuan gue sama mama tiri loe' ucap gue padanya.
'gue yakin fer, lagian gue udah nggak perawan lagi' ucapnya yang membuat gue kaget karena selama ini citra Indi di kampus begitu sempurna.
'serius ? '
'serius fer, jadi loe nggak usah kuatir dengan kehormatan gue, lagian loe nggak nyadar apa gue tahu obat ini dari mana ?' ucapnya yang membuat gue berpikir lumayan keras hingga sebuah jawaban menerka gue dapat.
'tapi ndi loe yakin disini'
'tenang aja fer, di sini sepi lagian kalau ada yang datang hanya lewat jalan situ, nggak ada jalan lain dan bisa di liat dari sini' ucap indi yang begitu yakin dengan apa yang ia katakan.

Melihat gue yang seperti sedang berpikir Indi dengan inisiatifnya kembali memeluk gue dimana kedua tangannya melingkar di leher gue, mata gue dan Indi sempat beradu pandang sebelum akhirnya mata kami tak bisa lagi saling berkontak dan digantikan dengan bibir kami yang melakukan berkontak fisik, sampai dititik ini gue sudah tak lagi membuang kesempatan meski tahu Indi adalah teman pacar gue, pertemanan mereka terjalin di salah satu UKM di kampus kami, dimana mereka adalah seniornya.

Wanita yang gue sangka alim ini (meski tak mengenakan hijab) ternyata 180° berbanding terbalik, Indi sangat jago memainkan permainan nya. Yang kini sudah bergerilya di sekitaran selangkangan gue berusaha mencari si Joni, sementara gueulai.mengerayanhi tubuh Indi yang sedari tadi sudah basah akibat air terjun disampingnya kami, baju putih Indi gue singkat sembari memasukan tangan gue membuka kaitan branya yang akhirnya terbuka. Pangutan bibir kami sempat terlepas karena usaha kami berdua dimana Indi dengan serius mulai membuka kancing dan resleting celana jeans pendek gue sementara gue mulai mengeluarkan tangan gue menggenggam toket Indi yang begitu pas ditangan gue, yah Indi ini memang tak memiliki bodi yang semok seperti Tante Sinta namun wajah cantiknya dan kulit putihnya sudah cukup membuat lelaki berdecak kagum. Tinggi Indi emang hanya Sebibir gue saja cukup netral untuk wanita 22 tahun.

' fery... Entotin gue yah' ucap Indi dengan nada pelan penuh birahi,

Entah mengapa setiap ucapan vulgarnya walau pelan terdengar jelas padahal sedari tadi kami berdua berteriak bak orang gila. Gue merespon permintaannya dengan membalikan badan kami. Indi gue posisikan membelakangi batu agar gue bisa memantau apabila ada orang di ujung jalan sana. Untungnya dari kejauhan tempat kami begitu kecil oleh celah yang dibuat kedua batu besar ini dan juga kabut akibat daerah air terjun disekitar kami. Dengan semangat 45 baju Indi gue buka setelah gue membuka celana berikut dalaman gue sehingga gue tampak bugul didepan Indi yang sudah toples gue buat.

Puting toket indie terlihat sudah menegang memang tak sebesar milik Tante Sinta tapi masih nikmat gue kenyot. Secara bergantian gue mulai mengenyot putingnya dimana tangan Indi terus mengocok dan meremas kontol gue. Puas dengan toket kecilnya gue lalu membuka celana pendek Indi berserta dengan celana dalamnya, tak gue sangka memek Indi bebas dari rambut2 halus alias botak nampaknya ia rajin mencukur rambut dimensinya ini membuat gue semakin bergairah. Gue lalu berjongkok didepan Indi, nampaknya Indi mengerti maksud gue, Indi membantu mengangkat kakinya yang ia letakan dibatu sebelahnya sembari gue membuka lebar selangkangannya, tampaklah memek Indi yang meski mulai berwarna kecoklatan dan kontras dengan kulit putihnya tapi nampak masih segar untuk dijilati.

'mmhhh sssttt ahhhh' mmhhh ' desah indi. kok bisa yah hal2 vulgar terdengar jelas, apa mungkin pendengaran gue hanya untuk yang beginian, ucap gue karena mendengar desahan Indi pada derasnya air terjun disampingnya kami.

Memek Indi gue jilati dengan nikmatnya, cairan cintanya gue hisap dan telan, yah mungkin pembaca bertanya kenapa gue sama Tante Sinta nggak pernah ngejilmek, jawabannya hanya satu Tante Sinta punya rambut kemaluannya yang lebat gue, pernah punya trauma dengan hal tersebut kala pertama kali mencoba jilmek mantan gue, orangnya lumayan hiper dan nggak bisa ngontrol, hampir aja gue mati sesak napas karena kepala gue diapit nggak diberinya ruang. Nggak lucu kan ada berita 'ditemukan tewas seorang mahasiswa setelah berhubungan intim, diduga kehabisan napas saat beroperasi dibawah tubuh pacarnya, diapit hingga lemas'... Makanya gue nggak ngelakuin itu sama Tante Sinta yang terlihat lumayan hiper..

Indi mendesah nikmat saat memeknya gue kelonin, dimana hati2 gue nggak tinggal diam mengobrak-abrik mesinnya hingga rambut gue dijambaknya dan terdengar rintihan kenikmatannya yang begitu panjang...

'ahhhhhhhhhhhhrrrrggggg' erang Indi saat tubuhnya mengejang menandakan ia mencapai puncaknya.

Dengan sangat telaten gue menikmati cairan kenikmatan Indi yang teras nikmat di lidah gue. Baru setelah itu gue berdiri saling berhadapan dengan Indi yang bersandar lemas di bebatuan, tangan Indi nakal memainkan si Joni saat gue menunggunya pulih dari orgasmenya. Hingga akhirnya Indi sedikit menarik Joni dekat dengannya kembali ia membuka selangkanya kali ini dengan kaki satunya lagi sementara ia berpindah bersandar di bebatuan sebelahnya. Indi mengarahkan kepala Joni bermain dedepan bibir memeknya , gue manatap Indi yang sudah terbawa nafsu birahi.

'ndi, nggak nyangka loe binal juga, gue kira dari angkatan kita loe yang paling alim' bisik gue padanya sembari membiarkan Indi bermain dengan si Joni.
'fer, masing2 orang kan punya rahasia, gue juga nggak nyangka loe bisa selingkuh dengan mama Sinta, gue kira loe cowok paling alim di kelas' ucap Indi seperti menyindir gue. Tapi benar juga kita nggak bisa tau kepribadian seseorang tanpa melihatnya langsung dan merasakannya.

' ehh loe nggak mau nyepong gue dulu' ucap gue berharap Indi mau menyelingkuhi si Joni.
'kapan2 aja deh fer, biar cepat selesainya trus kita balik'
'owhh jadi boleh nih ,'kapan2' aja' ucap gue yang dibalas cubitan Indi.
'masukin fer' Indi kembali memberi isyarat gue.
'blessss' kontol gue akhirnya masuk dalam memek Indi.
'aahh' desah kami berdua hampir bersamaan.
'ndi, gue nggak pake kondom nih kalau telat nariknya gimna, habisnya meki loe nikmat banget ?' ucap gue berusaha menggodanya.
'bilang aja loe mau keluar didalam kan ? Boleh aja asal loe tanggung jawab kalo gue hamil' ucap Indi seperti gayung bersambut.
'kan ada obatnya' ucap gue menggoda Indi yang masuk jebakan gue.
'sialan loe, udah.. jangan banyak bicara lagi' ucapnya yang mulai menggoyang pinggulnya..

Gue akhirnya berhasil mendapat persetujuan Indi, dimana gue mulai menggoyangkan pinggul gue sehingga kontol gue maju mundur dalam memeknya. Kalau dibandingkan dengan Tante Sinta emang punya indie lumayan rapet hanya saja sensasi bersama Tante Sinta begitu nikmat karena Tante Sinta tak pasif ia bergerak dan mengekpresikan keinginannya, sementara Indi menunggu sodokan2 gue. Tapi tetap saja kenikmatan memeknya juga legit, ditambah desah suaranya yang halus dan lembut tapi berselimut kenakalan dan kebijakannya.

'ahhh.. ahhh.. mhhh sstt aaahh mhhht' desah indi sambil memejamkan matanya dan meluk erat leher gue dengan mengantungkan kedua tangannya.
'mhhhhh enak fer... Mmmhhjpptt' ekspresi Indi saat membuka matanya dan bertatap pandang dengan gue dan diakhiri dengan pangutan bibir kami berdua.

Suatu pengalaman baru bagi gue dimana kali ini gue melakukan seks bukan diruangan tertutup melainkan diruangan terbuka yang meski awalnya dingin namun hangat oleh rintihan dan kenikmatan surgawi yang sedang memanjakan si Joni, tempat dimana Indi gue eksekusi sungguh sempurna, berada jauh tersembunyi oleh bebatuan, air terjun pun ikut menghentakkan suara desahan dan rintihan 2 insan yang dimabuk nafsu birahi.

'ahhh terus fer... Gue dikit lagi... ' ucap Indi yang akhirnya menuju puncaknya...
'ahhhhhhhhhhhh' teriak Indi begitu kencang membuat telinga gue berdengung menandakan ia mendapati puncaknya, sementara gue membenamkan si Joni dalam2 untuk merasakan empotan memek Indi yang bisa dibilang masih kurang kuat dibanding Tante sinta.

Indi memeluk gue begitu erat bahkan gue merasa perih dan panas pada punggung gue akibat kuku Indi yang menancap kuat Disana. Indi nggak gue beri kesempatan karena gue pun sudah sangat konak oleh permainan ini. Tubuhnya gue balik hingga ia berada diantara celah batu dan dari belakang gue menancapkan si Joni pada memek Indi dan kembali menggoyang tubuhnya.

'ohh ndi... Memek loe enak banget' ucap gue sembari maju mundur dibelakang Indi.
'plak... Plakk... Plak..' bunyi peraduan selangkangan gue dan bokong Indi ..
'ohh Fer... Ihhh... Ssstt' desah indi lagi...
'ndi... Gue mau keluar nih..' kata gue saat si Joni tak kuat lagi menahan caitannya.. melihat Indi yang hanya mendesah saja memberikan gue lampu hijau kedua untuk kembali menumpahkan Peju gue dalam memek wanita...

'ohhh ndiii..... Ajjhhhhjh' desah gue panjang...
'crott... Crottt.. Crottt...' Peju gue berhamburan keluar didalam.memek Indi...
'ohh Fer..' ucap Indi sambil memegangi memeknya dimana si Joni masih berada didalamnya, hingga akhirnya melemas perlahan, dan keluar bersamaan dengan cairan hasil tembakan maut gue. Ehh tembakan kehidupan maksudnya.

Perlahan tubuh gue menjauh dari tubuh indi, agar memberi kami ruang untuk bernapas dan memulihkan diri kami dari derasnya nafsu yang menderu, indi yang mendapat ruang kemudian membalikan badannya setelah itu ia berlutut didepan gue sambil mengenggam kontol lemas gue ia menjilat sisa peju pada joni yang sudah tak berdaya akibat mencapai puncak kenikmatannya.tangan gue membelai indi di bawah selangkangan gue.

'doyan nyepong juga loe yah gue kira nggak ?' ucap gue sedikit berteriak dan mengejeknya yang awalnya menolak menyepong kontol gue.
'aduh sakit' kata gue yang merasakan gigitan Indi pada si Joni, membalas ejekan gue padanya.

BERSAMBUNG

Spoiler : wah semakin seru nih, gue di kejar deadline cerita gara2 antusias subuh suhu2 semuanya.. dan berikutnya UPDATE page 9 yah....
 
Gue udah baca beberapa thread yang pakai Ilustrasi/mulustrasi... Nampaknya lumayan juga sebagai bahan fantasi.. Dan akan segera gue wujudkan.

Pertanyaannya apa boleh ambil pict bukan dari koleksi pribadi ? Misalnya dari Muka buku atau burung biru ?

Terimakasih untuk masukannya.. Kalau ada masukan yang bermanfaat silahkan di tulis aja yah..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Smoga Aja pas balik nanti, Indi juga tante Sinta bisa maen bareng ... Hahaha
 
Maksudnya muluatrasinya di taro di page one hu. Kalo bisa si foto badannya yg asli:D kalo muka dr luar oke2 aja
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd