Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG RUMAH KUNO PENINGGALAN IBU NUNING

Status
Please reply by conversation.
Terima kasih atas perhatiannya! Saya sangat bersyukur memiliki teman yang luar biasa seperti Anda semua.

@kuciah, @ajisaka pencari, @cupar, @samcoki, @rahman_vandorm, @dg0107, @DIKA23, @lovemode, @Aiga, @itsaryay, @gandos2015, @susutepung, @Onyen2, @n00bita, @Byey, @aprilian86, @Safit07, @kertass, @bendhi, @MamadGo, @Lidause, @James_bondd, @kardusasli, @Darto_helm, @Zenifer12, @lovemode, @MILF_Love, @Jago_kentu, @RotDog, @D3ther, @Bankonk, @Der Ktbffh, @eleazar1, @Led_Jepelin, @Nanananinini, @Dirty_MinD, @BahHumbug, @AR-M96, @damnkids23, @Roo238, @DenjakaKliwon, @lbejjat, @loveintheroom, @Lidause, @SusahCrot, @Remukan_rengginang, @gondrongstk, @Popeyes46, @Heyb, @mr_xxx, @PedangTunggal, @ysman, @bramantodimas.

Mohon maaf kalo cerita ini jauh dari sempurna. Indah sebagai karya, keren sebagai hiburan karena cerita ini juga tergagas karena kebutuhan saya yang kangen menulis. Mohon dengan hormat, coretan ngasal ini jangan dihina karena bagaimana pun dibuat dengan tenaga dan waktu. Bila ada sahabat yang tidak senang dengan coretan ini, lebih baik kita bicara baik-baik di jalur pribadi, tidak dengan menulis di kolom komentar.
 
CHAPTER 3

Di atas tempat tidur, Lucas memeluk Hanna erat, memberikan rasa hangat. Bibir mereka menempel erat, seakan melekat. Tangan Lucas pun mulai menjamah buah dada Hanna. Hanna mulai merasakan kenikmatan dari suaminya. Lucas terus saja menstimulasi tubuh istrinya. Baju Hanna dilepasnya, dan kini Hanna sudah hampir bugil total. Lucas terus menjilati buah dadanya. Rasa birahi perlahan bangkit. Lucas pun mulai membuka celana dalam Hanna. Lucas kemudian membuka celananya sendiri. Hanna menatap penis suaminya yang jauh lebih kecil dari milik Daniel.

Lucas mendekat, dan membuka lebar kaki Hanna. Tiba-tiba penis itu telah masuk, Hanna pura-pura mendesah nikmat, padahal Hanna tidak merasakan apa-apa, Hanna merasa hambar. Lucas terus bergoyang, dengan nafsu, penisnya bergerak dengan cepat keluar masuk. Hanna terus pura-pura mendesah, walaupun tak merasakan apa-apa. Lucas terus mengoyang tubuhnya. Udara dingin tak mampu membendung peluh yang membasahi tubuh Lucas. Tak lama, Lucas pun mengeram, dan dia melepas spermanya.

Lucas pun tertidur sementara Hanna termenung. Sama seperti sebelum-sebelumnya, vagina wanita itu seperti mati rasa. Dia terangsang, menikmati cumbuan suaminya, tetapi ketika nafsunya sudah tinggi, sewaktu Lucas melakukan penetrasi, Hanna tak merasakan apa-apa. Tidak ada rasa sakit dan tidak ada rasa nikmat. Hampir tiap malam Hanna bercinta dengan Lucas. Tiap malam pula Hanna harus kecewa. Hanna tak bisa menolak suaminya sendiri. Lucas membuat dirinya sangat terangsang dengan cumbuan-cumbuan mesranya, tetapi Hanna sering tak bisa terpuaskan, Hanna selalu ketinggalan orgasme.

Seperti malam itu, Hanna sudah ditinggal Lucas tidur setelah sesi bercinta mereka. Hanna lagi-lagi tidak mencapai orgasme karena Lucas meninggalkannya. Hanna turun dari atas tempat tidur dan berjalan ke arah lemari. Hanna mengambil ‘mainannya’ dari dalam lemari lalu keluar kamar. Dia berjalan menuruni tangga lalu menuju dapur. Hanna mengambil sebotol air mineral dingin dari dalam kulkas. Lalu ia duduk termenung di kursi meja makan. Hanna meneguk air mineral dinginnya perlahan sambil memikirkan kehidupan rumah tangganya. Dia mempunyai suami yang pengasih dan penyayang, namun kehidupan ranjang mereka jauh dari kata ‘sehat’.

Setelah menghabiskan setengah botol air mineral, Hanna bergerak ke perpustakaan. Dua menit berselang, Hanna sudah berada di perpustakaan. Hanna duduk di tutup toilet di kamar mandi sebelah ruang baca. Gaun tidurnya diikat di pinggangnya dan celana dalamnya sudah tergeletak di lantai keramik. "Sial! Aku harus melakukan ini lagi," gumam Hanna. Dia menggunakan dildo untuk menggosokkannya ke bibir vaginanya yang lembab.

"Uuuuugggghhhhhhhh." Hanna gemetar saat dia mendorong dildo ke dalam dirinya. "Ya ampun. Enaknya." Hanna memasukkan mainan kontol tersebut sekitar setengah panjangnya. Hanna menatap vaginanya yang membentang. Dia berharap segalanya akan kembali kencang setelah dia selesai. Dia tidak ingin Lucas merasakan sesuatu yang berbeda pada vaginanya. Hanna kemudian mendorong sedikit lebih banyak dildo itu ke dalam dirinya.

“Oh, rasanya pasti enak sekali. Benarkah Hanna?” Tiba-tiba Ibu Nuning telah berdiri di ambang pintu kamar mandi sambil menatap Hanna dengan mata hijaunya yang sejuk.

“APA?!!!” Hanna menjerit saking terkejutnya dan dia menjatuhkan dildo ke lantai, di mana jatuhnya benda itu membuat suara yang keras.

"Oh, jangan berhenti, sayang ... Sebaiknya kamu lanjutkan ..." Ibu Nuning tersenyum dan berjalan dua langkah menuju Hanna. Ibu Nuning membungkuk perlahan, menggendong perutnya yang besar dengan satu tangan, dan berlutut. Gaunnya yang panjang menjuntai dan menyebar di sekelilingnya lantai. Ibu Nuning mengambil dildo dengan tangan kirinya. "Hhhhmm ... Mainan yang luar biasa ini cukup basah."

"Aku sedang bermimpi ... aku sedang bermimpi ..." Mata cokelat Hanna melebar dan napasnya terengah-engah. Hanna benar-benar terkejut dengan apa yang sedang ia alami.

“Kalau begitu, bermimpilah Hanna ...” Ibu Nuning mencondongkan tubuh ke depan lalu mengangkat gaun tidur Hanna kembali ke atas kakinya yang sempat jatuh karena terkejut dan ketakutan yang dirasakan Hanna. “Ini mimpi yang indah dan menyenangkan untukmu.” Ibu Nuning menatap semak tipis di antara kaki Hanna serta bibir yang menonjol tepat di bawahnya. "Kamu membiarkan kakimu terbuka untukku, itu sangat bagus." Ibu Nunging menggerakan dildo dan menggosokkannya di lipatan vagina Hanna.

“Oooohhh ...” Hanna tak mampu menahan erangan nikmatnya. Tanpa disadari, Hanna malah mengangkang lebih lebar kakinya seakan memberikan akses lebih kepada Ibu Nuning.

"Ya ... Itu pasti enak." Ibu Nuning mendorong dildo ke dalam vagina di depannya. "Ya ampun, kamu ketat. Kepunyaan suamimu pasti liliput."

"Apa? Tidak... dia punya... yang besar ...!" Hanna berbohong. Denyut nadi Hanna berdetak seperti gendang yang berat. Hanna melihat dildo itu masuk lagi, kali ini hampir seluruh batang dildo masuk ke dalam dirinya. "Aaaahhhhhhh ... Terlalu... banyak ... Aku tidak mau ..."

"Oh, Jangan bilang tidak mau, Hanna ... Kamu banjir." Ibu Nuning merasakan ada sesuatu yang menahan dorongan dildonya di dalam vagina Hanna dan menghentikan dorongannya, membiarkan kontol mainan itu bersemayam di sana dengan nyaman. "Beberapa wanita menghabiskan seumur hidup tanpa mengetahui kesenangan bercinta yang sesungguhnya. Termasuk kamu." Ibu Nuning menatap mata Hanna dan memberi wanita itu senyumnya yang paling meyakinkan. "Sadarlah Hanna ... Daniel lebih besar dari ini ..." Ibu Nuning menggoyangkan dildo sedikit untuk penekanan. "Bayangkan ekstasinya ketika kamu meregang saat Daniel memasukimu."

"Itu tidak akan... curang ..." Hanna menggelengkan kepalanya. "Aku tidak akan pernah melakukan itu pada ... Oooohhhhhh ... Lucas atau ... Daniel ... Dia ... anakku ..." Suara Hanna terputus-putus karena merasakan nikmat dan takut secara bersamaan.

"Aku tahu kalau kamu bimbang, Hanna ... Aku tahu kamu tidak mendapatkan seks yang menyenangkan dari suamimu. Ketahuilah Hanna, kamu telah menyia-nyiakan hidupmu sendiri ..." Ibu Nuning menarik kontol palsu dari wanita itu dan melihat batangnya yang berkilauan. "Ubah pikiranmu jika kamu menginginkan kesenangan seks. Tidak ada yang lebih baik daripada membiarkan putramu mengenalmu sepenuhnya. Dan kamu harus mengenalnya setiap inci dari dirinya."

Hanna berdiri dan mendorong Ibu Nuning ke samping. Kuncir kuda cokelat Hanna berkibar saat dia melewati wanita hantu itu menuju pintu kamar mandi. "Aku sedang bermimpi, aku sedang bermimpi. Semua ini tidak nyata." Hanna berhambur keluar dari kamar mandi.

Namun, Hanna kembali menatap wanita hantu tersebut yang sekarang duduk di atas meja panjang dengan menumpukan satu kaki ke kaki yang lain. Gaun panjangnya terlihat menjuntai anggun hampir menyentuh lantai. Ibu Nuning pun kesal sembari menggeleng-gelengkan kepala.

"Hati-hati, Hanna ... Aku sedang hamil ... Kamu bisa mencelakaiku tadi ..." Ibu Nuning memperhatikan Hanna yang ketakutan dengan seksama. "Perlakuan kasar seperti itu sangat tidak menyenangkan bagiku." Lanjut Ibu Nuning marah.

"Kamu tidak nyata." Hanna membuka pintu, melompat keluar dari perpustakaan ke aula, dan berlari menuju tangga.

Langkah Hanna terhenti dua langkah dari pintu perpustakaan karena Lucas sudah berada di hadapannya dengan ekspresi khawatir. Lucas berdiri sambil melihat wajah istrinya. "Apa yang terjadi, sayang?" Hanna memiliki pandangan panik di matanya, dan gaun tidurnya kusut.

"Ba..baik ... I..ibu baik-baik saja." Hanna berpikir jika Lucas ada di sini pada saat ini, maka apa yang baru saja terjadi di perpustakaan bukanlah mimpi. Untuk pertama kali di masa hidupnya, Hanna menganggap keberadaan hantu masuk akal. Hanna mengakui kalau hantu itu ada dan bukan tahayul. "Ibu hanya ... mengalami masalah dengan wastafel kamar mandi di perpustakaan." Hanna berbohong sambil merapikan gaunnya.

"Oh, benarkah? Coba ayah lihat." Lucas mencium pipi istrinya dengan lembut dan melangkah melewatinya menuju pintu perpustakaan yang terbuka.

"Tidak!" Teriak Hanna. Hantu itu ada di sana. Dan bahkan jika hanya halusinasi, dildo itu ada di sana. Lucas akan hancur dan kecewa jika tahu dirinya menggunakan kontol mainan itu. "Ayo kita tidur. Jangan ..." Hanna terlambat dan hanya bisa terdiam sambil menundukkan kepalanya saat Lucas memasuki perpustakaan.

"Astaga, Hanna!!!" Teriak Lucas. "Jangan biarkan barang-barangmu tergeletak begitu saja. Bagaimana jika anak-anak ingin menggunakan kamar mandi di perpustakaan ini?"

"Aku ..." Hanna berjalan ke arahnya. Dia sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi. Hanna tiba di pintu kamar mandi yang terbuka dan melihat ke dalam. Hanna menemukan suaminya sedang memegang celana dalamnya di tangan kanannya. Lucas memberikan celana dalam itu padanya dan Hanna mengambilnya. "Maaf, Lucas. Wastafel pasti mengalihkan perhatianku."

"Benar, wastafel." Lucas memutar keran air panas, lalu keran dingin. Air mengalir ke baskom sebagaimana mestinya. "Semuanya tampak baik-baik saja. Apa yang salah dengan itu?"

Hanna tidak menjawabnya, dia melihat sekeliling lantai untuk mencari dildo yang ditinggalkan, tetapi dia tidak menemukannya.

"Apakah kamu kehilangan sesuatu yang lain?" Lucas memperhatikan Hanna dengan bingung. "Apakah ibu menjatuhkan bra juga?"

"Tidak." Hanna menggelengkan kepalanya. Dildonya tidak ada. Mungkin hantu itu membawanya untuk bersenang-senang. Pikiran itu membuat tulang punggungnya merinding. "Aku hanya berpikir, Lucas. Mungkin kita harus memanggil seseorang untuk membersihkan rumah kita dari ... roh-roh yang tidak diinginkan."

"Gila ... Apa ibu melihat hantu?" Lucas tertawa dan meletakkan tangannya di bahu istrinya. Meski lucu, Lucas memang melihat ekspresi khawatir Hanna.

"Ya ..." Hanna bisa melihat Lucas sedang menertawakannya. "Maksudku tidak. Aku tidak tahu."

"Jangan konyol. Tidak ada yang namanya hantu." Lucas membawa Hanna keluar dari perpustakaan. "Lupakan hantu. Jika memang itu ada, kita tidak perlu takut. Kita bisa melawannya. Bukan begitu?"

"Ya ..." Hanna tidak tahu harus berpikir apa.​

---ooo---​

Pada hari Rabu, Adelia pulang dari sekolah dengan membawa pacar barunya. Reza adalah teman sekelas Adelia yang memiliki wajah rupawan. Sebenarnya Adelia sudah lama naksir laki-laki itu. Dia juga Laki-laki yang ramah dan baik. Banyak siswi yang menyukai Reza karena ketampanannya, hampir semuanya menyukai Reza termasuk Adelia.

Adelia membawa Reza ke kamar menaranya dan Reza benar-benar terpesona oleh kamar yang ditempati Adelia karena keunikan dan kebersihan kamar Adelia. Selain itu, Reza juga sangat menikmati pemandangan yang laki-laki itu lihat dari jendela kamar Adelia.

“Kamar yang indah dan nyaman. Di sini kita juga bisa melihat pemandangan yang bagus.” Ungkap Reza terkagum-kagum.

"Aku juga merasa begitu. Sengaja aku memilih kamar di menara ini supaya aku bisa melihat pemandangan di sekitar rumah. Apalagi kalau pagi, udaranya sangat sejuk dan segar di sini." Adelia duduk di tempat tidurnya dan menepuk tempat di sebelahnya. "Kemarilah, Reza ..."

Reza masih ingin menikmati pemandangan di luar. Ia masih tetap berdiri di depan jendela sambil menghirup udara kuat. Benar apa yang dikatakan Adelia kalau udara yang dihirupnya terasa sangat segar. “Kamu memang pintar memilih kamar. Aku juga ingin memiliki kamar seperti ini.” Ungkap Reza kemudian sembari berjalan mendekati Adelia, kemudian duduk di sisi tempat tidur sebelah Adelia.

Adelia langsung memeluk Reza yang disambut oleh laki-laki tampan itu dengan semangat. Keduanya berciuman. Adelia merasakan rasa lembut meyentuh bibirnya. Terasa sangat aneh, baru kali ini ia merasakan hal seperti ini dalam hidupnya. Reza menyusupkan tangannya ke dalam baju seragam Adelia dan meremas kedua payudara gadis itu. Membuat Adelia mendesah diantara lumatan bibir mereka.

Tepat di tengah momen yang menyenangkan tersebut, tiba-tiba Reza merasakan gelitikan di kakinya. Reza langsung melepaskan ciuman dan cumbuan tangannya. Dengan ekspresi terkejut, Reza menunduk dan mencari sumber gelitikan di kakinya. Mata Reza membulat sempurna ketika melihat seorang pria muda yang tampan berpakaian kuno tersenyum padanya. Pemuda tampan itu duduk bersila di kaki tempat tidur bagian belakang. Posisinya berada di belakang Adelia. Tubuh Reza kaku seakan jika bergerak sedikit saja tulangnya akan patah satu persatu. Wajah Reza tampak pucat. Logikanya macet membuat lidah Reza mendadak kelu.

“Ada apa?” Tanya Adelia heran saat melihat warna memudar dari wajah pacarnya.

"Si..siapa ...?" Reza menunjuk ke kaki tempat tidur sambil menatap Adelia. Lalu tatapan Reza kembali ke kaki tempat tidur. Namun, penyusup itu telah pergi.

"Ada apa, Reza?" Adelia melihat ke bawah ke kaki tempat tidur tetapi tidak melihat apa-apa.

"Ada orang di sana beberapa saat yang lalu." Reza berdiri dan merapikan kemejanya. "Dia menggelitik kakiku."

"Itu tidak mungkin ... Ayah sedang kerja ... kakakku, Daniel, sedang kuliah ..." Ucap Adelia sambil mengerutkan kening tanda bingung.

"Bukan kakakmu ... Dia bukan Daniel ..." Reza melihat sekeliling ruangan tetapi tidak melihat apa pun. "Oh sial ...! Aku harus pergi. Bisakah kamu mengantar aku keluar? Rumah ini ... Benar-benar sangat menyeramkan ..." Reza memeluk dadanya sendiri dengan tangannya.

"Tentu." Adelia bangkit, menyesuaikan bra-nya, dan membawa Reza ke bawah. Begitu sampai di pintu depan, Adelia mencium pipi Reza. "Aku minta maaf tentang ini. Bagaimana kalau kita jalan-jalan malam minggu besok?"

"Ya, tentu." Jawab Reza sambil bergegas meninggalkan Adelia. "Sampai ketemu malam minggu." Reza setengah berlari ke mobilnya, lalu melesat pergi.

Adelia menutup pintu jati besar dengan bunyi agak keras. Gadis itu sangat kesal. Bukan itu yang dia inginkan di sore hari ini. Adelia menggeram kesal, ada saja gangguan ketika dia ingin bercumbu dengan pacar barunya. Adelia pun berjalan kembali ke kamarnya untuk berbaring di kasur sambil mendengarkan musik.​

---ooo---​

Hanna melihat jam dinding yang menunjukkan pukul empat sore. Sudah dua gelas kopi yang masuk ke perutnya. Pikiran wanita ini terganggu oleh hantu wanita hamil yang selalu ia temui di perpustakaan. Entah kenapa Hanna merasa yakin akan eksistensi hantu wanita itu meskipun logikanya menolak. Sekali lagi Hanna melihat jam dinding untuk beberapa saat. Tak lama, Hanna bangkit lalu berjalan menuju perpustakaan.

Saat Hanna tepat di depan pintu perpustakaan, ia menghela nafas perlahan, ia berusaha menguatkan diri. Hanna memutar knop pintu lalu masuk ke dalam perpustakaan dan duduk di kursi kayu jati yang sudah agak memudar catnya. Hanna mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Sungguh saat ini rasa takut sangat menggerogoti dirinya. Tetapi, ini harus dilakukan. Hanna berniat menyelesaikan masalahnya dengan hantu wanita hamil itu.

“Apakah kamu ada di sini?” Hanna mulai bersuara. Tujuan Hanna adalah berbicara pada si hantu wanita hamil. Suasana sepi mencekam, Hanna pun sebenarnya merasa takut. “Keluarlah! Aku ingin bicara.” Ucap Hanna lagi dengan suara bergetar.

“Akhirnya kamu ingin bicara denganku.” Suara familiar itu berasal dari belakang tubuh Hanna. Hanna pun langsung membalikan badan dan langsung melihat hantu yang memang diinginkannya.

“A..aku i..ingin ... Kamu ti..tidak menggangguku la..lagi.” Suara Hanna terputus-putus dan semakin bergetar karena menahan rasa takutnya.

“Aku tidak merasa mengganggumu, Hanna ... Aku hanya ingin kita kerjasama.” Ibu Nuning bergerak melayang mendekati Hanna. Hantu itu berhenti di depan Hanna hanya dua langkah darinya.

“Kerjasama?” Tanya Hanna bingung, namun ia mulai bisa menguasai dirinya.

“Ya ... Kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan dan aku akan mendapatkan apa yang aku perlukan.” Ungkap Ibu Nuning sambil tersenyum ramah.

“A..aku tidak mengerti ... A..apa yang kamu inginkan?” Tanya Hanna penasaran.

“Aku menginginkan kamu dan Daniel bercinta. Bukankah kamu menginginkan kualitas bercinta yang sesungguhnya?” Ibu Nuning masih menatap mata Hanna lekat.

“Tapi ... Kenapa? Kenapa kamu menginginkan itu?” Pertanyaan Hanna semakin dalam.

“Hhhmm ... Karena aku membutuhkan energi kesenangan seks kalian. Saat kalian merasakan kenikmatan bercinta, di situlah aku mendapatkan energi dari aura kesenangan kalian. Hanna, aku memerlukannya agar bayiku ini cepat lahir. Bayiku akan matang dan lahir dengan bantuan aura kesenangan dari orang yang bersenggama.” Jelas Ibu Nuning sembari mengusap-usap perutnya yang buncit.

“Oh ...” Mata Hanna terbelalak. “Tapi ... Kenapa harus aku dan Daniel?” Hanna mengeluarkan pertanyaan lanjutan.

“Karena kalian adalah penghuni rumah ini. Aku tidak bisa pergi kemana-mana. Batasku hanya rumah ini. Jadi hanya kalian lah yang bisa membantuku.” Jawab Ibu Nuning dengan nada sendu.

“Tapi ... Aku ibunya ...” Lirih Hanna.

“Kamu bukan ibunya, Hanna ... Kamu hanya ibu tiri. Jadi, aku pikir itu tidak akan menjadi masalah.” Ungkap Ibu Nuning yang kini tatapannya sangat berharap.

“Ya, aku bisa terima ... Tapi, aku tidak ingin menyakiti Lucas. Dia suami yang baik walau ada beberapa kelemahan. Sekali lagi, dia suami yang pengasih dan penyayang. Aku tidak ingin dia terluka karena perbuatanku.” Ucapan Hanna lancar seperti air yang mengalir.

“Baiklah kalau begitu. Bagaimana kalau kita buat kesepakatan?” Kata Ibu Nuning.

“Kesepakatan? Kesepakatan apa?” Hanna balik bertanya.

“Sebagai penebus rasa bersalahmu, aku akan membuat suamimu menjadi orang yang sukses. Banyak pekerjaan dan banyak uang.” Ibu Nuning mengatakan kesepakatannya.

Hanna kembali terbelalak dan berkata, “Apakah kamu bisa membuatnya seperti itu?”

“Bagiku sangat mudah. Kamu jangan menyangsikannya. Aku adalah ratu di dunia hantu. Aku bisa membuat apa saja.” Jawab Ibu Nuning sambil tersenyum.

“Jujur ... Aku masih bingung ...” Lirih Hanna sambil geleng-geleng kepala.

“Hanna ...” Suara Ibu Nuning lemah lembut. “Apalagi yang kamu bingungkan. Dari kerjasama ini kamu akan mendapatkan kenikmatan bercinta yang kamu selalu dambakan. Dan juga, suamimu akan menjadi orang yang kaya raya. Keuntunganmu berlipat-lipat.” Ucap Ibu Nuning.

Hanna menatap mata Ibu Nuning, “Bagaimana kalau suamiku mengetahuinya?”

“Aku akan menjaga kalian. Aku pastikan suamimu tidak akan pernah menemukan hubungan kalian.” Jawab Ibu Nuning penuh keyakinan.

“Bolehkan aku meminta waktu untuk memikirkannya. Aku akan menjawab permintaanmu besok siang.” Hanna meminta kelonggaran.

“Baiklah. Aku akan menunggu jawabanmu besok siang.” Jawab Ibu Nuning yang kemudian menghilang begitu saja dari hadapan Hanna.

Hanna diam termangu. Suara di dalam otak dan hatinya mulai berdebat. Haruskah dia menerima tawaran itu? Atau jangan karena akan melukai hati suaminya? Hanna memasang ekspresi memikir dengan serius. Ia memikirkan keuntungan dan kerugian yang akan dia dapat nanti. Sejauh ini Hanna berpikir bahwa semua ini salah. Tetapi mengingat hadiahnya itu, Hanna kembali berpikir keras. Dilema. Satu kata untuknya saat ini.

Hanna keluar dari perpustakaan. Saatnya menyiapkan makan malam untuk keluarga. Sambil memasak Hanna terus memutar otak. Setelah sekian lama, di pikiran Hanna hanya terbayang dua kata yaitu ‘kesenangan’ dan ‘pengkhiantan’. Hanna terus mengotak-atik dua kata tersebut. Sebelum akhirnya datang Adelia menemuinya di dapur.

“Masak apa, Bu? Tercium enak sekali.” Kata Adelia yang kini sudah berdiri di samping ibunya.

“Cuma masak rendang telor dan tahu.” Jawab Hanna lemas tak semangat. Dan itu terbaca oleh Adelia.

“Ada apa, Bu? Apa ibu punya masalah?” Adelia menatap ibunya heran sekaligus khawatir.

Hanna berpikir sejenak, lalu berkata, “ Adel ... Apabila kamu harus memilih ... Apa yang akan kamu pilih ... Kamu akan hidup senang dan bahagia tapi kamu harus mengkhianati orang yang kamu cinta. Atau kamu akan hidup biasa-biasa saja tapi bersama dengan orang yang kamu cinta ...”

“Eh! Kenapa ibu bertanya seperti itu?” Adelia malah balik bertanya karena heran.

“Jawab saja ...” Pinta Hanna sendu.

“Hhhmm ... Kategori hidup senang dan bahagia itu seperti apa?” Adelia kembali bertanya.

“Misalnya banyak uang ...” Jawab Hanna.

“Aku akan memilih banyak uang, Bu ... Kita hidup bukan dengan cinta tapi dengan uang. Uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang. Menurutku. untuk mencapai kebahagiaan sejati, uang yang menjadi tolok ukurnya. Segala sesuatu yang dibutuhkan bahkan diimpikan perlu uang untuk menukarnya.” Ungkap Adelia yang sukses membuat Hanna tersenyum.

Ibu dan anak itu selanjutnya bersama-sama menyelesaikan masak mereka dan kemudian menyiapkan masakan itu di atas meja makan. Tak lama, Lucas yang baru saja datang dari bekerja bergabung bersama dua wanita beda jaman tersebut. Sayangnya Daniel tidak bisa makan malam bersama sebab harus mengerjakan tugas kelompok di rumah temannya. Daniel akan pulang agak larut malam. Makan malam kali ini terasa lebih hangat dengan sedikit gurauan. Terlebih Adelia yang selalu membicarakan pengalaman konyol teman-temannya di sekolah.

Di tengah kegembiraan makan malam mereka, tiba-tiba terdengar dering smartphone milik Lucas. Lucas pun segera mengambil smartphone-nya dari saku jas dan mengangkat telepon masuk itu.

“Malam Pak Broto.” Sapa Lucas pada atasannya.

“Kamu harus segera ke rumahku. Pengusaha yang menawarkan proyek jalan tol itu akan ke rumahku. Aku ingin kamu bersamaku untuk menghadapi pengusaha ini. Aku butuh kamu karena takut salah omong. Kamu yang tahu secara teknis dengan proyek yang akan dia tawarkan.” Kata atasannya sekaligus pemilik perusahaan tempat Lucas bekerja.

“Baiklah. Saya segera meluncur.” Jawab Lucas bersemangat.

“Oke ... Aku tunggu secepatnya.” Kata Pak Broto yang kemudian memutuskan sambungan teleponnya.

Lucas menyimpan alat komunikasi pipihnya ke dalam saku jas kembali sambil menatap Hanna yang tampak melongo dengan ekspresi tak percaya. Entah kenapa, hati Hanna merasakan kalau berita ini ada hubungannya dengan perbincangannya dengan ibu Nuning tadi sore.

“Kalau proyek ini gol ... Kita akan kaya raya.” Ucap Lucas dengan senyum lebar di wajahnya.

“Benarkah, ayah? Kalau benar, kita bisa membuat kolam renang di belakang rumah.” Adelia terlihat sangat senang.

“Ayah akan buatkan kamu kolam renang bertaraf internasional. Kamu gak usah lagi berenang di Centrum. Kamu bisa menggunakan kolam renang sendiri ... Dan untuk ibu ... Ayah akan belikan berlian yang ibu inginkan.” Lucas berkata penuh keyakinan.

“Apakah akan sebanyak itu uang yang akan ayah hasilkan?” Tanya Hanna masih tidak percaya.

“Bahkan lebih ... Ini uang besar, Bu ... Doakan saja agar mega proyek ini berhasil ayah dapatkan.” Kata Lucas dengan wajah sumringah.

“Amin ...” Adelia mengamini keinginan ayahnya.

Lucas pun segera berjalan ke garasi yang kemudian mengeluarkan mobilnya dari sana. Sementara itu, Hanna dan Adelia membersihkan sisa-sisa makan malam mereka. Entah bagaimana, kini Hanna merasakan kegembiraan yang sudah lama sekali tidak ia rasakan. Hanna benar-benar nyaman dengan keadaan ini dan bertekad untuk mendapatkannya. Seluruh perkataan Ibu Nuning tadi sore terus menggema di hatinya membuat keyakinan Hanna membulat. Kekayaan dan kesenangan adalah yang Hanna inginkan sekarang.

Setelah selesai membereskan dapur, Hanna bergerak ke kamar tidurnya. Setelah satu jam lebih, akhirnya Hanna selesai mandinya dan keluar dari kamar mandi dengan handuknya yang hanya menutupi bagian dada dan paha sedikit. Saat Hanna berada di depan meja rias, ia melepaskan handuknya hingga kini tubuhnya tidak lagi tertutup apapun. Hanna duduk di depan meja riasnya. Duduk menghadap cermin. Hanna memperhatikan wajahnya, kening, mata, hidung, pipi, dagu, dan semuanya secara keseluruhan di depan cermin.

“Apakah aku masih cantik? Atau makin cantik? Semoga saja kedua-duanya.” Hanna berkata pada dirinya sendiri.

“Kamu masih cantik, Hanna ... Dan akan semakin cantik ...” Suara itu berasal dari dalam cermin di depan Hanna. Ibu Nuning lah pemilik suara itu. Tentu Hanna terkejut namun tak lama. Hanna bahkan tersenyum pada sosok yang berada di dalam cermin.

“Ibu Nuning ... Aku ... Aku ...” Hanna bukannya ragu, lebih pada rasa malu yang ada di hatinya sekarang.

“Aku yakin ... Sekarang aku akan mendapat jawaban darimu. Aku tidak perlu menunggu sampai besok siang.” Ibu Nuning tersenyum penuh arti.

“Ya ... Aku setuju ...” Suara Hanna sangat pelan bahkan hampir tidak terdengar. Bibirnya melengkung ke atas dengan malu-malu.

“Kalau begitu ucapkan aku menerima kontak dan akan membayar harganya.” Ucap Bu Nuning.

“Aku menerima kontak dan akan membayar harganya.” Hanna tanpa ragu mengulangi ucapan Bu Nuning.

“Hi hi hi ... Bagus, Hanna ... Bagus ... Terima kasih Hanna yang cantik ...” Ibu Nuning tertawa nyaring sempat membuat bulu kuduk Hanna berdiri.

Ibu Nuning lenyap dari pandangan Hanna, dan kini wanita itu melihat dirinya sendiri di dalam cermin. Namun tiba-tiba rasa hangat mulai menyergap Hanna, terutama di bagian wajah, payudara, pinggul, pantat dan vaginanya. Perlahan rasa hangat itu semakin panas, bahkan kini semakin panas. Hanna terkejut sambil memegangi tubuhnya yang terasa panas.

“Oh ... Apa yang terjadi?” Hanna mulai panik karena rasa panas itu sudah menjadi siksaan baginya. “Oh ... Panas ...! Panas sekali ...!” Kini Hanna mengerang kesakitan.

“Bu ...” Terdengar suara ketukan pintu dan suara Daniel di luar kamar.

“Danniieeelll ... Tooollooonnnggg ...!” Hanna menjerit.

Pintu pun terbuka, dan Daniel masuk ke dalam kamar ibunya dengan raut kaget sekaligus panik. Daniel menyerbu ibunya yang sedang mengerang kesakitan di kursi meja rias. Hanna pun memeluk Daniel sambil merintih-rintih dan terus-menerus mengatakan panas. Daniel segera memangku tubuh telanjang Hanna dengan gaya bridal style lalu membawanya ke tempat tidur yang kemudian merebahkannya di atas kasur.

“Ibu ... Ibu kenapa?” Tanya Daniel sangat panik.

“Panas ... Ini panas sekali ...” Jawab Hanna sembari memegang kedua payudaranya.

Daniel pun berpikir, mungkin dengan membasahi payudaranya rasa panas itu akan mereda. Daniel langsung meletakan mulutnya di payudara Hanna. Daniel menjilat dan menciumi seluruh permukaan payudara Hanna. Daniel meraup dada Hanna masuk ke dalam mulutnya, menyedot putingnya seperti sedang menyusu sampai daging-dangingnya, membuat Hanna melenguh karena kuatnya hisapan Daniel.

"Aaahh ... Uuuhh ..."

Tubuh Hanna kini melenting sebagai pesan tersirat bahwa ia menyukai hisapan Daniel di payudaranya. Dengan satu tangan Daniel yang lain, ia memainkan puting bagian kanan Hanna. Menjentik-jentik puting itu dengan jarinya semakin membuat puting itu tegang mengacung. Bunyi lepasnya puting Hanna dari mulut Daniel terdengar, memberikan kelegaan bagi nafas Hanna sekaligus memberikan denyut aneh di selangkangan Hanna.

“Sudah ... Sudah Daniel ...” Ucap Hanna terengah-engah.

Daniel pun melepas cumbuannya, “Apakah sudah mendingan?”

“Ya ... Sudah ... Tapi, ini ibu masih sedikit panas.” Ucap Hanna tanpa malu menunjuk vaginanya.

“Aku akan mengurusnya, Bu ...” Ujar Daniel sambil bergerak ke antara paha ibu tirinya.

“Sebentar, sayang ... Tutup dulu pintunya dan kunci.” Perintah Hanna.

Daniel segera turun dari atas kasur dan menutup pintu kamar tanpa lupa menguncinya. Daniel kembali ke atas tempat tidur, namun sebelumnya pemuda tampan itu melucuti semua pakaiannya. Kontol raksasanya sudah tegak dan kokoh berdiri membuat Hanna mengernyitkan kening. Hanna merasa tidak yakin kalau kejantanan besar dan panjang milik Daniel akan muat pada lubang vagina miliknya.

Daniel telah memposisikan dirinya diantara paha Hanna. Perlahan Hanna membuka kedua kakinya sampai Daniel bisa melihat belahan vagina Hanna yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Vagina itu begitu merona dan terlihat lucu, membuat Daniel gemas melihatnya. Dengan sangat bersemangat Daniel langsung membenamkan mukanya di pangkal paha Hanna. Daniel merangsangnya dengan menjilati dan mengemutinya.

“Ooohh ... Daniel ... Ya, di sana!” Pekik Hanna yang kini malah kenikmatan.

Daniel tidak menghiraukan pekikan ibu tirinya. Pemuda itu terus memakan vaginanya yang sudah basah yang berdenyut saat disentuh. Daniel menggoda klitorisnya yang bengkak. Daniel terus memainkan lidahnya di kemaluan Hanna dari atas ke bawah dan beberapa kali menghisap klitorisnya seperti menghisap sedotan. Beberapa menit kemudian, Hanna mengalami orgasme yang sangat panjang. Setelah orgasme Hanna mereda, Daniel merangkak naik menindih tubuh Hanna. Wajah mereka saling berhadapan dengan tatapan mata saling mendamba.

“Aku menginginkanmu, Bu ... Bolehkah aku memasuki dirimu ...” Bisik Daniel sangat mesra.

“Ibu tidak yakin punyamu muat di ibu.” Jawab Hanna sedikit meringis.

“Kita bisa pelan-pelan.” Bisik Daniel lagi yang dijawab dengan anggukan Hanna.

Perlahan Daniel meletakkan kepala penis raksasanya di depan lubang surgawi Hanna dan memasukinya secara perlahan. Wajah Hanna menegang saat penis besar itu mulai memasukinya. Namun apa yang dirasakan Hanna sangat diluar dugaan. Hanna mengira itu akan terasa sakit. Namun kenyataannya rasa nikmat lah yang menjalari seluruh syarafnya. Tubuh Hanna menggelinjang nikmat merasakan penis raksasa yang baru saja akan mulai bekerja di lubang surganya.

“Ooooohhh ... Daanniieeelll ... Eeennaakk ... Sayyaanngghh ...” Hanna mendesah tak percaya.

Daniel tersenyum penuh kemenangan sambil mulai mengayuh kejantanannya. Kedua insan manusia itu mulai saling memanjakan tubuh pasangannya. Tak butuh waktu lama, gerakan Daniel sudah begitu cepat menguasai lubang vagina Hanna, membuat permainan seks yang mereka lakukan semakin terasa menggairahkan. Kenikmatan yang mereka rasakan tidak dapat tergambarkan dengan kata-kata. Ranjang itu semakin keras berdecit dikarenakan gerakan Daniel yang cepat dan brutal pada tubuh Hanna. Tangan kiri Daniel menjalar ke payudara kanan Hanna, menggenggam benda lunak itu dan meremasnya dengan gerakan tak kalah brutal, mencubit-cubit puting buah dada itu dengan gemas. Mulut Daniel tak henti-hentinya menciumi wajah Hanna dan dengan lihai menjilat-jilat telinga Hanna, membuat tubuh Hanna semakin merasa nikmat akibat perlakuan Daniel. Mata Hanna terpejam erat, mulutnya terbuka lebar disertai dengan nafas yang memburu.

Kini Hanna semakin mengikuti naluri birahinya, lenguhannya sudah tak malu-malu lagi. Daniel memompakan penis besar dan panjangnya dengan ritme teratur. Penis itu terasa penuh dalam vagina Hanna, setiap hujamannya terasa semakin menembus rongga vagina Hanna yang terdalam. Erangan dan rintihan Hanna menambah birahi Daniel, betapa cantiknya perempuan ini saat berada di puncak gairah. Daniel mengusap anak rambut Hanna yang menempel di jidatnya, rambut itu sudah lepek basah oleh keringat. Kemudian mulut Daniel mengunci mulut Hanna dengan kontol raksasanya yang terus memompa vagina Hanna.

Lengan Hanna melingkar di leher Daniel. Hanna membalas lumatan Daniel dengan sangat bergairah. Tubuh kedua manusia lain jenis itu telah basah oleh keringat. Hampir setengah jam persetubuhan ini berlangsung, dan mereka mulai merasakan tanda-tanda pencapaian puncak kenikmatan.

Kini ayunan penis Daniel perlahan-lahan semakin cepat menghujam keluar masuk vagina Hanna. Wanita cantik itu memejamkan mata, mulutnya semakin terbuka, napasnya tersengal-sengal, gelombang orgasmenya mulai kembali datang, dan Hanna menjerit tertahan, kukunya mencengkram keras bahu Daniel yang sedang menindihnya.

"Aaaahhh ... Oooohhhhhh Daniel ... Aaaaahhhhhhhh!!!" Pekik Hanna merasakan nikmat yang tak terkira.

Daniel kembali mengunci mulut Hanna dengan bibirnya. Sepasang kaki Hanna yang melingkar di pantat Daniel mengejang ke atas. Orgasmenya telah datang kembali, Hanna terengah-engah. Daniel tersenyum memandang Hanna. Begitu juga Hanna, tatapan wajahnya terlihat tersipu, senyumnya sungguh menggoda birahi Daniel.

"Ibu Cantik sekali ..." Daniel mencubit pelan pipi Hanna.

Tangan Hanna menangkap tangan Daniel, "Gombal..." Jawab Hanna sambil memonyongkan bibirnya.

Hanna mengelus wajah Daniel, diusapnya peluh yang menempel di jidat pria yang telah memberikan dua kali orgasme ini. Penis raksasa Daniel masih tertancap di vaginanya. Sikap Hanna kini bagaikan sikap seorang kekasih. Daniel mengecup kening Hanna, dan tiba-tiba Daniel menarik tangan Hanna hingga duduk berhadapan. Daniel berbaring, dan kini Hanna berada di atas Daniel. Penis keras yang terlepas tadi perlahan dibimbing kembali oleh Hanna ke vaginanya. Hanna kini sudah tak malu-malu lagi. Ditekannya penis itu hingga amblas masuk ke dalam vaginanya. Digoyangkan-goyangkan pantatnya sambil tersenyum genit pada Daniel. Jemari Daniel menjawil puting Hanna.

"Duhhh ngilu, Bu." Ucap Daniel sambil tersenyum. Hanna hanya tersenyum sambil terus menggoyangkan pantatnya.

Daniel merasa bahwa kini saatnya puncak permainan. Daniel memeluk pinggul bulat Hanna, dihentakkan penisnya dengan cepat ke vagina Hanna. Ritme tumbukan Daniel sangat cepat, hingga membuat Hanna kewalahan. Erangan dan rintihannya kembali terdengar.

"Ampun sayaaannghh ... Aaaahhh ..." Erang Hanna.

Hanna ambruk menempel di dada Daniel. Pompaan penis Daniel dari bawah semakin cepat. Hanna memeluk tubuh Daniel dengan erat, terasa ngilu namun nikmat yang teramat sangat. Tak sedikit pun Daniel mengendurkan kecepatannya, dan akhirnya kembali Hanna memeluk erat tubuh Daniel. Mulutnya mendesis, dan sesaat kemudian Hanna menjerit-jerit tanpa sadar digigitnya pundak Daniel hingga berdarah. Walau perih namun Daniel tak memberikan respon. Daniel bahkan tak menghentikan pompaannya saat Hanna tengah terhentak oleh gelombang orgasme yang didapatkannya kembali.

Hanna semakin merintih dan mengerang, dia tak tahu kini berada di mana. Orgasme yang dirasakannya kini sangat dahsyat, ditambah pompaan yang tak ada jeda dari penis besar Daniel, membuatnya semakin tenggelam dalam syahwat. Kemudian, gelombang orgasme mulai berdatangan kembali. Tubuh Hanna melengkung ke atas, semburat pipis mengalir tertahan oleh batang penis Daniel. Tak berapa lama, Daniel pun mengeram hebat. Tumbukannya semakin dipercepat, dan kemudian hentakan-hentakan pantat Daniel mengantar benih-benihnya membanjiri rahim Hanna.

Hanna kembali terkulai lemas di atas dada bidang Daniel. Mereka berpelukan bagai sepasang kekasih. Daniel memeluk tubuh telanjang wanita cantik itu dengan erat. Peluh mereka menyatu dalam alunan napas mereka yang tersengal. Daniel melirik jam dinding, sudah hampir jam 11 malam. Wanita cantik ini sangat luar biasa. Betapa beruntungnya Daniel bisa menikmati tubuh indah wanita cantik ini. Hampir satu jam mereka bergumul memacu syahwat. Kini tersisa letih dan kepuasan di wajah mereka.

“Ibu tidak pernah merasakan seperti tadi ... Terima kasih sayang ...” Bisik Hanna di sela napasnya yang masih agak memburu.

“Ya, Bu ... Tapi aku tadi lupa mengeluarkan air maniku. Aku khawatir akan membuat ibu hamil.” Ucap Daniel.

“Gak usah takut ... Ibu sedang minum pil KB.” Jawab Hanna yang membuat Daniel lega.

“Oh ... Syukurlah ... Apakah ibu masih mau?” Tanya Daniel dengan senyum mesumnya.

“Tidak!” Hanna terkejut lalu melepaskan penyatuan tubuh mereka, dan berguling ke samping tubuh Daniel.

“Kenapa? Lihat! Juniorku masih keras.” Canda Daniel sembari mempermainkan penis besarnya.

“Wow! Aku tak percaya kamu bisa begitu ... Tapi, sebaiknya kamu keluar dari kamar ini. Ibu takut ayahmu segera pulang. Lagi pula ibu harus membersihkan kekacauan ini.” Jawab Hanna sembari turun dari tempat tidur.

Daniel pun mengikuti ibunya turun dari tempat tidur lalu memakai seluruh pakaiannya. Saat Daniel berbalik badan dan hendak berjalan menuju pintu, Daniel melihat ibu tirinya sedang berdiri di cermin besar yang melekat di pintu lemari. Tampak Hanna sedang memperhatikan tubuhnya dengan melenggak-lenggokan badan. Dari pantulan cermin, Daniel bisa melihat kerutan di dahi Hanna yang menandakan kalau wanita itu sedang kebingungan.

“Ada apa, Bu?” Tanya Daniel sembari mendekati Hanna dan berdiri di sampingnya.

“Ibu ... Seperti berubah, Daniel ... Ini susu ibu seperti agak membesar dan lebih kencang. Pinggul ibu juga seperti sedikit melebar.” Jelas Hanna kebingungan.

“Benar, Bu ... Wajah ibu juga gak ada kerutan.” Daniel membenarkan ibu tirinya.

“Astaga!!! Benar Daniel!!!” Hanna terperanjat sambil menangkup wajahnya. “Bagaimana ini bisa terjadi?” Kepanikan tersirat dari ucapan Hanna.

“Itu karena aku, Hanna ...” Tiba-tiba bayangan Hanna di cermin berubah menjadi sosok Ibu Nuning.

“Ibu Nuning ...” Gumam Hanna dan Daniel hampir bersamaan. Sontak saja Daniel dan Hanna saling menoleh dengan tatapan kaget.

“Kalian sudah aku jodohkan ... Kalian sekarang menjadi sepasang kekasih ... Mengenai perubahanmu, itu aku yang membuatnya agar kamu terlihat lebih cantik dan menawan.” Kata Ibu Nuning dengan senyum ramah.

“Ba..bagaimana kalau Lucas menanyakan perubahan ini?” Tanya Hanna yang kini menatap Ibu Nuning dengan suara khawatir.

“Kamu tidak perlu takut ... Pura-pura saja tidak mengerti. Dia tidak akan apa-apa.” Jawab Ibu Nuning santai.

“Oh, begitu ...” Hanna menghela nafas lega.

“Aku ucapkan terima kasih pada kalian karena telah mau membantuku. Dan aku berjanji pada kalian, bila kalian berdua mau terus membantuku, kemakmuran dan kebahagiaan sudah pasti ada digenggaman kalian. Aku beritahukan, ini baru awal. Masih ada lagi tugas-tugas yang akan kalian kerjakan, tentunya dengan berbagai imbalan.” Kata Ibu Nuning yang tiba-tiba saja menghilang dari pandangan.

“Tugas???” Gumam Daniel tak paham.

Hanna langsung menoleh ke wajah Daniel, “Apakah kamu tidak tahu?”

“Jujur, aku tidak tahu sama sekali. Oh ya, bagaimana ibu bisa mengenal Ibu Nuning?” Tanya Daniel penasaran.

“Dia mendatangi ibu. Awalnya dari mimpi tapi yang terakhir dia mendatangi ibu di dunia nyata seperti tadi. Ibu Nuning memang menginginkan kita menjadi sepasang kekasih dan melakukan hubungan badan. Supaya bayi yang dikandungnya cepat lahir.” Jelas Hanna sambil tersenyum malu-malu.

“Kok bisa begitu?” Tanya Daniel belum paham sepenuhnya.

“Kata Ibu Nuning ... Dia membutuhkan aura kesenangan dari kita. Aura kesenangan itu membuat bayi yang dikandungnya matang dan cepat lahir.” Jawab Hanna lagi.

“Oh ... Aku paham sekarang ...” Gumam Daniel sembari mengangguk-anggukan kepala.

“Sudah! Segera keluar! Ibu mau beres-beres dan mandi.” Hanna mendorong Daniel ke ambang pintu.

Daniel pun membuka kunci pintu lalu keluar dari dalam kamar ibu tirinya. Pemuda itu langsung masuk kamar tidurnya sendiri dan tidur. Sementara itu, Hanna masih harus membersihkan kamarnya dan mandi. Setelah semuanya terlihat rapi, Hanna membaringkan tubuhnya di atas kasur. Bibirnya mengembang ketika mengingat pergumulan cintanya dengan Daniel. Percintaan panas tadi masih membayanginya, gelenyar kenikmatan itu masih terasa hingga saat ini. Sekarang pun vaginanya terus berdenyut-denyut luar biasa. Vaginanya masih lapar. Masih ingin merasakan penis besar itu bersarang. Lambat laun kesadaran Hanna mulai hilang dan ia tertidur dengan lelapnya.​

---ooo---​

Di jari tangan pria bule berambut pirang, bara api terlihat menyala terang. Pria bule tersebut bersandar di body mobil dengan lihai memainkan batang rokok diantara jari-jarinya. Gaya merokoknya pun terlihat menarik sekali. Ketika ia menghembuskan asap putih rokok itu, asapnya terlihat seperti gulali yang melayang tinggi. Pria itu memiliki mata berwarna biru yang sedang menatap serius sebuah rumah bergaya Belanda kuno. Dia banyak membaca catatan nenek moyangnya tentang rumah yang sedang ia perhatikan. Dalam hatinya ia menyesal karena rumah ‘antik’ di depannya telah dibeli oleh orang lain.

Aku terlambat beberapa minggu. Aku kesulitan menemukan rumah ini. Padahal aku sudah tiga bulan berada di sini. Sial! Catatan itu tidak mencantumkan alamat yang pasti. Dia hanya menunjukkan ciri-ciri gedung dan alam sekitar yang sudah berubah banyak.” Si bule menggerutu kesal.

Udara malam yang dingin membuat dirinya kembali masuk ke dalam mobil. Sejenak dia berdiam diri menyesali dirinya. Tak lama, dia mengambil sebuah buku tua yang tergeletak di jok sebelahnya. Dibuka halaman pertama. Di sana terlihat gambar bangunan yang sangat persis dengan rumah di sana. Tangan pria itu kemudian membuka halaman berikutnya. Di sana tertulis dengan huruf besar sebuah kalimat yang berbunyi, “DIA ADALAH KUTUKAN. DIALAH SUARA YANG TERLUPAKAN. DIALAH BAYANG SEMPURNA YANG TAK PERNAH DITEMUKAN. DIALAH YANG AKAN MENGGUNCANG PERADABAN. JADI HANCURKAN DAN MUSNAHKAN.”

Dia lantas menutup buku tua di tangannya lalu melemparkan buku itu ke tempat semula. Helaan nafas berat terdengar sebelum mesin mobil menyala. Dia melajukan mobilnya perlahan, meninggalkan rumah yang selama ini ia cari. Malam ini dia memerlukan istrirahat. Badannya terlalu letih setelah perjalan panjang yang ia lalui.​

Bersambung

Chapter 4 Klik Disini
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd