Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Adikku, Anak Siapa?

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Mantab... ditunggu updatenya malam ini suhuuu....
 
Jadi penguasa itu memang enak, bisa ngatur-ngatur, dihormati, diberi salam, disebut-sebut, disapa senyum gigi, bahkan disumpahi! Edan! Jangan! Kualat kau! Raja walaupun hanya di tingkat RT, pak bahar yang kemana-mana pakai kopiah hitam bisa saja jadi RW kalau dia mau. Kenalannya banyak, salah satu sesepuh pula yang masih hidup, uang melimpah juga bisa didapat dia dari hasil palak tukang jualan sekitar komplek.
Wibawa jangan ditanya, karisma gagah-gagahan dia juara. Orang lewat kalau ketemu dia pasti nunduk-nunduk. Pasti cium tangan. Kasih doa supaya sehat panjang umur.

Meski tua, dia tidak pikun. Muncul Uban dan rontok rambut bukan berarti pak bahar berkurang pintar. Kemana mana jalan kaki dia masih sanggup. Rajin senam bareng ibu-ibu katanya sebab bikin dia bugar. Tak pelak tak payah dia menemui dan menanyai kabar warga-warga. Itu Bikin dia senang. Bikin awet muda. Itu mengapa dia bahagia jadi RT. Bisa sambangi tiap rumah warga. Cara dia Blusukan kata pak rt ya seperti ini. Sedapnya Diseduhi kopi item dan pisang goreng kalau ada. Jadi RW? Nanti-nanti sajalah. Pak bahar tidak serakah kuasa. Dia sadar masih kurang cakap mengurus warga RT-nya. Jam terbang masih rendah. Masih fakir ilmu. Cukuplah RT jadi jabatan terakhir yang ia pikul pikirnya.

Sore itu, Komplek Perumahan Serundeng sedang ramai. Berisik Kicau Anak-anak bocah yang main di jalanan aspal yang tak mau kalah dengan burung. Tendang bola tidak pakai sepatu. Kakinya direlakan kapalan. Jatuh masa bodoh. Berdarah, tidak cengeng. Kata mama anak laki-laki musti kuat kayak papanya yang kerja pagi hingga malam, jadi budak keluarga. Karena tanah lapang komplek jauh, apalagi selalu saja Anak-anak remaja komplek tak mau mengalah pada adik-adiknya, itu kenapa bocah-bocah senang main di jalan. Bisa lihat mobil juga. Kalau Ketemu papah pulang langsung bisa peluk. Minta gendong. Bubar dan selesai main kalau sudah begitu.

"Pak RT? mau kemana pak sore gini?", tanya salah seorang ibu berbadan gembrot. Ia sedang berdiri mengawasi anaknya bermain. Di sisi lain, Mukanya yang kelihatan habis ngaca di rumah berlama-lama di rumah menengok pak rt.

"Ini bu Jaka, mau ke tempat fotokopi....", tukas pak rt menjinjing map berwarna biru.

"Ohh..."

"bu jaka, bapaknya belum pulang?", pak rt berhenti sebentar mengajak akrab.

"Belum pak RT, sebentar lagi paling-paling...ada keperluan apa ya memangnya, pak?"

Tiba-tiba Salah seorang lelaki datang menerobos, menyerobot nafas pak rt dan ibu Jaka,"pak rt! Pak rt! ada berita heboh pak rt!!....", dengusnya.

"Haduh! bikin kaget aja nih si Gandul! Gak ada salam dulu...musti sopan kamu sama orang tua...."

"Iya bu jaka, iya maafin saya sebelumnya..."

"Yasudah, Ada apa Dul? Omong kamu...Katakan kenapa kamu sampai ngap-ngapan begini? Kamu bawa berita heboh apa?", pak bahar tetep tenang, tidak panik, sudah biasa dia menghadapi segala situasi pelik.

"Iya pak, jadi gini....saya tadi baru dapat kabar dari komplek sebelah kalau Istrinya pak kadir hamil...!"

"Wekekekek.. Gandul, gandul...orang hamil dibilang berita heboh, bahagia itu! dangkal otakmu!", ibu jaka tertawa geleng-geleng. Makin yakin dia si gandul yang tamatan SD ini benar-benar ******.

"Bukan hamilnya yang heboh bu jaka! Saya tahu dimana-mana punya anak mustinya seneng, musti syukur kita. Tapi hebohnya ini maksud saya bukan karena beranak,..hebohnya itu karena istri pak kadir hamil gara gara kemasukan burung warga komplek kita ini!"

"Wusssshhhhh jangan asal sembarang omong kamu! Bisa jadi gempar! Mau ditaruh dimana muka para warga?!" gertak Pak bahar

"Heh! Gandul! kamu jangan coba-coba sebar berita yang bikin geger...mengada-ngada pasti kamu ya?"

"Saya berani sumpah bu, berita ini 100 % sahih....itu komplek sebelah lagi pada ngeributin siapa pelakunya...burungnya mau mereka sembelih kalau juga tak mau mengaku"

"Lantas Siapa memang pelakunya dul?", tanya pak rt.

"Nah itu! Belum ketangkap..Istri pak kadir gak mau kasih tahu pak...dia takut bapak dari anaknya nanti digebukki, diarak dan ditelanjangi...tak tega dia jika anaknya lahir tahu bapaknya dikatai warga"

"Wah, repot juga kalau gitu ya...",..

"Yasudah pak rt, saya pamit mau kasih tahu ke pak RW dulu soal berita ini...soalnya saya takut terjadi apa apa dengan komplek kita...", gandul lekas pergi buru-buru.

"Yasudah, yasudah, cepat-cepat kamu kabarkan yo! Balai warga bakal rame malam ini..."

"Mari pak rt, saya mau mandikan si Joni, mungkin masalah komplek sebelah biar suamiku saja yang ikut bahas di balai warga.."

Setelah itu Ibu jaka segera menyahuti anak dekilnya yang krempeng untuk cepat pulang dan mandi. Sementara Pak rt berjalan enteng ke arah tukang fotokopi komplek. Desas-desus belum dianggap serius dan seheboh gandul mengabarkan. Untung saja, ibu-ibu yang lain tidak menguping. Mereka milih menggosipi soal hal lain, soal rumah tangga Sari dan Syarif, orang tua faris.

=¥=​

"Imam begitu seharusnya pensiun sajah, sudah tak merdu dia baca ayat. Serak Batuknya lebih sering gue denger,..oalah gue lupa, dia kan pak haji....pak haji samaun..orang paling alim di komplek gue..."

Gue baru aja habis pulang dari masjid untuk tunain sholat isya. Sebuah kewajiban buat gue yang muslim, wajib! Biar dapat barokah Allah, lepas dari melarat. Di komplek ini yah gue terbilang remaja yang lumayan soleh ketimbang remaja-remaja lain yang lebih banyak dekem di rumah main hape, atau kelayapan tak karuan naik motor trek-trekkan. Gak percaya? Lihat aja barisan penghuni shaf-shaf masjid. Lebih banyak diisi tua renta dan bocah-bocah bau kencur yang suka iseng dodorin sarung temennya pas lagi solat.

Di sisi lain, Sepanjang perjalanan gue kepikiran soal foto skandal mama dengan pak bahar yang gue temuin sepulang sekolah di kamar mama. Puyeng pala Gue. Mikir apa bener iya yoga anak pak bahar. Padahal Tadi sore gue sebetulnya mau sambangi rumah RT tengik itu, ah si mama keburu pulang duluan. Foto-foto itu terpaksa buru-buru gue letakkin ke tempat semula. Maunya gue sih sergap mama, minta dia jelasin apa maksud dari foto-foto itu. Tapiii...gue gak mau bikin mama tambah pusing. Dia sudah kepayahan mencari uang sebagai ganti kerja papa yang gak tahu diri entah dia berkelana kemana. Apalagi akhir-akhir ini dia sering banget ngelamun. Yang musti gue persalahin lebih dulu itu si hidung RT! Bisa-bisanya terong punya dia dimasukkin ke sangkar nyokap gue. Asyik sialan! Tua-tua belum puas ngentot, boleh jadi karena sarang bu RT sudah peot. Tidak bisa goyang lagi. Sekali goyang jantung kumat. Desahannya bakal lebih mirip jerit sakaratul maut. Heuheu.

"Ada sweeping! Ada sweeping! Ada sweeping! Ada yang mau lempar batu!", ngebut lari seorang anak muda yang gue gak kenal.

"Gak ada banci, gak ada judi, gak ada yang teler miras, sweeping apa ini?", tanya salah seorang bapak-bapak yang pulang dari masjid bareng gue. Planga plongo dia lihat anak muda yang larinya gak jelas ke arah mana. Gue kira sih ke rumah pak RW.

Gak tahu musti tanya ke siapa, gue lekas cabut masuk ke rumah. Eh, Di rumah mama udah baek nyiapin makan malam buat gue. Apalagi dihibur penampilan mama yang cantik banget malam ini. Tempe jadi menarik rasanya. Sekseh, tanpa malu-malu pamer paha di depan gue. Wih, gemuk amat pahanya. Bikin penasaran sama selangkangan tempat gue nongol ke dunia dulu. Wah gak pakai beha juga dia pasti. Puting teteknya nyembul tuh di balik daster lusuh yang udah lama dia pakai. Mungkin supaya lebih gampang kalau-kalau yoga menagih susu. Ehm, Papa sadar gak dan tahan sih ninggalin istri cakep begini? Otaknya udah bergeser kali yah. Alhamdulillah...rezeki anak soleh. Gue lepas dan lipet deh tuh sarung. Terus duduk bareng sama mama deket meja makan. Kunyah makan malam sambil merhatiin mama.

"Yoga kemana mah? Tumben gak rewel", tanya gue mengambil piring.

"Udah tidur dia, kenyang habis minum susu..."

"Emm....", yoga habis nenen langsung pulas, enak betul jadi dedek bayi, masya Allah.

"Ris, kamu nanti wakilin keluarga kita ya musyawarah di balai warga. Papa kan gak ada, jadi ya kamu gantiin..."

"Musyawarah apa ma?", gue heran karena tidak biasanya ada rapat warga mendadak seperti ini. Biasanya pertemuan warga membicarakan 17 Agustusan, halal bi halal lebaran.

"Mama juga kurang tahu, tadi pak rt yang kasih tahu ke mama sore tadi...."

"Mama ketemu sama pak rt?!"

"Iya, kenapa ris? Kamu kok kaget kanget sepertinya?"

Welehhhh, bener-bener mama dan pak rt ada main hati nih jangan-jangan menurut gue. Mama ajak yoga sore-sore jalan, Barangkali bapaknya anak itu alias pak rt kangen sama bayinya, kangen juga sama ibunya. Pengen cium-ciuman. Wedussss!! Gak bisa gue tunda-tunda bicara sama Pak bahar. Musti jelas iniih. Sekalian saja mungkin saat di balai warga. Biar tak susah mencari pak rt yang hobinya jalan-jalan mampir itu.

Gue makan dengan lahap. Rakus karena kesal mikirin pak bahar. Musti bagaimanakah reaksi gue nanti. Hujat menghujat? Kelahi? Papa gak ada sik. Pengen banget papa bogem itu si RT. Bayinya sekalian aja diberikan. Biar itu RT bisa tetein sendiri bayinya. Haha! Tocil! Pasti hidung yoga jadi gatal. Mimik cucu, hidungnya kena bulu nenen. "Uhuk...uhuk...uhuk..."

"Kamu senyum sampai batuk begitu,...mikirin apa kamu ris?", mama penasaran. Masa iya gue balas, "mikirin empunya kontol yang terakhir entot mama..." wkakakakak. Habis mama tuh. Gelagap kikuk pasti dia nanti. Huh...sayangnya gue gak boleh kurang ajar sama mama, nanti surganya menjauh dari gue. Sabar..sabar...ngurut dada gue.

"Gak ada apa-apa ma, kepikiran obrolan temen di sekolah aja...", bantah gue. Jangan sampai mama tahu.

"Hmm ada-ada aja kamu...nanti sebelum berangkat ke balai warga, kamu jangan lupa minum obat dulu ya ris..."

"Beres ma!"

=¥=​

"Pak haji masa gak bisa terawang siapa penghamil istri saya?! Usahakan pak haji! Saya mohon! Katanya wali?"

"Diem lo kadir! Jaga mulut lo! Pak haji bukan tukang santet! Lo warga komplek sebelah jangan songong! Sopan dikit sama pak haji! Punya tata krama kan lo!"

"Saya tahu! Saya faham! Kalau pak haji gak mampu, cemen!

"Wah kurang ajar lo kadir! Gue pites sini leher lo!", salah seorang warga hendak memukul pak kadir. Dia bangkit dari duduknya, serasa mau melayang menghajar roman muka pak kadir. Jalannya Musyawarah gagal menemui titik temu. Pak kadir kerasan dan amat yakin penghamil bininya warga komplek Serundeng.

"Hayok! Sini lo! Gue akhiri hidup susah lo! Lo juga kali yang bikin istri gue melendung...", pak kadir tak gentar. Dia menjawab nyali salah seorang warga yang mengajaknya beradu hantam.

"Tahan! Tahan! Tahan!"...."hayoo! saya pegang pak kadir! Lepaskan saja mereka! Biarkan mereka tarung! Seru!", sorak-sorai warga yang menghadiri rapat di balai warga. Malah ada yang bertepuk tangan.

"Aalaaaahhhh! Bacot! Jangan ditahan gue! Congor si kadir itu biar gue penyokkin sini, anunya seukuran anak ayam baru menetas kali, makanya si istri suka kontol ukuran negro"

"Siapa kalian nahan-nahan saya?! Heh?! Kalian mau saya lenyapkan juga?! Bosan kalian punya nyawa?!"

"Sudah! Sudah! Pak kadir! Pak dulman! Harap tenang! Tenang! Kalau jalannya rapat seperti ini tidak ada hasilnya. Kasihan warga yang lain! Kita tidak menemukan jalan keluar. Tidak ketemu pelaku penghamil istri pak kadir"

"Rusuh! Rusuh! Biar tawuran saja pak! Tawuran antar komplek! Kami pengalaman! Supaya Rame malam minggu!" Beberapa remaja menyahut. Bercanda mau melempar kursi.

Cukup ramai dan menyesakkan balai warga Komplek Perumahan Serundeng. Warga komplek sebelah ikut berdatangan, mengawal pak kadir. Selebihnya, warga Serundeng yang rata-rata sudah mendengar berita kehamilan istri pak kadir oleh salah seorang warganya. Suasana rapat pun panas, bisa terjadi pukul-pukulan kalau bukan RW-nya berkepala dingin, penyabar luar biasa. Bagaimana tidak Pak kadir meminta penghamil istrinya segera mengaku, menampakkan muka. Dia begitu yakin orangnya hadir di dalam rapat itu. Dugaan pak kadir katanya beralasan. Dia dengar-dengar dan pantau istrinya sering mampir ke komplek serundeng ini. Itulah dasar firasat pak kadir bermula.

Pak haji samaun sampai diseret hadir. Kakek yang seharusnya istirahat di rumah malam-malam itu didesak datang tanpa pikir dia masuk angin atau tidak kemudian. Ini karena Simpang siur lama kalau dia seorang wali, bikin dirinya diminta kasih petunjuk. Sebab karena dia haji yang alim. Yang zuhud dunia. Kuasai ilmu ikhlas dan makrifat. Ketika hadir sayangnya dia lebih banyak diam. Beberapa warga malah khawatir dia bakal mati di tempat karena usia tuanya. Maka, tak heran. Salah seorang warga mengamuk ketika pak kadir merendahkan haji samaun.

"Minta pendapat Wan Salim saja...", usul seorang warga mengacungkan tangan.

"Siapa itu wan salim? Siapa? Katakan... bagus, usulmu saya bayar", pak kadir tertarik perhatiannya begitu juga warga yang lain.

"Dia konon tabib, punya indera keenam...hebat"

"Hayo panggil dia, suruh datang kemari...cepat panggil", pinta pak kadir merasa diberi harapan.

"Dia mana mau mendatangi, dia maunya didatangi...wan salim mahal! Kepercayaan pejabat loh pak kadir..."

"Hayolah kalau begitu, hayo antar aku ke rumah dia...aku ikut kamu... gak berguna orang-orang ini semua.....rapat madesu"

"Wwwohhhhhh! Wuuuhhh! Pongah lo kadir! Mau kemana lo!", maki beberapa warga yang merasa dihina.

Pak RW dan jajaran RT tak berkutik. Sikap pak kadir yang meninggalkan arena rapat tak omong-omong, membuat warga segera membubarkan diri saja. Rapat dianggap sudah selesai saat itu, tanpa hasil secuil pun, kecuali ricuh. Alhasil, Balai rakyat pun perlahan sepi di bawah malam. Warga-warga sudah pulang ke rumah masing-masing, mau bobok. Mau ngelonin istri. Mau ngobrol sama anak. Sisanya jajaran RT dan RW bergabung bersama beberapa pejabat RT/RW komplek sebelah, melanjutkan pembahasan tanpa warganya.

=¥=​

"Wan salim siapa pak RT?", tanya gue nyaris lama menunggu beliau rapat. Dalam perjalanan pulang ke rumah, Gue pakai basa-basi dulu ke pak RT sebelum masuk ke inti obrolan yang gue mau.

"Dia warga komplek kita juga...yah bisa dikatakan dia orang pinter, dukun'lah ya...."

"Hebat betul wan salim ya pak katanya? saya denger barusan dia sampai jadi kepercayaan pejabat..."

"Masalah itu saya kurang tahu, bukan warga saya juga kan hehehe..."

"He'eh, betul pak...."

"Kamu tadi nungguin bapak ya ris? Ada apa yah?", langkah gue dan pak bahar lekas terhenti di tengah jalan.

"Maaf nih ya pak RT, maaf banget sebelumnya, saya bukan mau menuduh bapak macam-macam nih...tapi ya, yang sudah saya lihat begitu adanya...mau bagaimana lagi ya.."

"Ada apa ini? Sepertinya serius betul?", gue merasa pak RT mulai mencurigai ada ketidakberesan dengan sikap gue. Dia agak gemetaran, jangan-jangan sudah takut duluan. Rasain lu!

"Pak, bapak jujur aja ya sama saya...bapak udah selingkuh sama mama saya ya kan?"

"Walah, kata siapa! Tudinganmu berbahaya ris! Bahaya! Mirip pak kadir kamu...", sontak pak rt kaget.

"Udah deh pak, ngaku aja. Saya punya buktinya loh..."

"Emm...bukti???? Tunjukkan dulu buktinya, baru tuding saya kamu. Bawa kamu buktinya? Manah sini....", pinta pak bahar memaksa.

"Ehhmm sayangnya saya gak bawa pak,... udah deh pak lebih baik bapak ngaku aja di depan saya sekarang, daripada saya kasih tahu warga-warga kalau bapak sebagai ketua RT selingkuh sama warganya...bagaimana? Macam apa bapak ketua RT kita ini", gue keukeuh. Eh sikap pak bahar terus mengelak.

"Gak bisa begitu ris, kamu musti tunjukkan bukti dulu...jangan sebar berita yang belum tentu benar...ketahuan fitnah kan kasian kamu dan mama kamu nanti...dosa kamu! Dosa!"

"Errghhhh...yasudah...besok pagi saya tunjukkan bukti itu ke bapak, bapak pasti gak bisa nyangkal lagi...jangan menghindar ya pak", lama kelamaan gue kesal dengan pak bahar, selalu saja menagih bukti. Padahal, sudah jelas gue melihat fotonya sedang telanjang bulat bersama mama.

"Nah begitu baru,....jaman sekarang apa-apa musti ada data nak faris kalau mau ngomong. Ada dalil biar kamu gak ketahuan pepesan kosong. Kalau langsung nyablak nuduh seperti tadi itu, berbahaya! Sungguh amat berbahaya!", pak RT coba menceramahi gue.

"Sudah cukup pak RT, cukup, lebih baik bapak siapkan mental buat besok, siapkan cermin sekalian...supaya ngaca, paruh hidung bapak berbelang atau tidak, istri bapak bodoh, kawin sama burung betet....hahaha...saya pamit pulang pak RT"

"Guuoobllokkkk! Kurang ajar kamu yaa....masih muda udah seperti ini...berandal kamu!", mencak-mencak pak RT ketika gue tinggal pergi. Nyaris lemparan sandal jepitnya kena gue. Huuh..Resek itu ketua RT. Belum ngaku juga dia. Udah ggak pantes lagi dia jadi RT. Wibawanya udah jatuh. Memalukan. Seharusnya tuir-tuir Jadi panutan malah suka kemaluan. Bah! Somplak itu RT!

Tiba di rumah pukul 11 malam, pintu rumah yang gak ketutup rapat, gue kunci. Gue cek ke kamar, mama dan yoga sudah istirahat bersama. Huh mama...mama...., tubuh seksimu kamu selimuti dong. Gue menghampiri sekaligus menyelimuti mama dengan selimut. Kalau mama sampai Masuk angin kemudian sakit, siapa yang bakal ngurus yoga. Masa gue yang nyusuin yoga. Amit amit! Tuh kan di sela bibir ade bayi ada cairan putih. Susu siapa lagi kalau bukan susunya dari nenen mama. Wkakakak masa susunya Wewe gombel. Pak RT itu istrinya yang kayak wewe gombel. Sekali sedot keluar soda api. heuheu. Setelah itu, gue duduk rebahan sebentar ngambil nafas. Oh ya, sinetron kesukaan gue! Gue langsung nyalain televisi. Yah, udah kelewatan. Udah habis sinetron siluman dan naga terbang. Payah dah gara gara itu ralat. Padahal, gue mau lihat bagian kelahinya itu. Di rapat juga gak terjadi kelahi. Ck... tidur aja dah mending.

=¥=​

Malam-malam semakin suntuk. Kelelawar terbang berhamburan mencari makan di tengah komplek. Menelusuri loteng-loteng rumah warga. Menyelinap dari dahan ke dahan. Mereka gelisah terganggu dialog di sebuah rumah usang yang mana Salah satu penghuninya menjadi bang toyib, sudah melalang buana entah kemana. Petualang nasib. Faris tertidur nyenyak di atas kasurnya yang kusam. Sudah lama dia tidak menjemurnya di bawah terik panas matahari. Sungguh kasian derita anak itu. Di sekolah kurang berprestasi. Hidupnya juga pailit. Papanya malah pergi membawa lari tanggung jawab.

Mamanya?

"pak bahar ini gak sabaran banget ya...udah masuk rumah gak bilang-bilang, main telanjang ajah lagi, serem tahu saya lihat kontol bapak..", duduk bersama dia atas kasur, sari menatap keringat menjulur turun dari dada pak bahar. Dia pula menatap serius kontol ketua RT yang bulunya lumayan lebat itu.

"Kamu bikin pak bahar gerah terus sih,..", pak bahar pemanasan sebentar. Meliuk-liukkan badanya lalu meluruskan tangan. Matanya bulat-bulat memerhatikan kemolekan tubuh sari di balik daster yang agak compang dan rasany mudah dirobek itu. Pak bahar berniat bikin ibu dua anak itu puas untuk kedua kalinya.

"Yang kemarin memang belum cukup ya pak bahar?"

"Belumlah...kemarin-kemarin itu kita berdua kan buru-buru ngelakuinnya...sayanya juga kurang begitu puas hehe...memekmu bikin nagih sari"

"Sekarang pak bahar mau apa lagi? Sementara Saya masih heran kenapa saya mau disetubuhi bapak..."

"Karena ini sayang, karena burung ini....burung ini rindu sarangnya, sarang milikmu....wuuh", bangga pak bahar pamer kontolnya yang ngaceng berdiri.

Sambil meloloskan dasternya, sari berkata,"saya heran, berhubungan badan dengan bapak entah kenapa tidak bergairah sama sekali...walaupun cairan kelamin saya beberapa kali keluar..."

Pak bahar diam, tubuh molek sari jadi kurang menarik perhatian semenjak wanita itu mengajukan pertanyaan tembakan. "Kamu masih simpan suvernir pemberian bapak kemarin?"

"Kado yang tak boleh dibuka itu? Masih, malah sari tidak membukanya sama sekali..."

"Begitu yaaa....",..

"Bagaimana pak bahar, dilanjutkan atau tidak ini?", tanya sari memandang pak bahar yang duduk di sampingnya, sepertinya ketua RT itu sudah tidak bernafsu lagi, kehilangan minatkah?

"Lanjut, harus, kamu gak lihat kontol ini masih berdiri...",

"Hayuk cepat pak bahar, saya tidak mau besok pagi kantuk berat mengganggu rutinitas sebagai ibu.."

"Ayo...."

Sari mengocokki lembut kontol pak bahar, lalu memandangi nafas ketua rtnya yang sengal-sengal. "Hehhhs enak sari, tapi amat disayangkan mengapa kamu selalu menolak menghisap kontol bapak ya...oh terusskan..."

"Jijik....", satu kata terlontar.

"Bapak boleh ya kali ini menghisap tetekmu? Yah?"

"Tidak, jangan harap..."

"Kenapa?"

"Ini ASI untuk anakku pak...biar dia cepat tumbuh dewasa, sehat dan kuat...bapak sudah tua, bentar lagi mati"

"Kamu inih masih saja terus menolak...heughhh", kesal pak bahar mendapati sikap sari tak tanggap pada kemauannya. Kemarin-kemarin waktu Pertama kali menyetubuhi sari sifatnya nyaris mirip. Sama malahan. Sari mau disetubuhi, tetapi wanita itu seperti kurang bersemangat. Kehilangan binal seorang betina. Dia merasa ada yang tak beres. Ada yang salah. Sial! Enak sih enak, tapi gak nendang! Begitulah otak kotor pak bahar menyikapi sifat sari. Apa boleh buat nafsunya tetep kenceng, kontolnya ingin ngecrot. Tidak mungkin ditahan-tahan. Masih diuntung ada lahan buat rasakan tubuh wanita gratis. Walau mulanya dia berjuang keluar biaya banyak. Rugi aku! Cuma dapat begini! Kurang apa bayarannya! Wan salim memang mata duitan! Pentol korek!

Kesalnya lalu ia salurkan dengan mengajak bibir sari berciuman. Meski dilarang melahap tetek sari dia masih diperbolehkan memegangnya.
"Cyyuupphh....ohh....sari, mengapa kamu kurang buat pak bahar ini bernafsu sayang..."
"Tidak apalah, yang penting bisa entot memek kamu yang masih seger..."

Selagi menyentuh buah dada sari, tak sengaja menetes air susu wanita itu. Pak bahar lalu menyeka dengan jari telunjuknya. Mencucup air susu yang manis tersebut ke mulutnya. Kepengen dia, menyedot dari sumbernya langsung. Apa daya dilarang. Cuma Manyun bibir pak bahar.

"Sari, kalau begini pak bahar gak puas..."

"Nanti kan bapak dapet memek sari juga, muncrat juga, masa gak puas?", tutur sari, tangannya masih lihai mengocokki kontol pak bahar.

"Iya bapak tahu, cuman, kurang meledak aja nafsu bapak, sari..."

"Aduh! Bawel amat udah dilayani! Jadi gini ya.. Jangankan bapak, sari juga gak tahu kenapa gak ada gairah melayani pak bahar...ngerti? Udah gerti?", sari berhenti sejenak.

"Iya? Iyah...bapak ngerti...", sia-sia usaha pak bahar ternyata.

"Udahan aja deh sekarang, sari jadi males...makin gak ada rasa...hambar...."

"Yah jangan gitu sayang, ayo lanjutkan dong...lanjutkan...."

Bingung jadinya pak bahar menghadapi sari. Awal-awal bersetubuh cukup lumayan puas melepas hasrat merasakan memek sari. Kini beda, dia ingin sari lebih membara. Seperti suami istri ceritanya. Jauh dari harapan, pak bakal ngamuk sama wan salim. Barang yang sudah dibayarnya kurang moncer. Sekarang pasrah saja dia apa yang sudah didapat.

"Sari, hayo dong sari...kamu gak kasian sama pak bahar...burung bapak masih berdiri sari..."

"Yaudah sekarang bapak mau diapakan lagi?", tanya sari dengan muka datar.

"Ayo sini, langsung entot aja dah...", frustasi lama kelamaan pak bahar.

Sari kemudian terlentang, tak peduli pak bahar mau ngecrot seberapa sering. Sari jadi seperti tempat buang pejuh pak bahar saja. Tak ada yang dia nikmati sama sekali.

"Eurrrmmmm.....kujilati memekmu sari...aku jilati slephh slepph..aku jilati terusss sleeepphhh sleepph....", masih belum menyerah ternyata pak bahar. Dia berjuang keras agar sari bergairah, supaya percintaan dia dengan sari di ranjang seperti arena malam pertama. Akan tetapi, Lagi dan sekali lagi usahanya tidak membuahkan hasil. Malang!

"Ah Geli pak bahar! Cuma geli! Udah-udah...cukup..., gak ada sensasi, langsung masuk saja penismu...ludahmu bau, cuma cape membersihkan aku ujungnya.."

"Hadddddddohhhhh!!!!"
"Kamu sudah jadi lelaki sekarang, sari?!!! Kamu wanita asli kan?! Kamu bukan transgender?! Wan saliimmmm!!!! Tetek bengek kau!!!!", depresi ringan jadinya malam itu pak bahar. Kasihan....sungguh kasihan. Ditertawai kucing kampung yang lagi berahi di musim kawin.

Bersambung

=¥=​
 
Terakhir diubah:
Setelah baca baca ni cerita menarik juga..ane cm penasaran ntar kedepannya mau incest apa cm pembalasan si anak doang bro..kalo jadiin incest kan lumayan..haha..kalo pembalasan sih ane mikirnya si pak rt ama ibu nya dihajar juga..biar mantep thuh..trus diarak keliling kampung sama faris n babe nya..haha
 
Sari ini siapa ya
Kok aku lupa wkwkwkwkw
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Keren suhu ceritanya ada unsur komedinya...oh pak bahar pake pelet,cuma peletnya ga ampuh...ditunggu incest dengan anaknya suhu....
 
Bagus, tidak tergesa gesa, agak sedikit kentang... Lanjutkan di tunggu update nya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd