p2055d
Semprot Kecil
- Daftar
- 16 Nov 2019
- Post
- 58
- Like diterima
- 742
Disclaimer:
Cerita ini hanyalah fiksi dan tidak ilmiah. Nulis santuy sambil belajar. Kalau dianggap tidak etis atau menentang norma-norma silahkan dihapus tapi saya jangan diban he he. Bagian 2 dan 3 menunggu perbaikan.
I
Beberapa hari ini istriku siang-siang sering menggoda diriku memberi sinyal untuk berhubungan. Kamarku bersebelahan dengan halaman yang biasa dipakai untuk mencuci dan menjemur pakaian. Kami berdua punya usaha mandiri, kecil-kecilan tapi cukuplah. Ada pegawai yang membantu jadi jam kerja kami fleksibel karenanya.
Dimulai dari semenjak hidup sendiri ibuku tinggal bersama kami dengan pertimbangan keamanan dan mengharapkan kami bisa konsentrasi memberikan cucu. Harapan orang tua walaupun gak semudah itu. Kami belum bisa memberikan momongan untuk ibuku karena kesibukan. Usaha yang kami rintis masih perlu banyak perjuangan.
Di rumah, Ibu mengambil alih kegiatan seperti masak, mencuci dll. Aku sudah menyarankan untuk dikerjakan oleh ART saja sekalian menemani ibu tapi ditolak dengan alasan pemborosan. Biasa semua dikerjakan sendiri jadi kalau tidak mengurusi pekerjaan rumah malah badan dan pikiran sakit semua. Padahal aku tidak enak jika banyak hal dikerjakan oleh ibu. Istriku sepertinya senang dengan ibu, mungkin jadi ada bantuan ekstra, selain suaminya ini yang agak-agak seperti romusha.
Ibuku di usia pertengahan lima puluhan, masih cantik, gemuk tapi aku bilang curvy masih ada lekukannya. Mungkin masih banyak yang memfantasikan sosok seperti ibuku ini dalam lamunan jorok.
Beberapa kali ibu diajak berbelanja terutama baju. Hanya saja pilihan bajunya lebih ke selera istriku. Selera beliau sebenarnya konservatif, tapi demi menantunya senang, ikut saja toh di rumah hanya kami bertiga. Urusan tamu kami selesaikan di kantor. Ibuku jadi punya banyak koleksi baju yang relatif tipis, tanktop atau yang roknya pendek di atas lutut. Pertama ibu agak risih memakainya, aku juga gak enak melihat ibu pakai baju yang sedikit kelihatan dalamannya, tapi karena di rumah istriku juga pakai seperti itu jadinya semakin biasa. Aku sendiri bertanya-tanya kenapa juga ibu dibelikan seperti itu.
Karena dalam pekerjaan kami fleksibel jadi kadang shift siang atau pagi. Shift pagi kalau ada permasalahan mendesak yang harus diselesaikan dengan pegawai. Waktu shift siang, paginya kami sempatkan berhubungan. Kami walaupun segan punya anak cepat tapi mengingat ibu, ya kami ingin membahagiakan beliau.
Kamar kami dekat dengan jemuran setiap pagi kami bisa melihat ibu menjemur pakaian. Dengan kaca jendela gelap dari luar tidak dapat melihat bagian dalam. Kaca jendela sengaja kami buat besar agar ruangan terkesan lega. Pagi ketika ibu sedang menjemur dan sedang mengenakan salah satu koleksi baru daster hasil belanja dengan istriku. Motif dan bahan sangat bagus dan halus hanya saja kainnya sangat tipis dan tingginya agak jauh di atas lutut. Ketika ibu membungkuk otomatis akan kelihatan garis celana dalamnya tercetak jelas. Atau ketika jongkok celana dalamnya langsung kelihatan dibingkai oleh pahanya yang masih putih mulus. Aku memandang ibu sambil tidak sadar melamun. Tiba-tiba istriku menciumku membuat aku kaget dan istriku tiba-tiba memberikan sinyal minta jatah. Sebenarnya aku masih agak malas karena kegiatan bersetubuh agak rutin sehingga monoton. Tapi karena itu hal yang terhitung baik maka aku layani.
Kami pemanasan sambil melirik ke ibu melihat apakah ibu melihat aktivitas kami. Kalau lampu dimatikan boleh dipastikan kami tidak terlihat. Di tengah persetubuhan, aku beberapa kali terpancing untuk melirik ibu. Mungkin karena rangsangan persetubuhan, tubuh ibu dalam balutan daster tipis menjadi terlihat merangsang. Penisku jadi lebih keras dari biasanya.
Entah apa yang dipikirkan istriku, istriku meminta berhenti sebentar mencari di kotak koleksi pribadi dan mengambil penutup mata. Aku kira aku yang disuruh pakai agar tidak jelalatan, ternyata dia bilang ingin dia yang pakai. Akhirnya kami melanjutkan persetubuhan dengan mata istriku ditutup. Istriku jadi tidak dapat melihat kalau aku lebih sering memandang keluar ke arah ibu. Dengan mata istriku tertutup aku jadi lebih sering memandang ke ibu di tengah persetubuhan aku dan istriku. Aku sudah mendekati puncak, mataku kini tidak lepas dari tubuh ibu. Penisku jadi lebih keras dari biasanya. Mungkin jarak kami dan ibu hanya dua meter dibatasi kaca gelap. Takut ketahuan, segan, penasaran dan memang tubuh ibu masih menggiurkan menambah rangsangan bagiku. Aku bisa melihat jelas tubuh ibu, rupanya ibu tidak mengenakan BH karena istriku bilang dasternya lebih cocok bila tidak sambil mengenakan BH karena bentuk BH akan kelihatan dan mengacaukan penampilan. Aku jadi bisa melihat putingnya menonjol, dan sekali lagi ketika jongkok iku bisa melihat celana dalam ibu. Aku memandangi tanpa berkedip.
Aku praktis menyetubuhi istriku tapi pikiranku dipenuhi oleh tubuh ibuku. Ditengah genjotanku aku memandang perbagian tubuh ibu, membayangkan seolah aku sedang menyetubuhinya. Ditengah genjotanku yang semakin bersemangat istriku tiba-tiba melenguh agak keras karena sepertinya aku menjadi semangat dengan memandangi ibu dan berfantasi sedang menyetubuhinya ditengah puncak nafsuku. Ibuku sepertinya mendengar suara istriku dan sambil jongkok memandang kaca kami. Aku melihat pahanya yang masih mulus, celana dalam berwarna putih tulang, belahan dadanya dan kini wajahnya. Lengkap aku menikmati pemandangan tubuh ibuku sambil aku orgasme, ejakulasi lebih banyak dari biasanya.
Aku balik menatap wajah ibuku dan tidak peduli apakah ibu dapat melihatku. Aku menyemprotkan spermaku dengan menikmati wajah ibuku. Nafsuku membuat pikiran gila seperti ingin rasanya mencium bibirnya. Betul-betul kunikmati tubuh ibuku dengan mataku, detil kemulusan tangannya, semuanya.
Sepertinya ibu tidak bisa melihat kami, tiba-tiba berdiri membelakangi mengambil cucian yang lain. Aku masih merasakan denyutan penisku sambil melihat pantatnya yang berayun-ayun menjauh menampilkan garis celana dalam. Biasanya ketika aku masih berdenyut setelah ejakulasi aku melepaskan dari kewanitaan istriku tapi dengan pemandangan pantat ibu, aku sesekali memaju-mundurkan pantatku. Insting gairahku membuat aku seolah sedang menyetubuhi ibu dari belakang. Istriku sepertinya merasakan perbedaan kecil ini. Dia tidak segera melepaskan penutup matanya menikmati aku dengan fantasiku. Sepertinya dia tahu kalau aku mulai muncul gairah terhadap ibuku sendiri. Dia tidak berkomentar apa-apa.
Penisku yang kali ini tidak cepat lemas seperti biasanya, tinggal agak lama dalam kewanitaan istriku. Aku masih memandang tubuh ibu sampai ibu selesai menjemur. Aku pelan-pelan mencabut penisku. Istriku membuka penutup matanya dan menciumiku dan katanya dia orgasme karena rasanya penisku lebih keras, terasa beda.
Kami jadi sering mengambil shift siang bersetubuh dulu ditemani ibu yang sedang menjemur. Istriku tidak lagi mengenakan penutup mata dan membolehkan aku memandang ibu sambil kami bersetubuh. Kadang kami lakukan di lantai mendekat ke jendela yang memang agak besar agar kami dapat melihat lebih jelas ke luar. Suara-suara kami kadang memancing ibu melihat ke arah kami tetapi tetap tidak terlihat dan kadang kami melihat ibu seperti gelisah mendengar suara kami bersetubuh.
Dengan ibu berada sangat dekat dengan kami serasa sedang melakukan threesome. Istriku jadi lebih sering memberikan baju seksi, malah ada yang semi transparan, walaupun ibu berusaha menolak tetapi dengan paksaan dan bujukan ibu memakainya juga termasuk ketika menjemur pakaian sehingga aku hampir selalu disuguhi pemandangan seksi.
Entah apa yang dipikirkan istriku tidak merasa cemburu ketika aku memandangi ibu ketika sedang bersetubuh. Walaupun begitu aku masih tahu batasan fantasiku dan tidak berharap sungguhan menyetubuhi ibuku.
Bersambung ke part 2, di thread yang sama kok ...