Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Akhwat dan Syahwat

Status
Please reply by conversation.
Ky
Bab 17 : Larangan Malam

(Rumah Tante Kiki)

Cast :

Rezki-Nabila-19.jpg

Nama : Rezki Shabila
Afiliasi : Bimbingan dan Konseling Semester 2
Alamat : Rumah Tante
Status : Tidak diketahui

Amel-03.png

Nama : Meilita Sativa
Afiliasi : Bimbingan dan Konseling Semester 2
Alamat : Rumah pribadi
Status : Tidak diketahui

Olivia-Sri-Dewanti-5.jpg

Nama : Olivia Sri Dewanti
Afiliasi : Bimbingan dan Konseling Semester 2
Alamat : Pondok Salamah
Status : tidak Diketahui

Nampak Kiki yang mengenakan jilbab krem dan kemeja biru bermotif bunga-bunga sedang bercengkrama dengan Olivia dan Meilita. Mereka nampak berbincang tentang perkuliahan mereka. Sesekali, nampak mereka tertawa lepas. Meilita sendiri mengenakan jilbab berwarna navy, kaos berlengan panjang bermotif tentara serta dipadankan dengan celana jeans. Sedangkan Olivia, jilbab hitam dipadankan dengan kaos pendek dan sweater berwarna navy dan celana jeans.

“Ini masih pagi woy, udah pakai sweater aja”, tegur Kiki melihat gaya berpakaian Olivia.

“Ih. Suka sewot deh ama gaya berpakaian orang. Mentang-mentang di fashionable”, keluh Olivia.

“Iya nih, hahaha. Si Olivia kehabisan stok baju kayaknya”, kelakar Meilita.

“Hahaha. Barangkali sih sis”, balar Kiki.

“Apaan sih kalian berdua?”, protes Olivia.

“Hahahaah. Jangan marah lah beb. Eh iya, itu pak siapa yang namanya kemarin yang ngajarin soal psikologi pendidikan?”, ujar Meilita mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Pak Prasetyo maksud kamu Mei?”, tanya Kiki.

“Nah! Itu dia perasaan kemaren ngasih tugas ya? Atau aku yang salah ignet?”, Meilia mencoba mengingat-ingat.

“Hmm. Kayaknya enggak deh Mei. Gitu kan Ki?:, ujar Olivia.

“Aku juga lupa sih. Tapi kayaknya nggak deh. Soalnya seingetku kemarin dia habis ngejelasin PPT-nya, langsung ngibrit aja”, respon Kiki.

“Hahaha. Apaan dah coba. Kayak nggak ada kosakata yang lain aja, haha, ngibrit”, Kata Olivia merespon kelakar Kiki.

“Iya nih. Kiki kayaknya mau ngelawan”, Meilita pun nampak tidak mampu menahan tawanya. Mereka bertiga, tertawa lepas memperlihatkan gigi putih mereka yang berbaris rapi karena senantiasa dirawat dengan baik.

Di tengah pembicaraan mereka, suara adzan shalat dhuhur tiba-tiba berkumandang dengan jelasnya. Kiki segera memasang telinga untuk memastikan itu adalah benar suara adzan. Kemudian, ia bangkit dari tempat duduknya dan memperbaiki jilbabnya. Entah apa yang sebenarnya ia perbaiki.

“Eh, udah adzan gais. Aku shalat dulu ya. Kalian mau ikutan nggak?”, tanya Kiki kepada dua temannya tersebut.

“Lagi halangan nih Ki”, ujar Meilita.

“Olivia?”, tanya Kiki lagi. Olivia juga memberikan rspon yang sama, Kiki pun segera menuju kamarnya untuk mendirikan perintah agama tersebut.

(Sebuah Rumah)

Cast :

Nama : Hesti Santoso
Afiliasi : Semester 8 Bimbingan dan Konseling
Alamat : Sebuah perumahan elit
Status : Pacar Dandi

Tias nampak telah kembali dari penelitiannya. Suasana hatinya nampak sangat kacau, terlihat dari raut wjahnya yang begitu absurd untuk menggambarkan kegundahan hati wanita yang mengenakan jilbab krem terang yang dipadukan dengan kemeja putih berlengan panjang tersebut. Ia lalu membuka HPnya, matanya terfokus pada dua kontak yang sering menghubunginya, “My Dandi” serta “Lupakan!”.

Ia nampak sedih ketika ia menggulir percakapannya dengan Dandi di smartphone-nya tersebut. Nampak, Dandi begitu merindukan dirinya. Sedangkan ia, tak jelas apa yang ia kerjakan. Alih-alih mengerjakan skripsi selama dua minggu, Tias hanya ngelantur tidak jelas minggu ini. Ia sepertinya harus segera bertemu Dandi untuk meningkatkan motivasinya. Namun, berani kah ia bertemu setelah apa yang terjadi. Tias merasa berat.

Dengan segala kegundahan hatinya, Tias kemudian beranjak meninggalkan meja belajarnya dan mengambil handuk. Lalu, ia melepas jilbab krem yang ia kenakan dan menampakkan rambut sebahunya. Baru saja ia potong rambut sabtu kemarin. Tidak lupa ia juga membuka kemeja putih yang ia kenakan, sehingga menampakkan BH berwarna hitam yang ia kenakan untuk menutupi payudara berukuran 34C-nya tersebut. Setelah melucuti celana kulot yang ia kenakan, ia pun melangkahkan kaki menuju kamar mandi dengn langkah gontai.

Setelah masuk, ia pun menggantung handuknya pada tempatnya. BH serta celana dalam hitam yang masih menempel dan menutupi organ sensitifnya ia juga lucuti dan segera ia lempar ke sekitar tempat pakaian kotornya, ia telanjang. Dengan pelan, kak Tias memutar knop keran shower. Ia mendesah merasakan dinginnya air menyiram setiap inci kuliat putihnya.

“Ahhhhhh. Ahhhh”, rintihnya ketika ia mulai membasuh tubuhnya dengan sabun.

Sekujur tubuhnya tidak luput dari sapuan sabunnya. Setelah memastikan semua elemen tubuhnya tersabuni, ia kemudian meremas lembut payudaranya yang indah dengan puting berwarna coklat muda.

“Auuuhh. Ooooohhh”, racaunya menikmati sentuhannya sendiri terhadap tubuhnya.

Tidak sekadar meremas toketnya, Tias pun juga memilin-milin putting gunung kembarnya tersebut. Ia nampak mendongakkan kepalanya merasakan sensasi luar biasa yang menjalar di sekujur tubuhnya. Ia nampak duduk sembari menyandarkan tubuhnya ke tembok. Setelah puas memainkan gunung kembarnya, Tias pun menggeser tangannya untuk mulai mengubek-ubek memeknya.

“Aaaaaaaah. Uuuoooohhh. Dandddddiiiih. Aaaaaah. Maaaafkan kakakhh. Ahhh. Daaandiiihh”, desah kak Tias menikmati kocokan tangannya sendiri kepada liang kenikmatannya tersebut.

(Rumah tante Kiki)

Cast :

Rezki-Nabila-14.jpg

Nama : Rezki Shabila
Afiliasi : Bimbingan dan konseling semester 2
Alamat : Rumah tante
Status : Tidak diketahui

Amel-03.png

Nama : Meilita Sativa
Afiliasi : Bimbingan dan Konseling Semester 2
Alamat : Rumah pribadi
Status : Tidak diketahui

Olivia-Sri-Dewanti-5.jpg

Nama : Olivia Sri Dewanti
Afiliasi : Bimbingan dan Konseling Semester 2
Alamat : Pondok Salamah
Status : tidak Diketahui

Nampak Kiki telah selesai melaksanakan ibadahnya siang itu. Dengan membenarkan jilbabnya yang menurutnya berantakan, Kiki melangkah mendekati kedua temannya tersebut. Nampak Olivia dan Meilita sudah membereskan barang mereka.

“Lho, mau kemana kalian?”, tanya Kiki melihat teman-temannya tersebut berkemas.

“Udah siang Ki. Udah waktunya buat nongkron cuci muka. Hehe”, ujar Olivia.

“Pake sweater?”, respon Kiki disambut tawa lepas Meilita.

“Apaan sih. Itu terus dari tadi. Kamu nyebelin ah Ki”, protes Olivia pada Kiki lagi yang mengomentari gaya berpakaiannya tersebut.

“Hahaha. Ya udah deh kalau kalian mau pergi. Titipin salam buat cowok keren yang kalian dapetin ya”, balas Kiki.

“Lah, bukannya udah ada si itu ya Ki?”, tanya Meilita.

“Siapa maksud kamu Mei?”, tanya Kiki penasaran.

“Itu tuh. Senior kita yang pemain futsal fakultas”, goda Meilita kepadanya.

“Ih. Apaan sih. Aku ama kakak itu nggak ada hubungan apa-apa deh. Serius”, jawab Kiki.

“Yang bener?”, tanya Olivia.

“Eh, kamu diem ya. Udah dari tadi kerjaannya nyolot. Sekarang malahan gosipin aku ke Mei”, protes Kiki yang tahu jika orang yang memberi tahu Meilita pasti Olivia.

“Eh, belum apa-apa udah bilang kalau aku. Apaan nih”, protes Olivia lagi.

“Emangnya siapa yang ngasih tahu Meilita selain kamu kecebong nungging? Hah?”, Kiki mendekati tubuh Olivia dan menjepit hidung Olivia dengan dua jari tangan kanannya.

“Hahahah. Udah ah Ki. Entar Olivia nggak bisa napas”, bujuk Meilita sembari memisahkan Kiki dan Olivia.

“Iya nih. Sensian amat”, protes Olivia setelah Kiki melepas jepitan jarinya.

“Kamu sih ember amat”, keluh Kiki sembari memasang wajah cemberut yang dibuat-buat.

“Hahaha. Udah Ki. Aku janji nggak bakal ngasih tahu siapa-siapa soal kamu ama kak ….”, ucapan Meilita terlanjur dipotong oleh Kiki yang segera menutup mulut Meilita untuk tidak berbicara lebih banyak lagi.

“Udaaaaah ya. Uddah. Mending sekarang kalian pergi”, Kiki memasang senyuman mengancam.

“iya deh. Iya. Kami pergi”, ujar Olivia dan Meilita.

“Byeeee. Hahaha”, ujar Kiki melepas dua temannya yang berisik tersebut.

(Sebuah Mall)

Cast :

Hijriana-Ismail-5.jpg

Nama : Hijriana Ismail
Afiliasi : Kesehatan Masyarakat semester 4
Alamat : Kost Selaras
Status : Wanita Panggilan

Aku udah di lapangan. Cepetan gih –Dandidudedo

Bentar beb, ini udah mau ke situ kok –Rianah

Aku tungguin ya sayang –Dandidudedo

Iya :* -Rianah

Tidak selang berapa lama, muncullah Riana dengan yang mengenakan jilbab instant yang dipadankan dengan celana jeans hitam dan kemeja berwarna putih. Ia berjalan dengan sedikit terburu-buru karena tidak ingin ketahuan oleh kak Nisa. Dandi pun segera membuka pintu mobilnya agar Riana bisa segera masuk.

“Lama bener sih dandannya”, protes Dandi ketika Riana sudah masuk ke dalam mobil.

“Nggak ah. Biasa aja. Lagian juga kamu pasti bakal protes kalau nggak keliatan cantik”, ujar Riana.

“Coba kuliat”, ujar Dandi mencoba memperhatikan setiap inci dari wajah Riana. Perempuan tersebut berbalik menatap tajam mata Dandi dan memasang tatapan nakal dengan bibir yang ia buat tersenyum secentil mungkin.

“Cantik kan?”, tanya Riana.

“Iya cantik, tapii…”, Dandi menghentikan ucapannya sejenak.

“Tapi apa sayang?”, tanya Riana penasaran dengan kelanjutan kata-kata Dandi tersebut.

“Tapi kamu lebih cantik lagi kalau telanjang”, ujar Dandi sembari mencoba memasukkan gear mobil dan mulai menjalankan mobilnya.

“Hahahahah. Kamu bisa aja sih sayang”, ujar Riana.

“Tapi seriusan, kamu lebih cantik kalau telanjang menurut aku”, Dandi serius.

“Hahah. Tapi masa aku mau telanjang ke mall-nya? Entar aku diliatin dong?”, ujar Riana merespon.

“Nggak apa. Entar juga paling kamu kena gangbang”, ujar Dandi datar saja.

“Hahahaha. Kamu bisa aja sih sayangkuh”, Riana mencubit pipi kiri Dandi yang fokus menyetir mobil keluar dari kawasan tersebut.

“Riana..”, ujar Dandi.

“Yaaa? Kenapa sayang?”, tanya Riana sembari menoleh melihat Dandi.

“Bentar. Kamu bisa berhenti manggil aku pake sayang nggak?”, protes Dandi kepada Riana.

“Hahaha. Emang kenapa sih sayang? Kamu udah punya pacar ya?”, tanya Riana kepada Dandi.

“Eeeeeee. Bukan itu maksud aku Na. Tapi…”, ucapan Dandi terpotong karena Riana kembali nyerocos.

“Eh, jangan ngalihin pembicaraan. Kamu… udah… punya… pacar… atau…bel… lum?”, tanya Riana dengan kalimat yang ia potong-potong dan perlahan ia sebutkan.

“Emangnya harus aku jawab? Ogah”, ujar Dandi cuek.

“Ya udah. Kalau kamu bilang begitu, artinya kamu punya pacar”, Riana menyimpulkan.

“Eh. Kok langsung gitu?”, protes Dandi lagi.

“Lah? Kalau emang nggak punya bilang aja kali”, paksa Riana.

“Eeeeemmm. Ya udah aku ngaku”, Riana fokus mendengarkan kalimat Dandi.

“Aku udah punya pacar”, ujar Dandi sembari memasang ekspresi merasa bersalah pada Riana.

“Ooooohhhh. Cieeeee”, Riana mendorong kepala Dandi.

“Sorry ya Na”, Dandi sedikit tertunduk sembari tetap membawa mobil.

“Lah? Sorry kenapa Dan?”, tanya Riana kepada Dandi yang terlihat merasa bersalah kepadanya.

“Soalnya aku udah punya pacar dan aku tidur ama kamu”, Dandi menghentikan mobilnya, mereka sudah sampai.

“Hahahaha. Kirain ada apa Dan. Santai aja kali”, Riana meraih tangan Dandi dan meremasnya pelan.

“Maksud kamu Na?”, Dandi makin bingung dengan respon Riana.

“Aku tuh ngentot ama kamu tuh bukan karena aku suka ama kamu”, ujar Riana penuh kejujuran.

“Terus?”, Dandi masih bingung.

“Udah ah, sini deh kamunya”, Riana memberi kode kepada Dandi untuk mendekatkan tubuhnya ke Riana di dalam mobil. Dandi menurut saja pada perintah Riana tersebut.

Tangan Riana lalu meraih kepada Dandi dari belakang kepala Dandi, Riana mendekatkan bibirnya dengan bibir Dandi. Mereka berciuman. Awalnya, Dandi terkejut dengan perlakuan Riana tersebut. Namun, ia yang sudah terlarut dalam nafsu segera membalas pagutan mesra dari Riana. Mereka berciuman selama beberapa menit, kontol Dandi mulai mengeras. Merasa ciuman Dandi makin liar dan bergairah, Riana segera menggerakkan tangannya ke daerah selangkangan Dandi, setelah ia temukan, ia sudah mendapati kontol Dandi dalam posisi tegang. Ia pun lalu melepas ciuman mereka tersebut.

“Hahaha. Baru juga berapa menit. Udah tegang aja tuh si Joni”, goda Riana.

“Eh. Hehe. Sorry ya Na”, pinta Dandi kepada Riana.

“apaan sih. Dari tadi minta maaf terus, udah ah, nggak usah dipikirin. Aku tuh Cuma cari kenikmatan aja ama kamu. Hehe”, aku Riana.

“Jadi?”, tanya Dandi lagi.

“Kamu lelet deh mikirnya Dan. Maksud aku tuh, kamu nggak usah jadi siapa-siapanya aku dan kamu boleh apain tubuh aku. Terserah kamu. Asal jangan di muka umum juga sih”, ujar Riana dengan tatapan centilnya. Ia memeletkan lidahnya sebentar, lalu menariknya kembali sembari kembali tersenyum manja kepada Dandi. Dalam beberapa detik, mereka saling bertatapan mata, ada perasaan yang begitu intens mengalir dari tukar pandang mereka saat itu.

“Serius boleh Na?”, tanya Dandi meyakinkan pemikirannya.

“Udah ah. Aku udah pengen nonton dari tadi kamu tegang amat. Entar malam kukasih deh”, Riana segera keluar dari mobil Dandi.

Dandi pun segera mengunci mobilnya dan bergegas mengikuti langkah kaki Riana. Ketika Dandi sudah berada persis di sebelahnya, dengan sigap Riana menarik tangan kiri Dandi dan merangkul tangannya. Mereka berjalan bergandengan tangan. Sesekali, gunung kembar Riana tersenggol oleh tangan Dandi. Memberikan sensasi gesekan kepada Riana yang tersenyum tiap kali gesekan itu terjadi.

“Dan. Nonton dulu deh”, ajak Riana kepada Dandi.

“Kamu mau nonton apa?”, tanya Dandi.

“Terserah. Asal yang penontonnya sedikit Dan. Aku lagi….”, ucapan Riana terpotong karena mereka tiba di bagian pemeriksaan barang. Mereka memberikan tasnya kepada petugas untuk diperiksa.

“Mesra amat sih ama ceweknya mas”, puji petugas yang melihat Riana tidak melepaskan tangannya dari tangan Dandi.

“Hehe. Bapak bisa aja. Makasih ya pak”, ujar Dandi sembari menerima tasnya dan segera menuntun Riana ikut mengantri untuk membeli tiket. Mereka membeli tiket film yang romance dalam negeri yang kurang terkenal. Entah apa yang membuat Riana menyuruh Dandi membeli tiket untuk film seperti itu. Mereka mendapat kursi paling pojok kanan di belakang.

“Eh iya, perasaan tadi kamu mau ngomong deh Na. kamu bilang apa tadi?”, tanya Dandi kepada Riana sembari duduk menunggu pemutaran film sebelumnya selesai.

“Nggak. Malu ah. Entar aja aku kasi tahunya”, ujar Riana.

“Lah? Kok gitu?”, Dandi kembali kebingungan dengan tingkah Riana tersebut.

“Ih, kamu bawel deh. Udah ah, cepet masuk”, paksa Riana ketika mendengar bahwa studio akan segera dibuka.

Mereka pun masuk ke dalam ruangan studio bersama beberapa orang. Seperti perkiraan Riana, film yang akan mereka tonton itu sepi penonton. Maklum, sudah mau turun layar dan memang tidak begitu terkenal. Dengan menggandeng tangan Dandi, Riana melangkah melewati tiap anak tangga menuju tempat duduk mereka. Jumlah penonton yang ada di studio barangkali hanya berkisar 20-an orang saja. Itu pun mereka bergerombol di bagian tengah sehingga, hampir tidak ada orang di dekat Dandi dan Riana. Sembari berjalan, Riana memperhatikan tiap orang yang telah mengambil tempat duduknya. Ia tersenyum kecil ketika melihat posisi mereka duduk sangat sepi.

Film segera diputar, Riana dan Dandi memasang posisi paling nyaman mereka ketika menonton. Riana tidak melepaskan gandengan tangannya dengan Dandi. Sesekali, ia seperti sengaja menggesekkan tangan Dandi ke gunung kembarnya yang sekal itu. Dandi sendiri kurang suka dengan film yang ia tonton. Penasaran dengan pilihan Riana, Dandi lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Riana, berniat untuk membisik Riana.

“Na, kok kamu mau nonton film beginian sih?”, tanya Dandi penasaran.

“Hehe. Soalnya aku lagi pengen ini Dan”, ujar Riana sembari membelai manja kontol Dandi dari balik celana jeansnya. Dandi sendiri terperangah melihat kebinalan Riana.

“Aku lagi sange Dan”, ujar Riana dengan nada lirih sembari mendekatkan diri kepada Dandi.

“Aku kocol ya sayang”, ujarnya dengan nada manja kepada Dandi.

Dengan cekatan, Riana mengeluarkan kontol Dandi dari sarangnya. Ia lalu membasahi tangannya dengan air ludahnya. Perlahan, ia meraba dan membelai manja kontol Dandi untuk merangsangnya. Setelah dirasa sudah cukup, Riana memberanikan diri untuk mengocok kontol Dandi dengan perlahan, agar orang di sekitar mereka tidak mendengar aktivitas bejat mereka berdua tersebut.

“Auuuhh. Enak Na. Aaaaahhh”, lirih Dandi pelan sembari menahan suaranya dengan nada yang berat karena menahan birahinya.

“Enak kan sayang?”, tanya Riana sembari mendekatkan bibirnya ke pipi Dandi. Ia lalu mencium pipi Dandi dengan mesranya.

“Aku jadi sange sayang”, balas Dandi di dekat telinga Riana. Tanpa diberi aba-aba, tangan kiri Dandi sudah mendarat di toket sebelah kiri Riana.

“Punya kamu emang yang termantap Na. Aku remas ya sayang”, ujar Dandi dengan nada penuh nafsu. Riana mengangguk perlahan sembari tangannya tak melepaska kontol Dandi yang sudah mulai menegang.

“Ooouuuhh. Aaaah. Terus Dan. Aaaahh. Enak Dan”, desah pelan Riana merasakan remasan pelan Dandi pada payudaranya yang sekal.

Mereka berdua bertahan dalam posisi saling memberikan rangsakan satu sama lain selama beberapa menit. Karena jarak dan suara bioskop yang keras, aktivitas bejat mereka tidak diketahui oleh penonton yang lainnya. Dengan nafsu yang bergejolak, sepasang insan tersebut mengabaikan film yang sedang diputar untuk menikmati permainan syahwat pasangannya. Setelah beberapa menit, Dandi melepas remasannya, ia mengeluarkan tangannya dari BH berwarna hitam yang dikenakan oleh Riana sehingga menyembullah payudara 34C Riana dari balik kemejanya yang telah tandas kancingnya.

“Na, oralin dong. Aku udah mau keluar sayang”, pinta Dandi kepada Riana yang kemudian segera disanggupi oleh Riana.

Riana berlutut di hadapan Dandi setelah ia membetulkan pakaiannya yang diacak-acak oleh Dandi. Ia menatap mata Dandi dengan pandangan penuh syahwat. Lalu, ia segera melahap kontol Dandi yang sudah tegang dengan sempurna. Kepalanya bergerak maju mundur, sehingga kontol Dandi kini telah terbasahi sempurna oleh liur Riana. Setelah beberapa lama, Dandi menyemburkan pejunya ke mulut Riana. Tak ada setetespun yang tak ditelan oleh Riana, bahkan ia pun juga menjilat sisa peju Dandi yang berceceran di sekitaran kontol Dandi. Setelah memuntahkan lahar putihnya, Dandi tersenyum dan mencium Riana. Mereka lalu menikmati film yang sedang diputar.

Waktu terus bergulir, mereka berdua berkeliling di mall tersebut, makan, serta sempat bermain sejenak sebelum akhirnya, mereka memutuskan untuk pulang ketika pukul setengah sepuluh malam. Maklum saja, kost Selaras tutup pukul 10 malam. Mereka berjalan menyusuri lantai dasar mall menuju mobil Dandi yang terparkir di sana, Riana tidak pernah sekalipun melepaskan tangan Dandi.

Ketika perjalanan pulang, terjadi kecelakaan di sebuah perempatan yang menyebabkan lalu lintas macet. Riana panik dan berpikir dia tidak akan sempat masuk di kost Selaras. Setelah melewati kemacetan yang terjadi, benar saja, kost Selaras benar-benar telah digembok.

“Aduh. Maaf ya Na. Gara-gara aku nih”, ujar Dandi meminta maaf.

“Ah, nggak apa kok Dan. Udah biasa juga kalau aku pergi layanin om-om”, aku Riana.

“Om-om? Kamu sering ngentot ama om-om juga Na?”, tanya Dandi penasaran.

“Aduh, keceplosan. Iya Dan. Aku sering dapet panggilan. Tapi kalau boleh jujur sih, aku pengennya ngentot ama yang lebih muda aja, kayak kamu gitu”, ungkap Riana.

“Ya udah, ini kamu mau nginap di mana Na?”, tanya Dandi mengalihkan pembahasan.

“Iya yah, Gimana kalau di kost kamu aja Dan?”, Riana memberikan solusi.

Awalnya, Dandi menolak. Namun, karena paksaan dari Riana, ia akhirnya tidak bisa menolak paksaan dari Riana. Pada akhirnya, ia mengalah pada Riana dan mengantar Riana ke kostnya. Sepanjang jalan, Dandi mencoba memikirkan alasan apa yang akan digunakannya jika ia ketahuan membawa perempuan ke kamarnya. Namun, seingat Dandi, tak ada aturan tentang pelarangan membawa lawan jenis ke dalam kostnya. Setibanya di kostnya, Dandi segera menyuruh Riana masuk ke dalam kamarnya dan mengunci kamarnya. (Bersambung ke 400 ribu)
Ky nya gw ketinggalan nh...dichapter berapa yg Tias nya selingkuh...duh nyari nya jauh bgt euy...
 
BAB 9 : Malam Jumat

(Sebuah rumah)

Cast :

Asma-01.png

Nama : Asmawati
Alamat : Serumah dengan Toni
Pekerjaan : Sekretaris sekolah swasta
Afiliasi : kakak Toni

rudiant-0000-9-Bq-BPt3uj-E1w-Ff-o6u-Xge-Y9hvh-OGA9g-W79x-Hb-VY0.jpg

Nama : Lily Mentari
Alamat : Pondok Salamah
Pekerjaan : Bendahara sekolah swasta



Pada sebuah rumah. Nampaklah dua sosok telanjang. Yang satunya seorang lelaki, sedangkan yang satunya adalah seorang perempuan yang mengenakan jilbab berwarna merah maroon. Tampak si perempuan sudah sangat kelelahan dengan aksi liar si lelaki. Wajahnya sudah belepotan oleh cairan cinta si lelaki yang tadi sudah dua kali ia semburkan. Sedangkan ia, sudah entah berapa kali mencapai klimakasnya. Si lelaki terus menggenjot tubuh polos di depannya. Dengan kontol yang maih tegak perkasa dan tenaga yang tersisa, ia hendak mencapai klimaksnya yang ketiga untuk menutup percintaan mereka tersebut. Padahal, jam baru menunjukkan pukul 7 malam.

“Aaah. Aaaah. Terus Ton. Aaaauuuh. Enak. Aaaaaah. Aku udah mau keluar Ton. Aaaaahhh”, perempuan tersebut dengan setengah sadar dikuasai oleh birahinya yang sudah tak mampu dikendalikannya.

“Enjot terus sayanggghhh… Aaaaahhh, hamilin ajaaaaahhh”, si perempuan sudah tidak tahan berteriak ketika ia memuntahkan cairan cintanya yang kesekian kalinya.

“Aaahhh… Crot crot crot”, Toni memuntahkan pejunya yang ketiga. Kali ini, ia semburkan beberapa kali ke dalam rahim perempuan cantik tersebut.

DREEEETT

Terdengar suara pintu terbuka. Maklum, mereka memang jarang mengunci pintu kamar Toni jika sedang bercinta karena terkadang, kakaknya sering gabung dengan mereka. Benar saja, yang muncul kali ini adalah kak Asma. Namun, bukannya ikut gabung ia malah memperhatikan dua insan yang sudah mencapai puncaknya berkali – kali tersebut.

“Kalian ini kalau main jangan ribut. Ini si Lily udah di jalan. Bisa bahaya kalau kalian ketahuan dia. Kakak entar bisa malu”, semprot kak Asma pada adik dan pasangannya tersebut.

“Haa. Haa. Maaf kak. Maaf banget”, ujar Toni dengan tenaga yang sudah terkuras menggauli perempuan berkulit putih yang kini hanya berbaring telentang di hadapannya dengan dada yang kembang kempis dan mata yang menatap kosong ke langit – langit kamar Toni.

“Tapi kalian udahan kan mainnya ?”, tanya kak Asma.

“Iya kak. Kirain kakak tadi mau gabung. Tapi aku udah capek banget sih”, balas Toni.

“Lain kali aja ya sayang. Kakak mau ketemu Lily dulu. Ada yang mau dibicarain”, jawab kak Asma

“Soal pengajian ya kak? Ha ha”, tanya Toni dengan mata yang tidak lagi memandang kakaknya. Tangannya memainkan pentil lawan mainnya.

“Bukan. Soal kerjaan di sekolah. Ya udah, kakak tinggal kalian ya. Entar kakak kasih kode kalau udah boleh main lagi ya”, jawab kak Asma. Sembari mematikan lampu dan menutup pintu kamar. Kedua insan yang tadi sudah puas bercinta, kini terlelap dalam lelapnya yang demikian nyenyak.

Tidak selang berapa lama, pintu rumah kak Asma diketuk seorang perempuan dengan khimar berwarna biru muda yang gamis berwarna serupa. Dengan kecantikan yang memancar, ia tersenyum pada kak Asma. Mereka langsung saja membicarakan soal tempat kerja mereka, sebuah sekolahan. Nama teman dari kak Asma tersebut adalah, Lily Mentari.


(Café Semesta)

Cast :

Olivia-03.png

Nama : Olivia Sri Dewanti
Alamat : Pondok Salamah
Jurusan : Bimbingan dan Konseling semester 2

i399mw.jpg

Nama : Novi Erma
Alamat : Kost Selaras
Jurusan : Bimbingan dan Konseling semester 2

Amel-04.png

Nama : meilita Sativa
Jurusan : Bimbingan dan Konseling semester 2
Alamat : Rumah tante

24dgg7s.jpg

Nama : Hesti Santoso
Jurusan : Bimbingan dan Konseling semester 8
Alamat : Rumah sendiri



“Eh. Lihat gais. Kak Tias udah mau pergi tuh”, Tunjuk Novi ketika melihat kak Tias serta lelaki yang ada di hadapannya berdiri meninggalkan tempat duduk mereka. Tidak selang berapa lama, mereka pun benar – benar pergi.

“Wah. Siapa ya cowok yang ditemenin kak Tias itu ya?”, tanya Meilita penasaran.

“Udah ah. Kita lanjut aja gosipin cowok yang lain. Hehe”, ajak Olivia kembali.

“Haha. Iya ya. Eh Liv, tumben kamu nggak barengan ama Kiki”, tanya Meilita.

“nggak. Dia nggak suka nongkrong – nongkrong. Lagian juga bahaya juga sih kalau dia pulang malam katanya, rawan pemerkosaan”, ujar Olivia.

“Jiaaah. Belagu amat tuh anak. Mentang – mentang muka cantik dan badan mantep gitu”, Novi menimpali.

“Hahaha. Sirik aja kamu Nov”, respon Olivia. Mereka tertawa bersama.

“Ih. Serius. Aku aja yang begini udah banyak kali cowok yang tidur”, sombong Novi.

“ya elah. Banyak. Palingan juga baru pak Santoso satpam itu. Hahaha”, ejek Meilita. Novi mendorong bahu Meilita.

“Hahahaha”, Olivia tertawa mendengar nama pak Santoso, seorang satpam fakultas yang sering digosipi gemar memperkosa akhwat di fakultas psikologi, termasuk Revita.

Mereka lalu berbicara ngalor ngidul tentang kuliah mereka.

(Rumah Pak Anwar)

Cast :

Full-2.jpg

Nama : Mayasari
Pekerjaan : Guru mengaji
Umur : 29
Afiliasi : Istri pak Anwar, tante Soni



“Kamu kenapa balik sih tadi?”, tanya Umi Maya pada Soni.

“Soalnya kan tante lagi ngajar ngaji tadi. Aku juga ada kerjaan tadi sore. Tapi ini kan hujan deres banget”, balas Soni mencoba memberikan pengertian kepada tantenya yang bahenol tersebut.

“Terus? Siapa yang nemenin tante malam ini? Mana hujan”, ujar Umi Maya dengan nada genit dan manjanya.

“Maaf Mi. Aku nggak bisa. Serius. Maaf ya”, Soni meminta maaf pada tantenya yang baru saja selesai mandi tersebut, lengkap dengan handuk yang masih terpasang. Ia lalu melucuti handuknya. Terpampanglah memeknya yang berwarna kecoklatan serta payudaranya yang sudah brwarna kecolklatan juga. Maklum saja, Soni dan suaminya begitu liar menikmati tubuhnya. Namun, memek dan payudaranya tetap kencang. Jelas saja, ia rajin merawat tubuhnya. Umi Maya sedikit bete mala mini, maklum saja, jam 8 tadi hujan tiba – tiba mengguyur dengan derasnya.

Setelah mengenakan daster berwarna kuning dan jilbab langsung berwarna kuning. Umi Maya bergegas keluar rumah. TIdak lupa mengunci pintu serta pagar. Dengan beratapkan payung, ia berjalan ke rumah tetangganya. Rumah tetangganya sendiri dikontrakkan tiga orang mahasiswa. Ketika berada di depan rumah, ia mengetuk pintu rumahnya. Tidak selang berapa lama, muncul seorang anak muda dengan perawakan yang kekar. Ia sedikit terkejut melihat Umi Maya di hadapannya. Tanpa pikir panjang, ia segera membimbing tetangganya tersebut ke dalam rumah. Namun ditolak oleh Umi Maya.

“nggak usah. Umi nggak lama kok”, ujar Umi Maya pada pemuda tersebut.

“Kenapa mi?”, tanya pemuda tersebut lagi. Umi Maya melirik ke sana ke mari lalu menggerakkan tangannya untuk mengelus kontol lelaki tersebut.

“Biassaaaa. Umi lagi kesepian di rumah”, ujarnya dengan tatapan yang genit.Si pemuda tersebut seketika memasang wajah bahagia berseri.

“Ya udah, umi tunggu yah. Ajak yang lain juga”, ujar Umi Maya sembari meninggalkan pemuda tersebut. Tanpa pikir panjang, ia mengajak kedua orang temannya yang ada di dalam untuk segera ke rumah umi Maya menikmati tubuh tetangga idaman mereka.

Umi Maya lalu duduk di teras rumahnya menanti para pejantan yang siap memberikan kenikmatan pada tubuhnya yan sangat jarang dijamah oleh pak Anwar. Setelah beberapa lama, datanglah 2 orang pemuda dengan hanya mengenakan celana pendek serta kaos oblong. Mereka berlari-lari kecil menghindari rintik hujan yang tidak kunjung reda.

“Eh, yang satunya lagi mana?”, tanya Umi Maya ketika melihat Cuma Arel dan revan yang ada.

“Oh. Katanya dia lagi nunggu orang mi. Ada pacarnya di dalam kamarnya mi”, ujar Arel menjelaskan situasi temannya tersebut.

“Eh, bukannya itu mantannya Reza ya Rel?”, tanya Revan kembali.

“Terserah kalian deh. Ya udah, masuk gih”, umi Maya menyuruh Arel dan Revan masuk ke dalam rumah. Arel dan Revan yang sudah khatam segera memasuki kamar Umi Maya. Sedangkan Umi Maya menutup pagar, menggemboknya, lalu mengunci pintu rumahnya dan segera menuju kamarnya.

“Waduh. Kalian udah siap aja nih”, ujar Umi Maya ketika melihat Revan dan Arel telah bertelanjang dada menyambut Umi Maya.

“Hehe. Habisnya tante akhir-akhir ini lebih sering main ama Reza dan keponakan tante sih”, ujar Revan.

“Kalian sih. Mainnya yang bener dikit donk”, balas Umi Maya membela diri.

“Haha. Maklum lah mi. Kita kan ngga ada pacar”, kata Arel.

Tante Maya dengan santainya melepas daster krem yang ia kenakan, terlihatlah gunung kembar serta memeknya yang tak berbulu. Ia tak mengenakan dalaman ternyata. Perempuan itupun melemparkan dasternya entah ke mana dan naik ke atas ranjang. Sedangkan Revan dan Arel segera mendekati Umi Maya yang pasrah saja payudaranya diemut oleh Revan.

“Aaaahhh”, Umi maya mendongakkan kepalanya ketika Revan menyusu pada payudara kanannya. Sedangkan itu, Arel segera menjilati perut tante Maya.

“Srrrppp. Srrrrppp. Ssrrrpp”, terdengar suara Revan dan Arel yang asyik melumasi tubuh ustadzah tersebut dengan air ludah mereka.

Sedangkan itu, di rumah sebelah, Reza terlihat sedang memompa tubuh sesosok putih polos di hadapannya. Sudah sejak beberapa hari yang lalu memang Reza sering menginap di rumah terebut. Maklum saja, Arel dan Revan merupakan teman jurusannya. Sedangkan seorang lagi yang tinggal di rumah tersebut sedang pulang kampung.

“Aaah. Aaah. Aaah”, desah sesosok cantik berjilbab warna pastel tersebut. Membuat birahi seksual Reza meningkat untuk mengejar puncak kenikmatan bersama perempuan yang tidak lain adalah mantannya tersebut.

Seakan tidak ingin kalah dengan pertempuran Reza dan mantannya. Kini Umi Maya ditelentangkan oleh Revan dan Arel. Sedangkan mereka berdua menyusui payudara perempuan yang belum memiliki anak tersebut. Payudara tante Maya sudah dipenuhi air ludah kedua pemuda yang nafsunya sudah di ubun-ubun tersebut. Dengan nafsu yang bergelora, Arel kini menusukkan jari telunjuk dan tengahnya ke dalam memek tante Maya yang tidak berpenghalang.

“Aaahh”, Umi maya mendesah sembari mendongakkan kepalanya ketika Arel menusukkan jarinya ke dalam memeknya.

“Pccccok. Pcccc. Pccckkk”, terdengar suara kocongan jemari Arel di dalam memek tante Maya tanpa membuat mulutnya terlepas dari puting payudara tante Maya yang sudah menegang.

“Hmmff”, tiba-tiba Revan mencium bibir seksi Umi Maya dengan liar. Mereka kemudian saling membelitkan lidah satu sama lain. Sedangkan itu, tangan kiri Umi Maya sudah mendapatkan apa yang ia cari, setelah Revan menanggalkan celana pendek dan celana dalamnya tadi, tante Maya bisa dengan leluasa mengocok kontol Revan.

Tiba-tiba, tubuh Umi Maya menggelinjang sehingga melepaskan ciuman Revan dan kontol Revan diremas sekuat tenaga oleh tante Maya. Rupanya, Umi Maya baru saja mencapai klimaksnya hingga nampaklah seprei kasurnya meninggalkan bekas cairan cinta miliknya.

Melihat tante Maya yang baru saja mencapai puncak kenikmatannya yang pertama. Arel menjadi bersemangat dan segera memindahkan kepalanya menuju selangkangan tante Maya. Sedangkan Revan masih menikmati berciuman dengan tante Maya, sedangkan tante Maya dengn jemari lentiknya mengocok kontol Revan.

“Hmmmmffff. Hmmfff”, desah tante Maya tertahan mulut Revan yang demikian liar mencari lidahnya. Sedangkan Arel nampak menjilati memek Umi Maya membuat tante Maya mulai terbang ke puncak kenikmatan. Namun, tidak sampai lima menit bertahan dalam posisi tersebut. Arel segera memisahkan adegan ciuman Revan dan tante Maya. Lalu, Arel menarik tubuh polos Umi maya yang Cuma tertutup jilbab instan turun dari ranjang dan menyuruhnya untuk menunggingkan pantatnya dengan tangan bertumpu pada tepi ranjang.

Umi maya menurut saja mengikuti tuntunan dari Arel. Sedangkan Revan yang tidak rela kehilangan rasa nikmat mengikuti arahan dari Arel juga. Kini, Umi Maya berada di posisi yang tadi. Tangannya bertumpu pada ranjang. Dengan sigap, Revan menarik tubuh Umi maya dan memosisikan kepala tante Maya menghadap ke selangkangannya dan memberikan intruksi kepada tante Maya untuk mulai mengoral kontolnya. Sedangkan Arel mengacungkan senjata tumpulnya dan siap membelah memek Umi maya dari arah belakang.

Dengan pelan, Arel mulai memasukkan kontolnya ke dalam liang kenikmatan Umi Maya. Sedangkan itu, kepala Umi Maya mulai bergerak naik turun mengoral kontol Revan yang sudah menegang. Lalu, ketika sudah mendekati ujung, Arel dengan isengnya menghentakkan kontolnya hingga kepala kontolnya menyundul ujung rahim Umi Maya.

“Aw. Pelan-pelan Rel”, protest ante Maya yang melepas kulumannya dari kontol Revan.

“Iya nih. Rese banget sih. Orang juga lagi enak”, Revan juga ikutan protes.

“haha. Sorry Mi. Sorry. Tadi udah nggak sabar”, balas Arel semabri memasang senyum tak bersalahnya. Setelah itu, tante Maya kembali menundukkan kepalanya dan mengoral kontol Revan.

“hmmffff. Hmmffffhh. Hmmmff”, terdengar suara desahan tante Maya mengikuti irama sodokan kontol Arel, namun suaranya tertahan kontol Revan.

“Auhhh. Aaaah. Ah. Terus Mi. aaaah”, ujar Revan keenakan sembari mendongakkan kepalanya menghadap ke langit-langit merasakan sensasi kuluman Umi Maya. Sedangkan tangan kirinya menuntun kepala tante Maya naik turun di kontolnya.

Sedangkan itu, Arel tidak hanya ingin menyodok memek tante Maya. Tangan kanannya bergerak bergerilya di perut tante Maya mencari buah dadanya. Tante Maya bergerak menggelinjang tanpa melepaskan kontol Arel dari mulutnya. Ketika Arel berhasil menyergap toket sebelah kanan Umi Maya, terdengar tante Maya terdiam sejenak dan menghembuskan napas panjang tanda ia sudah mulai dikuasai birahi.

Arel makin aktif memilin-milin putting bukit kembar tante Maya. Sedangkan Revan, seakan tidak mau kalah juga ikut bergerilya ke bukit kembar Umi Maya yang tanpa penjagaan. Umi Maya pasarah saja kedua bukit kembarnya dijamah dua pejantan yang sudah dimabuk syahwat tersebut. Sementara toketnya terus diremas oleh kedua pemuda tersebut, kedua lubang di tubuhnya juga terus diserang kontol kontol perkasa yang membimbingnya menuju puncak kenikmatan yang sangat jarang ia dapat raih jika sedang bercinta dengan suaminya, pak Anwar.

Di tengah pergumulan hebat, tante Maya melepas kulumannya dan mendongakkan kepalanya. Dengan sigap, Arel memeluk tante Maya dari belakang. Sedangkan Arel menahan bahu tante Maya.

“Arrgh. Aaaah. Aaaah. Aaaah. Aaaahh. Terusssshh. Aaaah. Kontol. Aaaah. Umi udah mau nyampeeeeeehh”, Mendengar desahan Umi Maya, Revan makin semangat memompa memek tante Maya dari belakang. Sedangkan tangan kanannya juga terus aktif meremas toket tante Maya yang berukuran 34C tersebut. Sedangkan itu, melihat perempuan seksi di hadapannya yang sudah hampir mencapai orgasmenya, membuat Arel tidak tahan dan mengocok sendiri kontolnya.

“Tahan sayaaangggh. Aku puasin kamu”, ujar revan pada tante Maya dengan berbisik dekat telingat kiri tante Maya. Lalu lidahnya dengan nakalnya menjilati bagian belakang telinga tante Maya yang masih dibalut jilbab yang ia kenakan.

“Aaarrgggh. Tante udah nggak sanggup laggggggghhh”, Desah tante Maya sembari mendongakkan kepalanya menghadap ke langit-langit tanda ia telah sampai di puncak kenikmatan. Revan merasakan semburan cairan hangat membanjiri kontonya. Sedangkan tubuh Umi Maya menggelinjang merasakan nikmat, Revan memeganginya dengan cara memeluknya. Revan membiarkan kontolnya berdiam sementara waktu hingga napas tante Maya normal kembali

“Haaaa. Haaaa. Haaaa. Haaa.”, terdengar suara tante Maya mencoba mengatur napasnya yang masih ngos-ngosan setelah mencapai puncak kenikmatannya lagi. Belum juga tubuhnya tenang, Revan segera membalik tubuhnya dan mengangkat kaki sebelah kirinya dan bertumpu pada sebuah kursi hingga membuat memeknya nampak begitu sempurna merekah. Membuat beberapa cairan cintanya menetes ke lantai. Sedangkan itu, Arel masih aktif mengocok kontolnya sendiri melihat pergumuluan Revan dan tante Maya.

Tanpa memberikan aba-aba, Revan segera kembali memompa tubuh tante Maya. Tak memberi kesempatan pada tante Maya untuk mengeluarkan suara, Revan mencium bibir tante Maya denga liarnya dan mencari lidahnya. Mereka saling membelitkan lidahnya dan tubuh mereka sangat rapat. Namun, mata tante Maya tidak bisa diam, di sebelah kanannya, di atas ranjang ia melihat seorang pejantan yang sedang asyik melakukan onani, ia berusaha meraih kontol si lelaki, namun tidak sampai karena tubuhnya terus bergetar disodok oleh Revan yang memburu kenikmatan pribadinya.

Dengan usaha keras, akhirnya tante Maya dapat meraih kontol di hadapannya, ia mengocok kontol Arel dan perlahan mengocoknya.

“aaaaah. Aaaah. Terus mi. aaaah. Enak Umi”, Puji Arel mendapatkan kocokan mesra jemari lentik yang demikian membuat kontolnya begitu terangsang hingga membuatnya serasa terbang. Ia masih sabar menanti giliran untuk menggauli tetangga idamannya tersebut.

“Aaaaaah. Aaaaah. Aaaaaaah. Nyampe aku Mi”, tanpa disangka-sangka Revan memuncratkan seluruh pejunya ke dalam memek tante Maya. Dan mendorong tubuh tante Maya yang membuat tubuh tante Maya sedikit terhuyung jika tak segera ditahan oleh Arel yang sedari tadi sabar menunggu giliran. Arel membaringkan tubuh tante Maya. Lalu Arel dan Revan yang masih memegang dan mengocok kontol sendiri naik kembali ke atas ranjang, dengan penuh nafsu, mereka memuntahkan seluruh lendir putih dari kontol mereka.

Arel memuntahkan pejunya di wajah tante Maya. Sejumlah besar peju tersebut masuk ke dalam mulut tante Maya. Sedangkan sisanya belepotan di jilbab yang dikenakan oleh tante Maya. Sedangkan Revan memuntahkan pejunya ke atas badan polos tante Maya yang demikian molek putih. Tante Maya dengan ikhlas menerima semprotan peju dari dua pejantannya malam tersebut.

Kini, Arel mengambil posisi dengan mengangkangkan selangkangan tante Maya dan membukanya lebar-lebar hingga menampakkan memek indah tante Maya yang siap untuk dimasuki tongkat kenikmatan Arel. Dengan perlahan, Arel mengarahkan kontolnya untuk mebelah memek seksi tante Maya. Sedangkan Arel dengan napas yang masih ngos ngosan berbaring melihat temannya menggauli tante pujaan lelaki di kompleks perumahan itu.


(Sebuah Rumah)

Cast :

Asma-01.png

Nama : Asma Fatmasari
Pekerjaan : Sekretaris sekolah swasta
Alamat : Srumah dengan Toni
Afiliasi : Kakak Toni

rudiant-0000-9-Bq-BPt3uj-E1w-Ff-o6u-Xge-Y9hvh-OGA9g-W79x-Hb-VY0.jpg

Nama : Lily Mentari
Pekerjaan : Bendahara sekolah Swasta
Alamat : Pondok Salamah
Afiliasi : Pemilik pondok Salamah & sahabat kak Asma



Di sebuah ruang tamu, tampak dua orang wanita cantik dengan khimar berwarna merah muda bercorak abstrak serta khimar berwarna biru muda terlihat saling bercakap-cakap. Mereka adalah kak Lily serta kak Asma.

“Ly, kamu udah beneran kan perhatiin pegeluaran buat acara sekolah kemarin kan?”, tanya kak Asma sembari membolak-balikkan lembar pertanggung jawaban dari OSIS sekolahan tempatnya bekerja dengan kak Lily.

“Iya. Aku serius Ma. Tapi aku juga nggak dapet dana sisa kegiatan tersebut. Notanya kurang. Lagian aku juga udah bertanya ama sekretaris dan bendahara kegiatannya, katanya dana emang kena potongan dari pak kepala sekolah”, papar kak Lily menjelaskan kerasahan hatinya.

“Jadi kamu ceritanya nuduh pak kepala sekolah itu nilep uang gitu Ly?”, tanya kak Asma.

“Eh. Nggak juga. Aku Cuma mau cari kejelasan aja kok Ma. Soalnya kan kamu orang deketnya pak kepala sekolah. Secara kamu kan juga asisten beliau”, jelas kak Lily.

“terus kenapa kalau aku asistennya beliau?”, ujar kak Asma.

“Asma. Plis deh. Jangan marah-marah gitu”, ujar kak Lily.

“Kamu tuh yang nuduh aku dan pak kepsek”, kak Asma kembali menekan kak Lily.

“Udahan ah”, kak Lily segera membereskan berkas yang ia hamparkan di hadapan kak Asma dan segera kembali pulang menghindari pertengkaran yang berlebih dengan kak Asma. Sedangkan Kak Asma, membiarkannya pergi begitu saja. Mendengar ribut-ribut di luar, Toni yang masih dalam kondisi memakai celana pendek saja tanpa memakai baju, keluar dari kamarnya untuk mengecek situasi di luar.

“Kak Lily kenapa tuh kak?”, tanya Toni pada kakaknya yang masih duduk sembari bersandar pada sofa yang ia duduki.

“Dia nuduh kakak menggelapkan dana sekolahan”, ujar kak Asma.

“Waduh. Emangnya cerita kenapa kak?”, tanya Toni makan penasaran.

“Kamu nggak usah tahu deh. Kamu urus aja gih cewek di kamarmu itu. Kakak mau tidur”, kak Asma beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Toni yang berdiri beberapa meter darinya.

“Emangnya…”, ucapan Toni terpotong karena kakaknya segera mencium bibirnya. Mereka berciuman selama beberapa menit. Toni memeluk kakaknya sendiri dengan sangat mesra. Setelah itu, kak Asma melepas ciumannya dan beranjak ke kamarnya.


(Kost-Kostan sebelah rumah Pak Anwar)

Situasi rumah demikian lengang, Revan dan Arel pergi berburu kenikmatan dengan tetangannya. Sedangkan itu, di sebuah kamar di rumah tersebut. Nampaklah seorang perempuan dengan tak ada selembar pun kain menutupi tubuhnya sedang digenjot oleh kak Reza.

“Ahhh…. Aaaaaahhh. Aaaaahhhh”, terdengar desah perempuan tersebut.

“Memek kamu emang mantap Ti.”, puji kak Reza pada perempuan berambut panjang di hadapannya terebut.

Sedankan itu, di atas meja belajar, nampaklah sebuah HP yang menyala dan menunjukkan sebuah pemberitahuan adanya miscall masuk. Di layar HP terebut tertulis “My Dandi”. (Bersambung ke Dekat)
Koq bs Reza ngentot sm Tias? Gmna crta nya hu..? Ada chpter yg terlewat kah ma nubi?
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd