Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG {Triple Updates 30-4-24} Bu Norma, Wanita Berjilbab Yang Disekap! [NO SARA]

Bu Norma kira-kira akan diapakan?


  • Total voters
    660
  • Poll closed .
Pagi Pembawa Petaka 2.1

Semalaman Bu Norma terlelap di atas badan Kopral. Kaki-kaki yang jenjang mengangkang. Penis si lelaki berkumis masih menyumpali vaginanya. Lemas namun tidak terlepas. Hingga akhirnya, langit di luar jendela mengabarkan fajar.

Di tengah bekunya udara, Bu Norma rasakan dia kembali dikerjai. Kali ini sepenuhnya dari bawah. Batang yang belum sepenuhnya mengeras itu mengaduk-aduk liang kawinnya. Naik-turun-naik-turun-naik-turun. Tak lama kemudian, dia pun mengeras. Si empunya batang lalu tancap gas.

Plok... plok... plok...

Posisi ini sangat-sangat baru bagi Bu Norma. Oleh sebab itu, dia diam saja. Dia pejamkan mata. Dia nikmati sodokan pada vaginanya yang semakin lama semakin licin saja. Tidak tahu harus bagaimana. Yang dia yakin tahu adalah Dokter Abi cuma bisa bermimpi menyamai posisi ini. Penisnya tidak akan pernah sampai.

"Engghh..." erang Bu Norma yang kini menggigiti bibir bawahnya. Susu mengkalnya mental-mental. Vagina dan pantatnya seperti dibakar. Meski di luar pondok berkabut, Bu Norma telah mandi keringat lagi.

Sadar Bu Norma terbangun, Kopral pun menyapa, "Pagi, Bu Norma. Enak tidure?"

Bu Norma melirik ke kanan dan ke kiri. Dia takut akan terguling. Takut akan mencederai kebersamaan mereka. Wanita itu berucap syukur dalam hati manakala dengan penuh pengertian Pak Pur berhenti menggenjotnya, beringsut, lalu mengalungkan satu lengannya ke leher yang bersangkutan. Jadilah kini dia seperti digendong dan dikenthu di saat yang sama.

"Ahh, ehmmm," kata Bu Norma usai mereka saling berciuman lama, ludah Kopral menjadi ludahnya, begitu pun sebaliknya, "Bapak, kok, hosh, ahh, kuat banget, sih?"

"Hah?" Kopral remas-remas gunung kembar Bu Norma yang dihiasi puting sekeras kelereng. Mustahil dia bosan dengan mereka. Sekarang saja dia tidak sabar ingin melahap keduanya. "Masa?"

Bu Norma memejamkan mata. Dia biarkan birahi membangunkan setiap zarrah dalam tubuhnya. Desah mengalun indah dari sela bibir yang lima kali sehari biasa menguntai ayat-ayat suci.

"Tapi Bu Norma suka, to?"

Suka? Jangan lagi ditanya! Biasanya, pada pagi-pagi buta seperti ini dia akan mensucikan diri lalu lekas-lekas menghadap sang pencipta. Mengagungkan nama-Nya. Mana sempat bermesraan apalagi bercinta! Sekarang, Bu Norma mengerti. Kenapa orang bangun kesiangan. Terutama mereka yang punya pasangan. Kalau Pak Pur adalah suaminya, sangat mungkin dia akan rutin sembahyang shubuh jam tujuh.

"Engghhh... Pakk?"

"Apa, Bu?"

"Boleh... ehhh... ohh, saaa-ahhh-ya mintakh sesuatu?"

Perlahan Kopral memelankan ayunan kontol hitamnya yang tegak sempurna. Halus dia bertanya, "Bu Norma capek, ya?"

"Hmmmpoh, engga, kok," dusta Bu Nirma.

"Lha, mau minta apa, Bu?"

Bu Norma punguti napasnya yang berceceran. Dia kemudian beranikan diri mengambil kendali. Badan yang lungkrah dia ajak obah.

"Mau ke mana, Bu?" tanya Kopral ketika wanita berkacamata itu mendudukkan diri yang akibatnya kemaluan mereka bercerai. Belum habis kaget yang dirasa, tahu-tahu saja Bu Norma sudah bersimpuh. Tepat menghadap selakangannya. Telapak tangan yang mulus lalu memegangi dan mulai mengocok kontolnya. Cincin kawin Bu Norma naik turun mengurut batangnya.

"Aahh, shhh, ya, gitu, Bu. Enakkk."
7b4e54c5fc435facd516150e51b648e65381d4f8-high.webp

Duh duh duh. Mandinya peluh. Sarapannya pe...?

Sumpah demi apapun juga, Kopral betul-betul tak siap dengan apa yang terjadi selanjutnya. Tanpa dia minta, Bu Norma membuka bibirnya, menjulurkan lidahnya. Seperti penghuni lokalisasi, Bu Norma jilati barang haram itu tanpa jijik sama sekali. Batang, kantung, dan jembutnya; semua dijilat hingga mengkilap. Anusnya bahkan ikut-ikutan digelitiki.

Setelah puas bermain-main, Bu Norma membuka lebar-lebar mulutnya. Sebagaimana vagina yang sempat kesusahan melahapnya, mulut si wanita juga tak langsung bisa mencaplok tongkol hitam Kopral. Kepala Bu Norma harus miring ke sana-sini agar keseluruhan panjang batang muat di mulut kecilnya. Dimulai dari atas, lalu pelan turun ke bawah.

Dedikasi Bu Norma kentara sekali dari cara dia melayani. Lendir kemaluan serta merta dia mangsa. Dia buat kumur-kumur hingga bercampur dengan liur. Lidahnya tak kenal cuti kerja. Mengait, membelit, dan mengurut-urut setiap centi penis si bandit durjana. Dari pangkal sampai kepalanya. Dan sebaliknya.

"Arghhh," erang Kopral yang kini setengah duduk bertelekan siku. Kencing yang dia tahan-tahan lolos begitu saja. Bu Norma menjadi toiletnya. "Asssuuuu. Ayu tenan sliramu, Buuu."

Bu Norma, yang mulutnya menggelembung menampung tonggak perkasa Kopral, tahu kalau yang mengucur dari lubang di kepala jamur penis Pak Pur adalah air seni. Alih-alih berhenti, dia justru kian lahap mengemut, mengisap, dan menyedot. Tak sempat berkata-kata.

Pujian dari pejantannya mengaktifkan sebuah tombol dalam diri Bu Norma. Tombol yang dia baru tahu ada. Ternyata, dia pantas juga bertingkah binal. Tidak canggung. Tidak memalukan pula. Jilbab di kepala juga tak menghalangi dia dari melampaui batas potensi. Makin menggelora bara birahi Bu Norma menyadarinya.

Tanpa ragu Bu Norma pentokkan ujung kelamin Pak Pur ke pangkal kerongkongannya. Hingga dia tersedak-sedak dan hampir muntah. Baginya, sepongan ini belum apa-apa. Bukan timbal balik yang sepadan atas apa yang sudah dia reguk semalam. Cuma sneak peak dari apa yang Bu Norma bersedia lakukan demi membalas budi. Demi merayakan birahi.

Bangsat. Belajar nyepong dari mana ini wanita baik-baik? tanya Kopral dalam hati di sela deru napasnya. Selepas empat menit lewat, jempol kaki pria itu menekuk. Wajahnya ikutan tertekuk. Sambil mengejan dia berujar, "Buuu, aku, nau keluar."

Bukannya melepaskan barang haram itu dari mulutnya, Bu Norma justru menyemen posisi mereka. Hatinya berbunga-bunga saat tangan-tangan Kopral jatuh ke kepalanya. Mencengkeram jilbabnya. Semprotan sperma yang seketika muncrat pun dia telan seluruhnya. Setiap tetesnya. Tak ada yang tersisa. Semua masuk ke perutnya.

Sarapannya.

~bersambung​
 
Terakhir diubah:
Wah... Kopral Pur emang jago. Istri sealim Bu Norma takluk menyerah tanpa syarat.
Btw... kan udah pagi yak. Pak Kopral hanya minta jangan diganggu semalem aja ama trio wek wek anak buahnya. Apakah artinya setelah sarapan dengan jus pej..., Bu Norma akan lanjut dengan hidangan sosis kon... tokek, kancil dan gagah? Kan taunya Bu Norma, dia hanya akan dihamilin ama Kopral aja. Akankan Bu Norma melawan? Atau terima klo calon bapa anaknya ada banyak? Dan akankan trio wek wek akan dengan tertib dan disiplin antri. Atau...?
Hu, kasih kesempatan Bu Norma Mandi wajib dl Hu, hehehe...
Mantap Hu @zeerowanwan
Makasih updatenya

Monggo dikanjutin... ehhh dilanjutin wkwkwk
 
Suwun @zeerowanwan , bu Norma siap siap hamil wkwkwk
Makasih apdetnya
Wah... Kopral Pur emang jago. Istri sealim Bu Norma takluk menyerah tanpa syarat.
Btw... kan udah pagi yak. Pak Kopral hanya minta jangan diganggu semalem aja ama trio wek wek anak buahnya. Apakah artinya setelah sarapan dengan jus pej..., Bu Norma akan lanjut dengan hidangan sosis kon... tokek, kancil dan gagah? Kan taunya Bu Norma, dia hanya akan dihamilin ama Kopral aja. Akankan Bu Norma melawan? Atau terima klo calon bapa anaknya ada banyak? Dan akankan trio wek wek akan dengan tertib dan disiplin antri. Atau...?
Hu, kasih kesempatan Bu Norma Mandi wajib dl Hu, hehehe...
Mantap Hu @zeerowanwan
Makasih updatenya

Monggo dikanjutin... ehhh dilanjutin wkwkwk
Uwuwu.. Romantis kali kopral ama bu norma nya hihi

suwun barengan :Peace:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd