Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA A High Class First Love Story (BUCIN)

Next update kapan? ><


  • Total voters
    72
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Part XVI: A Perfect Moment.


Tut Tut Tut Tut Tutut Tutut.

Aku mendengar sebuah suara yang amat keras.

Tut Tut Tut Tut Tutut Tutut.

Ah mengganggu saja.

Tut Tut Tut Tut Tutut Tutut.

Aku pun membuka mataku dan langsung menengok ke arah sumber suara. Diriku sekarang masih setengah sadar.

Tut Tut Tut Tut Tutut Tutut.

Ternyata suara ponselku yang berada di ats meja samping tempat tidur. Aku matikan suara alarm itu, dan diriku sekarang sudah tersadar sepenuhnya walaupun masih terasa kantuk. Ya, aku di sini untuk pekerjaanku.

Aku lihat jam yang berada di ponselku, dan sekarang adalah pukul 5 pagi waktu Inggris. Aku sengaja memasang alarm jam segini, karena aku harus sudah berada di istana pada pukul setengah 8 pagi nanti karena acara akan berlangsung pukul 8 pagi. Ada untungnya juga sih kemarin aku memasang alarm jam segini, karena mau tak mau aku harus membeli pil kontrasepsi darurat akibat 'kecelakaan'-ku dengan wanita yang sedang tertidur tengkurap di sebelah kananku ini.

"Ehmm... Sayang... Udah bangun...?" Viny sepertinya juga terbangun.
"Iyah... Kan mau siap-siap."

Viny yang mendengar ucapan itu langsung menggelindingkan tubuhnya sehingga kini dia dalam posisi telentang.

"EMMMMMMMMMMMMMMMMHHHH................. Hah hah..."

Viny meregangkan tubuhnya sekuat tenaga. Untungnya tangan Viny tidak mengenai kepalaku seperti saat liburan itu.

"Hhh... Sekarang jam berapa yang?"
"Udah jam lima."
"Emmhhh... Masih pagi."

Viny pun kini bergerak membelakangiku, dia melanjutkan tidurnya.

"Yaa kan aku mau siap-siap."
"Acaranya nanti jam 8 kan yang? Masih lama kok."
"Tapi kan aku harus siap dari jam setengah 8."
"Masih lama kok yang."
"Kamu lupa ya kalau aku mau beli pil KB darurat."
"Hmm.... Iya yang, aku lupa. Padahal ga usah beli juga ga apa-apa..."
"Hey ga usah aneh-aneh deh."
"Iiihhh kan aku udah siap jadi ibu. Masa kamu belum siap sih jadi calon ayah?!" Lah langsung ngegas
"Kamu siap apanya dah. Kuliah aja belum beres, kerjaan juga sebenarnya ngelarang kitanya aja yang diam-diam. Mending kamu selesaikan semuanya dulu aja."
"Ish..."

Aku menyibakkan selimut lalu bangkit dan berdiri keluar dari tempat tidur. Kini aku sedang berdiri dengan tubuhku yang tanpa busana ini. Sementara itu, aku juga dapat melihat tubuh belakang Viny yang juga tidak memakai sehelai benangpun itu. Nampak punggung Viny yang amat mulus itu, dengan pantatnya yang cukup sekal dan menggemaskan itu. Belahan lubang vaginanya pun juga terlihat dari sini. Nampak sedikit cairan kental berwarna putih dari belahan vagina itu, memang banyak sekali sperma yang aku keluarkan di dalam vaginanya kemarin. Tentunya penisku mulai menegang dong, tapi ga mungkin aku 'menghajarnya' sekarang, gila aja.

Aku mengambil setelan jas yang telah aku siapkan ini. Setelah mengambilnya, aku langsung masuk ke dalam kamar mandi. Nampak pakaian kotor yang kemarin kami pakai berserakan di dalam kamar mandi. Tentunya aku harus membersihkannya dong, aku ambil sebuah kantong pakaian kotor yang menjadi fasilitas hotel dan aku masukkan seluruh pakaian kotor ke dalamnya. Selain pakaian kotor, juga terdapat dua pasang pakaian yang seharusnya kemarin dipakai olehku dan Viny, namun ya gitu deh. Aku ambil pakaian itu lalu meletakkannya di dalam lemari. Kini aku sudah siap untuk mandi pagi, tentunya dengan air hangat.

Selesai mandi, aku langsung memakai pakaianku itu. Setelah memakai dalaman, aku memakai kemeja putihku lalu memakai celana bahan dan ikat pinggangku. Aku belum memakai jas, ya karena aku akan pergi dulu ke toko obat. Yah sekarang sudah pukul setengah enam pagi waktu Inggris dan toko obat 24 jam terdekat tidak terlalu jauh, bisa lah. Aku keluar dari kamar mandi, dan nampak Viny yang tidak mengubah posisinya itu sehingga tubuh bagian belakangnya masih dapat terlihat dengan jelas di mataku.

"Vin, aku keluar dulu ya."
"Mmhhh..."

Viny menjawab pertanyaanku dengan malas. Yah kalau dari suara yang keluar dari mulutnya sih menunjukkan dia menyetujuinya. Yasudahlah, kini aku memakai jaket dan jam tangan pintarku lalu berjalan menuju pintu sambil membawa kantong plastik berisikan pakaian kotor kami berdua.

"Vin, pakaian kotor aku taruh di depan ya, biar di-laundry."
"Mmhhh..."
"Terus pintu aku kunci ya. Kuncinya aku bawa satu. Yang satu lagi nempel di saklar listrik."
"Mmhhh..."

Masih saja jawabnya seperti itu. Yah sudahlah, kini aku keluar dari kamarku lalu meletakkan pakaian kotorku di depan kamarku dan memasang penanda 'Don't distrub' di depan kamar. Setelah semuanya siap, aku pun berjalan ke arah lobi hotel.

"Ggrrrrr... Dingin bat jir."

Ya, walaupun sudah hampir musim semi, namun tetap saja terasa sangat dingin bagiku yang terbiasa menghirup udara panas nan lembab khas khatulistiwa. Sepuluh menit berjalan kaki, kini aku sudah berada di dalam drugstore yang cukup besar namun sepi ini. Aku pun mendekati sang apoteker yang sedang berjaga di belakang kasirnya.

"Excuse me."
"Can I help you sir?"
"Hmm... I just need some of plan B pills. Do you mind?"
"Did you mean an emergency contraception pills?"
"You're right."
"We have some of levonorgestrel here."
"Okay. Can you bring it for me sir?"
"Sure. Give me a few minutes."

Sang penjaga kini pergi meninggalkanku. Setelah menunggu beberapa lama, muncullah dia sambil membawa sebuah kotak.

"Here sir. You can take it for 13 bucks."
"Nice. I take it."
"I think you need some of safety tools too. Do you want it?"
"Oh no no I don't...."
"Play safely, sir."

Anjir napa apotekernya jadi kek sales kondom dah.

"Okay. Maybe five..."
"Allright."

Sang apoteker kini membelakangiku mengambil kondom yang berada di rak di belakangnya.

"Only 15 bucks for all."
"Okay. Here it is."

Aku memberikan lima belas pounsterling kepada sang apoteker dan apoteker itu langsung memasukkannya ke dalam mesin kasir.

"Thank you for coming, sir."
"You're welcome."

Aku pun berjalan kembali ke hotelku. Butuh setidaknya sepuluh menit berjalan kali hingga aku sampai di hotelku itu. Sesampainya di hotel, ternyata sudah pukul 6 pagi waktu setempat. Sudah cukup ramai juga.

"Halo nak, dari mana saja kamu?" Tiba-tiba aku disapa oleh seorang pejabat tinggi negara lainnya.
"Oh ga kok pak. Tadi saya hanya jalan-jalan sebentar pak." Ga mungkin lah gue bilang beli after-morning pill dan kondom.
"Hahaha masih sempat-sempatnya ya kamu nak, padahal kamu katanya sehabis ini mau liburan di sini. Ayo nak sarapan, kita harus sudah berangkat jam setengah 8 nanti."
"Iya pak. Tapi saya harus balik dulu ke kamar, jas saya masih di situ."
"Baik saya tunggu ya nak."
"Baik pak."

Kini aku berjalan menuju ke arah kamarku. Sesampainya di depan pintu kamarku, terlihat kantong laundry yang sudah tidak ada di tempatnya tadi. Sepertinya sudah diambil oleh pelayan hotel, baguslah. Aku buka pintu kamar, nampak Viny yang yang masih tertidur di atas kasur walaupun dia sudah mengubah posisi berbaringnya itu. Aku pun duduk di bibir kasur sehingga aku berada di depan Viny persis.

Cl7a6-Y4-VYAATc-Dh.jpg

"Vin, ayo bangun Vin. Udah jam 6, kita sarapan." Aku membelai kepalanya itu
"Enggghhhh...." Viny pun mengerang, sepertinya dia sudah bangun.
"Vin..."
"Ngghhh.... Aku nanti aja yang..." Viny masih aja ga bangun.
"Sayang, jangan gitu dong. Aku bentar lagi harus berangkat, makanya kita sarapannya sekarang."
"Ngghhh...."
"Sayang, kalau ga sarapan sekarang nanti makan sendiri loh."
"Ngghhh...."

Setelah aku mebujuknya, Viny pun mulai bangun dari tidurnya walaupun dengan sangat malas. Kini Viny pengambil posisi duduk dengan tubuh bagian depannya masih tertutupi selimut. Dengan posisi ini, aku dapat melihat tubuh samping belakang Viny yang sangat indah itu.


"Vin..."
"Ngghhhh... Yang.... pusing...." Ucap Viny dengan manja dan cemberut.
"Katanya udah siap jadi ibu. Masa gini sih."
"Hmm... Iya ya yang. :("
"Yaudah, kamu minum ini dulu." Aku memberikan segelas air minum yang berada di atas meja dan sebutir pil yang baru saja aku beli.
"Ini apa yang?"
"After-morning pill."
"Iiihhhh...." Viny pun cemberut dan memasang muka betenya itu.
"Viny." Aku pun memasang wajah serius kepada Viny.
"Iya deh yang."

Viny pun mengambil pil dari tanganku. Setelah Viny menasukkan pil itu ke dalam mulutnya, dia pun mengambil segelas air minum yang aku pegang lalu menenggaknya. Sekiranya sudah selesai, aku pun langsung mencium keningnya itu sesaat. Nampak wajah Viny yang tersenyum manis setelah aku senyum, ah cantiknya.

"Vin, kita sarapan dulu yuk."
"Tapi aku belum mandi yang. :("
"Ya kamu sih dibangunin ga mau. Sudah kamu pakai mantel blazer aja dulu. Kamu bawa kan?"
"Yaudah deh yang."

Viny pun bangkit dari tempat tidurnya lalu berdiri membuka lemari pakaian. Nampak tubuh belakang Viny yang tidak memakai sehelai benang pun itu sehingga aku dapat melihat dengan jelas tubuhnya yang amat indah itu. Apalagi ketika Viny mendapatkan mantel blazernya lalu memakainya menghadapku, nampak kedua payudara dan lipatan vagina milik Viny yang amat menggoda itu. Lah gue langsung konak maksimal dong, mana ada laki-laki normal yang ga konak dalam posisi seperti ini.


"Ih bangun. Dasar sangean."
"Heh Viny. Ga usah aneh-aneh deh."
"Ih siapa juga yang mau. Wleeekkkkkk."

Kini aku mengambil jasku dan Viny telah memakai matel blazernya yang menutupi tubuhnya itu hingga lututnya itu. Penampilan Viny sekarang mirip dengan penampilan Yona saat... ah sudahlah, lupakan saja. Yah berharap aja tidak ada yang mengetahui kalau Viny di balik mantek blazernya itu dia tidak memakai apapun.

Kini aku dan Viny berjalan menuju restoran yang berada di hotel ini. Sesampainya di sana, kami masuk ke ruangan yang memang khusus untuk rombonganku dan langsung mengambil makanan secara prasmanan. Ternyata yang dihidangkan nasi goreng. Yah syukuri aja sih, di sini masi goreng pasti mahal secara daerah Inggris bukanlah habitat alami dari padi, sudah pasti impor dari luar. Setelah mengambil sarapan, kami pun duduk pada sebuah meja yang kebetulan sedang kosong ini.


"Jadi, kamu hari ini ke mana aja yang?"
"Hmm... Sebentar lagi sih rombongan berangkat ke gedung perdana menteri. Sehabis dari sana langsung kunjungan ke Oxford University lanjut ke peternakan sapi di daerah Wales. Yah sampai malem lah."

Viny pun murung mendengar ucapanku barusan.

"Viny, kan hari ini full kegiatan diplomatik. Kamu dah tau kan kalau besok hanya kegiatan santai-santai jadinya kamu bisa ikut? Lagian kalau mau jalan-jalan mending nunggu mobilnya datang besok."
"Hmm... Iya deh yang."

Yaudah lah. Kami lanjut menghabiskan makanan kami hingga habis. Yah walaupun aku selalu mengambil lebih banyak makanan daripada Viny, tetap saja punyaku yang habis duluan. Apalagi Viny yang sekarang menghabiskan makanannya itu dengan malas, jelas tambah lama dong.

Tak lama setelah Viny menghabiskan makanannya, tiba-tiba aku dihampiri oleh orang protokoler.

"Permisi mas, lima menit lagi kita harus berangkat. Kendaraan sudah siap di lobi utama."
"Baik, saya akan segera ke sana."

Orang protokoler itu pun pergi, sementara aku sekarang menatap Viny.

"Yang, aku berangkat dulu ya."
"Iya yang."
"Kartu kamar kamu pegang kan satunya?"
"Iya, ini kok." Ucap Viny sambil menunjukkan kartu kamar hotel.
"Yaudah kamu cepetan gih balik ke kamar. Bau tau."
"Ish apaan aku mah wangi tau. Biasanya kamu tuh yang bau."
"Apaan kamu aja belum mandi gitu. Kamu juga ga pakai baju kok cuman pake mantel blazer doang. Ga malu apa."
"Yaa tapi kamunya suka kan?" Viny pasang muka sensualnya dong sambil tangannya berada di kancing mantelnya, hadeehhh.
"Heh kamu ga usah mancing-mancing ya."
"Hehe iya yang aku kan cuman bercanda yang. Yaudah aku pergi ya. Kamu juga pergi sana. Bye jelek, wleeekkkkkk :p"

Viny pun meninggalkanku sambil menjulurkan lidahnya itu, dasar cewek, untung kesayangan. Yasudahlah kini aku beranjak dari tempatku dan masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan untuk perjalanan dinasku ini. Ini akan menjadi hari yang amat panjang.

12 hours later.

Sekarang jam tanganku sudah menunjukkan pukul 7 malam, dan aku baru saja sampai di hotel tempatku menginap ini. Yah rangkaian sambutan kenegaraan yang dilanjutkan dengan studi banding membuatku dan rombonganku baru kembali ke hotel 12 jam kemudian, sangat padat sekali. Lelah sekali rasanya badan ini, apalagi kami semua belum makan malam. Memang rencananya kami semua akan makan malam di hotel, ya bagus sih jadinya Viny bisa ikutan makan.

Setelah turun dari mobil dan masuk ke dalam lobi hotel, aku pun berjalan menuju ke arah kamarku. Kini aku sudah berada di depan kamarku dan aku membuka pintu kamar, nampak Viny yang sedang berbaring di atas kasur membelakangi pintu dengan menggunakan dress hitam-putih pola kotak-kotak yang sering dia pakai itu. Aku pun mendekati Viny lalu duduk di bibir kasur membelakangi Viny. Dari posisi ini, aku dapat melihat muka samping Viny yang menunjukkan ekspresi menahan rasa nyeri dan tangannya memegang perutnya itu.


"Vin."

Viny pun kini memuntir badannya sehingga kini dia dapat melihatku.

"Viny, kamu kenapa?" Ucapku sambil mengelus rambutnya itu.
"Ngghhhh sayang, aku bocor..." Ucap Viny dengan manja.
"Oh iya. Kamu habis minum after-morning pill ya."
"Gara-gara kamu sih! Sakit banget tau!" Kaget gue tiba-tiba dia ngegas.
"Iya iya yang aku minta maaf. Seharusnya aku keluarinnya di luar."
"Iiihhhh bukan itu. Ngapain sih kamu nyuruh aku minum pil itu?! Aku pengennya keluar di dalem. Kan aku udah siap jadi ibu."
"Sayang. Aku tau kamu udah ingin banget jadi ibu, sama aku juga. Aku juga ingin jadi ayah. Aku juga udah siap kok. Tapi kondisimu yang tidak memungkinkan, Vin. Kamu selesaikan pendidikan dan pekerjaanmu itu dulu saja. Aku janji kok, kita akan langsung menjadi orangtua tak lama setelah kamu menyelesaikan itu semua."
"Hmm... Iya deh iya yang."
"Yaudah yang kamu udah makan malem?"
"Belum."
"Loh kok belum? Yaudah kita turun yuk makan malam."
"Iiiiihhhhhhh mana bisa aku turun ke bawah?! Perut aku keram banget tauuu...!!!"
"Terus kamu maunya gimana?"
"Aku ga makan aja yang."
"Hey ga boleh gitu. Ga boleh lewat makan malam. Emangnya tadi siang kamu makan?"
"Iyaa. Tapi tadi siang aku cuman makan sama steak sama kentang doang sama burger. Baru selesai makan perut sakit. Sampai di kamar langsung bocor."
"Tapi kamu harus tetap makan malam, yang."
"Iiiiiihhhhhhh gamau!"
"Vin..."
"Sakit tau...!!!"
"Yaudah aku pesenin makan terus anter ke sini ya."
"Terserah."

Yaudah lah. Kebetulan hotel ini memiliki layanan kamar untuk memesan dan mengantarkan makanan ke kamar. Di dalam kamar pun juga terdapat daftar menu. Aku melihat daftar menu itu, dan terdapat menu nasi goreng pada bagian 'Asian Food', baguslah. Aku pun menelepon layanan tersebut dan memesan dua buah nasi goreng yang harganya hampir 20 kali lipat dari harga nasi goreng di dekat rumahku itu. Ya tak apa lah.

Setelah 10 menit menunggu, terdengar suara ketukan pintu dari pintu kamar. Ternyata pesanan kami sudah tiba. Sang pelayan pun meletakkannya di atas meja lalu aku membayarnya kepada sang pelayan.

"Take it all for you."
"Thank you very much, sir."
"Not a problem."

Yah jika dirupiahkan harganya mungkin bisa mencapai Rp800rb. Namun tak apa lah, namanya juga lagi di luar negeri. Setelah selesai makan, kami berdua pun langsung tidur karena besok akan menjadi hari yang amat panjang bagi kami.

At the next day.

Sekarang sudah pukul enam pagi waktu Inggris, dan kami sudah bersiap-siap untuk mengikuti rangkaian kegiatan pak presiden di Inggris di hari kedua. Sesuai rencana, pada jam tujuh nanti pak presiden Indonesia dan ibu perdana menteri Inggris akan jalan pagi di area sekitar sungai Thames. Pak presiden ingin tahu bagaimana cara Inggris mengelola sungai, katanya sih sungai-sungai di Jakarta ingin dibuat seperti ini, yah sudahlah. Setelah jalan pagi, kami akan kembali ke hotel sampai jam siang untuk sarapan dan bersiap karena nanti malam para rombongan akan pulang ke Indonesia setelah mengadakan jumpa hangat WNI di Indonesia. Ya, para rombongan, karena aku dan Viny akan tetap di Inggris sampai hari rabu depan. Kebetulan DB11 milikku dijadwalkan akan tiba di hotel sekitar pukul 11 siang nanti, pas lah.

"Vin..."
"Apa?"
"Udah ga sakit?"
"Ih apaan. Masih sakit tau."
"Tapi kamu bisa gerak banyak ini. Ga nahan sakit juga."
"Yaa udah ga sesakit kemaren sih, tapi tetepan aja sakit. Rasanya sama seperti hari pertama datang bulan. Gara-gara kamu sih nyuruh aku minum obat itu."

Yah sudahlah, sepertinya obat itu memajukan siklus haidnya. Yah pasti dia sekarang sedang mengalami Premenstrual Syndrome, ini tandanya Viny sedang masuk fase macan ngamuk. Aku tak boleh membuatnya marah, bisa bahaya.

Setelah cuci muka gosok gigi dan berpakaian jalan pagi, kami pun mulai menyicil barang bawaan kami. Yah biar nanti tinggal masukkin tas aja ke dalam mobil. Sedang asyik-asyiknya membereskan tas, gak terasa ternyata lima menit lagi sudah jam tujuh. Kami pun langsung keluar dan berlari menuju lobi. Ya jadinya kami secara tidak langsung sudah olahraga terlebih dahulu, hadeeehhhh...

"Tuh kan gara-gara kamu kita hampir telat!" Kena semprot lagi dah gue.

Sesampainya di lobi, ternyata para rombongan sudah berada di lobi. Para petinggi negara Inggris pun juga berada di situ, terlihat dari ibu perdana menteri yang juga berada di lobi. Selain itu, para WNI yang berada di Inggris juga sudah menunggu kami ini.

"Halo nak. Kemana saja kamu? Saya kira kalian tidak ikut." Ucap pak presiden kepadaku ketika dia mengetahui keberadaanku. Kami pun berjabat tangan setelahnya.
"Yaa tadi saya nyicil beres-beres barang bawaan dulu pak. Barang bawaan kami cukup banyak pak, apalagi dia nih." Ucap gue kepada pak presiden. Viny yang mendengarnya pun menggoyang-goyangkan lengan kiri gue yang dia dekap ini. Memang ngambekan.
"Hahaha udah jangan digodain terus, cemberut tuh pacar kamu. Ngomong-ngomong namanya siapa ini? Saya hanya tau wajah tapi ga tau nama."
"Tuh Vin."
"Eh iya nama saya Viny pak." Wajahnya langsung memancarkan senyum manis khasnya. Memang Viny ini.
"Nah gitu dong senyum manis, kan enak dilihatnya. Yaudah sekarang sudah pas jam 7 pagi. Kita berangkat ya."

Rombongan pun akhirnya berangkat. Posisi kami sekarang berada di barisan inti pejabat negara dikelilingi oleh para pasukan penjaga, yah memang sudah seharusnya seperti ini sih. Viny pun sekarang tetap berada di samping kiriku, walaupun posisi tubuhnya sudah tegak normal gak menyender di lenganku lagi.

2 hours later.

Sekarang sudah pukul 9 pagi, namun udara masih saja sejuk tak seperti di Indonesia pada pukul yang sama. Yah walaupun badan kami tetap saja keringetan bau badan karena aktivitas jalan pagi kami yang seperti lari pagi ini. Sekarang kami baru saja sampai di kamar kami, dan aku langsung merebahkan diri di kasur sementara Viny kini duduk di atas sofa yang terdapat dalam ruangan ini.

"Hah... Pegel juga ternyata."
"Ih masa segitu doang udah pegel sih?!" Ngegas pula.
"Yaa tadi kan kita berdiri jalan terus, ga duduk dari tadi."
"Oh ya kamu udah 27 tahun ya? Udah tua dong. Dasar tua-tua keladi, hihi."
"Hey umurku hanya berbeda tiga tahun lebih tua denganmu ya."
"Tapi aku masih di bawah seperempat abad, masih muda, wlekkk... :p"

Yah sudahlah apapun itu.

"Ngomong-ngomong kita belum mandi nih."
"Ga usah mandi juga ga apa-apa kan?!" Lah kok ngegas.
"Ya masa pergi ke acara jumpa hangat bau kek gini. Emangnya kamu nggak ngerasa keringetan?"
"Hmm... Iya yang."
"Yaudah aku mandi duluan ya.

Aku pun bangkit dari tempat tidur lalu mengambil bajuku yang berada di atas meja. Ya, sebelum berangkat tadi kami berdua sempat menyiapkan baju jaga-jaga jika ingin mandi. Setelah mengambilnya, aku langsung masuk ke dalam kamar mandi. Ngomong-ngomong, kebetulan baju yang kami laundry kemarin sudah selesai dan sudah kami masukkan ke dalam tas. Rencananya kami balik ke Indonesia memakai pakaian itu juga karena memang pakaian itu adalah pakaian yang enak untuk bepergian jauh.

Sepuluh menit kemudian, aku pun keluar dari kamar mandi dalam keadaan sudah bersih dan berpakaian. Segar sekali rasanya mandi pakai air dingin. Yah paling nanti aku harus siap-siap pakai jaket aja kalau keluar ruangan. Kini aku memakai sebuah kemeja putih polos dengan celana jeans warna biru muda. Aku melihat ke arah kamar, dan terlihat Viny sedang asyik dengan ponsel pintarnya.

"Vin, mandi Vin."
"Bentar dulu..."

Viny kembali asyik dengan ponselnya itu.


"Vin..."

Aku menatapnya dengan tatapan tajam. Viny pun akhirnya bangkit dari duduknya membawa pakaiannya lalu masuk ke dalam kamar mandi. Yah walaupun wajahnya manyun saat masuk ke kamar mandi. Yah sudahlah, memang seperti itu sifatnya Viny.

Dua puluh menit kemudian, Viny baru keluar dari kamar mandi. Sudah berpakaian lengkap sih, tapi tetap saja lebih lama dibandingkan dengan durasiku mandi. Apalagi dia belum dandan, tambah lama dah. Yah ga apa-apa lah, namanya juga betina. Ngomong-ngomong kini aku memakai kemeja berwarna putih dengan celana jeans dan Viny memakai baju gombrong berwarna putih dan celana jeans skinny. Memang acaranya tidak terlalu formal, jadi ya ga masalah kita memakai pakaian seperti ini.


"Kenapa?!" Tanya Viny ketika melihatku yang menertawakannya sekarang yang sedang duduk di sofa.
"Kayak ibu-ibu hamil."
"Yaa kan aku hamil anak kamu..." Viny bergaya mengelus perutnya dari luar pakaiannya itu seperti gayanya ibu hamil.
"Hey, kamu jangan mengada-ada ya."
"IIIIHHHHHH...!!!" Sensi banget dah ini betina.
"Maksudnya bukan sekarang. Udah cepetan kalau mau dandan, kita bentar lagi berangkat."

Dengan wajah cemberut, dia kini duduk di depan meja rias. Posisinya kini berada persis di depanku. Dari posisi seperti ini, aku dapat mencium aroma sabun yang menempel kuat pada badannya. Padahal aku yakin sabun yang dia pakai adalah sabun yang sama dengan sabun yang aku pakai, namun entah kenapa aroma harum tubuh Viny sangat kuat sekali. Gak kuat gue, aaarrrggghhhh....

Aku pun bangkit dari sofa lalu aku berdiri di belakang Viny. Viny kini masih sibuk memakai bedaknya itu dan belum menyadari kehadiranku. Aku pun mengambil posisi duduk mengangkang di belakang Viny pada bagian luar bangku meja riasnya sehingga kini tubuku sangat menempel dengan erat.

"IIIHHHHHH NGAPAIN SIK?!"

Kini aku memeluk tubuhnya itu dari belakang. Sementara itu wajahku kini menjamah leher yang sangat jenjang itu. Aku mainkan nafasku pada leher bagian kananku, dan tubuh Viny pun bergidik ngeri. Dari posisi ini, aku dapat menghirup bau sabun yang menempel pada tubuh Viny yang amat kuat ini. Rasanya diriku ini mabuk akibat aroma itu.

"IIIHHHHH.... MMMHHHHH.... KAMU KENAPA SIK?!"

Viny mulai meronta-ronta ketika aku mulai meremas kedua payudaranya itu dari luar bajunya itu. Walau masih tidak terlalu besar, namun aku bisa merasakan payudaranya yang lebih besar daripada saat pertama kali aku memegangnya. Saat ini aku dapat merasakan kenyalnya kedua payudara Viny yang teramat kenyal ini, ah nikmatnya.

Namun, baru beberapa saat aku meremas payudara Viny, tiba-tiba kepalaku dipukul dong, kenceng lagi mukulnya. Aku kaget dong, sontak kedua tanganku memegang kepalaku ini. Sakit banget rasanya, pusing lagi. Gue pun melihat ke arah kaca, nampak wajah Viny yang mengekspresikan marah dan sebalnya itu kepadaku. Seketika gue baru sadar kalau dia sedang haid, yah gitu deh.


"Makan tuh!"
"Sakit Vin..."
"Makanya jadi orang jangan sangean...!!! Hih!"
"Yaa aku minta maaf Vin..."
"Paling nanti ngelakuin lagi."
"Ehehe. :)"

Tiba-tiba paha gue dicubit dong sama Viny. Ya gue teriak kesakitan dong, Viny kalau nyubit emang selalu kenceng.

"Udah sana pergi! Katanya mau berangkat!”
"Iya iya..."

Aku pun bangkit dari kursi meja rias itu lalu duduk kembali di duduk di atas sofa, tentunya sambil menahan rasa sakit akibat pukulan dan cubitan Viny. :(

Setelah semuanya telah beres, kami pun membawa seluruh barang bawaan kami lalu keluar dari kamar. Yah karena sehabis ini kami akan langsung pergi ke gedung kedutaan besar Indonesia di London.

“Yang, laper. :(
“Iya ya, kita belum sarapan dari tadi ya?”
“Iyaa... :(
“Yaudah kita makan dulu ya.”

Yah memang sekarang sudah pukul 11 siang sih, sudah jam makan siang. Kami pun masuk ke dalam ruangan makan dan sudah banyak rombongan kami yang sedang makan di dalamnya. Setelah mengambil makanan, aku dan Viny mengambil posisi meja dan kami langsung menyantapnya dengan lahap, lapar sekali rasanya. Di saat sedang menyantap makanan, seorang bapak-bapak menghampiri kami. Ya dia adalah salah satu pejabat negara lainnya, biasa lah.

“Nak, baru datang nak?”
“Hehe iya pak. Kita berdua tadi nyiapin barang biar bisa langsung berangkat.”
“Kamu terlalu rajin sekali nak. Ngomong-ngomong, kalian tadi tidak sarapan ya?”
“Lah memang tadi ada sarapan pak?”
“Lah kamu tidah tahu nak? Ya jelas ada lah.”
“Ngghh.... Iya ya pak, saya lupa, hehe.”
“Pantas saja kalian makannya lahap sekali. Yasudah ya saya mau ke kamar dulu, mau membereskan barang bawaan saya.”
“Baik pak.”

Bapak-bapak itu pun pergi meninggalkan kami. Sementara itu, Viny memasang wajah kesalnya itu kepadaku. Yah sudahlah.

Makanan pun habis, tetapi kami tidak bangkit terlebih dahulu. Ya kami kekenyangan lah, kami mengambil makanan hampir dua kali lipat porsi kami biasanya. Kini kami berdua mengecek ponsel kami masing-masing. Namun, tiba-tiba kami dihampiri oleh seseorang kulit putih pucat yang memakai jas ini.

“Pardon me, sir. Your Aston Martin is in the lobby waiting for you.” Ternyata orang Aston Martin.
“Great!”
“Here is the key, sir. All of the report are already in the car.” Pria itu pun menyerahkan kunci mobilku kepadaku.
“Okay, thank you.”
“If you need something, just say it.”
“Hmm... Can you put this two bags into the car?”
“With pleasure, sir.”

Pria itu pergi meninggalkan kami sambil membawa tas kami. Sementara itu, kami masih saja berdiam di meja makan kami hingga lima belas menit kemudian ketika orang protokoler mendatangiku karena rombongan akan segera melakukan ke acara selanjutnya sekaligus acara terakhir dalam perjalanan ini. Tentunya acara ini bukan acara terakhirku dengan Viny di sini dong. Sesampainya di lobi, terlihat seseorang yang menghampiriku tadi sudah berdiri di samping Aston Martin-ku. Ya, kini mobilku itu sudah terparkir dengan gagahnya di depan lobi, lengkap dengan plat Indonesianya itu. Kami berdua kini menuju ke sana.

"So, this is my car?"
"Yes, sir."
"Hmm... Not bad. Good job."
"Here is the key, sir." Pria itu memberikanku kunci ketika
"Allright."
"Any request, sir?"
"Nothing."
"Allright. Thank you for be a loyal customer of Aston Martin, sir."
"You're welcome."

Pria itu pun pergi meninggalkan kami. Sementara itu, kami pun masuk ke dalam mobil. Pertama kali masuk, yang langsung dirasakan adalah aura kabin yang kembali bersih seperti baru. Alcantara dan kulit yang dipakai pun kembali enak ketika disentuh pakai kulit. Jelas lah, aku bayar mahal untuk ini. Aku nyalakan mesin, raungan mesin pun sudah sedikit lebih baik dari pada tadi. Pasti rasa berkendaranya enak lagi.

Tapi gue baru keinget kalau gue belum izin biar bisa pakai mobilku sendiri untuk pergi ke acara selanjutnya.

"Vin, aku lupa kalau belum izin ke protokoler kalau kita naik mobil sendiri."
"Iiihhhhhhhh kamu ini gimana sih?!" Sewot lagi :(
"Yaa aku mau turun dulu. Kamu mau di sini atau mau ikut turun?"
"Aku di sini aja."
"Yakin? Aku balik lagi pas udah mau berangkat loh."
"Iya gapapa. Nanti kamu ngobrol terus aku cuman bengong ngeliatin kamu aja kalau ikut."
"Yaudah kamu di situ aja jangan kemana-mana. Ini mobil masih hidup, AC masih hidup. Kunci kamu pegang aja ya."

Aku memberikan kunci mobil ini kepada Viny.

"Turunin kacanya dikit biar ga sesek."
"Iyaa." Dia pun sedikit menurunkan kaca pintu pintu penumpang."
"Kalau ada apa-apa telepon aja ya. Yaudah aku keluar dulu."
"Iyaa."

Aku keluar dari mobilku dan masuk lagi ke dalam hotel. Di dalam lobi yang sangat besar ini, aku melihat beberapa pejabat negeri lainnya sedang duduk-duduk sambil mengobrol, yang salah satu dari mereka adalah ketua protokoler. Aku pun menghampiri mereka, tentunya aku telah mengenal mereka semua.

"Permisi pak."
"Hoi, nak. Sini duduk."

Aku pun duduk di atas sebuah kursi yang kosong.

"Ada apa nak?"
"Itu pak. Mobil saya barusan sudah datang. Jadi nanti saya naik mobil sendiri ke kedubesnya, biar bisa langsung pergi sehabis dari sana."
"Wah kamu bawa mobil nak?"
"Iya pak. Rencananya sih biar sekalian di-servis di sini."
"Wahahaha ada-ada aja kamu nak."
"Padahal di Indonesia juga banyak bengkel yang mau nanganin mobil kamu."
"Ya biasanya juga servis biasa pak di Indonesia. Tapi ini sekalian servis total."
"Oh gitu ya nak. Boleh-boleh aja kok."
"Yaudah pak terimakasih banyak ya pak."
"Iya nak."

Setelah pembicaraan itu, kami pun mulai membicarakan berbagai macan hal. Kebanyakkan sih kami membicarakan jokes-jokes bapak-bapak yang sama sekali ga ada lucunya bagiku itu. Pembicaraan ini berlangsung hingga sebelum pukul satu siang ketika kami akan berangkat. Rombongan pun masuk ke dalam mobil, sementara aku masuk ke dalam mobilku ini.

"Hah..."
"Lama amat sih kamu. Kamu ngapain aja?!" Lah gue disambut dengan sewotan.
"Kan dah ku kasih tau. Yaa ngobrol-ngobrol lah, mempererat relasi antar pejabat tinggi negara."
"Terus kita berangkatnya kapan?"
"Ya ini nunggu pak presiden datang langsung berangkat."

Viny tidak menjawab pernyataanku barusan. Kini dia kembali lagi sibuk dengan ponselnya itu. Dasar cewek. Sementara itu, aku mengamati depan pintu lobi menunggu pak presiden tiba. Tak lama kemudian, pak presiden datang dan langsung masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan di depan lobi hotel. Aku pun melanjukan kendaraanku dan masuk ke dalam rombongan ini yang akan menuju ke gedung kedutaan besar Republik Indonesia di London ini.

Kami pun sampai di sekitar pukul setengah dua siang. Ya, tiga puluh menit kami di jalan. Jalanan London pada siang hari ini sangat macet sekali. Padahal jaraknya tidak terlalu jauh dan rombongan kami sudah memakai pengawalan ketat kepolisian, tapi tetap saja membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai di tempat ini. Udah gitu aku kejatahan tempat parkir sekitar 20 meter dari gedung kedubes lagi, hadeeehhhh....

Kami pun masuk ke dalam gedung kedubes, dan suasana di dalamnya sangatlah ramai. Semua orang bersorak-ramai ketika pak presiden masuk ke dalam gedung ini. Setelah acara dimulai, kami pun saling berbincang-bincang hangat di antara kami. Tak perduli siapapun itu, selama bisa diajak ngobrol ya kita ngobrol, tak ada pembatas dalam perbincangan ini. Tentunya dalam acara ini disajikan juga dong makanan-makanan khas Indonesia yang tentunya langsung diserbu oleh para WNI yang berada di sini. Untungnya pihak kedubes sudah menyiapkannya dengan banyak, kalau tidak ya kami berdua ga kebagian.

Acara ini berlangung hingga pukul sembilan malam. Para rombongan kini sudah berada di luar gedung kedutaan besar ini. Sesuai rencana awal, rombongan termasuk pak presiden akan langsung menuju ke Heathrow untuk langsung kembali ke Indonesia. Namun, kami berdua telah memisahkan diri dari rombongan. Ya, liburan kami pun dimulai. Kami berdua masuk ke dalam mobilku dan langsung menuju ke daerah South Bank karena aku telah memesan sebuah kamar hotel di sana.

Sesampainya di hotel, aku pun memarkirkan mobilku di tempat parkir yang berada di dekat lobi hotel ini, beruntung tidak terlalu penuh tempat parkirnya. Mobil telah terparkir, kami pun turun dari mobil sambil membawa tas dan barang bawaan kami masuk ke dalam hotel. Sesampainya di dalam hotel, kami langsung berikan seluruh barang bawaan kami itu kepada petugas hotel yang telah siap dengan lorinya itu. Setelah mendapatkan kartu kamar dari resepsionis, kami pun menuju ke arah kamar kami yang berada di lantai paling atas di hotel ini. Ya, karena aku memesan kamar kelas presidential room dengan sebuah tempat tidur berukuran super king size. Ngapain juga pesen kamar yang biasa aja, tanggung amat.

Sekarang aku dan Viny sudah berada di kamar hotel yang amat luas dan amat mewah ini. Mungkin luas totalnya ada kali setengah dari luas rumahku di Jakarta. Aku pun melemparkan tubuhku di atas kasur, lelah sekali badanku ini.

“Hah... Hah... Capek banget...”
“Yaa kamu emang udah tua sih.”
“Ngaca dulu gih. Tuh ada kaca gede.”
“Ish aku kan masih muda. Terus kamu mau bobo gitu?!” Ngegas lagi dah.
“Ya iya lah.”
“Iiiiiiiiihhhhhhhh belum jalan-jalan juga!” Buset buset.
“Besok aja ya.”
“IH...!!!”
“Viny, kita masih ada sekitar lima hari lagi di sini sama sehari di pesawat. Masih lama sayang.”
“Tapi...”
“Udah, bobo dulu aja. Kamu nggak capek?”
“Iya sih yang...”
“Sudah bobo dulu aja. Tunggu aja besok.”
“Yaudah deh yang.”

Aku pun membenarkan posisi tidurku, dan Viny langsung mengambil posisi tidur di sebelah kiriku. Kami pun tidak sempat mengganti pakaian kami. Capek sekali rasanya.

“Goodnight, Vin.”
“Iya.”

Aku pun menarik selimut sehingga tubuh kami berdua tertutupi selimut. Posisi kami berdua sekarang saling berhadapan, sehingga aku bisa melihat wajah Viny yang indah ini sebelum aku memejamkan mata. Ah indahnya.

At the next day.

Aku pun terbangun dari tidurku ini. Sinar matahari yang menembus dari sela-sela tirai pun sukses menjadi alarm tidurku ini. Rasanya kepalaku amat pusing. Serba salah sih, tidur sebentar rasanya masih ngantuk, tapi tidur kebanyakkan rasanya pusing, hadeehhhhh....

Sambil menunggu kesadaranku pulih, kini aku memandang ke arah jam yang ada di kamar ini. Ah ternyata sudah hampir jam 8 pagi. Sekarang tubuhku dalam keadaaan terlentang, dengan Viny yang masih tertidur ini di samping kiri tubuhku. Tubuhnya meringkuk menghadapku sehingga posisi dia membelakangi arah datangnya sinar matahari, pantas saja belum bangun. Dalam seketika, aku pun mulai sadar sepenuhnya, dan sekarang adalah hari ulang tahun Viny.


“Vin...”

Aku pun membangunkan Viny.”

“Viny...”

Aku mulai mengelus-elus kepalanya itu dengan tangan kiriku. Aku sibakkan rambut yang menutupi wajahnya itu.

“Mmmhhhh....”

Sepertinya Viny sudah bangun.

“Vin...”
“Emmhhh... Iya yang...”
“Happy birthday Viny, sayangku.”

Mendengar kata itu, muka Viny langsung menunjukkan senyumnya yang amat manis itu. Aku pun langsung memeluk dirinya itu dan langsung dibalas olehnya sehingga kami saling berpelukan dengan erat. Dari posisi ini, aku dapat melihat wajah sampingnya itu yang amat bahagia itu, ah senang sekali rasanya aku melihatnya seperti ini. Entah berapa lama kami berpelukan, yang pasti sudah sangat lama kami berpelukan, mungkin ini menjadi pelukan terlama kami. Rasanya tubuh kami berdua telah menyatu. Aku bahkan sampai bisa merasakan detak jantungnya itu, yang tiap detakannya itu mampu membuatku tenang. Setelah merasa cukup, kami pun melepaskan sedikit pelukan kami, sehingga kami dapat saling memandang wajah kami.

“Vin, bangun yuk. Kita jalan-jalan.”
“Jalan-jalan ke mana yang?”
“Ada deh, kamu bangun dulu aja.”

Kami berdua bangkit dari tidur kami sehingga kami masih dalam posisi duduk.

“Kamu mandi dulu deh Vin, biar nanti tinggal berangkat.”

Viny hanya menjawabnya dengan senyuman manisnya itu. Kini dia bangkit dari tempat tidur ini dan mengambil pakaiannya dari dalam tas. Tak butuh waktu yang lama, dia pun sudah mengambil pakaiannya itu dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Tumben cepet, biasanya dia ambil baju selalu lama banget. Setelah Viny masuk ke dalam kamar mandi, aku pun bangkit dari tempat tidur lalu duduk di atas sofa yang teramat mewah dan empuk ini sambil memeriksa ponselku. Aku pun memandang ke arah jam yang berada di ponselku, ternyata sudah jam sembilan pagi.

Sekitar dua puluh menit menunggu, Viny sudah selesai mandi seperti biasanya. Ternyata dia pakai baju yang dia pakai saat berangkat ke Inggris kemarin, pantas saja cepat mengambil bajunya. Kini dia memakai sebuah kaus lengan panjang berwarna putih polos yang dipasangkan dengan celana legging berwarna hitamnya itu. Namun, ya aku tidak boleh protes, aku gak mau membuat mood-nya itu jadi jelek. Ya gitu deh. Mau ga mau aku harus pakai baju yang juga aku kenakan saat aku berangkat ke Inggris, untuk meminimalkan sewotannya itu. Setelah aku mengambil pakaianku, aku langsung masuk ke dalam kamar mandi dan langsung membersihkan tubuhku ini.


Sepuluh menit aku memberihkan diri seperti biasanya, kini aku sudah keluar dari kamar mandi. Diriku ini sudah berpakaian lengkap dengan kaos hitam putih berbahan katun yang lembut ini yang dipadukan dengan celana jeans berwarna hitam. Oh ya pakaian yang sedang kami kenakan sekarang adalah pakaian yang sama persis dengan pakaian yang kami kenakan saat akan berangkat ke Inggris.

“Ayok yang, berangkat.”
“Ayok.”
‘Kita sarapan dulu ya.”
“Iyaa.”

Kini kami berdua mengenakan mantel blazer kami masing-masing. Mantel blazerku sama seperti mantel blazer milik Viny, namun jika mantel blazer punya Viny berwarna krem maka punyaku berwarna hitam pekat seperti warna celana jeansku ini. Ya, kami memang tidak janjian membelinya, tak masalah lah. Kini kami berdua keluar dari kamar kami dan langsung turun ke lantai bawah menuju ke dalam restoran yang terdapat di hotel ini. Sesampainya di sana, kami langsung mengambil jatah sarapan kami yang memang sudah menjadi fasilitas penghuni di hotel ini. Sebuah potongan roti dengan telur dan sosis sapi, yah memang menu sarapan yang lazim di sini itu seperti ini, yah sudah lah.

Selesai sarapan, kamu langsung keluar dari hotel. Kami pergi tidak memakai mobilku, karena selain pastinya akan sangat macet dan ribet mencari parkir juga karena hotel kami ini sudah berada di tengah kota, jadi tidak perlu-perlu amat membawa mobil. Apalagi transportasi umum di London sudah sangat memadai dengan banyaknya kereta bawah tanah yang disebut underground ini. Selain itu, di sini juga tersedia banyak taksi yang beroperasi 24 jam.

Tujuan pertama kami tentu saja adalah tepian sungai Thames. Ya, sungai yang sangat ikonik ini menjadi salah satu spot wajib para turis yang sedang melancong ke Inggris. Walaupun kami sudah pernah ke sini sebelumnya, namun itu dalam rangka urusan dinas, jadi ya kami belum menikmati seluruhnya suasana dari daerah ini. Setelah sampai di sana, kami pun langsung duduk di atas bangku besi yang memang tersedia di pinggir sungai sambil sambil berpelukan karena suhu saat ini cukup sejuk. Dengan posisi ini, kami memandangi pemandangan indah yang ditawarkan. Yah air sungainya juga berwarna coklat sama seperti di Jakarta, namun pemandangan yang diberikan pun jelas berbeda. Teknik penataan kota yang ditambah dengan bentuk dari bangunan yang sangat khas ini memberikan nilai estetika yang amat bagus. Apalagi di depan kami persis terdapat Big Ben yang menjadi ikon dari negara Inggris, sungguh memanjakan mata.

“Tuh Vin. Nanti kamu jadiin gedung yang itu jadi inspirasi kamu ngerancang gedung.”
“Iiihhhh kan aku interior design, mana ada yang kayak beginian.”

Keknya gue udah gagal deh menjaga mood-nya tetap bagus.

“Oh iya, aku lupa.”
“Ish.”

Aku mencubit hidungnya itu yang cukup mungil dengan manja. Viny yang sedang sedikit sebal itu kaget dengan perlakuanku itu. Dalam posisi seperti ini, aku langsung mencium pipi kanan Viny. Nampak muka Viny menjadi berwarna merah akibat perlakuan ku itu.

Kami pun mengambil foto-foto pemandangan sekitar dengan kamera kami masing-masing. Tentunya saja tak lupa juga terdapat sesi foto model dengan Viny sebagai modelnya, biasalah betina. Tak terasa sekarang sudah jam 12 siang. Perutku kini juga sudah mulai terasa lapar. Yah ini tandanya adalah waktu yang tepat untuk makan siang.

“Vin, makan siang yuk.”
“Hmm... Iya yang, tapi di mana?”
“Di deket sini aja, banyak kok.”

Kami bangkit dari bangku itu dan langsung berjalan mencari rumah makan. Benar saja, setelah berjalan beberapa puluh meter kami dapat menjumpai sebuah rumah makan. Kami masuk ke dalam rumah makan itu dan langsung menempati posisi di pinggir sebelah kaca. Pelayan pun datang, dan kami memesan sebuah spaghetti dan sebuah pizza berukuran besar yang keduanya akan kami makan bersama-sama. Yah memang bucin.

Sepuluh menit kemudian, seluruh pesanan kami pun tiba. Kami pun menyantap spaghetti terlebih dahulu. Posisi kami berdua sekarang berhadap-hadapan dengan makanan yang berada di antara kami sehingga bisa dibilang sepiring berdua. Saat kami sedang menyantap spaghetti itu, ternyata ada sehelai spaghetti yang ujung dengan ujungnya tersangkut pada garpuku dan garpunya Viny. Aku dan Viny pun saling memandang kecil yang dilanjutkan dengan memakan spagheti kami yang berada di garpu kami yang masih salin terhubung ini. Saat memakannya, seakan-akan mulut kami saling terhubung dengan spagheti yang menggantung ini. Kami sama-sama memakan spaghetti yang menggantung ini hingga pada akhirnya bibir kami saling bertemu sehingga secara tanpa sadar kami pun berciuman. Ya, kami pun mulai membuka bibir kami sedikit sehingga lidah kami dapat beradu. Sungguh nikmat sekali bibir Viny ini walaupun sedang penuh dengan makanan. Rasanya lembut khas bibirnya itu tak pernah membuatku bosan ketika menciumnya, ah nikmatnya. Namun baru saja kami berciuman, kami pun tersadar bahwa ini merupakan tempat umum sehingga kami melepaskan ciuman kami itu. Kami saling bertatapan dan kami sama-sama tertawa kecil atas tingkah laku kami barusan itu. Yah gitu deh.


Setelah spaghetti habis, kami langsung menyantap pizza yang sedari tadi menunggu kami untuk di makan. Tentu kami makan dong, mana kenyang kami berdua makan hanya seporsi spaghetti yang dibagi dua ini. Pizza ini dibagi menjadi 8 potong, di mana 3 potong untuk Viny dan lima potong lainnya untukku. Ya jelas lah, porsi makanku lebih besar dibandingkan dengan Viny.

Kami memakan kedua makanan itu dengan cukup lama. Karena kami ingin menikmati setiap cita rasa dari makanan kami yang cukup lezat ini. Selain itu, juga kami ingin menikmati suasana Inggris yang mungkin aku tak akan pernah ke sini lagi. Kami memakannya sambil mengobrol-ngobrol ringan dan memeriksa ponsel kami masing-masing. Sering juga dia foto-foto dengan kameranya dan kameraku ini, baik foto makanan, foto pemandangan selitar, dan foto selfienya itu baik sendiri maupun denganku. Tak jarang juga dia minta difotokan olehku, yah foto model lah hitungannya seperti biasa. Cukup lama kami makan hingga saat makanan habis jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Kami pun keluar, dan kembali lagi ke pinggir sungai Thames.

“Yang...”
“Apa?”
“Aku mau naik itu...” Rengeknya sambil menunjuk ke arah kapal kapal pesiar kecil yang diperuntukkan untuk turis menjelajahi sungai Thames ini.
“Iya iya, ayo ke sana.”

Kami pun berjalan ke dermaga tempat kapal-kapal ini bersandar. Sesampainya di sana, aku langsung menuju ke loket pembelian tiket dan membeli tiket untuk perjalanan kali ini. Aku membeli dua tiket free pass 24 hour supaya tidak perlu lagi berurusan dengan tiket. Kami pun masuk ke dalam kapal itu, dan langsung menempati sebuah meja dengan dua tempat duduk yang saling berhadapan di dalam kapal ini. Tak lama kemudian, kapal pun mulai melepaskan jangkarnya dan berlayar di atas sungai Thames. Dari sini, kami dapat melihat pemandangan-pemandangan yang terletak pada daerah bibir sungai Thames, seperti Tower Bridge, London Bridge, Big Ben, dan tentunya saja London Eye, di mana setelah ini aku dan Viny akan menuju ke situ. Tentunya tak lupa kami sedikit mengabadikan momen ini dong, walau tak banyak. Karena kami ingin dokus menikmati pemandangan yang ditawarkan.

Tak terasa sekarang sudah jam 6 malam. Langit pun sudah menghitam, udara pun sudah terasa sangat dingin. Bahkan setiap kami bernafas selalu saja ada uap air yang keluar dari mulut ataupun hidung kami. Sangat dingin rasanya. Namun, tentunya perjalanan kami belum selesai. Setelah kapal yang kami naiki itu menepi, kami pun langsung berjalan menuju ke London Eye. Sesampainya di sana, terlihat antrian yang mengular sangat panjang seperti biasanya. Tentunya kita berdua tak akan mengantri dong, aku telah memesan sebuah kapsul khusus untukku pada jam setengah tujuh nanti sehingga kami di sini duduk menunggu giliran kami.

Lima belas menunggu, giliran kami pun tiba. Kami masuk ke dalam kapsul melewati ratusan orang-orang yang sedang mengantri itu. Di dalam kapsul ini, hanya ada aku dan Viny saja yang sedang duduk di dalam bangku yang terdapat dalam kapsul ini. Kita berdua akan berada di sini hingga 30 menit ke depan.


Kiranya posisi kami sudah seperempat perjalanan,

"Yang..."
"Apa yang?"
"Lihat deh pemandangannya. Bagus banget."
"Ya jelas lah, mana mungkin aku ngajak kamu ke sini kalau pemandangannya ga indah."
"Hehe iya yang."

Viny kini memandang ke arah kota London. Sementara aku kini mengambil nafas panjang. Speaker yang berada di dalam kapsul ini pun mulai memutarkan lagu dari Kenny G yang berjudul The Moment.

Here is the moment of truth.

"Vin..."
"Iya yang."
"Lihat deh bulannya. Bulan purnamanya bagus banget."
"Iya yang, kan kamu sudah pernah ke sana."
"Iya. Aku memang sudah pernah ke sana dengan perjuanganku yang amat berat. Aku merelakan apapun yang aku punya agar aku bisa ke sana."

Aku pun bangkit dari dudukku lalu berlutut persis di depan Viny sehingga kami saling bertatapan. Nampak wajah Viny yang menunjukkan wajah bahagia yang bercampur dengan penasarannya itu.

"Setelah apa yang kita alami kemarin, itu sama sekali tak mengurangi rasa cintaku kepadamu, Vin. Aku melakukan itu semua, agar aku bisa mendapatkan cincin ini..."

Aku pun mengeluarkan cincin yang berada di dalam sebuah kotak kaca dari dalam kantong celanaku. Begitu dikeluarkan, langsung nampak kilauan cahaya yang memancar dari dalam kotak itu. Sontak Viny pun nampak tak percaya dengan wajah bahagianya itu.

"Viny, cincin ini terbuat dari batuan bulan yang aku bawa sendiri dari sana. Di atasnya terdapat sebuah batuan red diamond murni yang amat langka. Keduanya aku dapatkan dengan perjuangan kerasku selama ini. Namun, aku rasa perjuanganku untuk mendapatkan keduanya tak ada apa-apanya dengan perjuanganku mendapatkanmu ini."

Aku memasukkan kotak cincin itu ke dalam saku blazerku. Nampak wajah Viny yang mulai mendatar.

"Viny, mungkin kamu akan bingung dan kecewa karena aku tidak akan memakaikan cincin itu sekarang. Namun, aku ingin memakaikan cincin ini pada jari manis kananmu di depan keluarga kamu, di depan kedua orang tua kamu."

Mendengar itu, wajah Viny mulai nampak bahagia kembali. Aku pun memegang kedua kedua tangan Viny.

"Tapi, sebelum itu. Viny, maukah kamu terus menemani hidupku untuk selama-lamanya? Maukah kamu untuk membangun kehidupan yang baru bersamaku? Aku berjanji, aku akan terus melindungimu hingga akhir hayatku."

Wajah Viny pun sekarang nampak sangat berbinar-binar. Viny masih tidak percaya dengan ucapanku barusan. Wajahnya kini tak dapat menyembunyikan ekspresi kebahagiaan yang amat bahagia itu.

"I... I... Iya..."

Kami pun sontak berpelukan ketika Viny selesai mengucapkan kata tersebut. Kami berpelukan sangat erat, erat sekali. Memang biasanya kami juga sering berpelukan dengan erat, namun pelukan ini sangat berbeda dengan pelukan-pelukanku lainnya. Kami pun berpelukan hingga kami tersadar waktu kami akan segera habis.

"Sayang..."
"Iya yang..."
"Setelah ini, tolong kamu bereskan semuanya ya."
"Iya yang."
"Terus beritahu kedua orang tuamu dan beritahu keluargamu terus tentukan tanggalnya. Keluargaku akan bertemu dengan keluargamu di rumahmu. Jangan sampai orang lain mengetahuinya."
"Kenapa yang?"
"Aku ingin kamu keluar dari pekerjaanmu itu dengan baik-baik."

Tak lama kemudian, kami pun sudah berada di bawah. Kami keluar dari kapsul kami dan langsung memesan taksi yang akan mengantar kami kembali ke dalam hotel. Terlihat sekali badannya yang amat lelah namun wajahnya tetap memancarkan kebahagiannya itu. Sesampainya di hotel, kami pun langsung merebahkan diri di atas tempat tidur bersiap untuk tidur.

"Goodnight, mah."

Viny pun kaget dengan ucapanku barusan.

"Goodnight juga, pah."

Posisi tidur kami saling berhadap-hadapan seperti biasanya. Aku pun mencium keningnya itu sebelum diriku ini terlelap. Pemandangan yang tak akan pernah aku lupakan.

At the next day.

"Yang, bagusan yang mana? Yang ini atau yang ini?"

Ya, di tengah hari ini kami sedang berada di dalam sebuah toko tas yang sudah memiliki reputasi kelas dunia ini. Yah tidak perlu sebut nama lah, kalian sudah pada tahu sendiri mereknya apa.


"Mana aja bagus kok. Kalau ga bagus ya ga akan dijual."
"Iiiiihhhhh...." Biasalah Viny ngambek-ngambek lucu.
"Ya ambil dua-duanya juga ga apa-apa."
"Hmm yaudah deh yang. Makasih ya."
"Iya."

Kami pun sekarang berada di depan kasir dan aku pun membayar kedua tas yang Viny pilih. Yah jika dirupiahkan kedua tas itu berharga hampir menyentuh harga yang sama dengan mobil SUV Ladder Frame yang dijual di Indonesia. Namun tak apa lah, itu aku yang nyuruh Viny beli kok. Ya masa 'istri' pejabat tinggi negara ga punya tas maha, enggak lah ya. Urusan bea masuk buat nanti sih gampang.

Setelah keluar dari toko, kami langsung masuk ke dalam mobilku yang terparkir tak jauh dari toko tas ini. Tentunya kita jalan-jalan lagi dong, masih banyak tempat-tempat menarik di kota ini yang belum kami kunjungi. Pula sepertinya Viny masih belum puas 'menyiksaku' menjadi tukang fotonya itu. Yah sudah lah ya.

Six hours later.

Sekarang aku dan Viny sedang dalam perjalananku menuju ke sebuah tempat yang bernama Royal Opera House. Rencananya kami akan menonton pertunjukan Turandot yang diadakan di tempat tersebut, ya kebetulan aku mendapatkan dua tiket undangan. Kini aku memakai kemeja batik dengan celana bahan berwarna hitam sementara Viny memakai kebaya rancangan salah satu perancang busana tersohor di Indonesia yang baru saja tiba ini. Yah di sini semuanya pada pakai jas dan gaun sih, namun apa salahnya saya memakai pakaian resmi khas negara saya sendiri. Hitung-hitung menunjukkan rasa bangga dengan budaya asli Indonesia. Namun, biar ga dianggap remeh oleh orang lain tentunya aku juga memakai perintilan-perintilan mewah lainnya seperti aku yang mengenakan pantofel yang kinclong beserta jam tangan pintarku dan Viny yang mengenaka sepatu hak tinggi mahalnya yang sepaket dengan kebayanya itu beserta tas yang tadi siang baru saja dibeli itu.

Tak perlu waktu yang lama, kami pun sampai di lobi gedung opera ini. Layaknya seorang gentleman, aku pun keluar terlebih dahulu lalu membukakan pintu untuk Viny, yah pencitraan lah ya. Setelah memberikan kunci mobil kepada petugas valet, kami masuk ke dalam gedung itu sambil menunjukkan dua buah lembar tiket undangan kepada petugas. Di dalam opera, kami langsung menduduki tempat duduk sesuai dengan nomor yang tertera pada tiket kami, tentunya saja tempat duduk kami bersebelahan.Sekitar tiga puluh menit kemudian, pertunjukkan pun dimulai.

Untuk yang belum tahu, Turandot adalah sebuah pertunjukkan opera ikonik karangan Giacomo Puccini yang naskahnya belum selesai ketika sang pengarang meninggal. Pertunjukkan opera ini mengisahkan seorang putri kerajaan yang bernama Turandot yang sangatlah cantik namun sangat angkuh dan tidak ingin dinikahi oleh pria manapun hingga pada akhirnya terdapat seorang pangeran mampu memaksanya untuk menikahinya. Sangatlah drama sekali pertunjukan opera ini.

Nessun dorma! Nessun dorma!
Tu pure, oh Principessa
Nella tua fredda stanza
Guardi le stelle che tremano
D'amore e di speranza


Tentu pertunjukkan opera ini akan sangat lekat sekali dengan lagu ini.

Ma il mio mistero è chiuso in me
Il nome mio nessun saprà
No, no, sulla tua bocca lo dirò
Quando la luce splenderà
Ed il mio bacio scioglierà
Il silenzio che ti fa mi


Lagu ini dinyanyikan ketika sang pangeran pada waktu malam hari saat menunggu sang putri mencari tahu siapakah nama dari sang pangeran ini.

(ll nome suo nessun saprà
E noi dovrem, ahimè, morir, morir)

Dilegua, oh notte!
Tramontate, stelle!
Tramontate, stelle!
All'alba vincerò!
Vincerà!
Vincerò


Kami pun bertepuk tangan ketika lagu ini selesai dinyanyikan. Tak perlu waktu yang lama, pertunjukkan pun selesai dengan sang putri yang pada akhirnya berhasil dinikahi oleh sang pangeran. Akhirnya pertunjukkan opera yang berlangsung selama dua jam ini telah selesai. Yah happy ending seperti cerita-cerita biasanya. Ingat, biasanya loh ya, wkwkwk. Kami pun keluar dari opera lalu menunggu mobilku dibawakan kembali oleh petugas valet. Mobil pun tiba, dan kami berdua langsung masuk ke dalam mobilku itu kembali menuju ke kamar hotel kami. Bukannya apa-apa, namun besok akan menjadi perjalanan yang amat panjang bagi kami.

At the next day

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, dan kami masih saja berada di perjalanan kami menuju ke sebuah kota yang berjarak hampir 850 KM perjalanan ini. Katanya sih perjalanan membutuhkan waktu hingga sembilan jam, namun kami yang sudah berangkat dari hotel pada pukul sembilan tadi tadi belum juga sampai. Jauh banget ternyata, yah walaupun bentar lagi sampai sih. Sementara itu, selama perjalanan betina di sebelahku ini selalu terjaga. Biasanya sih kalau perjalanan panjang seperti ini Viny selalu tertidur dan akan terbangun jika sudah sampai di lokasi, namun katanya dia mau nemenin 'suami'-nya ini. Yah baguslah, biar dia ga minta jalan-jalan padahal udah malem gini.

Sekitar beberapa puluh menit kemudian, sampailah kami pada salah satu kota terpencil yang berada di Skotlandia ini. Yah ga terlalu terpencil juga sih, fasilitas penunjang semuanya lengkap. Namun karena lokasinya yang jauh bahkan dari Edinburgh sendiri jadinya ya ga terlalu ramai dengan penduduk. Namun tentunya lokasi yang seperti ini adalah lokasi yang tepat untuk kami berlibur, dengan pemandangan padang rumput yang masih sangat hijau dan udara yang tertutup dengan kabut yang amat tebal sehingga menciptakan cahaya yang lembut di mata. Namun keindahan itu tentunya tak bisa aku dapatkan sekarang karena hari sudah malam. Dingin juga rasanya, mungkin suhunya di bawah 0 derajat celcius kali, pokoknya aku yang sudah memakai jaket saja masih merasakan dingin yang akat menusuk ke dalam tulangku.

Ya sudah lah, kini aku arahkan mobilku menuju ke sebuah hotel yang aku telah pesan sebuah kamar di dalamnya itu. Setelah aku memarkirkan mobilku di tempat parkir yang tak jauh dari pintu masuk hotel, kami berdua turun dari mobil dan membawa barang bawaan kami membelah udara malam yang amat dingin lalu masuk ke dalam hotel. Kini aku dan Viny sudah berada di dalam kamar yang paling mahal yang berada di hotel ini. Tidak besar sih, namun cukup lah. Kami langsung tidur dengan posisi seperti biasanya. Kami sengaja ingin bangun pagi sih.

At the next day

Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Kini aku dan Viny sudah berada di dalam mobilku. Kami hanya ingin mengunjungi sebuah danau yang terletak tak jauh dari daerah ini. Yah pemandangannya pasti amatlah indah.

Dengan sedikit offroad, mobil kami pun akhirnya sampai di dekat bibir danau. Yah offroad di sini maksudnya melewati jalan yang bukan jalanan ya, bukan berarti melewati jalanan basah berlumpur dan bergelombang. Tanah di sini cukup keras dan rata, sehingga mobilku ini dapat dengan mudah melewatinya.

Setelah sampai, kami pun turun dari mobil sambil membawa barang bawaan kami masing-masing. Aku menbawa sebuah selimut tebal yang aku sewa dari hotel sementara Viny membawa kantong kertas berisikan bekal kami ini. Kamu pun lantas mengambil duduk pada sebuah batu. Setelah duduk, aku dan Viny kini duduk bersebelahan dan aku langsung menyelimuti tubuh kami ini dengan selimut yang aku bawa agar tubuh kami tidak kedinginan di suhu yang dengan derajat celcius bisa ditunjukkan dalam satu tangan saja. Ya, pacaran 'gak modal' kami pun dimulai. Dari posisi ini, aku dapat melihat pemandangan alam tanah Skotlandia yang amat indah ini. Hampaian tanah yang ditumbuhi tumbuhan sehingga berwarna hijau ditambah air danau yang masih sangat biru merupakan sebuah pemandangan yang amat indah untuk memadu kasih. Tentu keindahan ini juga terbantu dengan kondisi udara yang segar dan kaya dengan uap air juga sinar matahari yang tidak terlalu terik sehingga mampu menciptakan tampilan visual yang cantik.


Hampir sejam aku memandangi pemandagan ini. Namun secara tiba-tiba Viny menyenderkan kepalanya itu di pundakku.

"Sayang..." Ucap Viny dengan suara yang pelan.
"Apa yang?"
"Orang-orang bilang kalau orang tidak boleh terjebak dalam zona nyaman..."

Aku pun mulai serius mendengarkannya.

"Tapi, aku tak mau lagi ikut ucapan itu. Dulu aku sering ganti-ganti gebetan, dan brengsek semua. Gebetanku yang terakhir bikin aku masalah sama fans."

Aku mulai mengelus-elus kepalanya itu.

"Tapi, ketika aku bertemu sama kamu, tiba-tiba aku langsung jatuh cinta sama kamu. Kamu baik banget sama aku, sama kamu peduli banget sama aku, kamu juga berbeda dari laki-laki yang pernah aku kenal...."

Viny mulai mendekap erat tangan kananku.

"Aku ngerasa nyaman, nyaman banget. Maka dari itu, aku langsung ngasih apa yang aku jaga ini buat kamu."

Suara Viny mulai lirih.

"Maka dari itu, aku ga pingin kehilangan kamu. Yang, aku minta maaf dulu aku udah ninggalin kamu."

Viny mulai menangis kecil ketika dia mengucapkan kalimat itu.

"Viny, tatap aku."

Kini aku dan viny saling bertatapan. Nampak mata Viny yang mulai basah dengan air mata.

"Aku ga pernah benci kamu, Vin."

Aku pun menyeka air mata yang jatuh di pipinya.

"Aku telah memilih kamu sejak pertama kali kita bertemu. Maka dari itu, aku telah siap dengan semua yang terjadi apapun itu. Anggap saja hal itu adalah bumbu-bumbu percintaan kita, yang akan membuat hubungan kita menjadi semakin kuat."

Terlihat mulai ada senyuman di wajah Viny.

"Aku juga ga ingin kehilangan kamu, Vin."

Viny kini telah menunjukkan senyuman khasnya kepadaku, senyuman yang telah membuatku langsung jatuh cinta kepadanya.

"Kemarin aku telah berjanji padamu kan?"
"Iya, kamu kemarin ngelamar aku kan?"
"Apaan, aku belum ngelamar kamu kok. Cincinnya aja belum aku pasang kan? Nanti aku ngelamar kamu di depan keluarga kita."
"Iiiiihhhhh ngapain sih kamu?! Aku kan udah seneng banget kamu ngelamar aku kemarin! Keluarga aku juga udah pasti ngerima kamu kok!" Biasalah Viny, sekarang dia ngambek-ngambek lucu.
"Viny, ada hal yang perlu kamu mengerti. Bagiku, pria sejati adalah pria yang melamar kekasihnya dengan mendatangi kedua orang tuanya. Hal ini sebagai komitmen dari sang pria kepada calon mertuanya."

Aku pun memegang pipi Viny yang masih saja cemberut ini.

"Udah dong sayang, ga usah cemberut gitu. Nanti kita pulang kamu langsung kasih tau kedua orang tuamu terus kamu beresin kuliah dan pekerjaanmu."

Secara tiba-tiba, Viny memeluk tubuhku ini. Dia memelukku dengan sangat erat, erat sekali. Sementara itu, aku hanya menepuk-nepuk punggungnya itu.

"Iya yang. Bentar lagi aku lulus kok dari kuliahku."
"Baguslah."
"Terus nanti pas perayaan ulangtahunku di teater, aku mau ngumumin kelulusanku."
"Memang sudah seharusnya. Kita tidak bisa sembunyi-sembunyi seperti ini terus. Luluslah dengan baik-baik."

Entah berapa lama kami berpelukan, yang pasti cukup lama sekali kami ini berpelukan. Hingga pada akhirnya Viny pun melepaskan pelukannya itu walaupun dia masih menyender di tubuhku ini.

"Vin..."
"Iya yang."
"Kalau kayak gini suasananya, aku inget deh saat-saat kita dulu."
"Pas di Villa, yang?"
"Bukan, saat kita pacaran di game dulu. Kita berdua duduk pacaran di pinggir danau, di tempat yang mirip seperti ini. Walaupun hanya permainan, tapi aku merasakan perasaanku kepada orang yang berada di balik karakter itu yang amat kuat, padahal aku tak tau siapakah orang itu. Hingga akhirnya aku temukan dirimu, yang juga sebagai orang dibalik karakter yang aku maksud."

Aku pun mulai menatap Viny.

"Viny, you're is the first love for me. Did you?"
"Ya. I felt the same thing about you."

Setelah mengucapkan hal itu, Viny langsung mendekap lenganku ini dengan sangat erat. Dia tak melepaskan dekapannya ini hingga...

"Yang, aku laper. :("
"Eh sekarang udah jam 12 ya? Yaudah buka aja bekelnya."

Viny pun mengambil sebungkus kantong plastik yang berada di sebelahnya itu. Diambil isi dari kantong plastik itu, nampak sebuah kantong kertas yang di dalamnya berisi dua potong roti sandwich.

"Ini yang punya kamu."
"Makasih ya yang."

Kami pun menyantap roti sandwich kami dengan pelan. Viny memakan sandwich itu dengan manja menyender pada tubuhku ini sementara aku sering iseng dengan mencubit hidungnya itu. Ya, seakan-akan dunia milik kita berdua.


Three days later.

"Kak Viny ayo tiup lilinnya!"
"Satu... Dua... Tiga..."

Ya, sekarang aku berada di Teater JKT48, tempat di mana Viny bekerja. Aku baru saja sampai di Indonesia kemarin siang setelah menaiki pesawat first class. Yah biar dia bisa tertidur selama perjalanan sih, karena hari ini dia sudah harus bekerja kembali. Sesuai rencana, sekarang adalah pertunjukkan di mana ulang tahun Viny dirayakan, dan juga saat di mana Viny akan mengumumkan kelulusannya.

Aku yang mendapat bingo warna hijau kini duduk di ujung paling depan dan paling kanan sehingga posisiku ini berada di tengah-tengah teater. Sementara itu, di sebelahku kananku sekarang pada bingo berwarna biru terdapat Bimo yang juga menonton pertunjukkan ini. Yah memang racap membre selalu diberi hoki duduk di tenpat terbaik.

"Coy ngapain lo di sini?"
"Ya gue bayar tiket lah makanya bisa di sini."
"Bukan itu cuk, lu ngapain nonton sekarang?"
"Ga tau, gue disuruh nonton sama si Doi." Ya jelas lah itu Shani, kalau si Bimo nyebut nama Shani bisa-bisa dia dihajar para wtbgzt.

Surat pun dibacakan dari temannya Viny sesama anggota yang entah siapa itu. Ditulis sendiri, dibaca sendiri, terus ngapa namanya jadi surat dah? Aneh bat. Ini sih lebih cocok kalau disebut dengan pesan. Yaa isinya sih ga jauh-jauh dari ucapan selamat ulang tahun dan untuk menyemangati aja, ga penting lah ya buatku.

Pesan kedua dibacakan oleh Shani. Ya, aku memanggilnya sebagai sebuah pesan saja, ga cocok kalau dipanggil surat. Isinya sih ga jauh beda dari apa yang tertuang pada pesan pertama, namun...

"Kak Viny, kak Viny bilang kalau kak Viny ingin menggapai mimpi kak Viny yang lebih jauh lagi."


Shani pun mulai menitikkan air mata.

"Jika kak Viny ingin menyampaikannya sekarang, aku juga ingin menyampaikannya bareng kak Viny. Kak Viny tentunya juga sudah mengetahuinya kan?"

Ruangan ini pun mulai dipenuhi suara bisik-bisik yang keheranan. Sementara itu, aku dapat melihat Viny yang juga mulai menitikkan air matanya.

"Iya Shani."

Kini dua wanita itu saling bertatapan. Sementara itu, seluruh orang di ruangan ini nampak kebingungan, termasuk aku dan Bimo.

"Semuanya, terimakasih ya udah datang di perayaan ulang tahun aku yang kedua puluh empat tahun. Maaf ya telat seminggu ngerayainnya. Tapi, aku ada pengumuman..."

Sontak seluruh orang di dalam ruangan ini pun kaget, ya kecuali aku dan Bimo.

"Aku di sini sudah dari umur 16 tahun, sudah 7 tahun lamanya."
"Sementara aku di sini sudah dari umur 15 tahun, aku sudah di sini selama 6 tahun."
"Kami berdua telah mendapatkan banyak sekali pengalaman berharga dari sini. Berkat dukungan kalian lah yang selalu membuat kami berdua bisa terus memberikan yang terbaik bagi kalian semua. Namun, aku dan Shani ingin melanjutkan kehidupan kami untuk menggapai mimpi-mimpi besar lainnya. Untuk dari itu..."

Kini ruangan ini sangat sunyi sekali tanpa adanya suara. semua orang terlihat sangat pucat pasi, menunggu sebuah pengumuman yang akan mereka dengarkan. Sementara itu, terlihat Viny dan Shani mulai mengeluarkan air matanya itu.

"Saya Ratu Vienny Fitrilya dari Team KIII..."
"Saya Shani Indira Natio dari Team KIII..."
"Dengan ini kami mengumumkan kelulusan kami."

Sontak satu ruangan yang penuh sesak ini nampak histeris. Teman-teman sesama anggota pun kini menangis dengan histeris dan langsung memeluk Viny dan Shani. Sementara itu, para penonton nampak tak kalah histeris. Ada yang menangis, ada pula yang teriak-teriak tidak jelas, ada pula yang ketawa-ketawa seperti orang gila, beragam lah pokoknya. Lima menit dalam keadaan chaos seperti ini, salah satu dari penonton meneriakkan teriakan "Terimakasih Viny dan Shani", yang kemudian diikuti oleh penonton lainnya sehingga ruangan ini pun menjadi ricuh. Para anggota yang tadinya saling memeluk Viny dan Shani kini melepas pelukannya itu, dan berusaha untuk tetap tegar.

"Buat semuanya, last show aku dan Kak Viny akan dilaksanakan saat ulang tahunku nanti di tanggal 5 oktober nanti. Semuanya datang ya..."

Pertunjukkan pun berakhir, dan nampak orang-orang yang tak bisa menahan tangisannya itu di depan teater ini. Udah laki-laki, badan gede, umur dah tua, masa masih nangis dah. Udah gitu nangisin cewe gue sama cewenya Bimo lagi. Hadeh lucu lucu wkwkwk.

"Bim, emang lo udah ngelamar Shani?"
"Yaa belom, kalau lo."
"Yaa sama juga sih. Tapi gue udah bilang kalau gue mau ngelamar Viny."
"Gue juga gitu sih."
"Eh lu parkir di mana?"
"Gue di sana, tuh mobil gue."
"Oh kalau gue di situ. Pantesan ga ketemuan tadi."
"Iya juga ya. Yaudah gue ke sana ya."
"Iya cok, lo hati-hati ye."
"Iye lo juga."

Itu sedikit percakapanku dengan Bimo saat kita berdua berjalan menuju ke parkiran mobil. Yah karena memang kita tidak janjian, jadi ya gini. Satu jam menunggu di mobil, tibalah Viny yang langsung masuk ke dalam mobilku, seperti biasanya.

"Halo sayang." Seperti biasanya, dia kini sangat capek walaupun dia berusaha menunjukkan wajah cerianya itu kepadaku.
"Aku ga tau loh kalau Shani juga ikutan lulus bareng kamu."
"Iya. Aku baru ngobrol sama Shani tadi pagi. Yaudah deh sekalian aja gitu."
"Hmm gitu ya. Jadi masih ada 7 bulan lagi dong?"
"Iya yang. Tadinya sih ingin langsung lulus aja. Tapi pas diomongin sama Shani, biar aku bisa merasakan dukungan terakhir dari para fans sebelum aku didukung penuh sama kamu."
"Oh gitu ya. Yaudah kamu pakai sabuk pengamannya, kita berangkat."

Setelah Viny memakai sabuk pengamannya, aku langsung mengarahkan BMW M3-ku ini menuju ke arah pintu keluar, dan mengarahkan mobilku ini menuju ke rumahnya itu seperti biasanya. Masa depan kini telah dimulai.
 
Terakhir diubah:
Hoah panjang banget, 10k words ><
Maaf ya dua minggu ga update, selain karena kesibukkan di RL juga cerita yang amat panjang dan perlu riset ><
 
OA OE gils 10K karakter hehe

Makasih banyak banget tulisannya.

Aselik ini sosok pria idaman semua wanita sih wgwgwg.

Hmm 🤔
Semoga masih ada cerita klimaks permasalahannya biar agak “naik” dikit perasaan pembaca ya Hu. Hehe saran aja.
 
Ah situ ga usah denial kek gitu deh :ha::nenen:
cih... Dodo BAKAA~~


Gue sampe sekarang nggak bisa relate dgn tokoh utamanya, dia terlalu sempurna, kaya dengan koleksi mobil mewah yang lebih banyak daripada semua mobil yang muncul di top gear, karir yang terlalu sempurna hingga bisa ke bulan dan ikut pergi dengan presiden, punya koneksi yang kuat hingga ngebayar seorang pembunuh bayaran itu kayak beli permen di warung, romantis hingga Viny berubah jadi seorang Bucin. Tokoh utamanya juga nggak punya masalah atau konflik apapun yang bisa buat dia atleast struggle, tapi ya ini cerita lu jadi ya suka2 lu mau gimana. Maaf ya kebanyakan protes. Lari naik becak

Nah kan bener... gini aja nay, owe bantu jawab secara penerawangan yang mengedepankan kaidah berbaik sangka.
anggap saja kekayaan, ke makmuran harta, juga ceweknya Dodo punya itu adalah hasil jerih payah dodo di masa lampau?
sama seperti cerita Saitama yang overpower, mungkin Dodo bekerja sangat keras sampe kepalanya gundul. Dan itulah yang ia dapat sekarang. Harta tahta dan Viny.
Sudah terlalu banyak perjuangan Dodo dimasa lalu yang tak tertulis dan terceritakan. Munkin Author akan buat asal muasal dodo bisa sehebat sekarang... mungkin...

itu lah teori owe. serah lah percaya syukur kagak juga gakpapa nay...

btw jangan lupa update cerita mu... owe rindu benji yang nackal. :p
 
Apakah ini tanda-tanda akan berakhirnya cerita ini, atau akan jadi permulaan baru:eek:

Hmm... Gimana ya? :)


Yona mana Yona :baca:

Kok MmhYon si?! :(


Waaaa akhirnya update juga, dicicil ah bacanya

Udh selesai bacanya belum hu? ><



Grad adalah hal yang pasti :(
Kamu nanti juga gitu kok :(


Gue sampe sekarang nggak bisa relate dgn tokoh utamanya, dia terlalu sempurna, kaya dengan koleksi mobil mewah yang lebih banyak daripada semua mobil yang muncul di top gear, karir yang terlalu sempurna hingga bisa ke bulan dan ikut pergi dengan presiden, punya koneksi yang kuat hingga ngebayar seorang pembunuh bayaran itu kayak beli permen di warung, romantis hingga Viny berubah jadi seorang Bucin. Tokoh utamanya juga nggak punya masalah atau konflik apapun yang bisa buat dia atleast struggle, tapi ya ini cerita lu jadi ya suka2 lu mau gimana. Maaf ya kebanyakan protes. Lari naik becak
Nah kan bener... gini aja nay, owe bantu jawab secara penerawangan yang mengedepankan kaidah berbaik sangka.
anggap saja kekayaan, ke makmuran harta, juga ceweknya Dodo punya itu adalah hasil jerih payah dodo di masa lampau?
sama seperti cerita Saitama yang overpower, mungkin Dodo bekerja sangat keras sampe kepalanya gundul. Dan itulah yang ia dapat sekarang. Harta tahta dan Viny.
Sudah terlalu banyak perjuangan Dodo dimasa lalu yang tak tertulis dan terceritakan. Munkin Author akan buat asal muasal dodo bisa sehebat sekarang... mungkin...

itu lah teori owe. serah lah percaya syukur kagak juga gakpapa nay...

Nah ini udah dijawab :)

  • Ga sempurna-sempurna juga kok, coba suhu baca lagi Part I
  • Mobil ga banyak kok, cuman ada DB11, S660, sama M3. Eh nggak juga deng, ada GTR, NSX, MX-5, sama RR. Jadi ada 7 ya? :ngacir: Ya tetepan aja sih mobil-mobil yang muncul di Top Gear jauh lebih banyak.
Kata kuncinya berada di Part I, yang menceritakan latar belakang dan menceritakan secara tersirat sifat karakter utama yang sederhana
Sederhana maksudnya tiap hari makan warteg, ga suka foya-foya, penampilan sederhana, dll
Tp ya kalau sudah masuk ke ranah hal yang disukai ya maka akan melakukannya secara totalitas
:D

Yang ga releate hanya dua hal, seorang mahasiswa yang mampu menyanggah hukum faraday I dengan waktu percobaan yang singkat dan Indonesia yang menerbangkan roketnya sendiri
Jika kedua hal tersebut dibuat releate (ya ini SF Fiksi), maka bisa kok
  • Penemuan hukum yang dapat menyanggah suatu hukum fisika yang sudah terpakai di berbagai bidang akan menjadi sebuah penemuan yang besar, dan negara pasti ga mau menyia-nyiakan potensi yang dimiliki oleh penemunya. Maka dari itu langsung diangkatlah menjadi seorang staf ahli kementerian dengan pendapatan bersih perbulan yah bisalah 100 juta per bulan. Masalah tanda tangan SK aja sih ini.
  • Hukum faraday I adalah hukum yang menjadi landasan dalam sebuah kapasitor, dan kapasitor adalah salah satu inti dari elektronika, termasuk benda yang kamu tatap ini. Jika ada hukum baru yang dapat menyanggah hukum ini, maka akan terjadi revolusi di bidang elektronika. Tentunya akan banyak sekali penghargaan dan paten yang dibayarkan atas penemuan ini.
  • Orang yang punya banyak duit, maka kelas akan naik dengan sendirinya. Apalagi jika menduduki jabatan strategis, maka relasi akan datang dengan sendirinya.
  • Jangan lupakan bisnis villa, juga trading, mining, dan hal-hal 'ghaib' lainnya yang hanya disebutkan sekilas saja.

Untuk struggle, benar. Selama menjadi mahasiswa dia berusaha amat keras mati-matian banting tulang (tapi ya ga sampai botak juga)
Sepertinya untuk yang ini kurang jelas ya di Part I? Nanti deh dibikin side story-nya, yang entah kapan jadinya

Tuh kan spoiler :hammer:

BTW, Harta, Tahta, Fitrilya (atau Indira) :)


OA OE gils 10K karakter hehe

Makasih banyak banget tulisannya.

Aselik ini sosok pria idaman semua wanita sih wgwgwg.

Hmm 🤔
Semoga masih ada cerita klimaks permasalahannya biar agak “naik” dikit perasaan pembaca ya Hu. Hehe saran aja.

Idaman wanita matre sih (walaupun wanita matre itu wajar)

Hmm... Tunggu aja ya ehe :)
 
Yang ga releate hanya dua hal, seorang mahasiswa yang mampu menyanggah hukum faraday I dengan waktu percobaan yang singkat dan Indonesia yang menerbangkan roketnya sendiri
Jika kedua hal tersebut dibuat releate (ya ini SF Fiksi), maka bisa kok
  • Penemuan hukum yang dapat menyanggah suatu hukum fisika yang sudah terpakai di berbagai bidang akan menjadi sebuah penemuan yang besar, dan negara pasti ga mau menyia-nyiakan potensi yang dimiliki oleh penemunya. Maka dari itu langsung diangkatlah menjadi seorang staf ahli kementerian dengan pendapatan bersih perbulan yah bisalah 100 juta per bulan. Masalah tanda tangan SK aja sih ini.
  • Hukum faraday I adalah hukum yang menjadi landasan dalam sebuah kapasitor, dan kapasitor adalah salah satu inti dari elektronika, termasuk benda yang kamu tatap ini. Jika ada hukum baru yang dapat menyanggah hukum ini, maka akan terjadi revolusi di bidang elektronika. Tentunya akan banyak sekali penghargaan dan paten yang dibayarkan atas penemuan ini.
  • Orang yang punya banyak duit, maka kelas akan naik dengan sendirinya. Apalagi jika menduduki jabatan strategis, maka relasi akan datang dengan sendirinya.
  • Jangan lupakan bisnis villa, juga trading, mining, dan hal-hal 'ghaib' lainnya yang hanya disebutkan sekilas saja.
ajegile, nih ff bisa masuk kategori fiksi ilmiah, bisa aja dapet referensi begituan. jempol dulu nih dari owe.
btw updatenya panjang bener, baru baca 1/4
 
akhirnya kelar juga baca update yang eni.
Ending kali ini Dua cewek karakter utama pada grad dan mau pada dilamar. udah mau masuk fase antiklimaks ya?
 
ajegile, nih ff bisa masuk kategori fiksi ilmiah, bisa aja dapet referensi begituan. jempol dulu nih dari owe.
btw updatenya panjang bener, baru baca 1/4

Wah enggak kok, ini FF bucin. Orang yang baca ini langsung lulus S10 perbucinan ><

Yah mau gimana lagi. TS sendiri berlarat belakang seorang yang kuliah di bidang saintek.
Alias nyesel gue kuliah saintek tiap malam kepikiran laprak dan modul mulu :bata:


Saking panjangnya barusan selesai baca

Waaaa ><


Gimana kalo kejadian beneran ya dua"nya Grad bersamaan.. 😢

Yaa kayak Ve dan Melody Grad dan Nabilah resign, ga kenapa-kenapa.

Keluarnya-masuknya anggota merupakan hal yg biasa si dunia 48 ini
 
akhirnya kelar juga baca update yang eni.
Ending kali ini Dua cewek karakter utama pada grad dan mau pada dilamar. udah mau masuk fase antiklimaks ya?

Hmm gimana ya ><

Alias

Jelas lah. Kalau mau terus lanjut sini bantuin ngerjain laprak dan modul gue :coli:
 
Hmm gimana ya ><

Alias

Jelas lah. Kalau mau terus lanjut sini bantuin ngerjain laprak dan modul gue :coli:
Lebih baik owe gembok thread owe saja bila harus bantuin bikin laprak dan modul. Masa mahasiwa jurusan sasjep bantuin ngerjain laprak kan ruarbiasyaa :aduh:
 
Lebih baik owe gembok thread owe saja bila harus bantuin bikin laprak dan modul. Masa mahasiwa jurusan sasjep bantuin ngerjain laprak kan ruarbiasyaa :aduh:

Ga sesulit yang ente bayangkan kok
Namun masalahnya hanya disuruh cari sumber ilmiah (hanya boleh buku dan jurnal) yang menjadi sumber pembahasan
Akan tetapi khusus untuk laprak saya minimal pembahasan lima lembar :((

Eh kok malah jadi curcol :(
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Karena Kapini upload foto (walaupun tidak bareng Cisani) maka update malam hari ini
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd