Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG • Minority in Majority •

Status
Please reply by conversation.

King_77

Suka Semprot
Daftar
19 Jan 2023
Post
6
Like diterima
0
Bimabet
Disclaimer: Fiksi, No Sara, all characters are above 18

Semua berdasarkan fantasi penulis. Tidak ada maksud menyudutkan golongan manapun.
Ilustrasi hanya digunakan dalam kepentingan imaginari cerita tanpa ada maksud lainnya.

PS: Writer tidak berkuliah di lokasi kampus yang ada di dalam cerita. Penggunaan lokasi hanya demi kebutuhan cerita dan tidak real.







Index
Prolog

Chapter 1 - Permulaan



 
Terakhir diubah:
PROLOG



“Nico engga keterima di kampus kuning Pih..” ujar Nico menghampiri Papih nya dengan raut wajah yang lesu.

Koh Alim, sang Papih, yang daritadi serius membuka laptop membaca laporan keuangan bengkel miliknya pun langsung menoleh ke arah anak sulung nya itu.

“Ya udah, kampus kuning berarti emang bukan jodoh elu Nic.. Sabar aja..” respon Koh Alim sambil menutup laptop nya. Meskipun masalah cuan itu penting, namun masalah keluarga harus selalu jadi prioritas yang utama. Apalagi Nico merupakan anak kesayangan nya Koh Alim.

Koh Alim tahu kalau Nico memang sejak lama mengidamkan untuk dapat berkuliah di kampus kuning. Kampus kuning memang salah satu kampus terbaik di Indonesia yang berlokasi di Depok. Fakultas Ekonomi nya pun telah terbukti tersohor sesuai dengan minat jurusan Nico.

Meskipun Koh Alim sudah berulang kali menyuruh Nico untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri, Nico tetap tidak bergeming untuk pindah haluan. Nico sendiri memang tidak tertarik untuk tinggal jauh dari keluarga nya. Selain dari nama besar kampus kuning, jarak antara Bogor dengan Depok yang memang terhitung dekat itulah yang membuat Nico ngebet banget untuk dapat diterima disitu.

“Terus sekarang elu mau nya apa?” tanya Koh Alim memancing. Dari aura nya, Nico memang terlihat begitu terpukul karena gagal memeroleh kesempatan untuk dapat berkuliah disana.

“Hmm.. Tapi Nico keterima akuntansi di kampus pilihan yang kedua Pih..” jawab Nico agak ragu. Dulu ketika tahu kalau Nico memilih kampus 'itu' sebagai pilihan kedua, Koh Alim memang berulang kali menentang nya dengan keras.

“Pilihan kedua?! Kampus Ciputat maksud luh?! Duh.. emang nya elu yakin mau masuk ke situ?” bukannya senang anaknya berhasil tembus SNMPTN, Koh Alim malah kaget dan terpancing emosi ketika mendengar Nico diterima di kampus Ciputat itu.

Sebetulnya tidak ada yang salah dari Kamput Ciputat. Sebuah kampus negeri yang juga memiliki predikat sebagai kampus unggulan. Banyak alumnus nya yang jadi orang terkenal. Pemberitaan di media masa pun membuktikan kalau kualitas kampus itu memang jempolan.

Tapi bukan itu yang menjadi sumber kekhawatiran Koh Alim. Yang menjadi kekhawatiran Koh Alim karena kampus ini lebih dikhususkan pada subjek pembelajaran agama Islam. Hal ini lah yang bolak balik menjadi bahan perdebatan sengit antara bapak-anak tersebut.

Nico memilih kampus itu karena lokasinya masih terhitung dekat, sedangkan Koh Alim tidak setuju karena takut Nico akan menjadi semakin minoritas kalau dia berkuliah di sana.

Sebetulnya dari segi agama, tidak ada masalahnya kalau Nico berkuliah di sana. Toh meskipun berketurunan Tiongkok, keluarga Koh Alim sudah memeluk agama Islam sejak lama. Koh Alim sendiri sudah menjadi mualaf sejak dulu menikahi istrinya yang asli orang Bogor. Kelima anak mereka pun semuanya menganut agama itu sejak lahir. Istri Koh Alim lah yang mengajarkan agama ke anak-anak mereka sejak mereka kecil.

Masalahnya, selama ini seluruh anak Koh Alim di sekolahkan di sekolah swasta Katolik sejak jenjang TK hingga SMA.

Maklum, sebagai orang berduit, pasti Koh Alim ingin menyekolahkan mereka di sekolah terbaik yang ada di kota itu. Kebetulan sekolah swasta terbaik di Bogor adalah sekolah berbasis agama yang berbeda dengan agama yang mereka anut. Secara tidak langsung pun, Nico lebih terpapar agama lain daripada agama nya sendiri. Koh Alim saja sepertinya tidak hapal seluruh bacaan solat, apalagi Nico?

“Ya mau gimana lagi Pah..” jawab Nico memelas.

Sebetulnya bisa saja dia masuk kampus swasta di daerah Semanggi seperti pilihan keluarga besarnya yang lain. Namun karena sejak kecil sudah dididik dalam sekolah berbasis agama, makanya Nico ingin keluar jalur pada saat kuliah ke kampus yang ‘umum’. Sayang, hasil SNMPTN nya sepertinya masih kurang sedikit lagi untuk dapat menembus kampus kuning.

“Elu itu Cina Nic.. Ntar elu kena bully kalo masuk situ..” ujar Koh Alim blak-blakan.

Sejatinya Koh Alim tidak bermasalah dengan pilihan apapun yang diambil Nico. Tapi sebagai seorang orang tua, jelas Koh Alim khawatir karena warga keturunan yang berkuliah di kampus itu pasti bisa dihitung dengan jari. Nico pun paham dengan kekhawatiran Papih nya itu.

“Gapapa Pih.. Seengganya Nico mau nyoba dulu setahun ya Pih.. taun depan Nico juga mau coba tes lagi ke kampus kuning kok..” jawab Nico mencoba meyakinkan sang Papih meskipun dirinya sendiri pun masih sedikit tidak yakin. Nico sebetulnya takut juga kalau nanti ia dikucilkan seperti yang dibayangkan Papih nya.

Tapi kalau dipikir-pikir, apa beda nya dengan apa yang dia rasakan selama ini?

Toh meskipun sekarang mayoritas teman-teman sekolahnya itu sama-sama warga keturunan, tapi Nico tetap saja menjadi bagian minoritas karena agama nya yang berbeda. Bedanya kali ini dia memiliki agama yang sama dengan mayoritas lingkungannya, tapi ras nya lah yang kini membuatnya kembali menjadi minoritas. Walaupun begitu, Nico merasa kalau dia saja bisa survive ketika sekolah dulu, dia pun yakin kalau dia akan kembali survive ketika nanti dia berkuliah di kampus Ciputat.

“Yaudah gue ikut elu aja lah Nic.. Ntar kasih tau aja bayar nya kemana.. Elu kasih tau Mamih lu dulu tuh.. Kalo engga salah kita ada unit apartemen belum kesewa di Cilandak deh.. Kaga jauh kan tuh ke kampus lu..” jawab Koh Alim mengalah mengikuti mau Nico.

Sebetulnya apapun kemauan Nico pasti akan dituruti oleh Koh Alim. Hanya saja, Koh Alim ingin kalau Nico tahu dulu risiko apa saja yang mungkin terjadi dikemudian hari agar dia tidak merasa menyesal. Mendengar Papih nya memberikan lampu hijau, Nico pun langsung memeluk sang Papih dengan perasaan lega. Akhirnya perdebatan panjang sejak pendaftaran SNMPTN tersebut berakhir dengan izin dari Koh Alim.

Seusai memberi tahu Mamih nya, Nico pun kembali ke kamar dengan perasaan yang campur aduk.

Di satu sisi, Nico masih merasa terpukul karena gagal mendapatkan kampus kuning impiannya. Di sisi lain, Nico merasa lega karena dia akhirnya bisa dapat kampus juga. Pengumuman hasil SNMPTN memang keluar paling terakhir dan sudah mepet dengan jadwal perkuliahan yang akan bergulir.

Makanya, Nico mulai panik ketika dia belum mendapatkan kampus namun teman-temannya yang lain sudah tenang karena sudah diterima disana sini. Tidak disangka kalau Nico ujung nya malah berjodoh dengan Kampus Ciputat.

Sembari merebahkan tubuhnya di kasur nya yang empuk, Nico pun mulai melamun..

“Rasanya kuliah di sana bakal kayak gimana ya?”

Nico mulai menerawang bagaimana rasanya berkuliah tempat kuliah baru nya itu. Entah kenapa Nico menikmati rasa euphoria ketika membayangkan pengalaman itu.

Bagaimana tidak?

Selama ini praktis Nico tidak pernah berada di lingkungan yang dipenuhi cewek-cewek yang berhijab. Mamih nya pun meskipun muslim tetapi belum mengenakan hijab. Sedangkan nanti di kampus itu, sejauh mata memandang, pasti yang akan dilihat Nico adalah jejeran wanita berhijab yang berlalu lalang bebas di lingkungan kampus.

“Di sana gue bisa dapet pacar engga ya?”

Dari dulu memang Nico merasa tertarik setiap kali melihat wanita cantik yang berhijab. Apalagi mereka yang berhijab namun berpakaian ketat sehingga membuat siluet tubuh elok mereka terlihat begitu menggoda. Campuran tampilan yang misterius tapi seksi itulah yang membuat Nico tertarik.

Ahh.. gue engga sabar pengen cepet-cepet kuliah..
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd