Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA The Curses

Update sedikit dulu yaa.. nanti dilanjutin lagi..


Susuk atau bukan?

Pov Andin


Momen-momen yang paling aku sukuri adalah momen-momen seperti yang aku lihat sekarang ini. Melihat sahabat-sahabatku saling menggoda, ketawa-ketawa, impit-impitan, lempar-lemparan bantal, dan kadang kadang juga melakukan hal gila dengan tarik-tarikan celana. Haha haa... benar-benar puas aku ketawa-ketawa dengan mereka berempat.

"Apa kau senyum-senyum?" Dining melebarkan mata padaku seperti mau menantangku. Posisinya dia sedang duduk di atas perut Zega.

"Aaww..." teriaknya. Kini posisinya berbalik, Zega di atas, Dining di bawah.

"Rasain kau.. haha haaa..." kulempar bantal ke muka Dining. Lalu ikutan mengerjai dia bersama dengan Zega.

"Aku mau kau lawan-lawan hah? Rasain nih." Tidak tentu arah tanganku mengerjai dia. Gemas kali aku sama anak satu ini. Dia selalu menjadi sumber chaos.

"Haha haa...."
"Haha haa..."

Erin dan Devi juga ikut-ikutan di bawah mengerjai bagian bawah Dining.

"Ampuuun-ampuun... Penghianat kau Devi..." Teriak Dining berusaha melepaskan diri.

Tadi Erin yang kami kerjai berama-sama. Sampai tanggal celananya kami buat. Awalnya hanya Devi dan Erin saja, lalu Dining datang membantu Devi. Jadi itulah yang dimaksud penghianat oleh Dining. Devi yang tadi dia bantu, sekarang ikutan-ikutan mengerjai dia bersama dengan Erin juga.

Memang penghianat sih kalau dipikir-pikir si Devi itu. Tapi karena posisinya begini, nggak usah pakai di pikir-pikir segala. Sama kawan sendiri ini. Lagian, si pengacau yang bernama Dining ini memang perlu dikeroyok sekali-sekali. Dia mulu yang mengeroyok orang.

Setelah itu, setelah puas mengerjai Dining, kami berlima terjengkang ngos-ngosan. Devi dan Erin guling-guling dengan kepala mereka di atas perut Zega. Aku duduk bersandar di pinggir ranjang. Sementara Dining, guling-guling dengan kepalanya di atas pahaku.
"Diamlah kau Ning. Geli tau..." Aku tepuk kepala Dining yang grasak-grusuk nggak mau diam di pahaku. Dining yang aku tegur cuma cengar cengir saja.

Sungguh aku sangat bahagia memiliki sahabat-sahabat seperti mereka. Bagi aku, mereka berempat lebih penting dari kawan-kawanku manapun. Apalagi jika dibandingkan dengan cowok-cowok. Ah nggak jelas. Nggak penting sekali.

Persahabatan kami berlima sudah teruji. Pahit dan manis sudah kami lalui bersama. Dan khusus buat yang satu ini, si Dining. Dia adalah sahabat yang paling aku syukuri.

Bukannya aku tidak mensyukuri yang lain. Tentu saja aku mensyukri keberadaan mereka semua. Tapi kalau boleh jujur, tentu diantara sahabatpun kita memiliki favorit sendiri, iya kan..? Jangankan di antara sahabat. Orang tua pun, aku dengar memiliki anak-anak yang mereka favoritkan juga. Tapi bukan berarti mereka tidak menyayangi anak-anaknya yang lain kan? Yaa lebih kurang seperti itu juga aku ke Dining. Dengan dia aku memiliki hal-hal yang hanya kami bagi untuk kami berdua saja.

Persahabatan kami berlima ini, bisa dibilang terjadi juga berkat keberadaan Dining. Sebelum ada Dining di SMA, antara Aku, Zega dan Erin, kami bertiga hanya berkawan biasa. Hanya kawan-kawan yang bertemu di sekolah saja. Tapi semenjak ada Dining, kami berlima menjadi sering berkumpul di luar sekolah. Dan kemudian menjadi semakin akrab, hingga menjadi seperti sekarang. Sudah seperti saudara sendiri.

Kalau bercerita tentang Dining, dia itu terlalu complex. Terlalu banyak yang bisa untuk diceritakan tentang dia.

Dia itu gadis yang spesial. Bisa dibilang sangat spesial. Orang-orang bilang, wajar Dining seperti itu. Karena dia memang keturunan Raja. Keturunan Raja tentunya musti spesial doong, iya kan? Aku setuju tentang itu. Karena sejauh yang aku tau, Dia memang gadis yang seperti itu. Hanya saja, seperti yang aku katakan tadi. Dining itu sangat complex.

Yang dilihat oleh banyak orang, itu rata-rata hanya sisi positif dari Dining yang bisa mereka lihat saja. Mereka itu tidak tau bahwa Dining memiliki jauh lebih banyak lagi sisi positif di dalamnya, yang membuat aku sebagai sahabatnya saja merasa iri padanya. Namun, tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna kan? Begitu juga dengan Dining. Dia juga memilki banyak sisi negatif di dirinya.

Sebanyak sisi positifnya, sebanyak itu pula sisi negatif yang ia miliki.

"Ning... emangnya yang kamu rasain ke Rian tuh kayak gimana? Sama kayak yang kamu rasain ke Bang Rio dulu..?" Devi tiba-tiba bertanya dengan posisi yang masih sama. Tidur di atas perut Zega.

Aku juga penasaran soal Rian itu. Kenapa seorang Dining yang memiliki sensitivitas seperti itu, tiba-tiba melarang kami untuk dekat-dekat dengan Rian.

"Enggak ah, beda. Kalau sama si bangsat Rio itu, aku cuma punya firasat buruk aja. Aku ngerasa kayak, owh dia punya niat buruk sama Andin, gitu. Tapi kalau Rian ini, auranya itu bahaya banget." Lalu Dining duduk, dari posisinya yang tadi tidur-tiduran di pahaku."Gimana yaa... ketika aku ngeliat Rian itu, jantung aku tiba-tiba berdebar."

"Kamu yakin nggak suka sama dia?" Potongku menebak-nebak.

"Yakin Ndin. Gimana mau suka coba. Ngeliat dia aja jantung aku langsung berdebar-debar. Dan berdebar-debarnya itu aneh. Sampai merinding aku kalau ngeliat dia. Kalian ingat nggak Pak De penjual batagor, yang dulu aku bilang pakai susuk penglaris.?" Kami berempat ngangguk-ngangguk. Karena kami mengingatnya cukup jelas. Itu belum terlalu lama. Ada cerita juga soal ini.

"Nah, aura Rian itu mirip-mirip kayak begitu. Kayak orang pakai susuk. Tapi jauh lebih kuat lagi." Lalu Dining melihat ke arah atas sambil berpikir. " Pokoknya aku yakin kalau Rian itu pakai susuk. Soalnya nggak mungkin aura orang bisa berubah secara drastis begitu. Dulu, kalau ngeliat dia itu bawaannya bikin nyaman. Makanya aku ngejodohin Rian sama Andin. Tapi sekarang, auranya itu bikin gelisah. Menurut kalian, dia seminggu lebih nggak masuk sekolah, dia kemana?"

"Dia bikin susuk itu.?" Tebak Erin. Posisinya kami berlima sudah duduk menghadap ke Dining. Nampaknya obrolan kami akan lebih serius.

"Aku rasa begitu..." Dining ngangguk-ngangguk.

"Kemaren kamu bilang kalau kamu terangsang waktu ngeliat Rian. Itu gimana?" Tanya Zega. Aku ingat Dining juga pernah bilang begitu padaku. Bahkan dia bilang kalau punya dia menjadi basah saat melihat Rian.

"Nah makanya itu... kalian percaya sama firasat aku kan?" Tanya Dining ke kami berempat. Kami mengangguk setuju. Karena memang selama ini Dining belum pernah salah soal firasatnya tentang cowok.

Tapi, ada sesuatu yang nampak sedikit janggal sekarang menurutku.

"Aku juga belum tau pasti Rian itu memakai apa. Tapi aku pastikan kalau memang ada sesuatu yang berbahaya buat kita kaum perempuan. Nah, menurut firasat aku yang hampir selalu benar ini.. hihii... Kalau kalian dekat-dekat sama Rian, maka tinggal menunggu waktu aja kalian akan kehilangan keperawanan kalian. Makanya, kalau kalian nggak mau kehilangan perawan kalian, jangan coba-coba untuk dekat-dekat dengan Rian. Ngerti...?" Tanya Dining melihat wajah kami satu-persatu. "Aku yakin dia itu penjahat kelamin." Tambahnya lagi.

"Hmm..." menurut aku, memang ada sesuatu yang janggal sekarang. Bukannya Dining akan menyukai laki-laki seperti Rian, kalau memang Rian itu penjahat kelamin?

Karena... Dining itu juga penjahat kelamin.
Yaa, dibalik kalem nya Dining itu. Tersimpan hewan betina yang sangat buas di dalam dirinya.

Itu salah satu hal negatif yang aku maksud tadi tentang Dining yang tidak diketahui oleh orang lain. Bahkan diantara kami kawan-kawannya ini, sejauh ini hanya aku yang tahu. Dining bilang, hanya ke aku dia membagi ceritanya yang satu itu.

Lalu bagaimana dengan Babang?
Nah, itulah kompleksnya Dining ini. Jelas dia itu berselingkuh dari Babang, dan aku posisinya juga menyukai Babang. Ini kesempatan doong. Tapi aku tidak bisa untuk melakukan itu ke Dining. Dia adalah sahabatku.

Selain itu, aku yakin jika kalian mendengar cerita Dining dengan segala komplekstisitasnya itu, maka kalian akan sama seperti aku.

............

Salah satu hal yang membuatku iri pada Dining adalah kepandaianya dalam bergaul. Dia punya banyak kawan yang ada dimana-mana. Kemanapun dia pergi atau dimanapun dia duduk, maka dalam waktu yang tidak terlalu lama, akan ada saja kawan-kawanya yang akan berkerumun di sekitar dia.

Dan aku, hanya salah satu kawannya yang sering merasa terpanggil untuk menyusul ke tempat dimana dia duduk itu. Entahlah, dia itu seperti magnet yang menarik orang-orang untuk mendekat ke arahnya.

Dulu, itu sering membuat aku bete dan marah-marah. Apalagi ketika dia nampak akrab dengan kawan-kawannya yang lain. Aku merasa dihianati. Aku menganggap dia sebagai kawanku yang paling akrab. Sementara dia sepertinya tidak menganggapku begitu.

Namun setelah aku kenal baik dengan Dining, hal itu tidak lagi menjadi masalah bagiku. Karena aku tau, dia pun menggapku sebagai kawan paling akrabnya.

Malah lucu jika diingat-ingat. Orang lain cemburu kalau cowoknya dikelilingi cewek lain. Sementara aku cemburu karena kawanku dikelilingi oleh orang lain.

Ingin aku seperti Dia. Punya banyak kawan dimana-mana. Tapi sepertinya aku tidak ditakdirkan untuk bisa seperti itu. Dining itu orangnya kalem, pembawaannya lembut, bersahabat, dia juga baik dan cantik. Jadi wajar saja banyak orang yang ingin menjadi kawannya. Setidaknya berkawan dengan Dining itu bisa membuat orang ikut kecipratan populer karena berkawan dengan ratu sekolah. Sementara aku.??

Bukannya aku tidak cantik yaa. Aku juga cantik kok. Seenggaknya kata empat sahabatku, aku ini cantik. Seenggaknya ada yang mengakui yaa. Tapi yaa, kalau untuk memiliki kawan yang banyak seperti Dining, itu terlalu sulit untukku. Sebab, entah mengapa tidak ada orang yang mau mendekat ke aku.

Seperti saat ini, aku duduk sendiri di kantin. Tidak ada yang mau mendekat padaku. Padahal aku tidak makan orang. Dan aku juga bisa kesepian dan malu kalau duduk sendirian begini.

Biasanya hanya empat sahabatku itu yang mau datang menghampiriku. Sayangnya sekarang mereka semua sedang di kelas. Oya ada satu lagi, Babang juga tidak sungkan untuk mengahmpiriku. Namun dia juga lagi di kelasnya.

Akhirnya aku harus pura-pura tampak bahagia saja, agar tidak malu dan terlihat seperti anak hilang di mata orang-orang. Aku nikmati saja makan dan minumku sendiri tanpa mempedulikan orang lain. Sampai tiba-tiba kurasakan mataku ada yang nutup dari belakang dengan tangan.

Tangan cowok. Gede dan kasar. Bukan Babang, aku yakin.

"Siapa nih.." kuraih tangannya pura-pura marah. Padahal sebenarnya aku tuh senang ada yang melakukan ini padaku.

"Tebak..." Mendengar suara itu, aku langsung tau siapa orangnya. Rian, cowok bahaya yang dibilang Dining kemarin.

"Siapa nih.. seriuslah..." kataku pura-pura tidak tahu

Aku lupa menyebutkan nama satu orang lagi yang berani mendekatiku. Dia adalah Rian. Cowok yang menurutku sangat aneh. Terlepas dari pendapat Dining dan yang lainnya, dia menurutku sudah aneh.

Rian itu, cowok yang sering bilang kalau dia takut sama aku. Karena dia nggak mau dipenjara sama Papaku katanya. Tapi, dia ngomong gitu sering banget. Hampir tiap kali ketemu sama aku, dia kayak orang takut, tapi dia ngomong terus.

Kalau aku tegur. Dia bilang, "Yaa aku mana berani sama kamu. Nanti aku dipenjara sama Bapakmu."

Terus kalau aku bilang, "makanya jangan macam-macam sama aku." Dia bakal jawab, "aku nggak macam-macam. Mana berani aku sama kamu. Takut iiiih..."

Ada aja jawabnya dia tuh. Dia bilang takut, tapi kayak nggak takut. Heran aku sama dia. Takut benaran atau enggak sih dia?

Bahkan kadang nada suaranya lebih tinggi dari aku kayak orang lagi marah. Tapi tetap aja dia bilang takut. "Anak Kombes sih. Bisa ngapain aja, nggak ada yang berani ngelarang. Yaa nggak.?"

Aneh kan dia? Penakut kok mancing-mancing terus.

"Yaa tebaklah dulu..." dia ngomong makin jelas.

Asli dia tuh aneh. Masa yaa aku nggak tau suaranya dia. Dia kira suaranya pasaran kali yaa. Seenggaknya kalau mau gitu, suaranya di rekayasa dikit kek.

"Nggak tau. Siapa sih.." aku tarik tanganya yang sedang menutup mataku. Tapi dia semakin kuat menahan. Mataku jadi sakit.

"Rian... aku tau.." kataku. Daripada mataku lecek ditekan dia. Mending aku ngaku aja. Lagian aku yakin kalau dia sudah tau kalau aku tau. Suaranya jelas banget gitu.

"Wuaaah..." mukanya nongol di depan mukaku, setelah tangannya dia lepaskan dari mataku.
"Apaan sih aneh banget makhluk satu ini..." omelku dalam hati, sambil menatap dia sengit.

"Jangan begitu natapnya. Nggak sopan. Masa anak Kombes natap orang kayak begitu.." Tuh kan? Dia tuh mancing-mancing. Dia nggak tau sikapnya dia yang begitu itu bikin aku semakin ingin marah. Mana ada penjahat kelamin yang nggak peka kayak begini.

Atau ini cuma triknya dia aja? Atau Dining salah?.

"Boleh duduk disini nggak?"

"Udah duduuk, ngapain tanya lagi.?" Ada-ada aja dia tuh. Udah duduk, baru nanya.

"Ndiin... mana Reni? Kata kamu mau bantu aku deketin Reni?"

"Apaan sih? Kapan aku bilang begitu? Kamu aja yang nafsirin sendiri." Kesal aku sama dia.
Kalau ngomong sama aku, selalu deh bawa-bawa Reni. Kayak nggak ada cewek yang lain aja.

Reni itu pembantu di rumah aku. Yang sempat kenalan sama dia waktu dia jadi preman kampung, nyetopin cewek-cewek di jembatan buat diajak kenalan.

Kenapa coba ditanyain mulu sama dia.

"Waktu ngomong di telpon kemaren, kamu bilang, iya, iya.."

"Hah, itu kan karena kamu yang nyuruh aku buat bilang, iya iya iya terus. Makanya aku ikutin."

"Yaa berarti kamu bilang iya kan?"
Hish... aku masukin nih sendok ke matanya dia.

"Hehe... hee... Mau nusuk aku sama sendok? Kalau mau nusuk, tusuk aja. Aku nggak akan berani ngelawan sama anak polisi."

"Iiiihh... udah deh. Kamu tuh gitu terus. Aku aduin beneran sama Papa aku baru tau rasa."

"Atuuuut..." dia menggigil seperti orang ketakutan. Tapi aku tau itu cuma akting.

"Kamu kenapa kesini?" Tanyaku.

"Buat dikenalin sama Reni. Kamu kan udah janji. Janji itu adalah hutang."

"Cik... iya-iya nantilah." Kesal banget aku sama dia

"Kapaan..?"

"Nggak sabar banget sih. Iya iya besok sore aku bawa dia ke Blok A. Puas..."

"Janji yaa.. pokoknya aku tunggu besok sore abis ashar. Mau ada Reni atau enggak, kamu musti datang."

"Lah.. kok aku.?"

"Iya kan kamu musti jelasin kenapa dia nggak bisa datang..."

"Ah.. nggak mau lah. Kalau nggak ada dia, berarti aku sama kamu aja dong berdua.."

"Iya nggak apa-apa. Lagian kan udah pernah juga.."

"Kamu tuh..." dia itu mau ngajakin Reni apa ngajakin aku sih?

"Liat ajalah nanti..." kataku.
Menurut aku, Rian tuh nggak ada perubahan dari sebelum-sebelumnya. Dia masih sama kayak gini. Bikin aku kesal mulu.







 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd