NAIF
Selamat malam suhu suhu sekalian maaf kalo sebelumnya saya berniat buat sharing cerita bareng Lucy lagi, namun mood saya hari ini malah pengen kembali menggali kisah kebersamaan bersama wanita kesayangan saya Nitya alias Ita.
Saya lagi kurang bersemangat cerita pengecrotan berhubung situasi saya bersama official partner sedang sangat kondusif dalam urusan olahraga malam, tapi tetap saja ada sesuatu yang tidak pernah bisa tergantikan oleh siapapun. Ini cerita yang membosankan dan berputar putar tentang kegalauan saya semata dengan ujung kentang.
Ada sesuatu yang jauh di dalam hati saya yang hanya bisa di gapai oleh Ita dan tak bisa tergantikan oleh orang lain, sesuatu yang " pahit manis" yang juga mungkin akan selalu membayangi saya seumur hidup, mungkin memang pada awalnya saya menceritakan pengalaman seputar pengecrotan baik bersama Ita maupun bersama partner lain. Namun di balik hubungan antara saya ita memang terlalu sempit jika hanya membahas seputar perlendiran.
Bisa jadi sebuah buku tebal jika saya menceritakan perjalanan percintaan saya sama doi, transisi dari masa remaja yang penuh gelora menuju masa masa dewasa yang kian berwarna akhirnya bisa banyak pelajaran yang bisa saya petik. Di lain sisi suhu suhu sekalian tau salah satu efek negatif ataupun positif tergantung sudut pandang yang menjadikan saya menjadi seorang yang benar benar kecanduan seks berawal dari kenakalan kami pada malam itu.( Ita part 1), di lain sisi saya bisa mulai memahami arti kehidupan bukan cuma soal benar salah maupun menang kalah tapi hidup jauh lebih indah dari sekedar itu.
Setelah mencurahkan semua karya karya pengalaman terbaik seputar pengecrotan lewat Karya Magnum opus, entah kenapa saya malah jadi lebih senang menceritakan pengalaman yang tidak melulu soal seks, ada kelucuan dan pelajaran penting yang bisa saya ingat kembali walaupun kadang memang tidak banyak orang yang menyukai itu. Pada awalnya memang saya cukup senang dengan respon suhu suhu sekalian yang mana awalnya saya berharap cerita saya di sukai minimal sepuluh orang tapi ternyata malah ada yang lebih di beberapa cerita, dan semakin ke sini entah kenapa saya merasa saya juga harus menceritakan juga secara fair bahwa saya memang tak selalu berhasil dalam menjalankan semua rencana yang ada di kepala saya.
Okelah dikit dulu curhat dan testimoni saya, menjelang akhir bulan November ini dan cuaca di kampung saya yang mulai musim hujan seolah memanggil saya untuk mengingat kembali apa yang pernah saya alami saat mulai menjalani kerumitan dari hubungan percintaan saya sama Ita.
Saat itu bulan November tahun 2018 di mana beberapa waktu sebelumnya saya mengikuti acara family gathering di puncak dan menikmati suasana kebersamaan bersama doi. Namun baru tiga hari kemudian saya untuk pertama kalinya dalam hidup merasakan hati yang benar benar seperti "terbakar" oleh hal yang sebenarnya wajar namun entah mengapa saat itu rasanya begitu menyakitkan.
Inilah hal kekanak-kanakan yang saya lakukan saat itu, waktu itu sebenarnya saya sudah tau kalo doi memang akan di jodohkan dengan cowok lain walaupun saya dan doi masih sama sama mengakui saling mencintai. Hari kerja seperti biasanya walaupun kami mulai mengurangi momen momen kebucinan kami di tempat kerja namun masih saja bertegur sapa seperti biasa dan di malam hari itu saya melihat doi yang memamerkan sebuah boneka pemberian dari cowoknya sambil memeluknya dengan emoji love yang sangat banyak.
Momen yang sangat cringe untuk membuat saya begitu merasakan cemburu yang begitu berat, namun inilah jalan yang harus saya lewati. Saya merasa kecewa berat mengapa doi melakukan hal itu. Malam itu dengan hujan yang turun begitu derasnya seolah mewakili apa yang saya rasakan. Di malam itu saya mulai berfikir untuk juga melakukan hal yang sama yang sekiranya bisa juga membuat doi merasakan sakit hati yang sama.
Saya yang berniat untuk memberanikan diri untuk menjadikan suci sebagai pengganti doi malah sudah ngeper duluan sebelum berani bertindak, akhirnya saya putuskan untuk mulai benar benar menjauhi dan mengabaikan doi di tempat kerja. Saya yang memiliki ego tinggi merasa saya memang tak pernah membutuhkan doi dan bisa melakukan semua pekerjaan sendiri.
Mulai hari berikutnya saya mengabaikan doi yang menyapa dan setiap cek sampel saya melakukannya sendiri walaupun itu memang tugasnya doi, teman teman lain pun heran dengan saya yang melakukan hal tersebut. Apalagi doi yang juga bertanya kepada saya malah saya abaikan, saya seolah tak mendengar maupun melihat doi sedang ada di dekat saya dan berlalu pergi saat doi mendekati saya.
Doi yang merasa ada yang berbeda dari saya yang bertingkah tidak seperti biasanya namun sepertinya belum memahami penyebab saya melakukan hal itu. Dan pada saat saya sedang minum doipun mendekat dan bertanya langsung kepada saya
Ita: Jay kamu kenapa ko, ngecek sendiri kan harusnya aku yang cekin
Saya: ( geleng geleng kepala)
Ita: kamu marah sama aku ya
Saya: marah kenapa
Ita: kali aja kamu marah sama aku,
Sayapun tak menjawab dan meninggalkan doi yang sepertinya masih ingin mengajak saya bicara. Dua tiga hari saya masih melakukan hal yang sama namun akhirnya saya malah di tegur sama pak Aji karena walaupun saya bisa melakukannya, itu di luar dari jobdesk yang seharusnya dan akhirnya sayapun doi melakukan pekerjaannya seperti biasa namun masih tetap mengacuhkannya.
Di status WhatsApp nya doi juga sepertinya bingung dengan perubahan sikap saya yang mendadak dan seperti meminta maaf kepada saya atas sesuatu yang tidak di sadarinya. Hari Sabtu itu saya yang kerja lembur bareng doi masih bersikap dingin dan seolah menghindari pembicaraan sama doi. Dan line kami harus kerja sampe malam di saat orang lain sudah pulang menikmati akhir pekan, karena pekerjaan sudah si selesaikan saat waktu hampir magrib, dan saat yang lain makan di kantin saya cuma istirahat sembahyang Maghrib dan kemudian saya balik lagi istirahat di rest area dekat tempat kerja.
Dan sayapun terkejut sekaligus merasa canggung saat tiba tiba doi ternyata juga tak makan dan kamipun cuma berdua di rest area itu. Saya yang masih memendam kekesalan saya berusaha tetap cuek saat doi mengajak bicara tapi akhirnya sayapun di buat luluh oleh doi yang nampak menahan kesedihannya.
Ita: kamu kenapa sih kayak yang marah sama aku
Saya: enggak, kan aku bilang aku gak marah sama kamu
Ita: aku ngerasa kamu ada sesuatu yang gak kamu bilang, kalo aku ada salah bilang aja aku minta maaf
Saya: ya kalo kamu ngerasa gak ada salah ya gak usah minta maaf
Ita: aku bingung deh, mesti gimana
Saya: gak usah bingung, santai aja kalo ngerasa gak salah mah
Ita: udah deh kamu jujur aja kamu marah kan sama aku ( sambil menampilkan wajah sedih)
Saya: ( diam tak menjawab, pergi ngambil minum) mungkin rasa sakit ini bakal datang lagi
Ita: apa? Kamu ngomong apa
Saya: udah lah aku gak mau jelasin lagi, kalo kamu masih ngerasa gak salah ya udah
Ita: ya aku salah apa
Saya: mungkin aku yang salah udah terlanjur sayang sama kamu. Jadi aku yang salah. Udah jelas ya
Saya yang bicara dengan nada tinggi nampak kian bikin doi bingung sekaligus sedih padahal saya masih bisa bersikap biasa dan menahan kekecewaan saat doi menceritakan tentang rencana orang tuanya yang akan menjodohkannya dengan cowok lain, dan saya malah justru tersakiti hanya karena sebuah foto. Sulit bagi saya menjelaskan tapi saat itu begitulah kenyataannya, walau begitu ada juga rasa bersalah dalam hati saya yang tak tega membiarkan doi yang kebingungan dengan sikap kekanak-kanakan saya itu.
Saat hampir jam pulang saya yang memendam rasa bersalah itu menghampiri doi yang nampak masih bersedih, saya meminta maaf kepada doi dan berharap doi melupakan apa yang saya lakukan belakang ini.
Saya: ta, aku minta maaf ya akhir akhir ini aku kayak bikin kamu gak nyaman
Ita: iya sama sama, aku juga minta maaf tapi aku gak tau salah aku apa. Kamu bilang terus terang apa
Saya: gak, kalo aku jelasin aku takut malah cekcok sama kamu
Ita:, ya biar jelas, biar aku gak ngelakuin kesalahan lagi. Aku sedih kalo kamu kayak gitu
Saya: udah ya udah sekarang kan kita udah baikan
Ita: ya tapi aku masih penasaran kamu kenapa tiba tiba kayak yang marah sama aku
Saya: masalahnya aku udah sayang sama kamu, kamu ngerti kan
Ita: iya, tapi kenapa kamu sampe marah kayak gini.
Kami yang sedang ngobrol berdua malah di ganggu sama Mujib yang usil melihat kebersamaan kami itu, tak lama kemudian bel pulang pun berbunyi dan kamipun pulang ke tempat masing masing. Jam 10 saya coba menelpon doi namun doi sedang ada dalam panggilan lain, hari saya yang kemudian di buat cemburu lagi dan terpikir doi yang sedang asyik telponan sama cowoknya.
Namun saya yang sudah lelah lebih memilih tidur dan saat terbangun doi juga sebenarnya menelpon balik saya dan meminta maaf tidak mengangkat telpon saya.
Mulai hari itu saya sepertinya memang harus membiasakan diri dan menerima kenyataan bahwa doi bukan lagi punya saya sepenuhnya. Kami yang biasanya menghabiskan waktu libur bersama sudah tidak bisa lagi menjalani masa masa tersebut. Hari itu saya sebenarnya pengen telponan sama doi berusaha menahan diri dan berusaha mencari kesibukan lain, tak bisa saya jelaskan betapa beratnya masa masa saat itu dan berdiam diri di kosan cuma menambah rasa sakit hati.
Saat itu saya berharap doi yang menelpon saya duluan padahal dari semalam kami sebenarnya sudah baikan. Lain cerita kalo saya sudah berpengalaman dalam berburu cewek saat itu saya masih awam dan bucin bucinnya sama Ita. Alhasil hari Minggu kelabu itu cuma bikin saya galau akut dan stres. Malamnya saya yang kerja lembur mulai merasakan ternyata bekerja tanpa ada doi memang terasa hampa.
Saat saya membuat status galau, doi rupanya dengan gercep membalas dan bertanya mengapa saya nampak sedih dan galau. Saya yang ingin berterus terang terhalang oleh gengsi dan enggan mengakui bahwa saya galau gara gara doi, saat itu saya merasa buat apa sedih toh awalnya juga dia yang deketin saya duluan. Malam berikutnya kami yang kerja shift malam bertemu lagi dan saya coba bersikap dingin lagi tapi tak lagi mengabaikan doi saat sedang bicara. Saya cuma bicara seperlunya dan coba bersikap seolah tidak terjadi apa-apa dan berpura pura bahwa kami sudah berbaikan.
Waktu itu pak Aji dan teman teman saya yang lain mulai menyadari adanya kerenggangan dalam hubungan kami, karena seperti yang pernah saya ceritakan bagaimana kebucinan kami di tempat kerja yang pada saat itu mulai tak lagi kami tunjukkan, sayapun beralasan bahwa kami coba lebih profesional memisahkan antara masalah kerjaan dan pribadi walau sebenarnya ada gangguan dalam hubungan kami.
Hari Rabu malam Kamis saya yang menyiapkan kejutan memberikan doi coklat Silverqueen favoritnya, saya sengaja ngasih kejutan itu dan ingin melihat reaksi doi, apakah doi merasakan kebahagiaan yang sama saat di beri hadiah sama cowoknya. Namun seperti dugaan saya doi cuma bilang terima kasih dan tidak membagikan kejutan saya kepada orang lain. Apakah alasan sepele itu cukup untuk membuat saya cemburu. Cuma saya saja yang tau rasanya, dan setelah waktu yang menyakitkan hati, akhirnya tibalah saatnya bagi saya untuk membalas sakit hati saya.
# Syukuran mobil baru pak Aji
Waktu itu malam Sabtu yang mana hari terakhir kami kerja shift malam, seperti biasanya sebelum mulai kerja pak aji memberikan briefing dan sebelum kami mulai kerja pak aji mengundang kami semua untuk datang ke rumahnya pada hari Minggu besok, katanya beliau mau ada acara syukuran udah punya mobil baru. Kami semua pun antusias saat pak aji mengajak kami untuk mancing ikan bersama di kolam miliknya.
Malam itu kami bekerja seperti biasa dan saat pagi menjelang pulang di grup 2 nampak anak anak sedang mengerjai Citra dengan menyembunyikan buku catatan produksi di atas mesin yang lumayan tinggi. Citra yang kesulitan mengambil bukunya malah jadi bahan tertawaan kami semua yang menyaksikan, bahkan doi yang sebenarnya punya masalah pribadi sama Citra nampak seperti juga puas menyaksikan momen tersebut.
Namun saya justru merasa kasihan dan coba jadi pahlawan kesiangan dengan membantu citra mengambil bukunya. Citra pun buru buru menyelesaikan pekerjaan laporan yang sempat tertunda gara gara di kerjain sama teman teman sementara doi malah nyamperin saya dan kamipun mengobrol singkat.
Ita: ih kamu mah pake di bantuin biarin aja padahal mah hehe..
Saya: jangan gitu kamu juga kan gak suka kalo di bully
Ita: biarin aja lah di mah, eh besok kamu mau ke tempat pak aji juga
Saya: iya
Ita: aku ikut bareng kamu ya
Saya: iya
Ita: makasih ya kamu udah ngasih aku coklat lagi, kirain kalo udah marah mah gak baik lagi hehehe...
Saya: iya sama sama
Ita: kamu kok gitu sih jawabnya singkat banget kenapa
Saya: ya masa aku jawab enggak, entar kamu malah nyangka aku masih marah
Ita: gak biasanya aja
Saya: mulai biasain aja
Sayapun berlalu dan malah kembali membantu Citra menyelesaikan tugasnya dan bisa saya lihat doi juga nampak cemburu melihat saya dan Citra yang mendadak akrab tidak seperti biasanya. Sayapun melihat situasi itu, bukan karena suka sama Citra tapi rasanya puas melihat doi yang terlihat cemburu itu.
Malamnya doipun kembali menelpon saya bukan karena kangen tapi memastikan saya akan menjemput doi besok buat acara di rumah pak aji
Ita: besok jangan lupa ya jemput aku
Saya: iya, sama dini aja atuh biar aku gak muter kalo jemput kamu dulu mah
Ita: dini mau sama si Citra katanya, aku juga tadinya mau bareng dini
Saya: Yaudah iya deh aku jemput kamu
Besoknya sayapun menjemput doi ke kosannya setelah 3 mingguan lamanya gak main lagi ke sana, sayapun cuma menunggu di warung pak haji dan gak naik ke atas. Doipun akhirnya turun dan kamipun berangkat menuju rumah pak aji. Sesampainya di sana kamipun di beri jamuan makanan dan setelah semuanya kumpul kamipun berdoa bersama yang di pimpin pak aji sendiri, sepanjang acara saya perhatikan doi yang terus aja asyik dengan hpnya mungkin lagi chating sama cowoknya.
Setelah acara doa tersebut kami anak cowok bersama pak aji memancing ikan di kolam belakang rumahnya. Saya yang join sama Mujib terus menerus mendapatkan ikan mujair dan nila sementara yang lain malah sering nyangkut. Alhasil umpan cacing kami malah habis di ambil sama yang lain, saat itu bang Gilang meminta izin pada pak aji agar meminta buah kelapa hijau dan pak aji mengizinkan tapi gak ada yang bisa manjat.
Saya yang di suruh buat manjat pun enggan karena lagi asyik asyiknya mancing. Namun setelah pak aji sendiri yang meminta akhirnya sayapun menurut dan memetik buah kelapa itu, rupanya saya malah gak kebagian dan meminum air kelapa sisa Mujib. Tak lama kemudian cewek cewek yaitu dini, doi, citra dan mbak Aisyah pun datang melihat kami yang lagi asyik mancing dan mbak Aisyah meminta saya agar kembali memetik buah kelapa lagi, saya yang masih capek pun meminta nanti dulu.
Meskipun agak di paksa saya tetap gak mau karena selain cukup Tinggi, pohonnya juga banyak semut. Citra yang lagi belajar mancing sama Rifki kailnya malah nyangkut, sayapun terpaksa turun ke kolam dan melepaskan kail yang nyangkut itu dan setelah itu baru kembali memetik buah kelapa lima buah.
Sayapun mengupaskan dan menyisakan satu buat doi yang masih asyik saja main hp. Saat itu mbak Ais juga meminta saya mengupas buat doi namun saya tak menghiraukan.
Mbak Ais: Jay kenapa di sisain satu, buat bebeb lu gak di kupasin
Saya: biarin aja ngupas sendiri
Mbak Ais: cie lagi marahan nih kayaknya
Saya: biar gak manja mbak
Dini: iya Jay dia sampe curhat sama gua katanya lu kayak berubah
Saya: emang iya Din
Dini: iya dia bingung katanya lu kayak yang marah sama dia
Mbak Ais:, lagian pacaran sama yang satu PT kayak gak ada cewek lain
Saya: hehehe... Biasa mbak lagi ada masalah aja
Dini: masalah apa emang
Saya: rahasia dong hehe...
Setelah itu sayapun lanjut mancing dan dan doi yang beres main hp lalu menanyakan buah kelapa untuknya
Ita: lho buat aku mana
Saya: ada tuh
Ita: ko gak di kupasin, buat yang lain aja kamu mah di kupasin
Saya: ya kamunya juga gak nyuruh
Ita: kupasin dong hehehe...
Saya: goloknya lagi di pake Mujib buat ngambil kayu
Ita: tuh ih kamu mah bukannya tadi sekalian
Sayapun cuek saja dan malah nyamperin pak aji yang meminta saya agar saya bisa mendapatkan ikan gurame besar untuk di bakar sebagai lauk makan nasi liwet saat itu. Sayapun menyarankan agar mengunakan umpan capung ataupun kecoa batu karena kalo pakai umpan cacing keburu di lahap sama ikan mujair.
Saya dan Rifki lalu mencari kecoa di saung tempat para cewek cewek dan istri pak aji memasak nasi liwet. Setelah mendapatkan beberapa sayapun dengan iseng melemparkan kecoa tersebut ke arah para cewek cewek dan berhasil membuat mereka menjerit histeris
.
Sayapun mengunakan joran katrol pak aji dengan umpan kecoa tadi, dan sesuai perkiraan akhirnya salah satu ikan gurame besar menyampar umpan dan akhirnya strike. Namun pak aji buru buru merebut joran pancing itu karena ingin merasakan sensasi menarik ikan besar. Namun karena kurang hari hati ikannya malah lepas lagi saat akan di angkat.
Alhasil kamipun cuma membakar ikan mujair sebagai lauknya, dan saat itu saya dan Citra yang membakar ikan kelilipan dan meminta Citra agar meniup mata saya. Dan momen itu lagi lagi bikin saya puas melihat doi yang nampak menahan rasa cemburunya. Saat saya akhirnya mengupaskan kelapa doi , doi malah gantian cuek sama saya.
Singkat cerita hari itu kami makan nasi liwet dengan lauk ikan bakar plus sambal dan lalapan. Di tengah obrolan sayapun memuji sambal buatan citra yang menurut saya enak padahal sebenarnya biasa aja, emang pengen aja bikin doi cemburu. Cuaca pun akhirnya mendung dan sepertinya akan turun hujan deras.
Kami yang sudah kenyang pun pamit pulang dan pak aji pun mengucapkan terima kasih atas kunjungan kami ke rumahnya. Saat itu di perjalanan doi malah memeluk saya dengan erat padahal pas berangkat malah kayak naik ojek gak pegangan. Dan nampaknya hujan akan segera turun dan mulai rintik rintik sayapun izin akan pulang ke kosan saya dulu mengangkat jemuran pakaian saya dan doipun mengizinkan.
Saat baru sampai hujan pun turun dengan derasnya untungnya baju seragam kerja saya berhasil saya angkat. Saat itu kami yang berduaan di kosan saya dan di luar hujan deras tentunya sangat kondusif untuk bisa melakukan pengecrotan, tapi itu ada dalam pikiran saya saat ini tapi suasana saat itu sungguh berbeda. Kamipun cuma mengobrol dan doipun akhirnya mengucapkan rasa cemburunya pada saya
Ita: kamu kenapa ko jadi so baik Sama Citra
Saya: so baik gimana
Ita: gak biasanya juga kamu ngobrol sama dia
Saya: ya kan dulu mah gak boleh sama kamu
Ita: aku sebel tau
Saya: emang kenapa, perasaan kamu sama dia baik baik aja
Ita: dia mah suka sombong kalo aku nanya nanya aja jawabnya seenaknya
Saya: biarin aja lah
Ita: aku dah lama gak main ke sini, kamu juga gak jarang main ke tempat aku lagi
Saya: ya gimana, kamu kan udah punya yang lain
Ita: ya kan kita masih bisa bareng ini, kamu juga katanya masih sayang sama aku
Saya: iya tapi kan kamu udah enggak
Ita: ko kamu ngomong gitu, apa kamu emang gak mau lagi sama aku
Saya: justru kamu yang bikin aku cemburu
Ita: cemburu kenapa, oh jadi kamu kayak yang marah gara gara cemburu, kenapa gak bilang dari dulu. Ayo bilang aja sama aku cemburu kenapa
Saya: ya kamu di kasih hadiah cowok kamu kayak yang seneng banget, sampai di bikin status. Udah tau aku bisa liat kamu bikin aku cemburu tau.
Kami yang sedang agak berdebat malah membuat suasana jadi hangat setelah beberapa waktu cukup dingin, kamipun kembali duduk berdampingan mengusir hawa dingin akibat hujan deras di luar. Saya yang awalnya canggung mulai berani lagi megang megang tangan doi dan doipun juga kembali bisa menikmati kebersamaan bersama saya dan saat saat nafsu itupun mulai menggoda kami.
Saya: ta, aku tuh kangen kita gak bisa kayak dulu lagi
Ita: ya kenapa atuh gak bisa
Saya: ya gak sreg aja kalo mau berduaan sama kamu juga ada yang beda
Ita: sekarang kan lagi berduaan, ayo mau apa hehehe...
Doipun bisa memahami saya yang ingin kembali mantap mantap dengan doi, doi yang sebenarnya juga pengen sama sama terhalang oleh kenaifan kami yang seolah bisa menjalani hubungan tanpa embel-embel nafsu birahi namun nyatanya itu mustahil kami nafikan,
Saat berduaan sama cewek memang tak ada hal lain yang di bayangkan selain itu
Saya: sayang
Ita: apa, ko malu malu gitu
Saya: aku sayang kamu
Ita: iya aku tau, maafin aku ya
Tanpa basa-basi langsung saja bibirnya yang menggoda itu saya sosor setelah sebulan lebih kami tak melakukan lagi ritual itu. Waktu itu giliran saya yang kalap dan sangat agresif, doipun saya baring di kasur dan aksi percumbuan itu kian membuat saya dan doi bisa saling menikmati. Alhasil kasur saya jadi agak basah gara gara baju kamu yang sebelumnya kehujanan di jalan.
Saya yang merasa kurang nyaman akhirnya melepaskan baju kaos Jogja sedangkan jeans kami yang sama sama basah harus memisahkan kedua kelamin yang sebenarnya ingin beradu tersebut. Doi juga mulai kembali melakukan hobinya menjilat dan mengigiti leher saya sementara tangan saya asyik meremas remas pantatnya.
Sementara kami yang sedang asyik bercumbu hujan di luar sepertinya mulai reda, tapi tidak dengan birahi kami yang masih bergejolak. Doi yang pengen di colok mendadak bertanya sesuatu yang mengejutkan saya
Ita: kamu punya itu gak
Saya: apa
Ita: itu yang biar gak hamil
Saya: oh, gak punya atuh ngapain aku punya gituan
Sungguh ketololan saya saat itu, udah tau dia lagi pengen kenapa ya malah gak kepikiran buat coba lebih ngerayu dia melakukan pengecrotan saat itu tapi ya sudahlah toh di lain waktu saya bisa lagi merasakan nikmatnya ngecrotin doi walaupun yang pertama nikmatnya tiada duanya. Saat sudah bisa lebih menguasai diri kamipun cuma berpelukan tanpa mengucapkan lagi kata kata, tapi bisa saling merasakan keinginan untuk melakukan pengecrotan tapi terhalang oleh kenaifan kami.
Tak lama kemudian saya di kejutkan oleh suara ketukan pintu kosan yang memanggil manggil nama saya, dari suaranya rupanya itu Agil yang memberi tahu kalo helm saya jatuh dan basah kehujanan. Doi nampak malu saat saya dan Agil mengobrol, kalo suhu pernah baca cerita saya dan doi sebelumnya kami memang pernah terciduk lagi beradu bibir
beberapa waktu sebelumnya. Tak lama kemudian Agil yang baru pulang kerja lembur masuk ke kosannya dan saya malah pura pura ngepelin lantai yang masih basah saat mobil pak Karta datang.
Sayapun basa basi ngobrol sama pak Karta karena tak ingin di omelin gara gara bawa doi ke kosan saat gak ada siapa siapa. Setelah itu sayapun kembali ke dalam kosan dan nampak doi yang masih pengen tapi saya malah tak ingin lagi melanjutkan permainan.
Ita: itu temen kamu yang pernah liatin kita lagi ciuman ya
Saya: iya itu si Agil namanya, kenapa
Ita: ih aku malu tau
Saya: gpp dia sama aku mah cs gak bakal comel, maaf ya aku anterin pulang sekarang ya
Ita: si bapaknya udah pulang ya
Saya:, iya aku gak enak
Ita: kita kan gak ngapa-ngapain
Saya: ya makanya keburu ngapa ngapain hehehe...
Dan doipun saya antar pulang ke kosannya, sepanjang jalan saya mikir gimana ya caranya supaya kami bisa ngecrot, gak kepikiran kalo bisa aja ngecrot di hotel. Sampai akhirnya ada temen yang ngasih ide buat mantap mantap di puncak dan akhirnya bisa kejadian seperti yang pernah saya ceritakan di chapter kedua.
Udah dulu ceritanya, maaf hu kayaknya gak seru buat orang lain tapi buat saya paling semangat kalo udah nginget momen bareng doi ini. Selamat malam dan selamat beristirahat suhu suhu sekalian. Jangan lupa ngecrot tiga kali seminggu buat yang sudah berumah tangga
.