Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Life and Slavery of Widya

Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Part 10

Tok tok tok, “Pak Mandor.” Kata suara di luar pintu. Orang di luar itu memanggil hingga beberapa kali.

Kuntopun murka dengan suara itu. Kemaluannya yang baru masuk sebagian kecil di dubur Liana-pun terpaksa ia cabut. “Berisik, ada apa hah!” Kata Kunto sambil membanting pintu dan memarahi orang yang memanggilnya.

“A, anu Pak Mandor. Itu ada anggota gestapo ingin ketemu.” Kata laki-laki itu dengan gugup.

Plakk! Kunto memukul kepala laki-laki itu dengan telapak tangannya. “Ngomong dari tadi, kalau ada orang gestapo kesini. Repot kalau sampai urusan sama mereka.” Kata Mandor.

Mandor Kunto-pun pergi meninggalkan Liana. “Aku pergi dulu ya sayang.” Kata Kunto sambil mencium kening Liana. Seolah kening itu adalah kening kekasihnya.

Liana merasa lega karena ia terhindar dari nasib buruk. Namun kelegaannya ternyata tidak berlangsung lama. Baru saja ia hendak mengenakan bra dan celana dalamnya. Dua orang budak perempuan yang bertubuh garang masuk ke ruangan itu.

“Heh, pelacur, ikut kita!” Kata budak perempuan itu dengan galaknya.

Mereka menarik tangan Liana keluar dari ruangan mandor. “Tidak, tolong, kalian mau apa.” jerit Liana.

Mereka membawa Liana yang masih telanjang bulat itu tanah kosong. Di sana rupanya sudah menunggu beberapa budak lain yang kebanyakan perempuan. Tanah kosong itu biasanya digunakan untuk menyiksa budak yang lalai dalam tugasnya. Liana sendiri tidak pernah disiksa di sana, karena Mandor Kunto selalu membelanya.

Salah satu tempat penyiksaan di tanah kosong itu adalah sebuah pasung untuk menahan kepala dan tangan. Liana dibawa ke tempat itu dan tubuhnya dipasung di sana sehingga kepala dan tangannya tak mampu untuk bergerak.

Liana tentu mencoba melawan, namun tenaga-nya tak mampu menghadang para budak wanita yang sudah bertahun-tahun bekerja jadi kuli pengangkut di dermaga seperti ini.

“Aduh tolong, kalian mau apa, lepaskan.” Jerit Liana.

Para budak-budak wanita yang rata-rata berbadan kasar dan bermuka buruk itu hanya senyum-senyum melihat Liana sekarang terpasung. Bagian belakang tubuhnya menungging, memperlihatkan bongkahan pantat dan vaginanya yang tak terhalang apa pun.

“Kami ndak niat apa-apa kok, kami justru pengin kamu seneng.” Kata salah satu budak.

“Iya, tiap hari kan kamu seneng-seneng sama mandor. Kami cuman mau kamu seneng-seneng juga sama yang lain.” Kata budak yang lain.

Mereka membawa seorang yang membuat mata Liana membelalak tidak percaya. Para budak itu membawa laki-laki yang bernama Girno. Orang itu biasa berada di sekitar dermaga. Tubuhnya gemuk dan besar, kadang celananya yang compang-camping itu juga memperlihatkan kemaluannya yang cukup besar.

Girno bukanlah budak atau kuli di dermaga. Ia adalah orang gila, yang suka bersliweran di sini. Tubuhnya selain besar dan gemuk, juga ditumbuhi beberapa penyakit kulit seperti bisul. Bisul itu nampak menonjol di beberapa tubuhnya, termasuk di bagian kelaminnya.

“Tidak ampun, jangan, jangan.” Jerit Liana sambil mencoba melepaskan diri dari pasung. Namun pasung itu sangat kuat terpasang di tanah dan tubuh Liana sama sekali tak mampu untuk bergeming.

Si gila Girno didekatkan ke Liana. Salah seorang budak wanita berkata kepadanya. “Itu lonte mau ngentot sama kamu.” Katanya.

Girno yang awalnya bertingkah seperti orang idiot itu tiba-tiba berubah ganas. “Ngentot, aku pengen ngentot. Lonte, aku pengen ngentot lonte.” Kata orang gila itu.

“Dia pengin ngentot sama kamu, liat tuh bodinya putih.” Kata budak yang lain.

“Iya, lonte putih, Girno pengin ngentot lonte putih.” Kata si orang gila.

Girnopun menghambur ke arah Liana. Ia remasi payudara wanita itu dan jilati tubuh mulusnya. Liana dapat merasakan jika tubuh orang gila itu tak wajar. Tangannya begitu kasar dan kaku, bahkan di bagian jarinya ada yang ditumbuhi kutil berukuran besar. Bau tubuhnya-pun benar-benar menyengat tak tertahankan. Liana belum pernah mencium bau busuk separah itu.

“Lonte, aku mau ngentot lonte.” Kata Girno. Kemaluan Girno pun sudah mulai mengeras. Batang kemaluan yang cukup panjang dan besar itu ditumbuhi dengan berbagai macam kutil serta mengeluarkan bau yang sangat tidak sedap.

“Jangan begini, aku mohon lepaskan aku. Aku mohon.” Jerit Liana.

Tapi jeritan wanita 39 tahun itu tak digubris oleh para budak di sekitarnya. Mereka justru tertawa-tawa bahagia melihat penderitaan wanita itu.

***

“Widya, apa hari ini kamu ada tugas seusai sekolah?” Tanya Amran.

Widya yang baru saja keluar dari kelas itu cukup kaget melihat kedatangan Amran. Beberapa minggu ini memang mereka jarang bertegur sapa, terutama semenjak kejadian di gudang atas sekolah.

“Hari ini aku kosong, tidak ada tugas dari negara yang musti aku kerjakan.” Kata Widya.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Budak negara memang tidak dimiliki oleh siapapun kecuali negara. Dan budak-budak itu tiap hari mendapatkan tugas tertentu. Widya biasanya mendapatkan tugas yang beragam dari mulai membersihkan taman, toilet umum, atau terkadang sekedar ikut membantu dalam proyek konstruksi negara. Tugas itu diberikan tiap pagi.

“Kalau kamu kosong, apa kamu mau membantu aku. Aku ada masalah dengan proposal perayaan ulang tahun sekolah. Dirimu ahli kan membuat proposal seperti itu? Ini tugas terakhirku sebagai ketua liga siswa.” Kata Amran.

“Aku mau saja membantumu, tapi. Kamu tahu kan keadaanku seperti ini. Apakah kamu tidak malu dekat-dekat denganku. Aku tidak mau kamu jadi dapat masalah gara-gara aku.” Kata Widya.

“Aku tidak keberatan, kita kerjakan proposal itu di apartemenku?” Kata Amran. “Di sana aman.”

Widya pernah berkunjung ke apartemen Amran. Amran memang bukan berasal dari ibukota. Ayahnya adalah seorang petinggi administrasi di bagian barat kerajaan. Ia tinggal sendiri di kota ini, dan menyewa apartemen dengan uang bulanan yang dikirimkan orang tuanya.

Apartemen Amran tidak luas, hanya ada satu kamar, ruang tamu, ruang santai plus dapur dan kamar mandi.

Dulu ketika Widya berkunjung di sini, mereka adalah partner di liga siswa. Widya terkenal ahli dalam membuat proposal dan berbagai macam administrasi acara sekolah. Sedangkan Amran cukup mahir dalam mengorganisasikannya. Mereka benar-benar seperti pasangan yang tidak terpisahkan.

“Buat dirimu nyaman.” Kata Amran. “Oh ya, pakai ini. Di dalam rumah, aku yakin mereka tidak akan mengawasimu.” Kata Amran sambil memberikan baju dan celana kepada Widya.

Widya awalnya ragu, namun ia memutuskan untuk mengenakan baju itu. Sebuah kaos dan celana pendek selutut, rasanya sudah lama sekali Widya tidak mengenakan pakaian pantas pakai seperti itu.

Amran ke dapur menyiapkan teh dan memasak beberapa cemilan goreng. Sementara itu Widya duduk di ruang tengah depan televisi. Di ruangan itu hanya ada meja dan karpet untuk duduk. Sedikit minimalis, namun tetap nyaman.

Dengan sebuah mesin ketik, Widya mulai menuliskan proposal acara sesuai permintaan Amran. Amran sendiri memberi masukan dan beberapa perbaikan. Mereka masih tetap akrab seperti dahulu, meskipun nasib sudah membedakan kasta mereka.

“Makanan yang kamu masak enak. Apa namanya?” Tanya Widya ketika mengambil sebuah camilan yang Amran goreng.

“Ini asli dari tempatku berasal, terbuat dari keju dan campuran tepung khusus.” Kata Amran.

“Enak,” kata Widya sambil tersenyum. Senyum yang Widya pancarkan itu benar-benar manis. Amran sendiri merasa seperti tersengat aliran listrik. Ia belum pernah menyaksikan senyuman itu semenjak Widya menjadi budak negara.

“Widya...” Kata Amran.

“Ya?”

Tanpa aba-aba, Amran mencium bibir Widya. Ia kecup bibir mungil gadis itu, gadis yang selama ini ia kagumi secara diam-diam.

“Lepaskan!” Jerit Widya. Ia cukup kaget dengan ciuman yang diberikan oleh Amran. Widya mengganggap jika ciuman yang Amran berikan adalah ciuman birahi. Ia sempat berpikir jika Amran ternyata sama dengan laki-laki lain. Mereka hanya ingin memanfaatkan keadaan Widya sekarang ini.

Widya menangis dan Amran sadar akan kesalahannya. “Maafkan aku Wid, aku tidak bermaksud buruk kepadamu.” Kata laki-laki itu.

Kedua insan manusia itu terdiam untuk beberapa saat, mereka tak tahu harus berkata apa.

“Widya, kalau boleh jujur.” Kata Amran. “Aku mencintaimu Wid.” Ungkap pria itu.

Widya seketika itupun terkejut, ia sama sekali tak mengira Amran akan berbicara seperti itu kepadanya.

“Maafkan aku, aku tidak bisa mengungkapkan ini dengan cara yang lebih romantis.” Tambah Amran.

Widya masih terhenyak, “Kamu, kamu tidak bercanda kan?”

Amran menggelengkan kepala. “Aku tidak bercanda,” Kata Amran. “Aku serius, aku siap mengorbankan apapun untukmu.” tambahnya.

“Tapi kamu tahu kan? Aku hanya...”

“Ya, kamu hanya seorang budak, aku tahu!” Kata Amran dengan suara yang agak tinggi. “Aku muak dengan semua ini. Aku muak dengan hukum negara ini. Tidak semestinya manusia diperlakukan seperti barang, bahkan anjing sekalipun punya hak dan tempat lebih suci. Negara macam apa ini!” Teriaka Amran.

“Amran, sudah, sudah!” Kata Widya mencoba menenangkan pria itu. Pertama kalinya Widya melihat Amran meluap emosinya, biasanya laki-laki itu bersikap kalem dan berwibawa.

“Widya, ayo kita lari dari kota ini. Kita akan pergi ke perbatasan, tidak ada gestapo yang akan mencari kita di hutan-hutan. Kita akan membangun keluarga kecil kita di sana. Jauh dari hukum laknat yang mencemari kerajaan ini.” Ucap Amran.

Widya menangis mendengar ucapan Amran. Ia tak tahu jika masih ada orang yang mencintainya di dunia ini selain kedua orang tuanya.

“Ayo Widya, kalau kau mau, malam ini kita lari dari kota ini.” Ucap Amran.

Widya mencoba tersenyum walaupun air mata masih mengalir di pipinya. “Tidak Amran, aku tidak bisa.” Kata Widya. “Aku tidak mau orang tuaku terkena masalah. Aku harus tetap di sini, aku harus tetap menerima nasibku.” Ujar Widya.

Wah, asik hu kalo pas mereka kabur, cowoknya, si Amran, ketangkep, terus keluarganya (kalo dia punya ibu atau adek cewek) ikut dijadiin budak juga.. Terus, si Amran dikasi pilihan buat perkosa ibunya Widya atau kalo ga Widya-nya di perkosa.. Amran pilih buat perkosa ibunya, tapi malah aja Widya diperkosa sama orang-orang lain.. Endingnya Widya bestiality, terus lahir anak dari Amran dan ibunya Widya.. Hahaha..

Btw, ane pensaran hu, kalo cowo jadi budak, paling parah diapain ya?
 
Wah, asik hu kalo pas mereka kabur, cowoknya, si Amran, ketangkep, terus keluarganya (kalo dia punya ibu atau adek cewek) ikut dijadiin budak juga.. Terus, si Amran dikasi pilihan buat perkosa ibunya Widya atau kalo ga Widya-nya di perkosa.. Amran pilih buat perkosa ibunya, tapi malah aja Widya diperkosa sama orang-orang lain.. Endingnya Widya bestiality, terus lahir anak dari Amran dan ibunya Widya.. Hahaha..

Btw, ane pensaran hu, kalo cowo jadi budak, paling parah diapain ya?

Wah liar juga nih fantasinya 😁
 
Hehe, lagi ada kesibukan di RL. Jadi harus ketunda lama. Diusahakan minggu ini ya, mungkin kamis atau jumat... 😁
 
Hehe, lagi ada kesibukan di RL. Jadi harus ketunda lama. Diusahakan minggu ini ya, mungkin kamis atau jumat... 😁
RL yang utama om
Kalo dimari selingan aja om tapi biarpun selingan jangan lupa di update :D:thumbup
 
Bimabet
Ayo Hu chastiti Widya nya dibuka trs Widya nya disiksa puting nya trs diperawanin vegi ama analnya trs digangbang ama gestapo...
Widya nya mau disiksa putingnya ama cewek2x temen nya engga jd Hu...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd