Perjalananku semakin berat dan sunyi, satu sisi aku harus menjadi laki-laki , di satu sisi yang lain aku harus menepati janji dan titah mendiang kedua orang tuaku pemirsa. Istriku-pun hanya satu-satunya anak dari mertuaku , mengingat perbuatannya memang makan ati. Siang itu akhirnya aku harus mengalah untuk menenangkan Tanti.
Suka tidak suka aku harus memulai dari nol lagi. Hubunganku dengan istriku memang aku paksakan untuk terlihay baik-baik saja di mata mertua dan anak2ku. Sampai akhirnya melalui mediasi dari Susi dan saudara-saudaraku perkawinanku berjalan normal hingga hari ini. Dan fakta-fakta mencengangkan itu muncul saat aku nekad menghubungi Andika secara laki-laki !
" Assalamualaikum , apa benar ini nomor Andika ? " Ini suami dari bu Tanti " Aku langsung menelepon Andika pada jam kerja.
" Iya pak betul , ada apa ? "
" Saya minta waktu untuk bertemu hari ini, kapan anda ada waktu ? " Jawabku sok berwibawa.
" Hmmm..ada hal apa pak ? "
" Saya mau bertemu secara langsung dengan anda ..saya tidak perlu menjelaskan , saya yakin anda tahu mengapa saya menelepon "
" Oooh baik pak " Jawab Andika.
" Saya tunggu di Cafe Ada Deh pada jam makan siang , tidak perlu ijin dari Tanti atau siapapun "
" Iya pak , saya usahakan "
" Baik , terimakasih " Aku tutup telponku dan melanjutkan lagi pekerjaanku.
_______skip____skip
Setelah menunggu lebih dari 30 Menit , akhirnya aku melihat Andika muncul dari tempat parkir kafe.
Begitu tahu aku melambaikan tangan, Andika menghampiriku. Wajahnya tampak sedikit pucat meski Andika berusaha tersenyum.
Tanganku sebenarnya sudah tak sabar untuk melayang ke wajahnya , amarah yang kupendam mulai berteriak. Namun aku harus menjaga amarah , toh Andika pasti juga sudah mempersiapkan resikonya.
" Silahkan pesan yang anda mau " Aku berusaha memulai dengan cara yang baik.
" Kita sama-sama suka ngopi, sama-sama menyukai wanita yang sama ya.."
Andika hanya tersenyum kecil.
" Kita sama-sama sudah berkeluarga , sudah tahu posisi masing-masing , saya tahu apa yang sudah anda lakukan, apakah istrimu juga tahu ? "
Andika diam dan menggeleng.
" Baguslah .."
" Saya minta anda jujur dan kooperatif atau saya selesaikan melalui jalur hukum "
" Maksudnya pak ? " Jawab Andika.
" Berapa kali Anda tidur bersama istri saya ? "
Andika mulai menatap mataku dan akupun membalasnya dengan tatapan yang lebih kuat.
" Dua kali pak " Jawabnya pelan.
" Yakin ? "
" Iya pak , maafkan saya pak, saya khilaf " Jawab Andika sambil menghindari tatapanku.
" Enak saja bilang khilaf ..kalau anda tidak memulainya istriku tidak akan melakukan ini semua ! "
Selama percakapan Andika tidak banyak mendebat atau berusaha melawan fakta-fakta yang kusampaikan.
" Anda masih mencintai Tanti ?"
Andika lagi-lagi terdiam.
Belum sempat aku menanyakan pertanyaan yang lain , tiba-tiba suara dering teleponku berbunyi.
Aku langsung memeriksa dan mengangkat telepon.
" Ayah dimana ? " Suara Tanti dari telepon menghentikan percakapanku dengan Andika.
" Baru nyari makan , gimana ? " Jawabku singkat.
" Makan dimana? Mama susul boleh ?"
" Kenapa ?
" Emang ga boleh ? " Jawab Tanti.
" Ga usah nanti mama baper "
" Kok baper ? "
" Udah nanti aku telp lagi " Aku segera mengkhiri telp istriku.
" Saya minta anda janji untuk menjauhi istri saya ! , hari ini kita masih bisa bicara baik-baik , lain waktu mungkin bisa berbeda, saya tidak mengancam, saya mengingatkan, perbuatan anda dapat saya tuntut ke pengadilan jika saya mau.
" Iya pak maaf, baru kali ini saya bertemu laki-laki yang memperlakukan saya selayaknya manusia , bapak tidak memaki-maki atau merendahkan saya , saya janji tidak akan melakukannya lagi.
Akhirnya pertemuan itu kusudahi, aku belajar mempercayai laki-laki yang telah memuncratkan pejuhnya di mulut istriku.
___________________________________________
NEXT CHAPTER
PENGAKUAN TANTI DAN FAKTA YANG TERSEMBUNYI
