Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Work is work, sex is sex [Tamat]

Saya ingin meng-explore cerita tentang rekan-rekan kerja Ted dan Nita, apakah tertarik?

  • Ya

  • Tidak


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Yg ini lanjutin donk ted sushu
Siap d lanjutkan

Numpang dagang CangCiMen disini om.


Apakah sama dengan Atheis om?

Fffiiuuuhhh... baru kelar maraton di chapter XXI, pas banget sama keadaan gw nanti sore harus nganterin mantan gw (orang korea) ke bioskop.

내 사랑, 어디야 begitu chat nya, au apaan dah.
Cintaku, dimana kamu
Tuh arti koreanya

Next chapter kapan boss? Udah beres nih marathonnya hehe
Selogan yang sangat memotifasi. Mantabs.
Iya dong...
"Proyek" LKTCP KAH??
Hehehe... dah biarin kelar n woles aja om.
Project RL...
Atheis tidak percaya tuhan
Agnostik percaya tuhan tapi tidak percaya agama
Cmiiw
Terima kasih sudah d jawabkan
"Ooo..." jadi begitu

lanjut suhu

Sebenarnya kemarin ingin lanjut post hari senin setelah deadline LKTCP...tapi ternyata ngak kelar...hahaha...
 
Yes, The Truth – Part 3

Pecahan kaca masih terus berjatuhan dari atas, Theo berusha melindungi Maya dari sepihan yang berjatuhan. Walau mereka berlindung dengan kanopi kaca hotel itu, tetap saja sepihan yang terpental dari lantai cukup banyak dan berbahaya. Banyak orang yang sedang berlarian berusa mengindari serpihan itu.
“BRUK” sesuatu yang terbakar terjatuh dari atas, sepertinya meja atau entah apa itu, beberapa ledakan susulan terdengar dari atas, rasanya gedung itu bergetar dan sekarang tidak ada lagi serpihan yang berjatuhan.
“Maya, Theo, kalian tidak apa-apa!?”, dua orang pria dengan cepat mendekati mereka, keduanya berpakaian rapi, mereka anggota keluarga Tjahjadi. Mereka berdua Xiao Yu dan Wu Que,saudara kembar ini telah menjadi penjaga Maya, guru dari Tjahjadi bersaudara, Andre dan juga Yanin. Mereka berdua yang mengajarkan beladiri pada semua keluarga Inti Tjahjadi.
“Xiao Yu, segera ke atas, bantu evakuasi, pastikan semuanya aman… Wu Que, aku ingin kamu memastikan kamu mengingat dan memotret semua orang yang meninggalkan gedung ini, SEGERA!”, ucap Maya dengan tegas, dia telah tegak berdiri sekarang. Dia sadar high heelnya sangat tidak membantu saat ini, dia langsung melepasnya dan menyingkirkan sepatu itu.
“Theo, Ibu ingin kamu mengkoordinasi seluruh anggota kita yang berada di lantai dasar, koordinasi evakuasi ini dan bantu tim pemadam jika mereka sudah tiba…”, kemudian Maya beranjak menuju tangga darurat melawan arus orang yang berlarian berusaha menyelamatkan diri keluar dari tangga darurat itu.
“Ma, kamu mau kemana?”, Maya hanya melirih Theo, dan tersenyum.
“Berburu…”, lalu Maya seperti tertelan kerumuan orang yang berlarian, dalam kondisi seperti ini dia hanya bisa melakukan perintah ibunya, dia harus membantu mengkoordinasi seluruh anggota yang selamat dan aman, membantu korban luka dan yang terkejut.
***
Api membesar dan menjalar keluruh ballroom, ledakan tadi mengguncang seluruh gedung. Api merambat dari bawah, keadaan sangat kacau, semua orang berlarian berusaha menyelamatkan dirinya. Dalam kekacauan itu, api yang berkobar dan penuh asap, Adicipta berusaha mencari anak dan isterinya. Adi terkejut ketia kesebuah tangan meraih punggungnya, dan menariknya ke belakang.
“BUK!”, lampu gantung besar hampir saja menimpa tubuhnya, ballroom ini sudah di penuhi api, dan semuanya sangat panik.
“Kita harus segera meninggalkan tempat ini!”, rupanya sosok yang menariknya itu adalah Richardo, dia berhasil mencapai Adi di tengah ke kacauan ini.
“Selamatkan dirimu, aku harus menyelamatkan keluargaku!”, kata Adi, walau dia terlihat tetap tenang, tapi hatinya kawatir pada keluarganya. Dia tahu anggota keluarganya adalah orang-orang yang handal, tapi ledakan tadi bukan ledakan kecil, beberapa retakan terbuka di ballroom itu, membuat api merambat keluar dari bawah.
“Pa!!!” Alex tiba di hadapan Adi, membuatnya sedikit tenang telah melihatnya di sini.
“Mana Ibu dan Saudaramu!?”, Adi berharap Alex mengetahui keberadaan mereka, memasitkan mereka aman.
“Mama dan Theo ada di lobby, aku akan mencari Crystal! Pergilah!”. Kata Alex dengan tegas, dia memberikan keyakinan pada Adi, bahwa dia pasti akan menemukan Crystal, tatapan mata Alex penuh determinasi, dan dia pasti akan melakukannya. Adicipta bangga padanya.
“Ayo!” Richardo menarik tubuh Adicipta menjauh, menuju ke tangga darurat yang penuh desak-desakan, beberapa anggota keluarga Tjahjadi telah berusaha membantu proses evakuasi itu.
“Kenapa kamu ada disini, kamu harusnya menjaga Maya!?” sahut Adi ketika melihat Xiao Yu sedang mengarahkan evakuasi di pintu darurat.
“Dia memerintahkanku! Dia aman di Lobby bersama Theo!” kata Xiao Yu pada Adi. Adipun bergerak menuju arah kerumunan dan berusaha menuruni tangga yang penuh sesak itu. Crystal tampak kawatir membantu proses evakuasi saat keadaan ballroom yang penuh api itu tampak semakin sepi, tapi dia sadar bahwa Alex dan Crystal belum melewatinya dari tadi.
***
“buk… brak…” Maya sedang mengayunkan pukulannya, dan dengan tubuh mungilnya dia berhasil mengindari pukulan-pukulan yang datang padanya, cepat dan cekatan. Seketika tendangannya mendarat ke wajah seorang pria. Pria itu baru saja di tarik dari kerumunan orang yang sedang berusaha menyelamatkan diri dari tangga darurat. Dia menarik pria itu dan menghentikannya mendorongnya masuk ke arah restoran di lantai 2.
“Who send you!”, tanya Maya dengan tenang, dengan perlahan melangkah mendekati pria itu, pria itu masih memegangi dagunya yang baru saja terhantam tendangan dari Maya. Pria itu lalu tiba-tiba melontarkan tubuhnya ke arah Maya, berusaha menyerangnya dengan pukulan. Maya dengan mudah memalingkan tubuhnya dan menghindar, dalam hindarannya itu sebuah tendangan cepat dia lontarkan dan menghantam rusuk pria itu dari samping.
Kembali pria itu tersungkur, walau tubuh Maya kecil, setiap serangannya akurat dan mematikan. Pria itu bersaha berdiri dan berusaha menyerang membabi buta, serangannya tidak terarah dan tidak jelas kemana, tapi Maya bisa menghindarinya dengan mudah, dan tentunya sesekali melayangkan pukulan ke tubuh pria ini dengan cepat.
Maya sebenarnya ingin bermain, dan membuat pria ini tersiksa, tapi mengingat ke adaan genting di atas dia harus segera menyelesaikannya. Maya menarik nafas dalam, dan bersamaan ketika dia melepaskan nafasnya. Pukulan tangan kirinya mendarat di pundak kanan pria itu, kemudian pukulan kedua dari tangan kanannya mendarat di pundak kiri, membuat dada pria itu terbuka lebar. Enam pukulan beruntun mendarat tepat di median rusuk pria itu dengan cepat akurat dan keras. Melihat tubuh pria itu sudah guntai dan kesulitan menarik nafasnya, Maya akan segera mengakhirnya, dia bertopang pada kaki kirinya dan memutarkan tubuhnya 360 melayangkan tendangan roundhouse kick tepat di dadanya.
Tendangan itu membuat tubuh pria itu melayang terangkat dan menghantam pembatas railing restoran itu dan membuatnya terjatuh ke lantai di bawah.
“ups… I over done it”, ketika Maya melihat pria itu terjatuh.
***
“COME ON!!! JUMP!!!” teriak Alex, Crystal berdiri di sudut ruangan ketika api berkobar merekah di antara celah lantai memisahkan dirinya dari Alex. Alex mengulurkan tangannya, walau dia tahu rasanya sangat panas, hawa panas itu menembus kulitnya, rasanya seluruh tubuhnya penuh dengan peluh. Dia juga tahu ketakutan terpancar di mata Crystal, tubuhnya pasti merasakan panas yang amat sangat, karena di antara mereka kini hanya ada api yang terlihat.
“WUZZ!” Api itu membesar, membuat Crystal tak mampu lagi melihat Alex di sisi lain. Perasaan takut itu semakin menyelimuti Crystal, walau dia handal dalam bertarung, ini bukan pertarungan ini api, ini hal yang mengerikan untuknya. Tubuhnya gemetar tidak bisa bergerak, hawa panas ini melelehkan keberaniannya.
Dia hanya bisa terduduk pasrah, tubuhnya lemas, terasa kakinya dingin dalam kobaran api ini, kakinya bergetar dan lunglai.
“CRYS!!!” teriakan itu menggemah, Sesosok bayangan hitam menerjang melewati kobaran api itu!
“BUK!”, Alex mendarat di hadapan Crystal yang hanya bisa terduduk lemah. Alex mengebaskan kakinya dan menepuknya, memadamkan Api yang membakar celananya. Tanpa buang waktu, Alex meraih tangan Crystal, dan menariknya. Membuat Crystal berdiri, Alex melingkarkan tangan Crystal di lehernya, keduanya kini dia menggendong Crystal di punggungnya.
“Lingkarkan kakimu!” mendengar suara lembuat Alex, entah mengapa rasa takut itu seperti sirnah dari hati Crystal, dia tahu Alex akan menjaganya, dia thau ada Alex di sana untuk melindunginya. Kakinya segera melingkar membuatnya mendekap punggu Alex dengan kencang. Alex mengambil ancang-ancangnya bersiap menerjang api itu lagi. Tidak lagi dingin atau panas, tapi hangat.
“Here We GO!!!”, Alex berlari menembus api itu.
***
Dalam kerumunan, Adi dan Richardo masih berusaha menuruni tangga dararuta yang penuh dengan orang, semua berdesak-desakan, asap terasa pekat di tempat ini, kerumunan orang mereka merasa kesulitan bergerak dan bernafas. Adi dan Richardo merasa mereka perlu mengalah dengan mereka yang panik ini, mereka berdua lebih tenang dari kerumunan orang ini.
Mereka harusnya sekarang sudah berada di lantai 3 seharusnya sebentar lagi mereka tiba di bawah. Sedikit lagi, harusnya tidak terlalu berdesakan lagi ketika mendekati ujung tangga darurat. Rasanya udaranya terlalu berat, semakin sulit untuk bernafas, mungkin sebaiknya mereka menunggu. Adi dan Richardo kini sejenak berdiam di posisinya lantai 3, dan menuggu orang-orang lain melalui mereka.
“Tidak membayangkan hal ini akan terjadi”, kata Richardo kepada Adi di tengah kerumunan orang itu. Mereka berdua bersandar di dinding berusaha menarik nafas mereka dengan pelan.
“Hahaha… Aku harusnya sudah menebak ini, si brengsek itu tidak akan membiarkan kita menang begitu saja…” kata Adi dengan santai, dia memang seharusnya mempertimbangkan hal itu. Tapi dia tidak menyangka pula musuhnya akan menyerang secara brutal seperti ini. Tapi tentus saja dia tidak akan membiarkan hal ini berlalu begitu saja.
“Harusnya kamu mempertimbakan tawaran untuk bekerja denganku Rich”, kata Adi kepada Richardo yang menemaninya bersender di dinding.
“Aku hanya menjadikan kasusmu ini sebagai batu loncatan, agar aku terkenal dan bisa membantu lebih banyak orang…” jawab Richar dengan santai kepada Adi.
“Kita sudah pernah membicarakan ini sebelumnya, aku tidak ingin terlibat dengan perusahan manapun”, sambung Richardo dan menghela nafasnya.
“Terserah padamu saja, yang pasti Tjahjadi akan selalu siap membantumu”, jawab Adi sambil tersenyum. Richardo hanya tersenyum mendengarkan tawaran temannya itu, ya tentu saja selama penawaran itu tanpa benang yang mengikatnya. Kerumunan orang ini masih terus bergerak kebawah berusaha mengamankan diri mereka.
Kondisi hiruk pikuk ini sudah semakin berkurang, sepertinya sudah hampir semua penghuni hotel ini hampir aman. Adi melihat ada seseorang yang sedang melawan arus orang-orang itu, dia bergerak mengejar ke atas, mungkin dia ingin menolong kerabatnya yang tertinggal di atas. Tapi Adi tiba-tiba menyadari tatapn mata pria itu, dia menatapnya, mengincarnya, BAHAYA!
Kondisi terdesak, akan sulit bergerak baginya, Adi meraih gagang pintu darurat lalu membukanya, dia masuk ke lantai itu, dia menahan Richardo di sana, dan menatapnya berharap Richardo mengerti maksudnya. Adipun masuk ke dalam pintu itu. Richardo berjalan menjauh menuju kerumunan ikut menuruni tangga. Pria itu melewati Richardo, langsung masuk ke pintu itu.
“Jadi semua ini ulah kalian?”, sambil berdiri tegak di koridor hotel itu, Adi melipat kedua tangannya di depan dadanya. Terlihat tegak dan garang, tak ada sedikitpun rasa takut terbesit di matanya. Melihat hal itu, si pria misterius sepertinya menjadi sedikit ragu, pria yang ingin diserangnya kini berdiri di hadapannya tanpa rasa takut sedikitpun.
“Jangan sok jago kau Tjahjadi, malam ini kamu akan mati!”, si pria lalu berlari, dan melompat melayangkan sebuah tendangan kepada Adi. Kesalahan yang fatal, dan gerakan yang mudah di baca. Adi melihatnya datang, malah bergerak menerjangnya. Tubuh Adi menghindari tendangan itu ke kanan, dan tangan kirinya dengan cepat meraih kaki kanan pria itu yang masih melayang, dan lengan kanan Adi langsung melayangkan pukulan ke dada pria itu. “BUK!” tubuh pria itu menghantam tembok koridor dengan keras. Pria itu langsung terjatuh ke lantai, dia terlihat meringis dan tidak siap, belum sempat dia berdiri, Adi langsung melayangkan tendangannya ke dada pria itu “BAM!”.
Sesosok bayangan terlihat mendekati Adi, dengan sigap dia menghindari terjangan itu, seorang pria lain telah berusaha menyerangnya, teman dari orang ini pastinya dan mereka pasti sekomplotan. Adi berdiri dengan tegap, mereka bukan yang sepadan untuk pria paruh baya yang sudah penuh pengalaman dalam pertarungan ini, walau diusianya yang sekarang, Adi tetap pria yang tangguh.
Pria itu menerjang maju sekali lagi, mengunkan pukulannya, jab kanan, hock kiri, tidak ada satupun yang dapat mengenai Adi, semuanya dihindari dengan mudah, seolah sedang berdansa, kakinya cekatan ringan menggerakkan tubuhnya menghindari ayunan pukulan dari penyerangnya. Kini pria yang tadi nya tersungkur berdiri, memegangi dadanya yang sepertinya penuh sakit. Berusaha mengambil kuda-kuda dan bersama temannya menyerang Adi.
Namun, kecepatan dan ketepatan mereka memang masih belum bisa mengimbangi Adi, sama sekali bukan hal mudah bahkan untuk menyentuh Adicipta Tjahjadi ini. Merasa dirinya tidak sadar telah membuang-buang waktu dengan meladeni mereka, Adi segera melayangkan sebuah jab kiri ke wajah salah satunya, melontarkannya ke dinding koridor hotel, membenturkan kepalanya. Rekannya terlihat rekejut ketika temannya tersungkur tidak berdaya setelah pukulan itu. namun belum sempat dia bereaksi, kepalan tangan kanan Adi sudah berada tepan di hadapannya. Pukulan mendarat tepat di hidungnya, melontarkannya kebelakang.
“Siapa yang menyuruh kalian?” suara Adi terdengar dingin, dengan tatapan yang tajam kepada pria yang baru saja menerima pukulan langsung ke wajahnya itu. Matanya masih berkunang-kunang, hidungnya tidak bisa menarik nafas, rongga mulutnya seperti tenggelam karena darah dari hidungnya mengalir ke kerongkongannya, rupanya bukan hanya hidungnya yang patah, tapi gigi depannya juga. Adi menarik baju pria itu, hingga setengah terduduk. Darah mengalir dari wajahnya, rasa takut menyelimutinya.
“Sekali lagiku tanya, siapa yang menyuruhmu!?” ucap Adi dengan setengah berbisik, dengan suara pria itu merasakan dingin ditengkuknya, seperti sedang bertatapan dengan harimau yang mengerikan.
“Bi… ma…” suara terbatahnya terdengar sayup, dengan mulut penuh darah itu. tapi cukup untuk membuat mata Adi melotot tajam, sudah dia duga sebelumnya, lawannya dipengadilan itu tidak akan membiarkannya menang dengan mudah, tapi Adi tidak menyangka dia akan menyerang dengan terang-terangan seperti ini.
‘BUK’ Adi membanting tubuh pria itu turun ke karpet, dan kembali berdiri. Pria yang satunya terlihat sedang bersaha mengendap melarikan diri menuju arah tangga darurat tempat mereka masuk tadi. Pengecut itu berusaha menyelamatkan dirinya sendiri, tanpa mempedulikan rekannya lagi. Adi melangkahkan kakinya, setengah berlari mengejar pria itu. Melihat hal itu, si pria itu mulai berlari menuju tangga darurat.
Beberapa langkah lagi pintu darurat, Adi masih tertinggal beberapa meter di belakang pria itu. Tanpa diduga, pintu itu terbuka dan sosok Richardo terlihat mengintip dari balik pintu itu. Melihat itu, Adi makin mempercepat larinya, berusaha menangkap pria itu. Melihat Adi berusaha mengehar pria itu, Richardo berlari menerjang pria itu, berusaha menghalanginya. Dia menerjang perut pria itu, tapi karena kekuatannya tidak cukup besar, pria itu hanya terhenti langkahnya, dan tidak terjatuh.
Pria itu memaksa menerobos Richardo yang berusaha menghalanginya. Pria penuh ketakutan melihat Adi sudah semakin mendekatinya dengan cepat, tapa disadari Richardo dan Adi, pria itu mengeluarkan sebuah belati, dan menikam dada Richardo dengan cepat dan bertubi-tubi. Membuat tubuh pria ini langsung lemas, dan terjatuh. Jarak yang cukup jauh membuat dia tidak berhasil menghentikan pria itu. PRia itu lalu melesat keluar pintu darurat meninggalkan Richardo bersimbah darah, menahan dadanya dengan tangannya yang berlumuran darah.
Adi, segera meraih tubuh temannya itu, menahannya, berusaha menghentikan pendarahan itu. Adi sadar, terlalu fatal luka ini, tapi dia tidak boleh tinggal diam. Adi membopong tubuh Richardo menerjang pintu darurat itu. Di tangga darurat sudah tidak sepadat tadi lagi, Adi segera berbegas menuruni tangga berusaha menyelematkan nyawa temannya ini. Secepat mungkin dia berusaha menolongnya.
Langkah demi langkah, cepat Adi menuruni anak tangga itu, melewati orang-orang lain. Teriakan dari orang lain yang membantunya membuka jalannya turun, Adi berusaha secepatnya. Saat tiba di loby, Wu Que melihat Adi membopong Richardo segera meraih berusaha mencari ambulance yang tadi dia lihat, segera mengarahkannya kesana.
***
Sisanya adalah luka yang membekas di keluarga Nita. Aku tertengun mendengarkan cerita Jie Yanin, Ayah Nita tewas malam itu, karena keinginannya membantu ayahku, tapi andai saja dia membiarkan pria itu lewat, dia tidak akan tewas malam itu. Entah ini keberanian atau kebodohan, tapi aku kini mengerti perasaan dari ibu Nita, Ai Meily, secara tidak langsung memang ayah yang bertanggung jawab atas kematian suaminya. Tidak semudah itu melepaskan kesedihan yang dalam atas meninggalnya suaminya.
Nita pasti juga sediki banyak merasakan kesedihan jika tahu aku terlibat dalam tewasnya ayahnya, aku juga tidak tahu kejadian itu, dimana aku saat Ayah membopong tubuh Richardo saat itu. Kejadian saat itu begitu kacau dan penuh panik masssa, semuanya samar-samar.
Aku merasa aku harusnya juga berada disana membantu ayahku, aku harusnya berada disana berusaha menyelamatkan ayah Nita. Apakah memang ini kutukan keluargaku, keluargaku tidak pernah akan bisa hidup dengan tenang dengan semua masa lalu itu, semua penuh dengan peluh dan darah. Bagaimana Nita, bagaimana ibunya, bagaimana dengan semuanya.
Aku kini sudah melaju dalam mobil bersama Jie Yanin. Jalanan sudah sepi dan gelap, kami menyusuri jalan kota dengan perlahan, tidak kencang. Aku lebih banyak diam, dan menatap kosong ke jalan, aku merasa bagaimana mungkin aku bisa memperbaiki hubunganku dengan Nita jika seperti ini, apakah Nita sendiri bisa menerimaku?
“Ted, waspada… kita diikuti…” tiba-tiba suara Jie Yanin menyadarkanku dari lamunan. Aku melihat kearah spion, terlihat sebuah motor sedang mengikuti kami, lalu aku palingkan kepalaku kebelakang, rupanya semuanya ada 3 motor yang sedang mengikuti kami, dengan tipe yang berbeda. Aku baru sadar, Jie Yanin memang jalan berputar, putar dan kembali ke jalan utama, dan mereka masih mengikuti kami.
Jie Yanin menambah kecepatan kami, dan terlihat motor itu juga menambah kecepatannya. Beberapa persimpangan akan tiba di apartementku, tapi tentunya kami tidak akan ke sana, Jie Yanin pasti sudah memiliki rencana. Mendekati persimpangan besar, tiga motor itu tiba-tiba melambat. Melihat itu pasti ada yang tidak beres.
“JEBAKAN!”, Jie Yanin lalu menekan pedal gas dalam dan cepat, membuat tubuhku tersandar ke jok mobil, dan mobil ini melaju lebih kencang.
“BOOOOM!!!!”
***
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd