Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Akhwat dan Syahwat

Status
Please reply by conversation.
Maaf maaf nih suhu besar.. cerita sukses memikat karena mudah dipahami pembaca nya.. hmm.. apa yah.. semacam itulah.. ane jadi bingung menikmati nya..
Keep update suhu... Tayooo
:semangat:
 
Bab 8 : Para Maba dan seniornya

(Kost Meranti)

Dandi nampak baru keluar dari kamar mandi. Dengan tubuh yang masih berbalut handuk, ia segera membaringkan tubuhnya di kasurnya. Jam masih menunjukkan pukul 7 pagi. Ia mengecek HPnya, chat yang ia tunggu belum nampak jua. Ia lalu memegang kontolnya yang sudah berapa lama tidak merasakan nikmatnya. Perlahan namun pasti, Dandi mulai menjadi predator. Walau perempuan yang ia tidur masih dalam taraf suka sama suka. Dia jadi teringat Revita, perempuan yang kemarin ia tolong. Sayangnya, ia tidak mengambil nomor perempuan cantik tersebut. Tanpa disadarinya, Dandi berdoa agar diberi kesempatan untuk merasakan tubuh Revita.

Dandi lalu kembali mengecek HPnya, belum ada balasan. Dia berharap, hasrat seksnya hari ini bisa ia lampiaskan pada perempuan yang selama ini demikian setia menjadi tempatnya membuang pejunya.

“Ini Lala kenapa ya”, keluh Dandi tanpa tahu, Lala masih tertidur setelah semalaman memeknya terus digaruk vibrator.


(Fakultas Psikologi)

Cast :
Yasmin-5.png
Olivia-01.png

“Jadi besok kita ambil gambar di mana Ki ?”, tanya Olivia yang nampak memakai celana jeans putih dipadankan dengan kemeja navy yang ujungnya dimasukkan ke dalam celana jeans yang ia pakai.

“Nggak tahu juga sih Liv. Kamu udah ngabarin kak Dandi nggak ?”, tanya Kiki balik.

“Belum sih Ki. Kamu aja. Hehe”, ujar Olivia.

“ihhhh. Aku malu ama dia tahu Liv. Kamu tuh yang langsung main minta tolong aja”, jawab Kiki tersipu.

“Ya elah. Lagian juga kamu pasti bersyukur dalam hati kan”, goda Olivia lagi.

“Apaan sih kamu Liv. Malu tahu ama senior”, Elak Kiki.

“Hahaha. Ciee. Ciee”, goda Olivia pada Kiki.

“Apaan sih kamu Liv. Gimana besok kita ambil gambarnya dekat pantai aja ??”, tanya Kiki.

“Ciee. Mau kencan di pantai nih yee. Aku jadi obat nyamuk aja nih”, Olivia makin menggodai Kiki.

“Udah ah. Aku ngambek. Kamu mah gitu Liv”, Kiki protes sembari memasang wajah cemberutnya.

“Hahaha. Temenku ngambek. Nggak kok. Ya udah, kita di pantai aja ya”, bujuk Olivia kembali. Kiki hanya mengangguk. Perbincangan mereka pagi itu terhenti setelah dosen mereka masuk. Proses belajar mengajar pun akhirnya dimulai.


(Sekretariat UKM DKA)

Cast :
2z89hth.jpg
339q6mo.jpg
2ywyh6g.jpg
20ij9l5.jpg
2hhhjsn.jpg

Lah. Yasmin kemana War ?”, tanya kak Nisa pada Miswar.

“ngga tahu sih. Tapi katanya dia lagi sibuk bantu – bantuk kakaknya buat siapin nikahan”, jelas kak Miswar pada kak Nisa.

“Oh. Tumben nggk barengan gitu. Hehe”, goda kak Nisa pada kak Miswar.

“Hahaha. Nggak kok. Baru juga barengan dua kali. Langsung digodain deh. Lagian kan itu cuma buat ngurusin surat ke pak Dayat Nis”, jelas kak Miswar pada kak Nisa.

Di ruangan yang lumayan luas tersebut, masih sedikit barang. Maklum, itu merupakan sekret yang dibuat khusus untuk UKM DKA. Sehingga, dia terpisah sendiri dari gedung UKM yang lain. Sialnya, ternyata bentuk sekret itu tidak memisah akhwat dan ikhwan. Sehingga terpaksa sekali mereka harus menyesuaikan diri dengan situasi yang cukup sulit tersebut.

Kak Dewi yang memakai khimar merah maroon hari itu sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya. Dengan tatapan penuh konsentrasi, kak Talitha mendekatinya dan mengagetkannya.

“Astaghfirullah. Ukhtiy, kok ngagetin ana sih ?”, tanya kak Dewi yang masih terkejut.

“Hehe. Maaf ukh. Habisnya, serius banget sih kelihatannya” balas kak Talitha.

“Hehe. Tapi jangan ah ukh. Soalnya entar jantungan, kan bisa bahaya”, jawab kak Dewi.

“hehe. Nggak apa kok ukh. Kan kita semua pasti mati”, balas kak Talitha pada kak Dewi.

“Hehe. Iya ya. Syukran ya ukh udah diingatkan soal mati. Astaghfirullah”. Jawab kak Dewi berterima kasih.

Sedangkan itu, kak Eci mendekati mereka berdua. Kak Eci nampak cantik dengan jilbab pashmina berwarna krem yang ia kenakan. Dipadankan dengan gamis berwarna kuning pudar, kak Eci menjadi tambah cantik jadinya.

“Tha, kamu tahu nggak soalan pengajian yang dibuka ama kak Asma ?”, tanya kak Eci pada kak Talitha.

“Eh, panjang umur Ci. Baru juga aku mau nyeritain soal pengajian itu. Gimana, ada yang mau ikutan nggak ?”, tanya kak Talitha pada Eci.

“Si Farah katanya mau ikut tuh”, ujar kak Eci sembari menunjuk seorang gadis berjilbab biru muda di belakangnya.

“oh. Kamu entar jadi divisi kajian aja ya Farah”, ujar kak Talitha.

“Aku ikut ama Eci deh. Terserah dia aja”, ujar kak Farah.

“Ya elah. Tentuin sendiri dong. Masa mesti aku lagi sih yang nentuin Rah ?”, protes kak Eci.

“Hehe. Males ah”, kak Farah kembali memasang headset di telinganya melalui balik jilbab biru mudanya dan kembali mendengarkan music sembari membaca novel.

“ya elah. Itu anak”, kak Eci memasang wajah cemberut melihat pola tingkah sahabanya tersebut.

Tiba-tiba, HP kak Eci berdering menandakan ada seseorang yang menelponnya. Ia mengambil HPnya lalu mengangkat telepon terebut.

“Halo Assalamu alaikum kak”

(suara dari seberang)

“Ada apa ya kak? Kirain lagi sibuk”

(Suara dari seberang)

“Oh. Hehe. Gitu toh. Ada yang bisa ana bantu kak?”

(Suara dari seberang)

Wajah kak Eci menjadi pucat ketika mendengar penjelasan dari seseorang yang menelponnya tersebut. Perlahan, air mata mulai mengalir pelan membasahi pipinya. Ia mengelap air matanya tersebut dengan jemarinya yang lentik dan halus.

“Tapi kak. Ana udah nggak mau lagi ikut yang begituan kak”, kak Eci menepikan diri dari ruangan tersebut memisah agar tidak didengar oleh akhwat yang lain.

(Suara dari seberang)

Kak Eci bergetar mendengar balasan dari orang tersebut. Lalu, ia menundukkan kepalanya dan berpikir sejenak. Lalu menutup telepon tersebut setelah membuat janji untuk bertemu dengan orang tersebut.

“Dari siapa Ukh?”, tanya kak Dewi penasaran.

“Dari orang di rumah kak. Katanya mereka kangen, aku pengen balik ke rumah dulu buat ketemu ya kak”, jawab kak Eci dengan air mata yang masih berlinang dan membereskan barangnya pergi. Kak Dewi membiarkan kak Eci berlalu pergi meninggalkan sekretariat UKM DKA.

Lalu, datanglah Toni dengan mengenakan pakaian yang rapi. Ia menyapa kak Talitha, kak Farah serta kak Nisa. Lalu, kak Talitha memberi kode kepadanya untuk mengajak Toni berbicara sebentar. Ketika duduk menghadap ke kak Talitha, Toni berbalik badan melihat kak Dewi yang masih sibuk dengan laptopnya.

“Sibuk amat sih kaka ma laptopnya”, ujar Toni pada seniornya tersebut.

“Hehe. Nggak kok akh. Ini lagi ngerjain tugas”, jawab kak Dewi.

“Gimana pengajiannya kak Asma akh?”, tanya kak Talitha kepada Toni yang merupakan adik dari kak Asma.

“oh. Siap kok kak. Aku juga udah bicara ama kak Asma. Katanya kalau udah terkumpul 5 akhwat, dia bisa aja mulai pengajiannya”, papar Toni pada kak Talitha soal rencana pengajian kakaknya.

“Oh. Begitu ya akh. Kalau begitu, ana cari dulu ya mereka yang pengen ikutan pengajiannya kak Asma”, Ujar kak Talitha. Tidak selang berapa lama, Toni pamit dan meninggal ke empat akhwat tersebut. Ia menarik HP dari saku celananya, dan membuka chat dari seseorang dengan foto profil kartun berjilbab.

EXTRA CAST :
mhw5s.jpg

Toni memacu motornya sore itu. Dia menuju kost Selaras, dari dalam, nampaklah seseorang dengan jilbab berwarna merah maroon. Dia segera saja naik ke motor Toni dan berangkat menuju ke sebuah tempat.

“Nggak apa nih kamu kujemput Liz?”, tanya Toni ketika di atas motor.

“Nggak kok. Tenang aja, kak Nisa masih di kampus. Sedangkan Umi kayaknya masih ena – ena deh”, jelas Eliza.

(Rumah Pak Anwar)
Cast :
Full-2.jpg
Mayasari


Di sebuah rumah. Nampaklah perempuan yang berumur sekitar 29 tahun sedang memainkan HPnya. Dia nampaknya menunggu seseorang. Sedangkan itu, suaminya, pak Anwar yang juga merupakan seorang WD1 di fakultas psikologi pamit menuju kota di Pulau Jawa. Tidak berapa lama, datanglah seorang lelaki denga mengendarai motor matic berhenti depan ruamhnya. Ia segera membuka pagar dan menyambut pemuda tersebut.

“Om udah pergi ya tante?”, tanya Soni pada orang yang tidak lain adalah tantenya tersebut.

“Udah kok Son. Kamu masuk aja gih langsung”, ujar perempuan tersebut padanya.

Soni segera memasukkan motornya dan mereka berdua masuk ke dalam rumah dan memasuki kamar dari perempuan itu.

“Umi udah nggak tahan banget ya?”, tanya Soni pada tantenya.

“Iya sayang. Umi Maya udah nggak tahan pengen ini:, ujarnya sembari membelai kontol Soni di balik celana jeansnya.

“Uuuh. Kasian tantenya Soni. Ya udah Umi. Aku akan jadi ponakan yang baik”, ujarnya dengan tangkas menanggalkan daster bunga – bunga yang dikenakan tantenya tersebut. Ia sudah tidak mengenakan apa – apa. Tanpa bicara apa – apa, Soni segera membaringkan tubuh tantenya tersebut dan menanggalkan celana jeans dan celan boxer yang ia kenakan. Kontolnya yag belum tegak ia berikan pada Umi Maya. Tanpa dikomando, Umi Maya segera memasukkan kontol Soni ke dalam mulutnya yang seksi.

“Srrrrpppp…. Srrrppp.. Mmmmhhhhh”, suara Umi Maya mengoral kontol Soni yang perlahan namun pasti mulai menunjukkan keperkasaannya.

“Auuhhh. Terus Umi. Auauhhhh. Udah lumayan lama yaaaaaahhh”, ujar Soni dengan kepala terdongak ke atas.

Dengan posisi telentang Soni dioral oleh tantenya yang kini hanya mengenakan jilbab instan berwarna hijau giok tersebut. Kepala Umi Maya maju mundur menyepong kontol ponakannya yang sudah sering menidurinya. Maklum saja, pak Anwar sering meninggalkannya. Bahkan konon, pak Anwar juga punya hobi meniduri mahasiswinya sendiri. Namun Umi Maya tidak peduli dengan hal tersebut, toh ia juga sudah punya lelaki yang bisa memuaskan hasrat seksnya yang sering meledak – ledak. Selain itu, ia juga tidak khawatir bila ia harus cerai dari suaminya. Karena ia juga punya usaha kost Selaras.

Di mana kost Selaras sendiri bukan kost sembarang. Karena di dalamnya, terdapat surge yang tertutupi oleh kain – kain penutup. Walau itu, dengan sekali sibak saja, para bidadari akan siap melayani nafsu para lelaki hidung belang yang biasanya memesan mereka setiap malam minggunya. Sungguh bisnis yang sanga tmenggiurkan, katanya.

Umi maya tidak meninggalkan posisinya, payudaranya yang berukuran 34C bergoyang seiring tubuhnya yang terbakar nafsu birahi mengejak klimaks yang sangat jarang suaminya berikan. Mulutnya terus melumasi kontol Soni dengan air ludahnya. Membuat Soni merem melek menikmati sepongan tantenya tersebut.

“Auuuhhh. Terus Umi. Aaaaahhh. Udah tegang Umi”, ujar Soni ketika merasakan kontolnya sudah berdiri tegak. Ia menahan kepala tantenya dan segera memasang posisi untuk menyerang liang kenikmatan tantenya terseut.

“Cepet – cepet ya sayang. Umi mau ngajar gaji entar. Kamu jatahnya entar malam ya. Aaaaaaahhhh. Aaaaah”, Soni tidak memedulikan perkataan tantenya dan segera menggenjot tubuh tantenya yang cantik tersebut. Tantenya mulai mengikuti gerakan sodokan yang terus dilakukan oleh Soni.

“Aaaahh Aaaahhh.. Aaaahhh. Kontol kamu yanggghhhh terrrbbbaaaaaaiikkkk Ssssooon:, ujar tantenya dengan terengah – engah.

Sedangkan Soni tidak peduli dengan pujian tantenya tersebut. Ia fokus mengejar puncak kenikmatan. Dengan egenap tenaga, ia menggenjot tubuh tantenya hingga membuat ranjang yang mereka gunakan bergoyang mengikuti hentakan kontol Soni terhadap liang kenikmatan tantenya tersebut.

“AAAAAAAAAAHHH”, teriak tantenya menikmati sodokan kontol Soni.

(Kafe Semesta)

Cast :
Olivia-03.png
242d2kg.jpg
Amel-04.png
16745g6.jpg

Nampak Meilita baru tiba. Dia segera menghambur menuju Novi dan Olivia yang sedang menunggunya di sebuah meja.

“ya elah, baru datang nih anak. Pasti dari main yang tidak – tidak nih anak”, uajr Olivia pada Meilita.

“Enak aja. Tadi ban motorku meletus tahu”, jelas Meilita pada sahabatnya tersebut.

“Jiaaah. Alasan klasik”, balas Novi yang sore itu mengenakan jilbab abu – abu gelap dibarengi dengan kemeja berwarna senada yang ujung bawahnya ia masukkan ke celana jeans yang ia kenakan. Menampakkan lekuk tubuhnya yang indah.

“hahaha. Kalian gosipin apa nih gaes”, tanya Meilita penasaran.

“Gosipin itu tuh. Yang di meja sana itu”, tunjuk Novi pada sepasang lelaki dan perempuan yang duduk berhadap – hadapan. Dari posisi mereka, si lelaki tidak terlihat. Namun, perempuan tersebut nampak dengan jelas.

“Eh, bukannya itu kak Tias ya Nov?”, tanya Meilita bingung.

“Iya. Tapi nggak tahu tuh siapa yang sama dia. Aku nggak pernah lihat”, jelas Olivia (BERSAMBUNG KE MALAM JUMAT)
Makasih auhu, lanjut menunggu update selanjutnya
 
Ane sengaja tulis cerita ini dengan karakter yang bejibun (31 cewek dan 11 cowok), karena ane proyeksikan ini bakal jadi cerita yang panjang. Mungkin untuk awal susah mengidentifikasi para karakter, tapi semoga dengan chapter depan ane ngasih sedikit biodata si karakter (cewek), bisa membantu suhu untuk mengidentifikasi karakter. Oh iya, cerita ini juga terinspirasi dari beberapa cerita lainnya, semisal jilbab hunter, cerita yang 5 orang sahabat dengan ustadzahnya, DSB.
Mantapsss suhu
 
udah mulai terkuak sekarang siapa germo nya yg ngejual para akhwat akhwat cantik selaras,..

lanjut suhu,.
makasih udah nyajiin cerita yang amajing..
 
Wooooowww kalo emang mau di jadiin satu satu tokohnya, ini bakal jadi cerita TER..TERR..TERRRR... mantab suhuu, Will waitt,. semangatt..
 
Ane sengaja tulis cerita ini dengan karakter yang bejibun (31 cewek dan 11 cowok), karena ane proyeksikan ini bakal jadi cerita yang panjang. Mungkin untuk awal susah mengidentifikasi para karakter, tapi semoga dengan chapter depan ane ngasih sedikit biodata si karakter (cewek), bisa membantu suhu untuk mengidentifikasi karakter. Oh iya, cerita ini juga terinspirasi dari beberapa cerita lainnya, semisal jilbab hunter, cerita yang 5 orang sahabat dengan ustadzahnya, DSB.

"5 orang sahabat dengan ustadzahnya" ini ceritanya yg mana hu?
 
ada nomor hp nya Umi Maya gak suhu?
heheheee


Emang siapa hu yang ngejualin kira-kira?[/QUOTE]
 
Ane sengaja tulis cerita ini dengan karakter yang bejibun (31 cewek dan 11 cowok), karena ane proyeksikan ini bakal jadi cerita yang panjang. Mungkin untuk awal susah mengidentifikasi para karakter, tapi semoga dengan chapter depan ane ngasih sedikit biodata si karakter (cewek), bisa membantu suhu untuk mengidentifikasi karakter. Oh iya, cerita ini juga terinspirasi dari beberapa cerita lainnya, semisal jilbab hunter, cerita yang 5 orang sahabat dengan ustadzahnya, DSB.
Iya sih karyax mantep banget hny tokohnya terlalu banyak jadi kdg pusing bacax...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd