Maaf jika sibukku.
menelantarkan kita di jalur yang sepi.
hingga semua tanya perihal kita.
terlalu sulit menyebrangi waktu.
sampai pada titiknya dimana semesta jadi tahu.
rindu menyapa kita lebih cepat dari susunan kata. Namun jika aku harus memilih sebuah persimpangan langkah.
aku pasti hanya ingin menetap dan berhenti bersamamu.
Kepada rindu yg mencekal ini.
Kukirim untukmu sebuah ingatan.
Lewat waktu yg mengalun senyap.
Lewat puisi yg memanggilmu dalam sepi.
maka singgahlah sejenak dibait-baitku.
Meski hny untuk sekedar tahu.
Bahwa , Kata adalah perantara paling dekat saat raga tak saling mendekap.
Menjelang tidur ,
Pikiran saya melayang ,
Menyusuri luka demi luka ,
suka ,
bahkan pertengkaran yg menjelma airmata...
Kadang di satu hari,
Saya bahagia berkali kali lipat cuma karna melihatmu tersenyum ..
Kadang dihari lainnya,
Saya sedih setengah mati dan menyesal telah menjatuhkan airmatamu sampai sesak rasanya...
Semua yg ada di alam ini hny sementara..
Belum tentu esok masih ada...
Bahkan Untuk perasaan dan takdir ... Jadi saya berusaha tidak sia - siakan yang sementara itu...
Peluklah patah hatimu.
hingga merangkul kepingan - kepingan retaknya.
sampai tiada lagi kata - kata yang mengeja rasa sakitnya...
Balutlah luka yang tak kasat mata itu.
hingga bisu menjelma perban dalam tiap keluhnya.
sampai tiada lagi gumam yang sanggup mengaduh untuk jiwa yang rapuh....
puncak dari patah hati adalah,
saat mulut tak sanggup lagi berkata.
jemari kehilangan huruf-hurufnya.
hanya tersisa mata yang memesan rintik sendunya...
Menangislah...
Tidak apa - apa...
tumpahkan sekat - sekat yang memenuhi ruang bathinmu.
Airmata tidak butuh malu,
Airmatamu butuh di ekspresikan.
itu manusiawi....
Untuk hari - harimu.
aku datang dikala.
kamu dipatahkan oleh yang lain.
Yanh menawarimu secangkir hangat harapan.
Bersama hujan malam ini.
kukirim derasnya kata "semoga".
sebagai penguat dikala hujan,
mengguyurmu dengan kenangan...
Biarlah jika hari untukku hanya sisa luangmu.
yang tidak pernah bisa berarti.
namun sekali ini saja.
katakan pada waktu.
jika tidak akan berubah menjadi sesal. Untuk nanti saat aku mulai pergi.
Tidak akan saling melukai Sebab waktu bukan milik kita. Jangan sampai .
rasa menjebak kita dalam perang .
antara pergi,
atau mempercundangi diri...
dan maaf aku pilih.
Maka aku pun jadi mati
Diterjang derasnya luapan benci
Oleh mereka yang menampikku
Hingga aku berkubur waktu
Dan hanya bisa memandang
Semua yang menjadi pecundang
Menaburi pusaranku dengan makian
Maka aku pun jadi mati
Diterjang derasnya luapan benci
Oleh mereka yang menampikku
Hingga aku berkubur waktu
Dan hanya bisa memandang
Semua yang menjadi pecundang
Menaburi pusaranku dengan makian
Pitagoras dan lagi
aku duduk termenung sedemikian rupa...
di bawah langit asmara yang kehilangan warna..
luka memadukan kisah dan segala jengah...
Pada airmata yang malu - malu untuk tumpah..
hatiku tentu saja resah ,,
gelisah dan tak tentu arah..
tubuhku hening...
bibirku enggan bergeming ..
dunia masih saja larut dalam huru hara...
yang selalu membuat kepala pening..
Aku benar benar lelah menyakinkan rasa..
agar mau berhenti menjadikanmu alasan untuk air tuhan jatuh di pipi..
sangat lelah untuk tegar saat jelas...
palung batin pun bergetar ...
kau adalah kasih ... awalnya..
kau adalah kisah ... akhirnya ..
telah kupenuhi hari hariku dengan setumpuk percaya ...
menyambut setiap untaian kata...
tanpa pernah sedikitpun menaruh curiga..
di bawah tahta cinta kau berhasil membuatku menjadi budak asmara..
keindahanmu memancarkan cahaya yang membias pada rongga sepi terasa..
gila dan cinta kunilai tiada beda..
terang dan tenang ..
AKU BUTA !