Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

1. Rumah Kami Surga Kami 2. Petualangan Hot 3. Langkah Langkah Jalang (TAMAT)

Bagian 18



Papa memberi nama pada bayi itu, Satria Pratama. Dan Papa kelihatan sangat menyayangi “anaknya” itu, meski sebenarnya akulah anak biologisnya. Mungkin Papa menganggapnya anak kandung sekaligus cucunya sendiri.

Sementara itu, aku mulai membuka komunikasi dengan Aleksandra lewat WA. Banyak yang kami bahas. Sementara hubunganku dengannya sengaja kumatangkan di WA, supaya pada waktunya bisa langsung akrab nanti.

Bahkan pada suatu saat, lewat WA itu pula aku memberanikan membahas sesuatu yang sangat penting bagiku :

-Maaf Sandra. Boleh aku bertanya sesuatu yang sangat pribadi ?-

-Mau tanya masalah apa ?-

-Sekali lagi maaf ya... kamu masih virgin ?-

-Masih lah. Aku kan belum pernah pacaran satu kali pun. Pokoknya soal yang satu itu sih dijamin. Aku ini masih 100% virgin-

-Syukurlah. Karena masalah itu salah satu kriteria untuk calon istriku-

-Aku memang cewek bule. Tapi aku ini bule yang gak gaul di negaraku. Setelah di Indonesia aja aku mau bergaul dengan teman-teman baruku. Tapi teman-temanku di Indonesia ini cewek semua-




Banyak... banyak lagi yang kami bahas di WA itu.

Terkadang komunikasi lewat dunia maya membuat kita bergerak lebih cepat daripada komunikasi empat mata. Cepat sekali, karena berkomunikasi di dunia maya membuatku leluasa untuk mengatakan apa saja.

Bahkan lewat WA aku pernah menanyakan seperti apa warna jembutnya ? Dan Aleksandra menjawab,-Tentu aja pirang seperti rambutku. Kalau ada cewek yang rambutnya pirang tapi jembutnya berwarna hitam, berarti rambutnya itu diwarnai oleh cat rambut. Tapi pubic hair-ku selalu kucukur sampai bersih. “

-Justru aku suka sekali pada vagina yang bersih dari rambut. Supaya menjilatinya enak-

-Iiih... kamu... bikin aku horny.... -

-Mmm... kebayang indahnya tubuhmu, sweetheart-

-Jangan cuma dibayangin dong-

-Ya udah. Sabtu pagi ada kuliah gak-

-Gak lah. Kampus kita kan libur tiap Sabtu. Emang mau ngajak ketemuan di mana ?-

-Di café aja. Jangan pakai motor. Karena aku mau ngajak ke villaku. Oke ?-

-Oke. Hari Sabtu jam berapa ?-

-Jam 10 pagi-

-Yes honey-

-Sampai jumpa Sabtu lusa ya-

-Yes Sir-




Begitulah. Komunikasi lewat WA demikian cepatnya berkembang. Sehingga dalam tempo beberapa hari saja aku merasa seolah sudah berhubungan bertahun-tahun dengan Aleksandra.

Ketika hari yang dijanjikan tiba, tepat jam sepuluh pagi mobilku sudah merapat ke café itu. Tampak Aleksandra mengenakan gaun putih dengan garis-garis yang melenggak-lenggok dari atas ke bawah. Rambut pirangnya pun dibalut dengan kain berwarna biru tua pula.

O... maaak ! Betapa cantiknya Aleksandra pagi ini. Mungkin karena kesehariannya selalu mengenakan celana panjang, sehingga aku terlongong ketika menyaksikan bentuk aslinya yang tinggi semampai itu.

“Kenapa melotot gitu ?” tanyanya sambil tersenyum.

“Dalam gaun itu, kamu berubah jadi cewek yang sangat-sangat dan sangat cantik... !” sahutku setengah berbisik.

“Masa sih ?! Tapi... kamu juga tampak ganteng sekali, Honey. “

“Sudah dibayar minumannya ?” tanyaku.

“Sudah. “

“Kalau begitu kita langsung berangkat aja yuk. Mumpung belum siang benar. “

Lalu kugandeng lengan Aleksandra menuju mobilku yang terparkir di depan café itu.

Agar terkesan memperhatikan etiket, kubuka pintu kiri depan mobilku untuk Aleksandra.

“Thanks, “ ucapnya setelah duduk di dalam mobilku.

Setelah menutupkan kembali pintu depan kiri, cepat aku menuju pintu depan kanan. Membukanya dan masuk ke dalamnya.

Setelah menyalakan mesin mobil, aku langsung menggerakkan mobilku ke jalan aspal sambil berkata, “Aku sudah gak sabar ingin mencium bibirmu... “

“Lalu ?”

“Lalu menciumi perutmu. “

“Lalu ?”

“Lalu menciumi bibir yang di bawah perutmu... !”

“Sam... merinding aku mendengarnya... “

“Ohya... boleh aku tau berapa tahun usiamu saat ini ?”

“Pasti lebih tua darimu lah. Aku kan kuliah di Jogja dulu selama tiga setengah tahun. Kuliah di kampus kita sudah tiga tahun. Jadi umurku sekarang sudah duapuluhtiga tahun. “

“Jadi kamu sudah merantau ke Indonesia sejak usia enambelas ?”

“Iya... kira-kira begitulah. Pokoknya setahun setelah orangtuaku meninggal, aku memutuskan untuk terbang ke Indonesia. Kebetulan uang asuransi dari kapal pesiar itu cukup besar. Sehingga aku tidak takut kehabisan duit di mana pun aku berada. Dan yang kupakai selama ini hanya bunga depositonya saja. Belum pernah memakai uang asuransinya. “

“Bunganya saja ? Memangnya berapa jumlah asuransi yang kamu terima ?” tanyaku.

Aleksandra menyebutkan nominal uang asuransi itu. Uang santunan untuk dua nyawa yang melayang. Dan aku terkejut. Sangat terkejut mendengar nominalnya yang begitu besarnya. Cukup untuk membangun hotel lima atau enam lantai !

“Kenapa kamu tidak memutar uang asuransi itu untuk bisnis di Indonesia ?”

“Gak berani usaha di sini. Takut kena sanksi, lalu aku diusir dari Indonesia kan gawat nanti. “

“Nanti setelah kamu jadi warganegara Indonesia, kamu bisa bangun hotel five star di sini. “

“Setelah jadi WNI sih kamu atur aja uangku. Yang penting jangan dipakai untuk foya-foya. “

“Soal itu sih percaya deh sama aku. “

“Ohya... kita mau menuju ke villamu ? “

“Iya. Villa kecil, tapi tanahnya luas sekali. Sejak kubeli belum direnovasi. Hanya dibersihkan dan dirapikan saja di sana-sini. “

“Kamu hebat ya. Masih sangat muda tapi sudah punya villa segala. “

“Hotel juga aku punya. Tapi cuma hotel sederhana. “

“Wow ! Luar biasa. Di umur sembilanbelas sudah punya villa dan hotel ?! Kamu memang orang sukses dalam segala bidang Sam. “

“Umurku sudah duapuluh tahun, Sweety. “

“Ohya ?! Tapi bentuknya kayak masih belasan tahun. Tapi aku tetap lebih tua darimu. “

“Aaah, hanya beda tiga tahun. No problem. “

“Hmm... gak sangka aku bisa begini dekatnya denganmu... “ ucap Aleksandra sambil menyandarkan kepalanya ke bahu kiriku. Harum parfumnya pun tersiar ke penciumanku. “Aku merasa sudah menjadi milikmu sekarang Sam. “

“Aku juga sama. Sejak ketemu lagi di café itu, siang malam wajahmu membayangiku terus, Sandra. “

“Aku juga begitu. Aku malah pernah mimpikan kamu. Dalam mimpi itu kamu mengajakku menaiki bukit yang sangat indah. Di puncak bukit itulah kamu mencium bibirku. “

“If you believe, itu pertanda yang baik. Pertanda akan sukses di kemudian hari. “

“Amiiin. “

Lalu hening sesaat. Hanya suara mesin mobilku yang sayup-sayup masih terdengar.

“Sam... “

“Hmm ?”

“Aku akan menyerahkan diriku padamu. Jadi... tolong jangan sakiti aku nanti ya. “

“Tentu saja. Sejak kecil sampai saat ini, aku belum pernah berkelahi. Bahkan menyembelih ayam pun aku tidak berani, karena tidak tega. Apalagi menyakiti orang, semoga tak pernah terjadi di dalam kehidupanku. “

“Iya, aku percaya itu. Sepintas pun aku bisa menilaimu. Kelihatannya sabar, penyayang dan tak mau menyakiti hati orang lain. “

“Aku memang punya prinsip, kalau tidak mau disakiti, jangan pernah menyakiti orang lain. “

Sebagai tanggapan, Aleksandra mencium pipi kiriku lalu berkata, “Aku juga seperti itu. Aku tak mau disakiti dan menyakiti orang. “

Tanpa terasa mobilku sudah mencapai jalan kecil menuju puncak bukit itu, di mana villaku berdiri dengan santai.

Villa itu memang tidak besar-besar amat. Hanya ada dua kamar tidur, ruang makan, ruang cengkerama dan dapur. Itu saja.

Bangunan aslinya dibuat dengan adukan semen dan pasir biasa. Tapi yang menarik, dinding-dindingnya dilapisi bambu tua yang dilapisi vernis yang sangat mengkilap. Begitu pula pintu-pintunya dilapisi bambu semua. Sehingga villa ini tidak tersentuh cat sama sekali. Sementara alam di sekitarnya masih asli, karena belum dijangkau oleh wisatawan. Maklum villaku memang bukan terletak di daerah wisata.

Sebelah utara tampak rumpun-rumpun bambu menghijau di bawah sana. Di sebelah timur, kebun buah-buahan. Sementara di sebelah barat dan selatan tampak hamparan sawah yang sedang menghijau pula.

Begitu turun dari mobil, Aleksandra tampak sangat mengagumi pemandangan asli yang belum terjamah manusia kota itu. Pemandangan yang tidak akan ditemukan di negaranya. .

Udara di puncak bukit ini pun sangat sejuk, karena berada di ketinggian.

Lalu terdengar suara Aleksandra, “Wow... kalau aku punya rumah di daerah ini, pasti bakal nyaman sekali, Sam. Pemandangannya indah sekali, jauh dari kebisingan kota pula. “

“Villa ini kan punyaku, “ sahutku, “Seluruh bukitnya pun sudah menjadi milikku. Nanti kalau kita sudah menikah, aku akan membangun beberapa bagian dari bukit ini secara teratur tapi artistik. Tentu saja aku harus meminta bantuan arsitek untuk membangunnya. “

“Tapi itu berarti istrimu juga ikut memiliki villa dan bukit ini kan ?”

“Tidak. Istriku belum pernah kukasih tau. Papaku juga belum tau. Pokoknya belum ada yang tau, kecuali kamu aja seorang. “

“Ohya ?! Kalau begitu, nanti aku mau tanam investasi aja di sini. Mau dibikin apa, terserah kamu. ”

“Jangan di sini kalau mau berinvestasi sih. “

“Kenapa ?”

“Duitmu kan harus berkembang. Kalau di sini takkan bisa berkembang duitnya. Mending untuk hotel aja di dalam kota. Ada hotel bintang empat yang mau dijual. Kapan-kapan kita survey ke sana ya. “

“Hotelnya pasti harus direnovasi ya ?”

“Iya. Tapi tidak terlalu parah. Cuma kerusakan-kerusakan kecil aja. “

“Tapi aku kan belum jadi warganegara di sini. “

“Itu sih bisa diakalin. Nanti transaksinya atas namaku. Kemudian kita buat perjanjian di notaris, bahwa hotel itu sebenarnya milikmu tapi dipercayakan padaku untuk mengelolanya. Sementara kamu sendiri bisa jadi general manager di hotel itu. “

“Lantas Sam sebagai apa ?”

“Aku bisa sebagai Komisaris Utama. “

“Ah... otakmu cerdas sekali Honey, “ Aleksandra merangkulku sambil mendekatkan bibirnya ke bibibrku. Tentu saja kusambut dengan pagutan lembut, sambil menyedot lidahnya yang agak terjulur.

Beberapa saat kami tenggelam dalam saling lumat yang teramat mesra ini.

Namun jujur saja. Aku memang tenggelam dalam ciuman mesra yang menghanyutkan. Tapi otakku tetap saja ngeres. Aku malah bertanya-tanya di dalam hati, seperti apa ya bentuk cewek bule blonde ini kalau sudah kutelanjangi ? Seperti apa bentuk toketnya ya ? Seperti apa bentuk memeknya ya ?

Normalkah pikiran ngeresku ini ? Ataukah semua petualang sex selalu berpikir seperti aku ?

Entahlah. Yang jelas setelah duduk berdampingan di sofa pun Aleksandra nempel terus padaku, seperti yang takut ditinggalkan sendirian. Bahkan kemudian ia merebahkan kepalanya di atas pangkuanku.

Pada sat itulah aku bertanya setengah berbisik, “Kalau kamu gak keberatan, aku ingin menjilati vaginamu. “

“Berarti aku harus telanjang dong, “ sahutnya.

“Gak telanjang juga gak apa-apa. Bahkan tetap mengenakan celana dalam juga gak apa-apa. Kan bisa ditarik celana dalamnya ke samping. Tapi kalau mau normal, memang mendingan telanjang. Supaya jangan jual kucing dalam karung. Sebelum aku menikahimu, wajar kalau aku ingin melihat bentuk tubuhmu dalam keadaan telanjang kan ? “

“Di kamar aja yuk. Aku mau telanjang demi kamu, “ ucap Aleksandra sambil bangkit dan berdiri di depanku. Maka aku pun berdiri, lalu menggandeng lengannya untuk masuk ke dalam kamar yang paling depan.

Aku memang sudah menyuruh untuk membersihkan villa ini. Tadinya untuk menyiapkan tempat pertemuanku dengan Mama. Tak tahunya Mama malah datang bulan. Jadi peremuan itu terpaksa dibatalkan.

Sebagai gantinya aku memakai villa ini untuk bidadariku yang berasal dari Eropa Timur itu.

Bidadari putih bersih yang kini sudah berada di dalam kamar yang sudah ada beberapa vas bunga mawar merah di tiap sudutnya. Menciptakan suasana romantis di dada kami berdua.

Aleksandra menyempatkan diri menciumi bunga mawar di vas bunga itu. Lalu memunggungiku sambil berkata, “Lepaskan kancing dan turunkan zipper-nya, please. “

Dengan senang hati kulepaskan kancing kait di bagian punggung Aleksandra. Lalu kuturunkan zippernya (ritsleting).

Kemudian gaun itu dijatuhkan dan beronggok di sekitar kaki Aleksandra. Kujemput onggokan gaun itu, lalu kugantungkan di kapstok.

Ketika menghadap ke arah Aleksandra lagi, aku jadi terkesima menyaksikan betapa putih mulusnya tubuh tinggi semampai yang tinggal mengenakan bra dan CD itu. Luar biasa mulusnya, seolah patung porselen yang ditatah secara sempurna sekali.

Beruntung aku ditakdirkan berperawakan tinggi. Sehingga aku tidak merasa minder waktu berhadapan dengan Aleksandra yang tingginya hampir menyamaiku. Seandainya tubuhku pendek, pasti aku merasa minder berhadapan dengan cewek bule yang berperawakan tinggi langsing itu.

Dengan nafsu yang mulai menggeliat kudekap Pinggang Aleksandra sambil mengecup bibir dan sepasang pipinya. Namun dekapanku bergerak ke arah kancing bra yang berada di punggungnya. Meski pun tidak terlihat, aku berhasil melepaskan kancing yang berada di bagian punggungnya itu. Maka terlepaslah kancing bra itu. Kemudian Aleksandra sendiri yang melepaskan bra putih bersih itu.

Maka terbukalah sepasang payudara berukuran sedang di depan mataku. Tidak besar, namun kecil pun tidak. Yang jelas sepasang payudara itu mancung ke depan, seperti bunga kuncup dikelilingi oleh embun pagi.

Aleksandra diam pasrah ketika aku menciumi sepasang payudaranya secara bergantian.

Kemudian aku berlutut di depnnya, sambil memeluk sepasang pahanya yang mulus dan menyiarkan hawa hangat ini. Namun pada saat itu aku sedang berusaha menurunkan celana dalamnya yang putih bersih seperti branya.

Lalu pandanganku terpusat ke memek cewek bule itu. Begitu bersihnya, sehingga lipatan-lipatannya tampak jelas. Membuatku harus menahan nafas. Dalam nafsu yang semakin menggebu-gebu.
 
Gila 18 chapter nih dan masih lanjut teruuss dan mulus terus si sam yaaa
 
Aku hanya menciumi kemaluan tanpa jembut itu dengan sepenuh gairahku. Kemudian aku berdiri dan mengangkat tubuh telanjang Aleksandra. Lalu membawanya ke atas tempat tidur, meletakkannya dengan hati-hati di atas kasur bertilamkan kain seprai sutra berwarna pink, yang sudah ditaburi serpihan-serpihan mawar merah bercampur bunga melati. Sehingga harumnya semerbak di sekujur kamar ini.

Memang semuanya itu sudah kuatur sejak kemaren, menyuruh pengurus villaku untuk menata villaku seromantis mungkin.

Di zaman sekarang orang kampung pun bisa memantau informasi lewat televisi atau media internet di hapenya masing-masing. Pengurus villaku juga sudah tahu apa yang harus dilakukannya ketika kuminta agar menata kamar yang paling depan itu seromantis mungkin.

Setelah menelentangkan tubuh Aleksandra di atas tempat tidur bertaburkan bunga-bungaan harum mewangi itu, aku pun tak mau menang sendiri. Kulepaskan pakaianku sehelai demi sehelai. Tinggal celana dalam saja yang kubiarkan melekat di tubuhku. Ini sesuai dengan petunjuk para pakar. Bahwa sebaiknya dalam pemanasan, lelaki tetap bercelana dalam. Jangan langsung telanjang. Karena lelaki yang hanya bercelana dalam jauh lebih sexy daripada langsung bertelanjang bulat.

Lalu merebahkan diri di samping Aleksandra, sambil mengusap-usap payudaranya yang terasa masih sangat kencang.

Ini memang tergolong istimewa. Karena aku pernah iseng memegang payudara cewek yang dua tahun lebih muda dari Aleksandra, namun ternyata payudara cewek itu sudah lembek sekali. Ketika kutanyakan kenapa toketnya sudah selembek ini, dia menyahut karena sering bermasturbasi sambil meremas-remas toketnya sendiri.

Alasan yang masuk di akal. Atau mungkin sebenarnya cewek itu sudah sangat berpengalaman dengan lawan jenisnya, yang senang meremas toketnya kuat-kuat... wallahu alam.

Sementara toket Aleksandra ini masih benar-benar kencang dan segar. Seolah belum pernah disentuh oleh lawan jenisnya.

Tapi bukankah menurut pengakuannya, dia memang belum pernah pacaran sejak kecil sampai usianya 23 tahun ini ?

Tanganku merayap ke perutnya yang kelihatan seperti sengaja dikempeskan. Juga terasa kencang sekali. Mungkin dia sering senam juga, entahlah. Kemudian aku bergerak, menelungkup dengan wajah berada di atas memeknya, sementara kedua pahanya kudorong agar mengangkang.

Baru memperhatikan sepintas pun tampak, bahwa memek plontos itu masih tertutup rapat, lagi-lagi kulihat hanya berbentuk garis lurus dari atas ke bawah. Tidak nampak bagian dalamnya, meski kedua pahanya sudah direntangkan lebar-lebar.

Tentu saja aku mengaguminya. Bukan hanya bentuk memeknya yang tampak masih terkatup dan segar, tapi kulit di sekujur tubuhnya pun berbeda kalau dibandingkan dengan sebagian wanita bule lainnya. Kata teman-teman yang sudah berpengalaman dengan wanita bule, kebanyakan dari mereka berkulit kasar. Sedangkan kulit Aleksandra ini halus... halus sekali.

Dengahn kedua tangan aku mulai membuka “garis lurus” itu sampai ternganga dan nampaklah bagian dalamnya yang berwarna pink itu.

Bagian berwarna pink itulah yang mulai kujilati dengan lembut, makin lama makin menekan... sehingga Aleksandra mulai merintih perlahan, “Saaam... ooooh... baru sekali ini kau merasakan dibeginikan Saaam.... “

Aku tidak menanggapi rintihannya oitu, karena mulai asyik menjilati bagian yang terjangkau oleh lidahku. Sementara kelentitnya mulai kuperhatikan. Jelas sekali “kacang”-nya nyembul dari selubungnya. Dan aku mulai menjilati kelentitnya itu dengan intensif sekali, sambil mengisapnya sesekali.

Aleksandra pun mulai gedebak-gedebuk, sambil merengek-rtengek manja, “Haaaa....aaaa.... Saaaam... ini lebih enak lagi Saaam.... oooooh.... terasa mengalir dari kaki sampai kepala Saaaam.... ooooh.... Saaaam.... “

Aku memang sudah bermaksud untukmengeksekusinya hari ini juga. Tapi aku masih menunggu gelagatnya dulu. Tak mau memaksakan kehendakku sendiri.

Untuk itu aku sengaja mengalirkan air liurku sebanyak mungkin ke dalam celah kewanitaan Aleksandra, sementara lidah dan bibirku melanjutkannya. Menggasak kelentitnya yang terasa mengeras itu.

Pada suatu saat Aleksandra malah berkata, “Sam... kalau kamu mau... masukkan aja penismu Sam... “

“Serius ?” tanyaku sambil menghentikan jilatanku.

“Iya Sam. Aku... aku jadi ingin... ingin sekali merasakannya. “

“Kalau penisku dimasukkan ke dalam vaginamu, pasti kamu gak virgin lagi. “

“Nggak apa-apa Sam. Demi cowok yang kucintai, aku rela melepaskannya. Ayo Sam... masukkan aja penismu. “

Aku tahu bahwa wanita bule pada umumnya lebih terbuka mengungkap nafsunya. Dan mudah sekali terpancing untuk melakukan hubungan seksual.

Maka dengan penuh semangat kulepaskan celana dalamku. Lalu mencolek-colekkan moncong penisku ke bagian memek Aleksandra yang berwarna pink itu.

Kutatap wajah Aleksandra sesaat. Tampak sekali wajah cantik itu bersorot horny. Sehingga keraguanku jadi hilang. Dan dengan sepenuh gairah kudorong batang kemaluanku yang sudah ngaceng berat ini... sekuat mungkin...

Belum berhasil. Kudorong lagi sekuat tenaga... sampai akhirnya tongkat pusakaku berhasil membenam sedikit demi sedikit ke dalam liang memek Aleksandra.

Tadinya kupikir liang vagina Aleksandra itu lebar, sesuai dengan anatomi orang bule. Namun ternyata tidak seperti itu. Ketika aku mulai mengentotnya, terasa benar bahwa liang memek bule dari Eropa Timur ini sama saja seperti liang memek Natasha dan Frida waktu mereka sedang kuperawani. Sangat sempit dan menjepit dengan ketatnya.

Karena itu aku semakin bergairah untuk mengayun penisku, bermaju-mundur di dalam jepitan liang sanggama Aleksandra yang masih terasa “lengkap” ini.

Aleksandra sendiri pada awalnya hanya menahan-nahan nafasnya. Lalu mulai mendesah-desah. Lalu memagut bibirku ke dalam lumatannya, sambil meremas-remas bahuku.

Namun ketika aku mulai “melengkapi” persetubuhan ini dengan menjilati lehernya disertai dengan gigitan-gigitan kecil, Aleksandra mulai merintih-rintih perlahan, “Sam... aaaaaaa.... aaaah... Saaaam.... ini... ini luar biasa Saaaam... sangat enaaaak.... aaaah... Saaam... fuck me Saaam... fuck me... fuck... Saaaam... fuck... “

Memang apa yang sedang kami lakukan ini luar biasa nikmatnya. Namun aku masih bisa bertanya, “Vagina di dalam bahasamu disebut apa ?”

Masih sempat juga Aleksandra menyahut, “Pochwa... “

“Kalau penis disebut apa ?”

“Kutas, “ sahut Aleksandra sambil memejamkan matanya.

“Kalau bersetubuh disebut apa ?”

“Odbyć stosunek... “

“Wah... ribet banget nyebutinnya ya ?!”

“Udah Sam... lain kali aja bicarain soal bahasanya... fuck me more Sam.... kentot lagi Sam... “

“Entot, bukan kentot... “ kataku sambil menahan tawa. Lalu mekuayun lagi penisku yang masih berdiri dengan tegarnya ini.

“Iya... entot terus kon.. kon... “

“Kontol !” seruku agak kuat, supaya Aleksandra tidak lupa lagi sebutan untuk penis itu.

“Ya... entot terus kontolnya... enak banget Saaam.... “

Sambil tersenyum kulanjutkan entotanku. Aku pun bisa mengambil kesimpulan bahwa memek Aleksandra sama saja enaknya dengan memek bangsaku sendiri. Hanya saja Aleksandra masih terdiam pasif. Mungkin karena belum berpengalaman dalam soal sex.

Lalu apakah sekarang aku merasa bangga dengan petualanganku bersama cewek bule ini ? Ya, sedikitnya aku merasa sudah mendapatkan memek yang khas dan tiada hubungannya dengan siapa pun. Aleksandra tiada hubungannya dengan Papa, dengan Mamie mau pun Mama. Berarti aku sudah membuktikan bahwa aku bisa bertualang di luar garis Papa. Dengan kata lain, aku bukan jago kandang lagi. Hahahaaaa... !

Namun di tengah garangnya penisku mengentot cewek bule itu, aku sangat penasaran tentang sesuatu. Maka tiba-tiba saja kucabut batang kemaluanku, lalu aku melorot sampai melihat memek Aleksandra dari jarak yang dekat sekali.

Sebenarnya aku bukan ingin menyelidik memek cewek bule itu, tapi ingin melihat sesuatu di bawah memek itu. Ya... meski kain seprai berwarna spink, namun aku bisa melihat dengan jelas darah yang tergenang di atas kain seprai itu. Darah perawan Aleksandra... !

Apakah Aleksandra tergolong bule KW, sehingga di usia 23 tahun masih mampu mempertahankan keperawanannya, sementara cewek bangsa kita banyak yang usianya baru 14-15 tahun sudah kehilangan kesuciannya ?

Entahlah. Yang jelas aku bangga bisa memiliki Aleksandra yang demikian teguhnya mempertahankan kesuciannya sampai sedewasa itu.

Dan sebagai ungkapan rasa hormatku pada Aleksandra, kuciumi memeknya yang mulus itu, kemudian kujilati lagi kelentitnya seperti tadi... membuat Aleksandra gedebak-gedebuk lagi.

“Saaam... kok dijilatin lagi Sam ? Aaaah... tadi lagi enak-enaknya dientot sama kontolmu Sam.... “ rintih Aleksandra sambil menepuk-nepuk bahuku.

Maka aku pun naik lagi ke atas perut Aleksandra, sambil memegang batang kemaluanku yang moncongnya mulai kutempelkan lagi ke arah yang tepat.

Lalu kudesakkan lagi batang kemaluanku. Dan blesssssss.... melesak dengan agak mudah, karena liang memek Aleksandra sudah “beradaptasi” dengan ukuran batang kemaluanku.

“Ooooooohhh.... masuk lagi... iyaaaa.... ini yang aku inginkan Sam.... “ Aleksandra memeluk leherku lalu merapatkan pipinya ke pipiku.

“Barusan aku hanya ingin melihat darah perawanmu. Ternyata kamu memang perawan asli, Sayang. “

“Bukan darah menstruasi kan ?”

“Hahahaaa.... bukan ! Darah menstruasi dengan darah perawan jauh beda. Warnanya pun beda. Lagian darah menstruasi baunya busuk. “

“Walau pun lahir besar di Eropa, aku tidak pernah tersentuh cowok Sam. Soalnya aku selalu ingat pesan ibuku almarhum. Beliau bilang, kalau kamu ingin bahagia setelah menikah nanti, pertahankanlah keperawananmu. Jangan biarkan kemaluanmu disentuh oleh lawan jenismu, kecuali pada waktu malam pertama oleh suamimu sendiri. “

“Sekarang masih siang, bukan malam. Lagian aku belum menjadi suamimu. “

“Biarlah... karena aku yakin Sam akan menjadi suamiku. Betul kan ?”

“Iya Sweetheart... aku berjanji untuk menikahimu. Asalkan mau bersabar sampai surat-suratnya lengkap. “

“Tapi temanku bilang, kita bisa nikah siri dulu Sam. “

“Oooh... kalau nikah siri sih gampang. Tapi nikah siri itu tidak diakui oleh negara. Karena itu orang yang sudah nikah siri tidak punya surat apa-apa. “

“Owh... ya udah... nanti kita rundingkan lagi bagaimana baiknya. Sekarang gerakin lagi kontolmu, Honey... “

Aku pun melanjutkan kembali persetubuhan yang sangat mengesankan ini.

Mulut Aleksandra pun melontarkan rintihan dan rengekan hister lagi, “Iyaaaa Saaaam... duuuuh.... ini enak sekali Saaaam... ternyata bersetubuh ini sangat enak ya Saaaam.... iyaaaa... iyaaaa... Saaaam.... iyaaaa.... entot terus Saaam... iyaaaa... iyaaaa... iyaaaa... iyaaaaa... Saaaam.... ooooh Saaaam.... ini enak sekali Saaam... aaaaa.... aaaaah.... aaaa.... aaaahhhh... “

Setelah lebih dari setengah jam aku mengentot Aleksandra, akhirnya cewek bule blonde itu berkelojotan... tanda-tanda mau orgasme pasti. Aku pun tak mau menyiksanya. Karena itu aku berkonsentrasi agar bisa ejakulasi berbarengan dengan orgasme Aleksandra. Lalu kupercepat entotanku, sambil meremas-remas sepasang toket kencang Aleksandra. Batang kemaluanku maju-mundur-maju-mundur-maju-mundur terusssss.

Lalu tubuh Aleksandra mengejang tegang... tegang sekali... pada saat itulah kubenamkan batang kemaluanku sedalam mungkin, tanpa menariknya kembali.

Sedetik kemudian aku merasakan liang memek Aleksandra seperti menggeliat, seperti seekor ular yang tengah bergerak membelit batang kejantananku... pada saat itu pula moncong penisku memuntahkan sperma berulang-ulang.... crot... croootttt... crooooottttt... crotcrot.... crooooooootttttttttttttttttttttt... crotttt... crottt !

Aku terkapar di atas perut Aleksandra, dengan tubuh bermandikan keringat. Aleksandra pun sama. Terkulai lemas dengan keringat membanjiri tubuhnya.

Pada waktu batang kemaluanku dicabut, kulihat memek Aleksandra menganga dan mengalirkan cairan putih kental seperti susu... cairan maniku yang sangat banyak. Karena sebelum berangkat ke villa ini, tiga hari aku tidak menyentuh perempuan.

“Kalau kamu hamil nanti gimana ?” tanyaku memancing.

“Biar aja. Asalkan kamu tepati janjinya. “

“Ogitu ya... tapi kalau kamu belum ingin hamil dulu, aku membawa pil anti hamil tuh. “

Aleksandra tercenung sejenak. Akhirnya dia mengangguk sambil berkata, “Iya deh... mendingan jangan hamil dulu ya. Supaya aku bisa menyelesaikan kuliahku dulu. Mana pilnya ?”

Aku turun dari bed dan mengambil jaket kulit hitamku. Mengeluarkan dua strip pil kontrasepsi dari saku jaketku. Kemudian menyerahkannya kepada Aleksandra. “Baca aja dulu aturan pakainya, “ kataku.

Aleksandra menelan sebutir pil kontrasepsi itu, sementara aku terbuai dengan lamunan masa depanku....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd