EPILOG
Satu jam kemudian....
Di sebuah Rumah Sakit xxx, terbaring 2 orang lelaki, mereka di tempatkan di ruang rawat yang sama, ruang no.xx.
Ya saat ini, Raka dan Ikam di bawa Ratih ke Rumah Sakit untuk menjalani perawatan.
Kondisi Raka yang banyak mengeluarkan darah pada saat itu membuatnya harus menjalani transfusi darah untuk mengganti darah nya yang telah keluar, hampir 2 kantong darah ia butuh kan untuk kembali memenuhi cc darah yang dibutuhkan nya.
Sementara Ikam tidak terlalu mengkhawatirkan keadaan nya hanya perlu istirahat dan perlu di jahit sedikit di leher nya karena sobek saat terkena kuku-kuku tajam mayat tante Henny.
Pada saat Raka sudah tertidur, Ratih pergi menengok keadaan Ikam sahabat Raka, yang saat itu telah di tungguin oleh Aminah, istrinya.
"Eh, mbak Aminah, gimana mbak keadaan bang Ikam?", tanya Ratih menanyakan kondisi suami nya.
"Eh, mbak Ratih, ayo sini duduk! Lihat saja bang Ikam, alhamdulillah sudah membaik, mungkin besok sudah bisa pulang".
Setelah basa-basi sejenak, Ratih mulai berbicara pada Ikam.
"Terima kasih bang Ikam, sudah menolong saya dan bang Raka".
Ikam tersenyum lalu ia berkata.
"Raka itu sudah kuanggap sebagai saudara ku, Tih. Waktu kami sama-sama bekerja di perusahaan PT. XXX cabang Balikpapan. Dia lah yang menyelamatkan hidup ku. Saat itu aku hampir saja menemui ajal ku jika Raka tidak menolong ku. Kejadian itu terjadi 3 tahun lalu, saat aku dan Raka dipercaya sebagai supervisor atasu pengawas proyek pembangunan hotel berlantai 8. Aku dan Raka sedang mengawasi para pekerja di lantai 3, dan fokusku hanya melihat pekerjaan mereka, kebetulan saat itu sedang ada pekerjaan pemasangan pipa....".
Ikam sempat diam, sambil melihat ke arah istri nya, lalu ia menarik nafas dalam-dalam, kemudian melanjutkan kembali omongan nya.
"Tiba-tiba dari atas lantai 8, sebuah benda jatuh dengan sangat cepat meluncur ke bawah. Benda itu adalah roda derek untuk menarik bahan-bahan material, terlepas dari tempat nya. Dan langsung meluncur cepat ke bawah. Posisi benda yang jatuh itu tepat sekali di tempat ku berdiri. Raka yang saat itu berada di sisi kanan ku sempat melihat benda itu jatuh meluncur tepat berada di atas kepala ku. Raka dengan cepat memeluk ku dan kami berdua bergulingan ke sisi kiri dalam posisi berpelukan. Dan benda itu meluncur kembali ke bawah dan ternyata memakan korban pekerja di lantai. Pekerja itu meninggal di tempat kejadian dengan kondisi mengenaskan, dengan kepala remuk serem pokok nya melihat korban nya saat itu".
Ikam menitikkan air mata nya setelah ia menceritakan kejadian itu pada Ratih.
Aminah yang melihat suami nya berkaca-kaca kemudian memeluk suaminya untuk kuat dan bisa melupakan kejadian itu.
Ratih yang melihat itu jadi merasa terharu dan tidak enak hati, ia pun pamit kepada Ikam dan Aminah untuk kembali menjaga Raka, karena khawatir jika Raka sudah terbangun tidak mendapati dirinya di sana.
"Bang Ikam dan mbak Minah, Ratih balik ke tempat Raka ya, seperti nya dia sudah bangun", kata Ratih.
Dua hari kemudian, Kondisi Raka mulai membaik, luka-luka yang ia derita mulai mengering, hanya jahita di kepalanya nya yang masih perlu perawatan, sementara bang Ikam kemaren sudah diperbolehkan pulang, dan ia hari ini rencana nya kemari untuk menengok Raka.
Jam waktu besok ternyata bang Ikam datang bersama Aminah istri nya, dan langsung menemui Raka.
Mereka berdua ngobrol santai sampai bercerita tentang kebersamaan mereka selama di Balikpapan, sampai bercerita kembali tentang kejadian beberapa hari lalu.
"Ikam....Terima kasih atas bantuan mu", tutur Raka.
Darimana kamu tahu kami dalam keadaan seperti itu?".
"Sudah ku katakan aku ada di depan mu! Sebelum mereka merenggut nyawa mu, mereka harus menghadapi ku dulu. Ingat, kau dulu telah menyelamatkan nyawa ku, Raka", Ikam tertawa.
"Aku masih ingat betul pengorbanan mu itu. Dan aku pun merasa perlu berkorban untuk mu...Saudara ku, Raka. Dan, untuk pertanyaan dari mana aku mengetahui keadaan mu seperti itu hanya aku dan Sang Pencipta yang tahu".
Raka memeluk Ikam, lalu ia berkat kembali.
"Aku tidak tahu mengapa malam itu mereka melaksanakan aksinya? Mereka amat brutal dan tidak ada waktu untuk menunda".
"Mayat itu marah karena tindakan mu membakar gaun itu, selain di malam itu juga malam dimana kekuatan mayat itu cukup sempurna dan kuat karena telah menyelesaikan ritual nya dengan sempurna pula", jawab Ikam.
.
.
.
Keesokan harinya....
Ikam kini datang sendiri menemui Raka setelah pulang dari tempat kerjanya, ia menemui Raka dan Ratih yang setia menjaga Raka dengan ketulusan nya.
"Aku kesini bawa berita buat kalian berdua, coba baca koran ini", kata Ikam sambil ia menyerahkan koran itu pada Raka.
Ratih berkerut dahi, ia hanya diam dan menyimak.
"Dik, kamu saja baca beritanya", pinta Raka dengan santun sambil menyerahkan koran itu pada Ratih.
Kemudian Ratih menerima koran itu, ia sempat terbelalak dan mulai berkaca-kaca setelah membaca kata-perkata di media massa itu.
"Terbakarnya sebuah rumah mewah beserta seluruh isi nya, dan di ketemukannya jenazah seorang perempuan tanpa busana dengan luka bakar cukup mengenaskan, di duga perempuan itu istri dari pemilik rumah mewah ini yang bernama Wulan Fitriani".
Sementara di berita lainnya menyebutkan.
"Tiga pabrik tekstil milik pengusaha muda Hendro Brahmanto ludes terbakar si jago merah, penyebab kebakaran di duga karena terjadi hubungan arus pendek aliran listrik".
Setelah membaca berita itu Ratih mendekati Raka lalu memeluk nya dengan erat sambil ia berkata.
"Alangkah tragisnya kehidupan mereka", bisik Ratih di telinga Raka sambil berusaha menahan tangis.
"Keserakahan telah memberikan upah setimpal kepada mereka", jawab Raka sambil mengelua kepala Ratih.
"Hemmm....".
Ikam hanya berdehem, kemudian mengatakan.
"Sebaiknya kalian berdua secepatnya menikah, dan untuk mu, Raka. Pindah tugas saja di kantor pusat. Nanti aku bantu ikut mengurus proses kepindahan mu di sini".
Ratih dan Raka saling pandang sejenak setelah mendengar perkataan Ikam barusan, lalu mereka berdua tertawa.
"Jelas itu, Kam. Aku tidak mau lama-lama untuk menunda menikahi nya, karena aku mencintai mu, Ratih".
Raka meraih tangan Ratih, walaupun posisi nya saat ini sedang berbaring ia secara gentle ingin melamar gadis itu.
"Ratih....! Maukah kamu menikah dengan ku?", tanya Raka tegas dan mantap.
Ratih seakan tidak percaya mendengar perkataan Raka barusan, ia sempat tertegun beberapa saat sambil mulutnya menganga.
"Hei, kok bengong...? Gimana kamu terima lamaran ku?".
"Iya...! Iya, Raka. Aku mau, aku nggak percaya kamu secepat ini melamar ku", jawab Ratih.
Gadis itu terlihat sangat senang dan bahagia, ia bersyukur berjodoh dengan lelaki pujaan nya ini.
Ikam yang menyaksikan lamaran Raka kepada Ratih jadi ikut terharu, terharu karena bahagia, sahabat nya telah menemukan cinta nya.
"Selamat ya, aku ikut bahagia. Pokok nya nanti aku saja yang membiayai pernikahan kalian".
Selama 7 hari Raka di rawat di rumah sakit, hingga hari ini ia pun diperbolehkan pulang oleh dokter yang menangani nya, dalam perjalanan ke rumah kontrakan Ratih, Ikam sempat berkata.
"Ratih, sekarang kamu dan saudara sejati mu telah bersatu di raga mu, dan bisa secara tiba-tiba keluar lagi dari raga mu jika kamu dalam bahaya".
Raka sempat mengernyitkan dahi nya, lalu ia berkata.
"Kok bisa ya, Kam!".
"Iya...! Calon istrimu ini istimewa maka perlakukan lah ia dengan istimewa, dan awas kalian belum halal, untuk sementara kamu tinggal dulu bersama ku, Raka".
"Siap komandan", jawab Raka.
Mereka bertiga tertawa senang.
.
.
.
Dua bulan kemudian....
Raka akhirnya menepati janji nya untuk menikahi Ratih, dalam acara akad nikah dan resepsi pernikahan yang sederhana mereka menikah dengan bantuan biaya dari Ikam sahabat nya.
"Raka, jangan lupa segera beri aku keponakan biar Bintang anak ku punya adik", bisik Ikam sambil tertawa kecil.
"Hahaha.... Beres itu, Kam. Doain saja ya semoga cepat jadi nya".
Kedua sahabat itu terlihat berbahagia, terutama Raka yang telah menemukan cahaya nya, kebahagiaan nya, serta kehidupan nya di kota ini.
SELESAI