Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Akhwat dan Syahwat

Status
Please reply by conversation.
Emang sekarang kebanyakan lebih milih yg penampilan tertutup buat di booking dari pada terbuka, ada sensasi ny tersendiri..
 
makasi suhu updatenya, gak sabar nih bakalan seperti apa reaksi kak nisa dengan dendi :konak:petualangan mu masih panjang
 
Bab 16 : bab Selanjutnya

(Pondok Meranti)

Pukul 8 pagi, Dandi telah memasukkan semua barangnya ke dalam mobil yang akan membawanya menuju kost barunya. Setelah perpisahan semalam, ia pun meninggalkan kost tersebut dengan perasaan yang bercampur aduk. Setelah memastikan barangnya sudah tidak ada lagi yang tertinggal, Dandi pamit kepada kak Reza yang beberapa hari lagi juga akan meninggalkan Pondok Meranti. Sedangkan kak Ridwan, membantu Dandi memasukkan barang-barangnya ke mobil. Setelah semua siap, Dandi ditemani oleh kak Ridwan menuju kost barunya.

Di depan sebuah pondokan yang bercat merah dan abu-abu, Dandi menghentikan mobilnya. Ia menuju sebuah kamar di lantai satu yang terletak di pojok belakang. Lalu membuka kamar yang bernomor 3A. Setelah kamarnya terbuka, Dandi kembali ke mobil dan membantu kak Ridwan mengangkat barangnya masuk ke dalam kamar tersebut. Suasana kost tersebut nampak sangat sepi. Maklum, selain karena kost tersebut masih baru, juga karena kebanyakan orang yang tinggal di kost tersebut merupakan pekerja. Sehingga kost tersebut akan sangat sepi karena sering ditinggal oleh penghuninya.

Sebelum shalat dhuhur, Dandi telah selesai membereskan semua barangnya dan menatanya di kamar barunya. Ia lalu mengantar kak ridwan pulang dan berpamitan dengan kak Ridwan.

(Pondok Perak)

Dandi nampak mengetuk pintu sebuah kamar yang bernomor 7A. Sebuah kamar yang berada di seberang kamarnya yang terletak di bagian paling depan. Jadi, model pondokan Dandi sekarang adalah berbentuk huruf U. Kamar Dandi sejajar dengan nomor 1A dan 2A. Sedangkan kamar Dandi di depannya terdapat kamar 4A. Begitu seterusnya. Nampaklah seseorang yag tidak asing bagi Dandi muncul membuka pntu kamar 7A tersebut.

“Eh, Dandi. Apa kabar akh?”, tanya kak Miswar kepada Dandi.

“Alhamdulillah kak”, jawab Dandi.

“Apa antum sudah selesai pindahannya?”, tanya kak Miswar lagi.

“Alhamdulillah udah kak. Tadi dibantuin ama kak Ridwan”, papar Dandi.

“Oh. Mana Ridwan kalau begitu?”, tanya kak Miswar kembali.

“Sudah pulang kak. Tadi dia sudah saya antar kembali ke kostnya”, jawab Dandi.

“Astaghfirullah. Maafkan saya Dandi. Tadi saya sedang kerja skripsi. Jadi lupa kalau kamu pindahan hari ini”, ujar kak Miswar.

“Nggak apa kok kak. Lagian tadi juga kana da kak ridwan yang bantuin”, jawab Dandi.

“Oh. Iya. Iya”, jawab kak Miswar.

“ya sudah kak kalau begitu, saya permisi dulu. Silakan dilanjut kerja skripsinya”, ujar Dandi dan perlahan pergi. Kak Miswar pun juga segera menutup kembali pintu kamarnya.

Ketika berjalan menuju kamarnya, Dandi tertarik dengan kamar bernomor 2A. Di sana ia mendengar suara TV yang menyala. Bukan hanya itu, ternyata si penghuni kamar tersebut sedang bermain PS. Dandi lalu mendekati kamar tersebut dan mencoba mengetuknya. Namun, tidak direspon. Dandi mencoba lagi, kali ini si penghuni kamar segera keluar dan membuka pintu.

“Siapa ya?”, tanya si penghuni kamar tersebut.

“Eh, maaf ganggu. Cuma mau kenalan aja sih kak. Soalnya saya penghuni baru”, ujar Dandi.

“Hooo. Yang kamar sebelah itu ya?”, tanya orang itu lagi.

“Iya kak. Eh iya, saya Dandi kak”, ujar Dandi sembari menjulurkan tangannya.

“Eh, iya. Irwan. Irwan Jaya”, balas lelaki yang hanya mengenakan celana pendek dan kaos oblong tersebut sembari membalas jabatan tangan Dandi.

“Eh, masuk Dan”, ajak Irwan kepada Dandi. Dandi hanya mengikutinya dari belakang.

“Oh iya, kamu masih kuliah ya? Angkatan berapa?”, tanya Irwan kepada Dandi.

“Iya kak. Angkatan 2015 kak”, ujar Dandi.

“Lah, aku juga 2015 kali. Nggak usah manggil pake kak”, Ujar Irwan.

“Oh. Hahaah. Kirain udah angkatan legend”, balas Dandi.

“Hahaha. Aku nggak setua itu ya Dan”, balas Irwan.

Mereka lalu terlarut di dalam sebuah percakapan yang seru karena mereka ternyata sama-sama menyukai sepakbola dan sama-sama merupakan fans dari klub Arsenal. Selain ngobrol, mereka juga bermain PS bersama.

(Kost Selaras)

Cast :

Eliza-Farhana-4.jpg

Nama : Eliza Farhana
Afiliasi : Bimbingan dan Konseling semester 4
Alamat : Kost Selaras
Status : Wanita Panggilan

Hijriana-Ismail-8.jpg

Nama : Hijriana Ismail
Afiliasi : Kesehatan Masyarakat Semester 4
Alamat : Kost Selaras
Status : Wanita panggilan

Di sebuah kamar yang masih berantakan kasurnya dan bernuansa pink. Nampak seorang perempuan yang masih berantakan rambutnya sedang diajak berbicara oleh seseorang perempuan yang mengenakan jilbab merah muda yang dipadanka dengan kaos berwarna merah. Ia nampak menyilangkan tangannya di hadapan perempuan dengan rambut berantaka tersebut.

“Semalam, kamu ngentot sama siapa Riana?”, tanya Eliza kepada Riana yang masih setengah sadar.

“Kamu nggak usah tahu Liz”, balas Riana.

“Eh, kamu jangan sok ya Riana. Kamu ngelawan ya”, ujar Eliza sembari mencoba membentak Riana.

“Emang kenapa? Kamu mau ngentot juga ya ama cowokku?”, tanya Riana mencoba menantang Eliza.

“Iddih. Siapa coba yang kepengen. Iyyuh. Nggak lah”, balas Eliza sembari memasang wajah sinis.

“Terus? Kenapa kamu kepo?”, tanya Riana lagi.

“Soalnya aku mau lapor ama kak Nisa”, Jelas Eliza.

“Eh, kurang ajar ya kamu perek! Bilang aja kamu sirik ama aku”, Riana semakin emosi.

“Eh, apa kamu bilang? Sirik ama lonte kayak kamu? Iddih”, Eliza semakin memancing emosa Riana.

“Bilang aja kalau kamu lagi nggak dapat pesanan. Iye kan? Dasar perek murahan”, Riana tidak mau kalah.

“Eh, itu mulut dijaga ya Riana. Awas ya kamu”, balas Eliza.

“Ya elah. Gitu aja udah sirik. Dasar perempuan kagak laku”, Riana balik memprovokasi Eliza.

“Eh. Awas kamu ya Eliza. Kamu mau ngelawan ama aku ya”, hardik Eliza sembari mendekati tubuh Riana mencoba melakukan kekerasan fisik pada Riana.

Sekelebat, sesosok tubuh berjilbab krem dan masih lengkap dengan gamis segera berlari masuk ke dalam kamar tersebut dan melerai dua orang perempuan yang bersiteru tersebut. Ia mendorong mereka berdua menjauhi satu sama lain.

“Apaan sih Khaliza?”, tanya Eliza risih dengan aksi heroik Khaliza.

“Udah ah Liz. Aku dari tadi denger kok. Kalian jangan bertengkar terus deh”, pinta Khalizah kepada kedua temannya tersebut.

“Dia yang duluan!”, ujar Riana sewot.

“eh,apa kamu bilang pelacur. Kamu tuh yang duluan bawa cowok ke sini”, balas Eliza kembali panas.

“Eh, Eh, udah, udah. Jangan berantem mulu oi. Udah plis”, mohon Khaliza kepada kedua temannya tersebut.

“Sekali kamu bawa cowok ke sini lagi Riana. Aku nggak bakal segen laporin ke kak Nisa ya”, ancam Eliza sembari mencoba keluar karena terus didorong oleh Khaliza.

“Coba aja. Sirik aja kamu Liz”, ejek Riana kembali.

Setelah Eliza dan Khaliza keluar, Riana kembali membaringkan tubuhnya. Ia lalu membuka dompetnya yang dipenuhi oleh uang berwarna merah. Ia lalu mengecek HPnya, sebuah chat dari pelanggan yang baru saja ia layani semalam.

-Lain kali lagi ya sayang- Soni

-Iya sayang- Balas Riana.

Mata Riana masih terfokus pada sebuah nama yang belum menunjukkan indikator si penerima telah membaca chat Riana. Ia berinisiatif untuk mengetikkan beberapa kata dan mengirimkannya kepada orang tersebut. Di layar, muncul nama orang tersebut : Dandidudedo.

(Rumah tante Kiki)

Cast :

Rezki-Nabila-23.jpg

Nama : Rezki Shabila
Afiliasi : Bimbingan dan Konseling Semester 2
Alamat : Rumah Tante
Status : Tidak Diketahui

Di sebuah rumah yang sederhana, nampak Kiki yang mengenakan jilbab instant berwarna merah marun, yang senada dengan warna baju kaos yang ia kenakan. Tidak lupa juga rok berbahan katun yang berwarna hitam nampak menutupi bagian bawah tubuhnya. Ia nampak sedang menyapu lantai rumah tersebut. Sedangkan di dapur, tantenya nampaknya sedang memasak untuk persiapan sarapan mereka pagi itu. Mereka hanya tinggal berdua di rumah sederhana tersebut. Sesekali, Olivia menginap di rumah tersebut untuk menemani Kiki.

Handphone Kiki kemudian berdering di atas meja, nampak tertulis nama di layar handhonenya : Olivia :*. Ia lalu mengangkat telepon tersebut dan berbicara dengan Olivia yang nampaknya sedang nongkrong bersama dengan Meilita dan Novi di rumah Meilita. Mereka bertiga mengajak Kiki untuk ikut ke kafe bersama mereka hari itu. Kiki dengan pelan menolak ajakan tersebut karena ia ingin menghabiskan waktu di rumah saja di hari minggu ini. Olivia lalu memaksa dirinya, namun Kiki tetap tidak mau pergi ke mana-mana hari itu. Ia lalu menutup telepon dari Olivia tersebut. Kemudian, ia melanjutkan kembali aktivitasnya.

Setelah beberapa menit, Kiki baru teringat akan suatu hal. Karena kegiatan seminar yang akan diadakan oleh fakultas psikologi semakin dekat, maka beberapa maba seperti Kiki dan Olivia yang menjadi panitia diminta untuk mencari dana untuk pelaksanaan kegiatan tersebut. Kiki sendiri juga dimintai untuk menghubungi beberapa senior untuk mengundang mereka menghadiri acara bazaar mereka besok malam. Ada beberapa nama asing yang diberikan kepada Kiki. Namun, ada satu nama yang membuatnya kembali tersenyum. Dia tidak memiliki nomor orang tersebut, padahal ia sering bertemu dengan orang tersebut. Orang itu adalah, kak Dandi.

Kiki pun segera mengetik beberapa kata untuk mengundang seniornya tersebut untuk menghadiri bazaar yang mereka laksanakan. Total, ada sekitar 20 kontak yang Kiki chat. Hanya sedikit yang ia kenali, namun, ketika ia sampai di nama Dandi, entah kenapa ia memasang wajah yang demikian sumringah. Setelah seluruh pekerjaannya selesai, Kiki lalu beranjak menuju dapur dan makan masakan yang telah dibuat oleh tantenya. Sedangkan tantenya sendiri keluar rumah. Sehabis makan, Kiki berjalan menuju kamarnya. Lalu, Olivia menelpon lagi.

“Iya Oliv. Kenapa sayang?”, tanya Kiki.

“Hehehe. Lagi nggak ada kerjaan sih Ki”, ujar Olivia di seberang.

Ya elah. Kamu nggak ke kafe bareng anak-anak?”, tanya Kiki lagi.

Nggak jadi Ki. Lagian juga masih kepagian kalau mau ke kafe. Biar entar malam aja”, jawab Olivia sembari sesekali terdengar suara cempreng Meilita di seberang sana.

Dasar kamu ya bertiga. Lagian juga masih jam 10 pagi kali”, balas Kiki.

Eh, tante kamu ada nggak Ki?”, tanya Olivia.

Nggak. Dia barusan aja keluar tadi. Nggak tahu kemana”, jawab Kiki.

Ya udah. Aku ama Meilita ke situ aja deh. Lagian si novi ada kerjaan katanya”, ujar Olivia.

Ya elah. Kalian berdua tuh berisik. Entar malah dimarahin ama tanteku”, jawab Kiki berusaha menolak.

Lah. Tega amat lu ama temen sendiri Ki. Ayolah Ki. Mumpung si Lita mau ngobrol gitu. Hahaha”¸ ujar Olivia disambut kekeh Meilita.

Itu si Mei rame amat deh. Suruh diem dulu. Hahaha”, ujar Kiki mengomentari suara cempreng Meilita.

Hahahah. Gimana Ki? Aku ke situ ya. Ini si Novi mau diantar dulu soalnya”, kata Olivia.

Ya udah, terserah kalian aja. Aku mau mandi dulu ya. Dari tadi bersihin rumah. Hehe”, ujar Kiki.

Ihhh. Jam segini baru mandi. Ya udah gih, mandi dulu gih. Entar aku kabarin kalau udah sampai depan ya beb”, ujar Olivia.

Siap. Oke deh. Bye”, ujar Kiki sembari menutup telepon mereka berdua pagi itu.

Kiki lalu menyimpan handphone-nya di atas ranjangnya yang bermotif karakter kartun tersebut. Ia lalu melepas jilbab instan berwarna merah marun yang ia kenakan. Lalu ia membiarkan rambut hitam panjangnya tergerai bergitu saja. Ia lalu berjalan menuju cermin dan memperhatikan dirinya tanpa jilbab.

“Haha. Kayak bukan aku aja”, protes Kiki ketika melihat bayangan dirinya tanpa jilbab tersebut. Ia sendiri sangat jarang melepas jilbabnya, kecuali jika ia mandi. Bahkan, ketika tidur pun, ia tidak melepaskan jilbabnya.

Ia lalu melucuti semua pakaiannya dan menarik handuk untuk menutupi tubuhnya dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya tersebut. Ia menyalakan shower dan memulai membasahi tubuhnya dengan air. Ia juga mengusapkan tubuhnya dan merabai tubuhnya sendiri sembari menikmati dinginnya siraman air ke tubuhnya yang polos dan tak tertutup sehelai benang tersebut. Payudara sekalnya tampak membusung begitu indah. Sesekali, Kiki nampak meraba dan meremas pelan payudaranya dan terdengar desah kecil keluar dari mulutnya.

“Ahh. Enak banget yaa ampun”, ujar Kiki dengan nada pelan.

(Kost Selaras)

Cast :

Eliza-Farhana-6.jpg

Nama : Eliza Farhana
Afiliasi : Bimbingan dan Konseling semester 4
Alamat : Kost Selaras
Status : Wanita Panggilan

i399mw.jpg

Nama : Novi Erma
Afiliasi : Bimbingan dan Konseling semester 2
Alamat : Kost Selaras
Status : Wanita Panggilan

Hijriana-New-1.jpg

Nama : Hijriana Ismail
Afiliasi : Kesehatan Masyarakat semester 4
Alamat : Kost Selaras
Status : Wanita Panggilan

“Mau ke mana kak?”, tanya Novi melihat seniornya tersebut sedang berdandan.

“Ada deh”, ujar Eliza sembari memperbaiki jilbab berwarna jingga pudarnya. Tidak lama, ia pun segera pergi meninggalkan Novi yang masih bingung.

Novi yang masih bingung beranjak menuju kamar Riana yang berada persis di sebelah kamar Eliza. Pintu kamar Riana sendiri terbuka lebar. Novi lalu masuk ke dalam kamar, ia melihat Riana sedang tengkurap memainkan HPnya. Ia sendiri memakai kaos berwarna putih.

“Kak riana”, sapa Novi. Riana segera berbalik dan duduk.

“Kenapa Nov?”, tanya Riana kepada Novi.

“Ah, nggak kok kak. Mau nanya aja. Itu kak Liza mau ke mana ya?”, tanya Novi langsung ke pokok pembahasan.

“Ohh. Dia dapet panggilan tadi kalau nggak salah”, ujar Riana sembari membalas chat yang masuk di HPnya.

“Panggilan apa kak?’, tanya Novi penasaran.

“Panggilan. Dari kak Nisa”, ujar Riana malas menjelaskan secara rinci.

“Lah? Buat apa dandan begitu kalau buat ketemu ama kak Nisa aja? Lagian kan kak Nisa juga palingan ada di kamarnya”, Novi makin bingung.

“Yaa, gitu deh Nov”, Riana malas menjelaskan.

“Ya elah. Jangan gitu ah kak. Jelasin kek ke aku”, pinta Novi kepada Riana. Nampak Riana sendiri sedikit risih dengan desakan juniornya tersebut. Ia memasang wajah tidak suka, namun ia juga tidak tahan terus diganggu oleh Novi. Ia lalu menghela napas panjang, lalu mencoba menjelaskannya kepada Novi.

“Tadi kak Nisa datang waktu aku abis bertengkar ama Liza”, jelas Riana kepada Novi, yang kemudian segera dipotong oleh Novi.

“Apa? Kok kakak bertengkar?”, ujar Novi.

“Udah ah. Kamu cerewet amat. Ditanya A, malah ngerespon B”, protes Riana.

“Eh, maafin kak. Udah, lanjutin aja kak”, pinta Novi kembali.

“Jadi, tadi abis kakak bertengkar, kak Nisa datang. Katanya ada pesanan masuk katanya dari umi Maya”, ujar Riana.

“Terus?”, tanya Novi serius memperhatikan.

“Awalnya sih aku yang dikasih. Cuma, setelah kupikirin lagi, aku bilang aja ke kak Nisa kalau kasih aja jatahku buat Liza. Dia udah kegatelan banget buat nungguin om-om. Haha”, ujar Riana.

“Emangnya, yang pesan siapa kak?”, Novi penasaran.

“Nggak tahu juga sih. Tapi katanya pengusaha yang butuh temen ngentot selama dua malam”, papar Riana.

“Lah, kakak kok nggak mau?”, tanya Novi lagi.

“Udah ah, cerewet kamu Nov. Lagian juga besok kuliah kan?”, jelas Riana kembali.

“Oh, iya ya. Bener juga”, ujar Novi paham dengan seluruh penjelasan Riana tadi.

“Sekarang paham kan? Ya udah, kakak mau tidur dulu. Sebentar malam ada janji”, ujar Riana sembari mengibaskan tangannya mengusir Novi dari kamarnya.

“Lah, jalan bareng ama siapa lagi kak?”, Novi penasaran.

“Udah ah cerewet. Yang penting lebih muda, lebih tampan dan lebih tahan lama dari pada om-omnya Eliza. Hahaha”, ujar Riana sembari mendorong Novi keluar dari kamarnya dan segera menutup pintu kamarnya.

“Eh, kak”, protes Novi ketika diusir oleh Riana, namun ia tidak bisa berkata-kata mendengar suara kunci kamar yang diputar.

Riana kembali ke atas kasurnya. Ia mengecek HPnya dan mendapat sebuah chat dari kontak yang bertuliskan : Dandidudedo. (Bersambung ke Larangan malam)



we..ane jug fans arsenal. Tp ga sbruntung dandi perjalanan seksnya
 
  • Poligami Banzai :panlok4::panlok4::panlok4::panlok4::panlok4::panlok4:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd