Gedebage1903
Semprot Kecil
Holla amigo
Perjalanan pernikahan yang cukup dalam hidup ini.
Seperti sebelumnya saya dan istri mempunyai selisih usia yang jauh, lebih tepatnya 10thn lebih tua istri.
To the point saja lah
Kami sudah program hamil beberapa kali (program bayi tabung 3x dan nihil).
Tidak ada istilah adopsi atau mupu (budaya jawa) dalam hidup kami. Kalau niat mau adopsi buat apa toh ada banyak panti asuhan di Indonesia tinggal pilih mana yang mau didonasi secara penuh. Dan itu bukan solusi bagi kami.
Cara diluar norma sudah pernah dilakukan dan hasilnya lebih parah. Seperti surga yang tak dirindukan. 3 tahun awal pernikahan, kami memutuskan untuk "pinjam" keluarga rekan istri. Berat memang karena diluar norma. Bagaimana tidak, kami memilih untuk mencari sosok pria jantan yang sudah terbukti mampu menghasilkan anak dan terpilihlah rekan istri. Kami sampaikan maksud "program" ini. Awalnya kacau, istri rekan sebut saja mbak D menolak. Setelah panjang kali lebar, alas kali tinggi, mbak D setuju dengan syarat tiap ML harus bertiga yaitu istri, mbak D dan mas B (rekan istri) dan baru bisa dilaksanakan sebulan berikutnya. Hal itu terjadi karena perlunya persiapan medis. Selama sebulan itupun saya tidak ML dengan istri. "Program" berjalan lancar, sebulan mereka aktif sesuai saran dari dokter. Namun hasilnya justru mbak D yang hamil dan ini adalah musibah. Setelah lahiran anak ke empat, mbak D meninggal dunia dan menyebabkan mas B depresi berat. Sedangkan istriku juga sama.
Nah saat ini "program" itu kami jalankan kembali dengan beda orang sebut saja mas A. Mas A adalah teman kampung atau teman masa anak-anak istriku. Status duda istri meninggal anak tiga. Bagaimana bisa bertemu dan memutuskan "program" ini lagi ya karena pandemi ini. Kami LDR. Istri di malang dan saya sering luar kota. Bukannya apa-apa kalau tidak saya lakukan berarti saya merumahkan seluruh karyawan.
Jika ada yang masih ingat dengan cerita saya sebelumnya. Ada kakak kelas istri yang mencari kesempatan untuk berdua dengan istri, orangnya udah gak ada, udah dipecat karena pandemi juga. Malah udah pulang kampung ke mertuanya di jateng sana. Sedangkan mas A ini hadir karena seringnya istri wfh dan pulang ke rumah ibunya di malang selatan sana jadi sering bertemu.
Baik "program" ini sudah kami bertiga bicarakan dengan baik sebelum bulan puasa dan rencananya akan dilakukan setelah lebaran nanti. Untuk memudahkan dan tidak timbul kecurigaan. Mas A saya seting kerja ikut saya dengan kata lain tinggal serumah. Bedanya lagi waktu yang diberikan sampai akhir tahun ini. Kalau tanya kesiapan, saya sudah siap. Kalau mereka berdua saya tidak tahu dan tidak mahu tahu.
Inilah pengalaman hidup. Terima kasih sudah diberi tempat menyampaikan uneg-uneg.
Perjalanan pernikahan yang cukup dalam hidup ini.
Seperti sebelumnya saya dan istri mempunyai selisih usia yang jauh, lebih tepatnya 10thn lebih tua istri.
To the point saja lah
Kami sudah program hamil beberapa kali (program bayi tabung 3x dan nihil).
Tidak ada istilah adopsi atau mupu (budaya jawa) dalam hidup kami. Kalau niat mau adopsi buat apa toh ada banyak panti asuhan di Indonesia tinggal pilih mana yang mau didonasi secara penuh. Dan itu bukan solusi bagi kami.
Cara diluar norma sudah pernah dilakukan dan hasilnya lebih parah. Seperti surga yang tak dirindukan. 3 tahun awal pernikahan, kami memutuskan untuk "pinjam" keluarga rekan istri. Berat memang karena diluar norma. Bagaimana tidak, kami memilih untuk mencari sosok pria jantan yang sudah terbukti mampu menghasilkan anak dan terpilihlah rekan istri. Kami sampaikan maksud "program" ini. Awalnya kacau, istri rekan sebut saja mbak D menolak. Setelah panjang kali lebar, alas kali tinggi, mbak D setuju dengan syarat tiap ML harus bertiga yaitu istri, mbak D dan mas B (rekan istri) dan baru bisa dilaksanakan sebulan berikutnya. Hal itu terjadi karena perlunya persiapan medis. Selama sebulan itupun saya tidak ML dengan istri. "Program" berjalan lancar, sebulan mereka aktif sesuai saran dari dokter. Namun hasilnya justru mbak D yang hamil dan ini adalah musibah. Setelah lahiran anak ke empat, mbak D meninggal dunia dan menyebabkan mas B depresi berat. Sedangkan istriku juga sama.
Nah saat ini "program" itu kami jalankan kembali dengan beda orang sebut saja mas A. Mas A adalah teman kampung atau teman masa anak-anak istriku. Status duda istri meninggal anak tiga. Bagaimana bisa bertemu dan memutuskan "program" ini lagi ya karena pandemi ini. Kami LDR. Istri di malang dan saya sering luar kota. Bukannya apa-apa kalau tidak saya lakukan berarti saya merumahkan seluruh karyawan.
Jika ada yang masih ingat dengan cerita saya sebelumnya. Ada kakak kelas istri yang mencari kesempatan untuk berdua dengan istri, orangnya udah gak ada, udah dipecat karena pandemi juga. Malah udah pulang kampung ke mertuanya di jateng sana. Sedangkan mas A ini hadir karena seringnya istri wfh dan pulang ke rumah ibunya di malang selatan sana jadi sering bertemu.
Baik "program" ini sudah kami bertiga bicarakan dengan baik sebelum bulan puasa dan rencananya akan dilakukan setelah lebaran nanti. Untuk memudahkan dan tidak timbul kecurigaan. Mas A saya seting kerja ikut saya dengan kata lain tinggal serumah. Bedanya lagi waktu yang diberikan sampai akhir tahun ini. Kalau tanya kesiapan, saya sudah siap. Kalau mereka berdua saya tidak tahu dan tidak mahu tahu.
Inilah pengalaman hidup. Terima kasih sudah diberi tempat menyampaikan uneg-uneg.