Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

1. Rumah Kami Surga Kami 2. Petualangan Hot 3. Langkah Langkah Jalang (TAMAT)

Bagian 3



T
adinya aku takut kalau penisku tak mampu menembus keperawanan Mbak Ayu malam ini, karena aku baru habis-habisan dengan Mama di hotel.

Namun setelah menyadari keperkasaanku sendiri, bahwa penisku langsung ngaceng setelah menyentuh kemaluan Mbak Ayu yang tidak bercelana dalam ini. Lalu apa salahnya kalau kulakukan malam ini juga ?

Mbak Ayu tidak memaksaku untuk melakukannya pada malam ini. Tapi kini justru aku yang mendesakkannya sampai terlentang di atas bedku. Mbak Ayu cuma menatapku dengan sorot heran. Dan membiarkanku melepaskan kimononya. Sehingga tubuh tinggi montoknya terbuka sepenuhnya di depan mataku.

“Mbak punya baby lotion ?” tanyaku.

“Punya, “ sahut Mbak Ayu, “Emang kenapa ? Mau dilaksanakan sekarang ?”

“Iya. Biar aku aja yang ngambil. Mbak kan udah telanjang gitu, “ ucapku, “ditaroh di mana Mbak ?”

“Di meja rias, “ sahutnya.

Aku pun bergegas keluar dari kamarku, lalu masuk ke dalam kamar Mbak Ayu. Untuk mengambil lotion itu.

Sesaat kemudian aku sudah berada di dalam kamarku lagi, dengan pintu yang sudah ditutup dan dikuncikan. Lalu menghampiri Mbak Ayu yang masih terlentang sambil menyambutku dengan senyum manis di bibirnya.

Botol lotion punya Mbak Ayu itu kuletakkan di dekat bantal. Lalu kutanggalkan baju dan celana piyamaku, karena tak kuasa menahan diri untuk menerkam tubuh telanjangnya yang sangat menggiurkan.

Dan ketika aku benar-benar menerkamnya, mencium bibirnya yang sensual dan agak ternganga, kehangatan pun terpancar dari tubuh Mbak Ayu. Membuatku semakin bersemangat untuk menggumulinya dengan segenap gairahku.

Mbak Ayu pun menyambut gumulanku dengan dekapan erat di pinggangku, terkadang dengabn pelukan hangat di leherku... lalu menyerangku dengan pagutan dan lumatan mesra di bibirku.

Dalam keadaan seperti ini terlupalah aku bahwa dia seharusnya kuanggap sebagai kakak kandungku. Tidak... aku tak bisa lagi menganggapnya sebagai kakakku, seperti tak bisanya aku menganggap Mama sebagai ibu kandungku... karena biar bagaimana pun aku tak punya hubungan darah dengan mereka.

Dan aku tak mau berlama-lama lagi melakukan foreplay dengan kakak tiriku.

Kuambil botol plastik berisi lotion itu. Kubuka tutupnya dan kuarahkan ke mulut kemaluan Mbak Ayu sambil memijatnya. Lotionnya memancar ke dalam celah kemaluan Mbak Ayu, sengaja cukup banyak kukeluarkan lotion itu. Kemudian kupancarkan juga lotionnya di seputar permukaan kemaluan dan selangkangan Mbak Ayu.

Lalu kuusap-usap sekujur permukaan kemaluan Mbak Ayu yang sudah berlepotan lotion itu. Jemariku pun bermain di celahnya yang sudah licin.

Dan tak mau buang-buang waktu lagi, kuminta Mbak Ayu merenggangkan sepasang paha gempalnya sejauh mungkin, agar rudalku bisa meluncur leluasa menuju sasaran.

Seperti robot, Mbak Ayu menurut saja. Merentangkan sepasang pahanya, kedua tangannya pun dipakai untuk menarik lipatan lututnya, agar kedua p[ahanya tetap mengangkang dengan stabil.

Aku pun mengucurkan lotion itu ke penisku sendiri, sampai penisku benar-benar berlepotan lotion itu. Dengan cara seperti ini, aku yakin akan mudah memasukkan penisku yang sudah ngaceng berat ini ke dalam liang kemaluan kakak tiriku.

Namun kenyataannya tidak semudah itu. Berkali-kali puncak penisku meleset, kadang meleset ke bawah kadang ke atas juga.

Tapi setelah belasan menit aku berupaya melakukan penetrasi, akhirnya aku berhasil juga membenamkan penisku ke dalam liang kemaluan Mbak Ayu yang sangat sempit ini.

“Oooh... Sam... ini terasa udah masuk... “ bisik Mbak Ayu sambil mendekap pinggangku erat-erat.

Aku pun merasakan keberhasilan usahaku. Dan aku jadi tahu bahwa cerita tentang gagalnya pengantin di malam pertama, adalah kisah kedunguan pengantin prianya belaka, ditambah dengan minimnya pengalaman.

Dengan bantuan lotion ternyata tidaklah sulit melakukan penetrasi kepada kemaluan perawan.

Memang terasa benar penisku memasuki lubang yang sangat sempit, namun tetap bisa membenam terus sampai lebih dari setengahnya, berkat pelicin yang sudah kugunakan.

Lalu aku mulai mengayun penisku perlahan-lahan. Memang masih seret rasanya. Namun makin lama makin lancar. Dan waktu aku mendorong penisku, terasa semakin jauh masuknya.... bahkan akhirnya terasa mentok di dasar liang kemaluan Mbak Ayu.

Pada saat itulah aku mulai benar-benar mengentot kakak tiriku, sambil merapatkan dadaku ke dadanya.

Terdengar suara Mbak Ayu, “Sam... oooohh.... ini kita... sudah benar-benar bersetubuh ya.... “

“Iya, “ sahutku, “Sakit nggak ?”

“Nggak... tadi memang sakit sedikit... tapi sekarang terasa... eee... enak sekali Saaam.... “ sahut Mbak Ayu yang disusul dengan ciuman-ciuman hangatnya di bibirku. Membuatku semakin bergairah untuk mengayun penisku, bermaju mundur di dalam liang kemaluan kakak tiriku yang sangat sempit dan menjepit ini.

Namun masih sempat aku membisiki telinganya, “Jadi nanti bebas untuk ejakulasi di dalam punya Mbak ?”

“Bebas, “ sahutnya, “selama enam bulan bebas ejakulasi di dalam vaginaku. Setelah enam bulan, nanti aku akan disuntik lagi untuk satu semester berikutnya. Hiihiiihiii... “

Aku pun melanjutkan perjalanan birahiku yang teramat indah dan nikmat ini. Setelah agak lama, kurasakan liang senggama Mbak Ayu tidak terlalu sempit lagi. Karena lendir libidonya mulai membasahi liang kemaluannya. Sehingga aku pun semakin lancar mengentotnya.

Rintihan-rintihan histeris Mbak Ayu pun mulai bertaburan, “Saaam... oooh.... ini... isi enak sekali Saaam... duuuuh... enak Saaam.... “

Kamarku sudah kedap suara, karena ada ACnya. Jadi aku tidak takut kalau rintihan Mbak Ayu terdengar ke lantai bawah. Maka rintihan-rintihan Mbak Ayu malah kuanggap sebagai hal yang erotis. Yang membuatku semakin bergairah untuk mengayun penisku di dalam jepitan liang kemaluannya.

Aku pun tak ragu lagi untuk menikmati segala yang istimewa di tubuh kakak tiriku. Tak ragu lagi menciumi bibirnya yang sensual. Tak ragu lagi meremas sepasang payudaranya yang lebih montok daripada payudara Mama.



********************************************************************************************************************************************

Hanya sampai di situ catatan Sammy yang tak sengaja kutemukan di flashdisknya.

Ya... aku meminjam flashdisk berisi video bokep itu dari adik tiriku yang biasa kupanggil Sam itu. Namun tanpa kusengaja kutemukan file yang Sam beri judul Rumah Kami Surga Kami itu.

Kalau tidak menyangkut pautkan namaku, aku takkan mempedulikan isi catatan pribadi itu. Tapi karena namaku disebut-sebut, dengan sendirinya aku ingin tahu apa saja yang Sam tulis mengenai diriku.

Dan yang sangat mengejutkan adalah langkah Sam dengan Mama itu. Benar-benar di luar dugaanku.

Apakah aku harus marah kepada Mama dengan apa yang telah dilakukannya bersama Sammy ?

Tidak. Karena Sam bukan pacarku. Aku bahkan menganggap Mama hanya ingin mendapatkan apa yang tidak didapatkannya dari Papa. Dan aku juga tahu suatu rahasia yang pernah Mama sampaikan padaku. Bahwa diam-diam Papa sudah kawin lagi dengan wanita yang lebih tua dari Mama. Dan wanita itu adalah boss Papa sendiri.

Ya, sebenarnya catatan pribadi Sammy itu terjadi lebih dari 3 bulan yang lalu.

Aku juga tahu bahwa Papa jadi sering tidak tidur di rumah.

Ketika aku bertanya kepada Mama kenapa Papa jadi jarang tidur di rumah, akhirnya kudengar curhatan Mama.

“Dia sudah nikah lagi dengan bossnya sendiri. Dengan wanita yang lebih tua dari mama. Tapi ini rahasia. Jangan sampai Yoga dan Ita tau. “

“Terus... Mama diam saja ?” tanyaku yang merasa ingin membela ibu kandungku.

Mama malah membelai rambutku sambil menjawab lirih, “Papa menikahi wanita itu bukan berdasarkan cinta. Makanya mama tidak mau protes. Bahkan mama tanda tangani surat ijin untuk Papa menikah lagi itu, karena tujuan Papa memang baik. Papa ingin meningkatkan taraf hidup kita. Dan sejak Papa menikahi bossnya itu, Papa bisa memperbesar rumah ini, Papa bisa membelikan mama mobil baru dan banyak lagi. “

Aku terdiam. Mencoba untuk mengerti kenapa ayah tiriku menikah lagi.

“Satu hal penting yang harus kamu sadari... kalau Papa tidak menikahi bossnya itu, kalian berempat belum tentu bisa kuliah, “ kata Mama lagi, “Jadi kita harus menilai dari sisi positifnya saja. “

“Terus... Mama nggak cemburu Papa punya istri lagi ?” tanyaku.

“Nggak, “ Mama menggeleng sambil tersenyum, “Kalau wanita itu lebih muda dari mama, mungkin mama akan cemburu. Tapi wanita itu sepuluh tahun lebih tua dari mama. Lagian Papa menikahinya atas dasar untuk mendapatkan posisi penting di kantornya. Posisi yang membuat Papa jadi punya duit banyak, untuk membiayai kita semua secara layak. “

Banyak lagi yang Mama sampaikan padaku saat itu.

Rahasia itu sudah Mama buka sebelum aku menyerahkan kesucianku kepada Sam.

Dan setelah aku membaca catatan pribadi Sam, ternyata ada rahasia lagi yang bisa kubuka.

Bahwa Mama melakukan “sesuatu” dengan Sam, sebelum aku menyerahkan kesucianku kepada adik tiriku itu.

Dan kini aku jadi mengerti. Kalau Sam “menghilang” dari kamarnya, berarti Sam sedang berada di pavilyun. Sedang memuasi hasrat birahi Mama... !

Seperti pada suatu malam....

Hasrat birahiku sedang menagih-nagih. Dan aku ingin melakukannya bersama Sam. Tapi pintu kamarnya terkunci. Kucoba mengetuknya berkali-kali, tidak dibuka.

Aku berpikir sesaat. Hmm... mungkin Sam sedang berada di pavilyun, tepatnya di kamar Mama.

Ya, pavilyun itu terdiri dari tiga bagian. Kamar tidur, ruang cengkerama dan kamar mandi.

Aku ingin membuktikan dugaanku. Bahwa Sam sedang bersama Mama di pavilyun. Itulah sebabnya aku turun ke lantai bawah dan agak mengendap-endap menuju pavilyun. Mendekati jendela kamar Mama.

OMG... !

Aku mendengar suara rintihan-rintihan Mama... !

Jelas sekali di telingaku, “Iya Saaam... ooooh.... Saaaam.... iyaaaa.... iyaaa... entot terus Saaam... ooooh... Saaam.... oooooh Saaaam... “

Aku degdegan mendengar suara Mama dengan nada yang lain dari biasanya itu. Lalu aku kembali ke lantai atas lagi. Tak ingin nguping lebih jauh lagi, karena malu sendiri mendengar ibu kandungku sedang melakukan “sesuatu” dengan adik tiriku.

Tapi setibanya di kamar, aku jadi resah sendiri. Resah di dalam amukan birahiku yang semakin menjadi-jadi.

Tiba-tiba handphoneku berdering perlahan. Ternyata yang nelepon itu Yoga.

Tanpa pikiran yang aneh-aneh, kuterima call dari adik tiriku itu. “Ada apa Ga ?” tanyaku.

“Maaf... Mbak punya flashdisk yang bisa kupinjam ? Lagi ngerjain tugas, flashdiskku ketinggalan di kampus tadi Mbak, “ tanya Yoga di speaker hapeku.

“Ada. Ambil aja ke sini. “

“Iya Mbak. Aku mau ke kamar Mbak sekarang. “

Setelah hubungan seluler diputuskan, aku meletakkan hapeku di meja riasku. Sambil menatap bayangan wajahku di cermin.

Masih cantik, pikirku. Tadinya aku persiapkan kecantikan ini untuk Sam. Tapi entah setan mana yang membunjukku, sehingga aku berubah pikiran, “Kenapa aku tidak menyiapkan kecantikanku ini untuk Yoga ? Bukankah Sam sedang asyik bersama Mama ? Tapi apakah Yoga bisa memberikan sesuatu seperti yang sering kudapatkan dari Sam ? Entahlah... nanti akan kutest aja dia... “

Lalu keletakkan flashdisk yang masih baru di atas meja rias. Aku sendiri melangkah ke arah bed sambil memutar otakku.

Tak lama kemudian terdengar pintu kamarku diketuk dari luar.

“Nggak dikunci, Buka aja Ga, “ kataku sambil merebahkan diri di atas tempat tidur, dengan belahan kimono yang sengaja kubuka lebar-lebar. Untuk memamerkan pahaku yang putih mulus ini.

Pintu terbuka. Yoga pun masuk ke dalam kamarku. Dengan hanya mengenakan celana pendek dan baju kaus serba putih.

Kalau dibandingkan dengan Sam yang bentuknya ganteng dan macho itu, Yoga itu tergolong tampan dan cute. Tubuhnya pun tinggi langsing, tidak tegap seperti Sam.

“Flashdisknya di atas meja rias tuh, “ kataku, “Masih baru. Format aja dulu nanti. “

“Iya Mbak, “ sahut Yoga sambil melangkah ke arah meja riasku.

“Yoga... sini sebentar, “ kataku sambil duduk bersila di atas bedku, dengan paha semakin terbuka di antara kedua sisi kimonoku.

Yoga sudah memegang flashdiskku, lalu melangkah ke arahku. “Ada apa Mbak ? Mau ngasih duit lagi ? Hehehee... “

“Aku malah mau ngasih sesuatu yang lebih bernilai daripada duit. “

“Ohya ? Mau ngasih apa ?” Yoga tampak bersemangat.

Kutarik pergelangan tangan Yoga, lalu kudekatkan mulutku ke telinganya. Dan berbisik, “Mau ngasih memekku. Mau nggak ?”

“Haaa ?!” Yoga tersentak dan menatapku dengan sorot ragu.

“Kamu udah punya pengalaman ngentot cewek ?” tanyaku sambil tetap memegang pergelangan tangan adik tiriku.

Yoga cuma menatapku, tanpa menjawab pertanyaanku.

Namun akhirnya ia mengangguk.

“Sama siapa ?” desakku.

“Sama teman kuliahku yang sudah punya anak dua. “

“Ohya ? Jadi udah banyak pengalaman dong, “ kataku sambil merayapkan tangan ke balik celana pendek putihnya. Ternyata Yoga tidak mengenakan celana dalam, sehingga aku bisa memegang batang kemaluannya yang terasa lebih panjang-gede daripada penis abangnya.

“Mbak... “ Yoga menatapku dengan bola mata bergoyang ketika aku mulai meremas penisnya dengan lembut.

“Mau nggak ML sama aku ?”

“Mau... tapi takut ketahuan Papa dan Mama... Mbak kan kakakku. “

“Papa lagi di luar kota. Mama sudah tidur. Dan kita kan saudara tiri. Bukan saudara kandung. Apa salahnya kalau kita bertualang ?”

“Iya... “ sahut Yoga sambil tersenyum.

“Tutup dan kunci dulu pintunya gih. “

Yoga mengangguk. Lalu melangkah ke arah pintu. Menutup dan mengunci pintu itu, lalu menghampiriku lagi. Pada saat yang sama, aku menanggalkan kimonoku, sehingga tinggal celana dalam yang masih melekat di tubuhku, karena kalau sudah malam aku terbiasa tidak mengenakan beha lagi.

“Bagaimana ? Apakah aku ini menarik nggak ?” tanyaku sambil bertolak pinggang di depan Yoga.

Yoga terbalalak dan bergumam, “Waaah... Mbak Ayu seksi habis... !”

Aku cuma tersenyum mendengar komentar Yoga itu.

Lalu aku duduk di pinggiran bed, sementara Yoga masih berdiri di lantai, persis di depanku. Pada saat itulah kupelorotkan celana pendek Yoga sampai terlepas dari kakinya.

Lalu tampaklah sebatang penis panjang gede yang sudah agak menegang. Memang lebih panjang dan lebih gede daripada penis Sam... !

Ini surprise bagiku. Bahwa Yoga yang tampan dan imut-imut itu ternyata memiliki penis segini gagahnya. Mengalahkan abangnya yang berpenampilan ganteng dan macho itu.

Aku sudah terbiasa memegang dan mempermainkan penis Sam. Karena itu aku tak ragu lagi memegang dan menciumi batang penis Yoga yang gagah dan mulai menegang itu.

Ketika penis Yoga kutempelkan ke pipiku, terasa ada hawa hangat tersiar dari alat vital adik tiriku itu.

Tapi aku membutuhkan penis yang benar-benar keras dan siap untuk dipompakan di dalam liang kewanitaanku. Bukan sekadar penis yang menyiarkan hawa hangat.

Karena itu aku mulai menjjilati leher dan kepala penis Yoga yang gagah ini. Kemudian kukulum dan kuselomoti penis Yoga yang tegangnya masih nanggung ini. Sementara air liurku sengaja kualirkan ke badan penisnya, lalu kuurut-urut batang penis Yoga, pada saat bibir dan lidahku mengeluti leher dan kepala penis gagah ini.

Dalam tempo singkat saja aku mulai merasakan penis Yoga makin menegang...makin menegang lagi... sampai akhirnya aku yakin sudah cukup waktunya untuk menikmati kejantanan adik tiriku ini.

Dengan godaan birahi semakin menjadi-jadi, kutanggalkan celana dalamku, lalu menelentang sambil menarik tangan adik tiriku.

Yoga pun terhempas ke atas tubuhku. Dalam keadaan seperti ini, dia tidak canggung-canggung lagi. Dengan lahap dia mencelucupi puting toket kananku, sementara tangan kanannya meremas toket kiriku. Dan penisnya yang sudah full ereksi itu bertempelan dengan kemaluanku... membuatku semakin horny.

Namun aku tak mau mendikte Yoga. Kubiarkan dia beraksi atas inisiatifnya sendiri, tanpa pengarahan dariku.

Ternyata Yoga cukup kreatif. Bahkan mungkin pengalamannya lebih banyak daripada Sam. Ia tahu benar titik-titik sensitif di tubuhku. Dan titik-titik sensitif ini disentuhnya semua.

Bahkan pada saat aku semakin klepek-klepek dalam horny, Yoga melorot turun. Menciumi selangkanganku yang sudah menghangat ini. Kemudian ia mulai menjilati kemaluanku yang sudah agak basah ini.

Ooooh... gila... ternyata Yoga lebih trampil daripada Sam. Begitu lidahnya menyentuh kemaluanku, sasaran utamanya adalah clitorisku. Jelas ini membuatku jadi menggeliat-geliat dengan perasaan seolah tengah melayang-layang.

Ketika mulut Yoga seolah sudah membenam di kemaluanku, kedua tanganku mulai mengepak-ngepak kasur, sementara perutku sering terangkat secara spontan,

Desahan demi desahan pun mulai terhembuskan dari mulutku, sementara kedua tanganku meremas-remas kain seprai... terkadang juga meremas-remas rambut Yoga, dengan nafsu yang semakin menggila.

Bahkan pada suatu saat aku tak kuasa lagi menahan nafsu ini. Aku pun mengepit kepala Yoga dengan kedua tanganku. Kemudian aku merengek dengan nada memohon, “Cukup Ga... masukin aja punyamu sekarang... aku sudah gak tahan... “

Untunglah Yoga mengerti apa yang kuinginkan. Ia merayap naik ke atas perutku, sambil memegangi batang kemaluannya yang sudah ngaceng berat itu.

Meski tidak kubantu, Yoga sangat mengerti ke mana dia harus membenamkan penisnya.

Beberapa detik kemudian, terasa penis Yoga mulai membenam ke dalam liang kemaluanku. Oooh... memang terasa lain... terasa seret gerakan penis itu, mungkin karena ukurannya itu... di atas rata-rata... !

Kenyataan yang satu itu justru membuatku semakin bergairah untuk menikmati gesekan kejantanan Yoga.

Dan ketika penis Yoga mulai bergerak maju-mundur di dalam liang kewanitaanku... ooh... gesekannya benar-benar terasa. Membuatku terpejam-pejam saking enaknya... !

Terlebih lagi ketika penis Yoga mulai cepat ayunannya, sehingga gesekannya dengan liang senggamaku pun lebih cepat... oooh... ini luar biasa nikmatnya.

Rintihan-rintihanku pun mulai berlontaran dari mulutku, tak terkendalikan lagi, “Yoga... oooh... ini enak sekali Ga... enak sekali... oooh... iyaaaaa... entot terus Gaaa... kontolmu luar biasa enaknya Gaaa.... “

“Me... memek Mbak juga... luar biasa enaknya... masih sempit dan... dan legit sekali... Mbaaak..... “ sahut Yoga terengah-engah.

“Sama memek temanmu itu enak mana ? “ tanyaku penasaran.

“Jauh Mbak... memek dia kan sudah dua kali melahirkan... takkan bisa dibandingkan dengan memek Mbak ini... oooh.... “

Aku senang sekali mendengar ucapan adik tiriku itu.

Dan Yoga makin gencar mengentotku. Membuat nafasku tertahan-tahan, sambil menggeliat-geliat nikmat.

“Nanti lepasin di dalam aja ya... “ kataku pada suatu saat.

“Aman ?” tanya Yoga sambil mempermainkan puting toketku.

“Aman... sudah disuntik... cukup untuk enam bulan... “

“Asyiiik... “ hanya itu yang terlontar dari mulut Yoga. Lalu ia mempergencar genjotan penisnya.

Sementara mulut dan tangannya pun terus-terusan beraksi. terkadang menjilati leherku, lalu menjilati puting tetekku, terkadang juga menjilati ketiakku... ini semua membuatku makin terpejam-pejam dalam nikmat yang sulit kulukiskan dengan kata-kata.

Tangannya pun terkadang meremas toketku, di swaat lain meremas sepasang bahuku. Oooh... tak kusangka kalau Yoga ini ternyata jauh lebih trampil daripada abangnya.

Apakah itu karena pengalaman Yoga lebih banyak daripada pengalaman Sam ? Ya... bukankah di dalam catatan pribadi itu Sam mengaku untuk pertama kalinya menggauli perempuan waktu menggauli Mama itu ?

Entahlah. Yang jelas ketika aku merasa sudah mau mencapai orgasme, aku membisiki Yoga, “Yoga... oooh... aku udah mau lepas Gaaa... “

“Iya Mbak... kita barengin aja yok... biar nikmat... “ sahut Yoga sambil mempercepat entotannya.

Sampai pada suatu saat kami sama-sama berkelojotan... lalu Yoga membenamkan penis gagahnya doi dalam liang kemaluanku, tanpa menggerakkannya lagi. Pada saat itulah aku merasakan indah dan nikmatnya puncak orgasmeku... yang Yoga tanggapi dengan sermprotan cairan kental hangatnya di dalam liang kemaluanku.

Pada saat itulah kami saling peluk... saling cengkeram seolah ingin saling meremukkan. Kemudian Yoga terkapar di atas tubuhku.

Terasa benar... sretttt...srettt... srettt...sretsrettttsreeeet..... air mani Yoga membasahi liang kemaluanku, bercampur aduk dengan lendir libidoku yang sudah terpuasi.



Yoga mencabut penisnya dari liang kemaluanku. Lalu mengambil kertas tissue dari atas meja riasku. Mengelap penisnya dengan kertas tissue itu. Kemudian mengelap kemaluanku denbgan kertas tissue yang masih baru. Lalu mengenakan celana pendeknya kembali.

“Nggak mau bikin ronde kedua ?” tanyaku sambil mencium pipi Yoga.

“Besok malam masih ada waktu kan Mbak. Kalau sekarang... aku harus ngerjain tugas dulu. “

“Terima kasih Yoga yaaa... aku pasti bakal ketagihan nanti. “

“Aku juga bakal ketagihan Mbak... “

Kami pun berciuman dengan mesranya.

Kemudian Yoga meninggalkan kamarku, dengan flashdisk baru itu.
Mantap banget omm
 
Bagian 4





Petualanganku dengan Yoga itu sungguh sangat berkesan di hatiku. Masalahnya, Yoga yang tampak seperti cowok innocent itu ternyata punya segalanya, untuk memuasi desir-desir birahiku.

Maka esok paginya, ketika Sam dan Ita sudah duluan berangkat kuliah, sementara aku dan Yoga baru siap-siap mau berangkat, sengaja kuhampiri adik tiriku yang biasa dijuluki si bungsu itu. Lalu aku berkata setengah berbisik, meski Mama belum tampak keluar dari kamarnya, “Nanti malam jam delapan tepat kutunggu di dalam kamarku ya. “

“Siap Mbak, “ sahut Yoga sambil tersenyum menggoda.

Lalu aku dan Yoga mengeluarkan motor masing-masing. Dan berpisah di depan rumah. Yoga menuju ke kiri, aku ke kanan.

Di atas motor yang kukemudikan ke arah kampusku, segala yang terjadi dengan Yoga tadi malam terbayang lagi di pelupuk mata batinku. Tapi aku bertekad, kepada Mama dan Sam, aku akan berusaha merahasiakan kejadian dengan Yoga itu. Demikian pula kejadian-kejadian dengan Sam aku akan berusaha merahasiakannya baik kepada Mama mau pun Yoga.

Tapi sampai kapan aku bisa menutup-nutupi semuanya ini ?

Entahlah. Sangat mungkin salah seorang di antara mereka (Mama, Sam dan Yoga) bisa membocorkannya. Tapi kalau pun rahasia itu bocor, pasti bukan dari mulutku.

Setibanya di kampus, aku baru ngeh bahwa hari itu aku baru akan dapat kuliah jam sembilan nanti. Berarti aku berangkat kepagian, karena waktu aku tiba di kampusku, jam tanganku baru menunjukkan jam 07.10. Berarti aku harus menunggu hampir dua jam.

Tapi biarlah. Aku melangkah ke kantin saja. Mudah-mudahan sudah ada makanan yang bisa kunikmati di sana.

Lumayan, di kantin sudah ada bermacam-macam gorengan yang masih pada panas.

Aku pun meminta teh manis panas, sambil mengambil beberapa buah gorengan dan menyimpannya di sebuah piring kosong. Lalu duduk di kursi kantin yang masih sepi.

Pada waktu menyantap gorengan itu, aku malah menerawang ke masa laluku yang penuh dengan liku-liku. Tentang masa pacaranku yang selalu kandas di tengah jalan. Bahkan cowok yang terakhir, sangat bertolak belakang dengan awal pendekatannya padaku. Meski pun kutolak secara halus, dia sampai berlutut dengan mata berlinang-linang. memohon agar aku mau dijadikan pacarnya.

Akhirnya hatiku pun luluh. Dan menerima tembakannya berdasarkan perasaan kasihanku padanya. Ya, perempuan memang bisa mencintai lawan jenisnya dengan berbagai macam alasan. Begitu juga dengan cowok terakhir itu (yang aku malas menyebutkan namanya), aku menerimanya dengan dasar kasihan.

Tapi apa yang terjadi selanjutnya ? Setelah beberapa bulan menjadi pacarku, cowok itu malah berselingkuh dengan temanku sendiri. Membuatku geram... geram sekali.

Pada saat itu juga kuputuskan hubunganku dengan cowok brengsek itu.

Lalu, sejak saat itu aku males pacaran lagi. Mendingan konsentrasi pada kuliahku saja, biar cepat selesai, lalu nyari kerja. Gak mau mikirin cowok dulu.

Ternyata aku mendapatkan teman senasib. Teman kuliahku yang bernama Yessy itu pun mengalami nasib yang sama. Bahwa cowoknya yang dahulu seolah mengemis minta dikasihani, memohon agar Yessy mau menerimanya sebagai pacarnya. Lalu Yessy terima juga cowok itu sebagai pacarnya. Tapi endingnya sama dengan yang terjadi padaku. Cowok itu berbelok arah ke cewek yang lain.

Bahkan Yessy mengalami hal yang lebih parah dariku. Cowok itu berbelok arah setelah merenggut kesucian Yessy, setelah “kenyang menggauli Yessy... !

Merasa punya teman senasib, hubunganku dengan Yessy makin lama makin akrab. Bahkan boleh dibilang Yessylah sahabat terdekatku di kampus.

Tapi dalam soal sex, saat itu aku jauh ketinggalan kalau dibandingkan dengan “jam terbang” Yessy. Karena setelah putus dengan cowok yang telah merenggut keperawanannya itu, Yessy jadi senang bertualang. Meraih cowok demi cowok ke dalam pelukannya.

Setelah menyerahkan keperawananku pada Sammy, diikuti dengan persetubuhan demi persetubuhan dengan adik tiriku itu, aku pun merasa tidak terlalu ketinggalan oleh Yessy.

Aku pun menceritakan sejujurnya kepada Yessy, bahwa aku sudah tidak perawan lagi. Namun siapa cowok yang telah merenggut kesucianku, masih kurahasiakan. Karena aku merasa malu menceritakan skandal di dalam rumahku sendiri.

“Ayu ! Ternyata kamu udah di sini ya ?” Yessy menepuk bahuku, sehingga terawangan masa laluku buyar seketika.

“Iya... aku kepagian datangnya. Lupa kalau hari ini baru ada kuliah jam sembilan nanti. “

Yessy melihat makanan yang ada di atas piringku, lalu meminta yang sama kepada bu kantin. “Sekarang hari Rabu kan ?” ucap Yessy sambil duduk di sampingku.

“Iya. Emang kenapa ?”

“Lusa kan Jumat. Long weekend tuh sampai Minggu. “

“Iya... terus mau ngapain di liburan tiga hari itu ?”

Yessy mendekatkan mulutnya ke telingaku. Lalu berbisik, “Aku bingung, ada dua cowok sama-sama ngajak kencan. Mending kubagi dua aja, yang seorang untukku, yang seorang lagi untukmu. “

“Siapa mereka ? Teman sekampus ?”

“Iya. Abbas dan Manuel. “

Aku terlongong. Aku tahu benar siapa mereka. Abbas itu keturunan timur tengah yang sering nraktir makan di sebuah resto favorit. Manuel juga bukan asli Indonesia, Ayahnya orang lokal, tapi ibunya orang Spanyol.

Kampusku memang agak berbeda dengan kampus lain. Di kampusku banyak indonya. Bahkan bule asli juga banyak yang kuliah di kampusku.

Abas dan Manuel itu memang ganteng-ganteng. Tapi entah kenapa, aku tidak tertarik pada ajakan Yessy itu. Apalagi kalau acaranya menjurus ke arah sex.

“Gimana ? Mau ikutan ? “ tanya Yessy.

“Sorry, aku gak bisa. Udah ada janji yang harus kutepati. Lain kali aja, “ sahutku.

“Ziaaah... padahal Manuel itu suka sama kamu, Ayu. “

“Tau, “ sahutku, “Tapi aku udah ada janji, gimana ?”

Yessy tampak kecewa.

Sementara aku teringat kembali godaan demi godaan yang Manuel lakukan padaku. Yang selalu kutanggapi dengan dingin. Karena saat itu aku memang sedang malas didekati cowok mana pun.

“Kalau kamu gak mau, aku juga gak mau kencan sama mereka ah, “ ucap Yessy diakhiri dengan elahan nafas panjang.

“Kalau kamu berhasrat, kenapa harus ikut-ikutan aku ?” tanyaku sambil menepuk punggung tangan Yessy yang terletak di atas meja kantin.

“Soalnya aku ngebayangin, kalau kamu ikut, pasti seru, “ sahut Yessy.

“Seru gimana ?”

Yessy menjawabnya dengan bisikan di telingaku, “Kita bisa foursome. Pasti asyik lho. “

“Iiiih... mendengarnya aja merinding aku nih... “ sahutku.

“Kita kan gak usah mikirin pacaran dan serius-seriusan dulu. Yang serius sih nanti aja setelah kita diwisuda. Tapi kepalangan sudah gak virgin lagi, kenapa gak kita nikmati aja enaknya cowok ?!”

Aku cuma terlongong. Namun diam-diam hatiku membenarkan ucapan sahabatku itu. Hanya saja aku masih ingin konsen kepada satu sosok baru... sosok adik tiriku yang bernama Yogama itu.



Sepulangnya dari kampus, seperti biasa aku memasukkan motorku ke garasi. Dan kulihat hanya ada motor Ita dan motor Sam di garasi. Sementara motor Yoga dan mobil Mama tidak ada. Berarti Mama sedang keluar. Karena itu aku balik lagi ke ruang makan. Kulihat Ita sedang menyantap risoles di situ. “Mama ke mana Ta ?” tanyaku.

“Pergi sama Sam, “ sahut Ita, “Katanya sih mau nginap di rumah teman Mama. Gak tau ada acara apa. “

Aku mengernyitkan dahi sambil menghela napas. Lalu melangkah ke lantai atas, langsung masuk ke dalam kamarku.

Sam bersama Mama lagi. Mau nginap segala. Pasti mereka akan bergelut di ranjang. Dan aku bisa membayangkan apa yang Mama lakukan dengan Sam yang sudah dianggap brondongnya.

Tapi biarlah. Belakangan ini Mama pasti sering kesepian, karena Papa makin lama makin sering tidak pulang. Dan aku tahu kenapa Papa sering tidak pulang.

Padahal Mama juga masih membutuhkan sentuhan lelaki. Jadi, skandal Mama dengan Sam kuanggap sebagai hal yang wajar. Masih bagus skandal dengan orang serumah, tidak dengan orang luar.

Biarlah Mama merasakan hangatnya sentuhan Sam, karena aku justru sudah punya keasyikan baru, dengan Yoga itu.

Tapi... tiba-tiba aku teringat sesuatu. Bahwa kalau Sam sedang berduaan dengan Mama, entah di mana, pasti flashdisk yang berisi catatan pribadi Sam itu takkan dibawa. Dan seandainya flashdisk itu kutemukan, pasti isi catatan pribadinya sudah bertambah.

Pintu kamar Sam terkunci. Tapi tiada kesulitan bagiku untuk membukanya. Karena kunci cadangannya ada padaku, seperti juga kunci cadangan pintu kamarku dipegang oleh Sam pula.

Aku juga sudah hafal di mana Sam biasa meletakkan flashdisknya. Di laci meja tulisnya. Dan aku masih ingat flashdisk mana yang dipakai untuk menyimpan catatan pribadinya itu.

Flashdisk itu kutemukan. Kubawa ke dalam kamarku, lalu kupasang di laptopku. Ternyata benar-benar banyak penambahannya. Maka cepat kucopy ke flashdiskku sendiri. Kemudian kukembalikan flashdisk punya Sam ke tempat asalnya.

Kututup dan kukuncikan lagi pintu kamar Sam dan kembali ke kamarku, untuk membuka catatan pribadi Sam yang sudah kucopy ke flashdiskku.

Waaah... ternyata catatan pribadi Sam sudah lumayan jauh perkembangannya.

Berdebar-debar juga aku membacanya......



*************************************************************************************************************************************************





Mama seolah diciptakan untuk menjadi sumber gairah birahiku. Bukan cuma itu, Mama juga makin lama makin menyayangiku. Sehingga apa pun yang kuminta selalu dikabulkannya.

Sementara itu Papa makin lama makin sering tidak pulang. Sampai pada suatu saat... ketika aku sedang berada di dalam pavilyun Mama, kudengar penuturan ibu tiriku itu, bahwa sebenarnya Papa sudah menikah lagi dengan wanita lain. “

“Apakah wanita itu lebih cantik dari Mama ?” tanyaku penasaran.

“Entahlah, “ Mama menggeleng sambil tersenyum, “Yang jelas usianya lebih tua dari mama. “

“Usianya lebih tua tapi statusnya istri muda ?” tanyaku.

Mama mengangguk sambil tersenyum. Lalu mencium pipiku disusul dengan bisikan, “Biar aja Papa memuasi dirinya sendiri. Mama kan udah punya kamu, yang jauh lebih memuaskan daripada papamu. “

“Tapi Mama sama sekali gak punya perasaan marah atau cemburu ?”

“Nggak Sam. Alasan Papa terlalu sulit ditolak. Wanita itu owner perusahaan di tempat Papa bekerja. Jadi Papa menikahi big bossnya sendiri. “

“Ohya ?! Berarti papa punya motivasi lain dengan menikahi wanita itu ?”

“Iya. Kamu masih ingat kan waktu mama dibeliin mobil. Terus Papa membeli empat buah motor untuk kamu dan saudara-saudaramu ?”

“Iya Mam. “

“Nah itu semua hanya sebagian dari kompensasi dari Papa, agar mama bersedia dimadu. Duitnya mengalir dari wanita itu. Makanya mama biarin aja Papa menikah lagi, asalkan masa depan kita lebih terjamin. “

Aku cuma mengangguk-angguk dan mulai mengerti apa latar belakang Papa menikah lagi itu. Faktor duit alasannya. Tadinya aku memang kesal juga mendengar Papa punya istri muda itu. Tapi setelah mendengar penjelasan dari Mama, aku pun mencoba untuk mengerti.

Tapi sesuatu yang sulit kumengerti adalah waktu Mama bertanya, “Kamu sudah tau Tante Fenti kan ?”

“Tau Mam. Kan dia sering ke sini. “

“Nah sekarang siapkan stamina dan vitalitasmu, karena besok pagi kita akan bertamu ke rumahnya. “

“Lho... mau bertamu aja kok harus siapkan stamina segala ?!”

“Ini rahasia ya. Jangan sampai bocor. Sebenarnya kita bakal punya acara istimewa di rumah Tante Fenti besok. “

“Acara apa ?”

“Tante Fenti hanya punya anak seorang. Anak cowok yang sebaya denganmu. “

“Iya, kan anaknya pernah dibawa ke sini. Yang namanya Rendi itu kan ?”

“Oh... iya ya... jadi kamu udah kenal dia kan ?”

“Iya. Pernah ngobrol juga kok denganku. “

“Nah... Tante Fenti minta tolong sama mama untuk ngajarin Rendi bersetubuh. “

“Haaa ?! Terus Mama mau aja ?”

“Dengar dulu dong. Jangan mutus omongan mama, “ ucap Mama sambil menepuk lututku, “Besok itu acaranya begini... mama sama Rendi, kamu sama Tante Fenti. “

“Maksud Mama yang jelasnya gimana ?”

“Kamu boleh menyetubuhi Tante Fenti, sementara mama akan ngajarin Rendi begituan. Ngerti kan ?”

“Hihihiii... Mama kok acaranya aneh gitu Mam ?!”

“Nggak usah banyak komentar. Jawab aja, mau apa nggak ?”

Aku terdiam, dengan pikiran tak menentu. Tante Fenti itu tergolong hitam manis, tapi memang seksi. Namun aku masih bingung menjawab ajakan Mama itu.

“Kalau kamu nggak mau ya udah. Mama akan pergi ke rumah Tante Fenti besok sendirian. “

Tanpa pikir panjang lebar lagi, kupegang kedua tangan Mama sambil berkata, “Demi Mama, apa pun yang Mama inginkan pasti kulakukan. “

Mama mengecup bibirku, lalu berkata, “Memang seharusnya kamu menyambut rencana mama dengan Tante Fenti itu sebagai sesuatu yang seru. Biar kamu juga bisa merasakan wanita lain, jangan hanya dengan mama melulu. “

“Sementara Mama bisa merasakan brondong lain juga kan ?” ucapku dengan perasaan cemburu yang kusembunyikan di dalam hatiku.

“Mmm... yang penting kita bikin resfreshing, supaya hubungan kita tetap segar. Oke ? Sekarang tidurlah. Besok pagi kita berangkat ke rumah Tante Fenti yang jaraknya lumayan jauh. “

Aku pun mengikuti permintaan Mama. Meninggalkan pavilyun dan naik ke lantai dua, lalu masuk ke dalam kamarku.

Di dalam kamar aku merenungkan semuanya itu. Tentang “mother swap” yang sudah Mama rencanakan itu.

Aku sudah kenal dengan Tante Fenti yang kelihatannya sangat akrab dengan Mama itu. Bahkan aku pernah ngobrol dengan wanita setengah baya berkulit sawo matang itu. Memang manis dan seksi.

Sebenarnya aku girang juga mendengar rencana Mama dengan Tante Fenti itu. Tapi tadi aku tak mau memperlihatkan kegiranganku, semata-mata ingin menjaga perasaan Mama saja.

Dan sebelum tidur, aku sudah membayangkan apa yang bakal terjadi besok di rumah Tante Fenti.



Esoknya, pagi-pagi sekali aku sudah berada di belakang setir mobil Mama. Sementara saudara-saudaraku masih tidur semua. Maklum hari itu hari Minggu.

“Tante Fenti itu tidak punya suami ?” tanyaku kepada Mama yang sudah berada di samping kiriku.

“Dahulu punya, “ sahut Mama, “Tapi karena dia tidak punya anak terus, akhirnya diceraikan oleh suaminya. “

“Lho... Rendi itu anak siapa ?”

“Keponakannya. Tapi Rendi dirawat sejak balita, sehingga Tante Fenti merasa seperti pada anaknya sendiri. “

“Ogitu... “

“Jadi Tante Fenti itu belum pernah melahirkan. Pasti memeknya lebih enak daripada memek mama. Hihihiii... “

“Ah Mama.... “

“Nanti laporan ya. Mana lebih enak mama atau Tante Fenti. “

“Pasti enakan Mama. “

“Kenapa bisa mikir gitu ? Kan kamu belum nyobain seperti apa rasanya memek tante Fenti. “

“Mama punya kulit putih bersih. Punya bokong semok. Punya wajah cantik dan sebagainya. Tante Fenti kan tidak seputih dan secantik Mama. “

“Tapi kata orang, perempuan yang item manis itu legit lho memeknya. “

“Masa sih ?”

“Nanti buktikan aja sendiri. “

Aku terdiam dan konsen ke arah seitr yang sedang kukemudikan.

Memang rumah Tante Fenti itu agak jauh di luar kota. Tapi untung jalanan tidak macet, sehingga tidak sampai dua jam mobil Mama sudah dibelokkan ke pekarangan rumah Tante Fenti yang luas dan banyak pohon jeruknya itu.

Ketika aku dan Mama turun dari mobil, pintu depan rumah Tante Fenti terbuka.

Rendi yang membuka pintu itu. Ia menghampiriku sambil menjabat tanganku, “How are you Sam ?”

“I am fine. And you ?” sahutku.

“Fine too... ayo masuk, “ ajak Rendi. Sementara Mama sudah duluan masuk ke dalam.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd