Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

1. Rumah Kami Surga Kami 2. Petualangan Hot 3. Langkah Langkah Jalang (TAMAT)

wuishh aroma2 perceraian sudah tercium bung...apakah semua ny akan sesuai rencana mama mien?? lalu gimana reaksi sam terhadap perceraian mama mien?? kita tunggu kelanjutannya..... to be continue....
 
Bagian 22



Ternyata perjuangan untuk bercerai dengan Bang Darda tidak sesulit dugaanku.

Mungkin karena Bang Darda mengakui kesalahannya di satu sisi, sementara dia juga menyetujui akan menjatuhkan talak setelah aku berterus terang bahwa telah ada seorang lelaki yang siap untuk menikahiku kalau aku sudah menjadi janda.

Bang Darda juga setuju agar perceraian itu berjalan dengan damai, tanpa menimbulkan dendam dari pihak mana pun.

Mengenai rumah yang masih kutempati itu, Bang Darda memutuskan agar rumah itu menjadi milik kedua anakku dan kedua anaknya. Bahkan rumah itu harus dibagi empat secara adil. Memang seharusnya kalau dibagikan secara hukum agama, pihak perempuan hanya mendapat setengah dari bagian lelaki. Tapi hal itu hanya bisa dilaksanakan kalau aku dan Bang Darda sudah sama-sama tiada. Sedangkan rumah itu dibagikan pada saat Bang Darda dan aku masih hidup. Jadi keputusan tetap berada di tangan kami berdua.

Demikianlah, perceraian itu berjalan dengan damai dan senyap. Tanpa pengacara dari pihak manapun. Segalanya diatur oleh Bang Darda denganku berdua saja.

Pengadilan agama hanya mengesahkan saja perceraian yang kuinginkan itu. Maka dengan mudahnya aku mendapatkan surat talak itu dari pengadilan agama.

Setelah mendapatkan surat penting itu, aku langsung mendatangi tempat praktek dokter yang dahulu memasangkan IUD di dalam rahimku. Aku minta agar alat KB itu dikeluarkan dari rahimku. Dokter itu pun mengikuti permintaanku.

Berarti mulai saat ini aku tidak boleh bertualang lagi. Aku ingin benar-benar bersih menjelang disahkan sebagai istri Frederick.

Kemudian surat resmi dari pengadilan agama itu kuperlihatkan kepada Frederick beberapa hari berikutnya, dalam suatu pertemuan di salah satu restoran bergengsi di kotaku. Saat itu Frederick meminta agar aku naik taksi saja, jangan bawa mobil sendiri. Mungkin karena Frederick mau mengajakku ke suatu tempat dengan mobilnya.

Wajah Frederick tampak ceria setelah membaca surat resmi dari pengadilan agama itu.

“Jadi Mien sudah siap menjadi permaisuriku ya ?” ucapnya sambil menyerahkan kembali surat penting itu padaku.

“Menurut hukum agama kita, harus menunggu sampai masa iddah selesai. Aku harus menstruasi dulu dua atau tiga kali. Sebagai pertanda bahwa rahimku bersih dari benih lelaki mana pun. Supaya pernikahan kita benar-benar suci. “

“Iya... iya... aku juga sudah mempelajari hal itu. Jadi menurut ukuran kalender, kita baru bisa menikah tiga bulan lagi kan ?”

“Betul, “ aku mengangguk sambil tersenyum.

Setelah makan siang bersama di restoran itu, aku diajak untuk melihat segala yang telah dijanjikan oleh Frederick.

Frederick membuka pintu depan kiri jip mahalnya, lalu membantuku naik ke dalamnya, karena jip itu cukup tinggi, tidak seceper sedanku.

Frederick memang gentleman. Memperlakukanku tak ubahnya seorang lady, seorang wanita terhormat.

Kemudian Frederick mengajakku meninjau pabrik yang dijanjikannya tempo hari.

Menurut keterangan Mahendra, pabrik yang berada di kotaku ini lebih besar daripada pabrik tempatnya Mahendra bekerja. Karena pabrik yang akan diserahkan padaku itu adalah pabrik pertama yang dibangun oleh Frederick semasa istrinya masih hidup.

Memang benar. Pabrik obat itu besar sekali. Membuatku agak panik. Bagaimana caranya memimpin pabrik ini kelak ? Aku ini lulusan fakultas sastra Inggris. Bukan lulusan fakultas ekonomi. Mampukah aku mengelola pabrik sebesar ini kelak ?

Lalu aku bertanya kepada Frederick, “Aku akan ditempatkan sebagai apa di pabrik ini nanti ? Sebagai manager atau... “

Frederick memotong ucapanku, “Sebagai owner... !”

Aku terbelalak kaget.

Frederick melanjutkan, “Direktur cabang dan manager-manager sudah lengkap semua. Jadi Mien bisa duduk manis di pabrik ini. Tapi tiada salahnya kalau mulai sekarang banyak membaca buku-buku tentang managemen, marketing dan sebagainya. Supaya tidak terlalu buta tentang kegiatan pabrik ini. “

“Iya, “ aku mengangguk sambil tersenyum, “tapi Fred juga harus mau memberikan pengarahan supaya aku memahami semua kegiatan di pabrik ini. “

“Tentu aja. Setelah Mien menjadi istriku, kita akan tinggal satu atap. Jadi kita bisa berdiskusi kapan pun kita mau. “

Beberapa saat kemudian, Frederick membawaku ke sebuah perumahan elit. Setahuku, perumahan di situ harganya sudah milyaran. Tiada harga dalam hitungan juta lagi.

Lalu Frederick memarkir mobilnya di depan sebuah rumah megah yang tampak 100% baru.

Sebelum mematikan mesin mobilnya, Frederick berkata, “Ini rumah baru. Belum pernah dihuni oleh siapa pun. Di sinilah Mien akan tinggal bersamaku setelah kita resmi menikah nanti. “

Aku cuma menatap wajah ganteng Frederick dengan senyum di bibirku. Tak berani mengucapkan apa pun, karena takut salah ucap.

Seorang lelaki tua membuka pintu gerbang rumah megah itu sambil menyapa Frederick dengan sopan sekali, “Selamat siang Boss. “

Frederick mengangguk. Lalu melangkah ke arah teras depan, sambil menggandeng lenganku. Pintu depan dibuka oleh seorang wanita setengah baya. Mungkin pembokat yang bertugas membersihkan dan menata rumah mentereng itu.

Aku dan Frederick melangkah ke dalam rumah itu. “Sebenarnya aku punya rumah yang kutempati semasa istriku masih hidup. Tapi aku takkan mengajak Mien tinggal di sana. Takut ada kesan yang kurang enak di hati Mien nanti. Kalau rumah ini benar-benar masih baru. Dibelinya juga baru sebulan yang lalu. “

Aku cuma jadi pendengar yang baik. Sekali lagi, aku takut salah ucap menanggapi sesuatu yang luar biasa ini. Mungkin bagi Frederick semua ini biasa-biasa saja. Tapi bagiku... luar biasa dan di luar dugaanku.

Namun ternyata masih ada surprise lain. Fred mengajakku masuk ke dalam garasi. Di situ ada sebuah mobil yang masih terbungkus plastik. Sebuah sedan Eropa berwarna merah maroon metalic, yang aku tahu mahal sekali harganya.

Kata Fred, “Sedan ini juga untuk Mien. Sebagai owner pabrik, Mien harus berwibawa. Kendaraannya juga harus menggambarkan seorang owner nanti. “

Tentu saja aku senang bercampur terharu. Karena ternyata Frederick sudah menyediakan segalanya. Padahal aku belum diapa-apakan olehnya. Yang sudah dilakukannya cuma mencium bibirku. Itu saja. Tentu saja aku pun harus menahan diri, supaya jangan terkesan perempuan gampangan.

“Mobil Mien berikan saja kepada anak-anak. Supaya mereka bisa kuliah pakai mobil, “ kata Fred lagi, “Anak cewek jangan dibiarkan pakai motor. Sekalinya terjatuh, pasti ada bekas di badannya. “

“Anakku kan dua orang Fred. “

“Gampang. Nanti belikan aja mobil yang seharga dengan mobil Mien. Biar mereka punya mobil masing-masing. Di zaman sekarang, anak tukang tempe aja udah petentengan pakai mobil kan ?”

“Iya sih. “

Setelah melihat-lihat keadaan rumah di lantai satu dan lantai dua, yang sudah lengkap perabotannya itu, Frederick mengantarkanku pulang.

Ohya, setelah aku dan Bang Darda resmi bercerai, Yoga pamitan akan tinggal bersama Sam karena dia sudah ditempatkan sebagai karyawan hotel punya Sam. Sehingga penghuni rumah ini tinggal aku dan kedua anak kandungku.

Frederick kupersilakan duduk di ruang tamu. Kemudian kupanggil Ayu dan Ita, supaya berkenalan dengan calon papa sambung mereka.

Dengan sikap ramah Frederick menyambut kedua anakku. Ayu maju duluan, menjabat tangan Frederick sambil menyebutkan namanya. Kemudian Ita berjabatan tangan juga dengan Frederic sambil menyebutkan namanya.

Setelah Ayu dan Ita duduk di sofa, aku berkata kepada mereka, “Nah... inilah calon papa kalian. Jadi mulai saat ini kalian harus manggil Papa padanya ya. “

Ayu dan Ita mengangguk sambil tersenyum.

Frederick yang duduk di sampingku, berkata padaku, “Kalau kita sudah menikah, mereka bisa tinggal di rumah kita nanti. “

“Tapi siapa yang menunggu rumah ini ?”

“Bisa aja mereka gantian tinggal di rumah kita. “

“Ohya.. Ayu... mobil mama itu buatmu saja. Sementara Ita sabar dulu ya, Papa barumu ini akan membelikan mobil yang seharga dengan mobil mama. “

Ayu dan Ita terkejut dan bersorak serempak, “Asyiiik.... !”

Lalu Ayu dan Ita meninggalkan ruang tamu.

Frederick tersenyum. Lalu membisikiku, “Kirimkan nomor rekening Mien via WA. “

Aku mengangguk. Lalu melakukan apa Fred minta.

Sesaat kemudian Fred berkata, “Coba cek rekeningnya, sudah nambah belum ?”

Aku pun mengeceknya lewat handphoneku. Dan terkejut melihat nominal yang sudah Fred transfer itu.

“Banyak banget Fred, “ ucapku.

“Biar adil, kalau perlu beli saja dua mobil yang sama persis. Dan mobil Mien itu jual saja. Ohya, besok pagi juga mobil yang di garasi itu akan dikirim ke sini. “

Kugenggam tangan Fred sambil berkata, “Fred kok baik sekali padaku... !”

“Semua itu untuk membuktikan bahwa aku sangat serius padamu, Mien. “

Tanpa ragu, kukecup bibir Fred, disusul dengan bisikan, “Terima kasih buat semuanya ya Fred. Meski belum menikah, aku merasa sudah menjadi istrimu... “

“Aku juga merasakan hal yang sama. Walau pun kita belum menikah, tapi aku merasa sudah menjadi suamimu. “

“Tapi... aku masih penasaran tentang satu hal yang belum kulihat dengan jelas... “

“Apa yang membuatmu masih penasaran ?”

Sebagai jawaban, aku berbisik ke telinga Fred, “Aku belum yakin kalau penismu sudah disunat. “

“Ohya ?! Perlu kuperlihatkan sekarang, supaya Mien yakin bahwa aku benar-benar sudah disunat ?”

“Di pavilyun aja perlihatkannya yuk. Di sini takut anak-anak mendadak muncul, “ sahutku sambil berdiri dan memegang pergelangan tangan Fred.

Lalu kutuntun Fred menuju pavilyun.

Setelah berada di dalam pavilyun, kukuncikan pintu keluar dan pintu ke rumah utama.

Fred menoleh ke sekelilingnya. Kemudian dia menarik ritsleting celana panjangnya, memasukkan tangannya ke belahan ritsleting itu dan menyembulkan penisnya sambil mendekatkannya padaku, “Silakan periksa sendiri, apakah aku benar-benar sudah disunat atau belum ?”

Aduh Maaak... ! Begitu melihat penis putih yang masih agak lemas itu, batinku spontan berdesir-desir. Terlebih setelah memegangnya... terasa hangat. Lalu kuperhatikan dari jarak dekat sekali. Ternyata memang benar. Setelah kuperhatikan secara seksama, Fred memang sudah disunat.

Tapi kenapa aku ingin menciumi penis putih kemerahan ini ?

Kenapa aku ingin menyaksikan seperti apa kalau penis bule ini sudah ngaceng ?

Dan aku mulai meremas penis Fred sambil menjilati moncong dan lehernya.

Fred bergumam, “Ingin lihat penisku ereksi ya ?”

Aku mengangguk sambil melanjutkan remasan lembutku. Sambil melanjutkan ciuman dan jilatanku.

Penis Fred pun mulai mengembang dan menegang. Jadi panjang dan gede sekali... !

Mungkin penis Sam kalah gede kalau dibandingkan dengan penis Fred ini. Masalah panjangnya juga, mungkin punya Fred ini lebih panjang daripada penis Sam.

Sedangkan nafsu birahiku gampang sekali dibangunkan. Rasa penasaran pun timbul di benakku. Seperti apa rasanya disetubuhi oleh lelaki bule yang baik hati ini ?

Tapi aku tak mau mengajaknya bersetubuh. Harus Fred yang mengajakku, baru akan kuladeni sebisaku.

Karena itu aku mencari akal. Lalu berkata, “Aku sudah melihat penismu... rasanya tidak adil kalau aku tidak memperlihatkan vaginaku. Apakah Fred ingin melihatku telanjang ?”

“Kalau Mien tidak keberatan, tentu saja aku mau melihat seperti apa bentuk tubuh wanita yang tiga bulan lagi akan menjadi istriku... “ sahut Frederick dengan nada bersemangat.

Aku pun melangkah ke dekat bed. Di situ aku menanggalkan gaun terusanku. Begitu juga dengan CD dan bra... kulepaskan semua.

“O mijn God ! “ seru Fred dalam bahasa Belanda, “Tubuh Mien luar biasa indahnya. “

Fred merayapkan tangannya dari leher hingga di toketku yhang lumayangede tapi belum kendor ini. Bahkan ia berjongkok di depanku. Memperhatikan kemaluanku dengan mata hampir tak berkedip.
Dan aku yakin nafsu Fred pun sudah bangkit. Karena ia mendorong dadaku, sehingga aku jadi terlentang di atas bed, dengan kedua kaki terjuntai ke lantai. Secepat kilat Fred memposisikan dirinya di antara kedua kakiku. Lalu berlutut di lantai, sambil menyerudukkan mulutnya ke memekku... !

Sesaat kemudian, Fred sudah asyik menjilati memekku. Begitu lahapnya, sehingga lidahnya terasa menyelinap-nyelinap ke daerah di antara kedua labia minoraku (bibir kecil).

“Freeed... ooooh.... Freeeed.... ooooo.... oooooh.... ka... kalau dibeginiin... aku... ja... jadi horny Fred... ooooh... Freeeed.... aku horny Freeed.... “ rintihku sambil menggeliat-geliat.
Bahkan akhirnya aku berkata dnegan nada memohon, “Pakai penismu aja Fred... aku sudah sangat horny... !“

“Boleh kumasukkan penisku kedalam vaginamu ?” tanya Fred sambil berdiri membungkuk dan menatapku dengan sorot mata lelaki yang sudah dikuasai nafsunya.

“Iya... sudah telanjur jauh langkah kita... yang penting spermamu jangan dilepas di dalam ya. “

“Terus lepasin di mana ? Di perut ? Di payudara ?”

Aku menunjuk ke arah mulutku yang kungangakan sambil berkata, “Di mulutku aja... spermamu akan kutelan semuanya, sebagai tanda cintaku padamu Fred... “
Tadinya kupikir memekku akan langsung diterobos oleh penis Fred sambil berdiri di samping bedku.

Tapi ternyata tidak. Fred melompat ke atas bed, kemudian meraihku ke dalam gumulan hangatnya.

Bukan cuma menggumuliku, tapi juga menciumi bibirku, pentil toketku, leherku dan ... aaaah... aku sudah melupakan tekadku, karena aku memang sudah telanjur mencintai Fred. Sangat mencintainya... !

Aku jadi teringat beberapa film bokep yang pernah kutonton. Hampir semua film itu ada adegan felatio (perempuan mengoral pria), terutama kalau pemerannya orang-orang bule.

Mungkin Fred pun sedang mengharapkan agar aku mengoral penisnya, bukan cuma dicium dan dijilati seperti tadi.
Karena itu, begitu ada kesempatan, kutangkap penis Fred yang sudah sangat ngaceng ini. Kukulum penis lelaki bule itu dengan sepenuh gairahku. Kemudian kuselomoti separoh dari batang kemaluannya, sementara tanganku mengurut-urut bagian yang tidak terkulum olehku (saking panjangnya)....
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Oalah lepas mak tiri sam, sedikit sedih, tapi ya dk mungkin sam semua yg handle. Sehat selalu sis..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd