Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TRUTH, CRY AND LIE

kesian amat nasibnya shani, di earth-1 diperkaos,di earth-2 diperkaos juga,di earth-3 diselingkuhin suaminya, di earth-4 lagi liburan tapi kentang :galau:
 
165cm kuwhh:sakit:

:sakit:
Oalah shan, kamu kok yo di perkosa terus toh...

kesian amat nasibnya shani, di earth-1 diperkaos,di earth-2 diperkaos juga,di earth-3 diselingkuhin suaminya, di earth-4 lagi liburan tapi kentang :galau:

Saya juga sebenarnya gak tega nulis nya om :( :sakit:
Ayo Gan Shani nya digangbang , semua lobang nynya dimskkin.
Wah saya belum siap untuk menganal shani om :(
 
Kak Shani kok sepolos itu ya di Earth-6 :( padahal di Earth-nya Sheila, dulu Sheila diajarin sama Kak Shani biar Sheila gak polos-polos banget :(
 
Wah main cast utama cerita gw ikutan komen wkwkwk...

Btw ditunggu Devi sama trivia Bolanya gan, bagus ini
 
Kentang bosque wkwkwkw
Ditunggu updatenya om :D

Kak Shani kok sepolos itu ya di Earth-6 :( padahal di Earth-nya Sheila, dulu Sheila diajarin sama Kak Shani biar Sheila gak polos-polos banget :(

Namanya juga anak-anak masih polos.

Wah main cast utama cerita gw ikutan komen wkwkwk...

Btw ditunggu Devi sama trivia Bolanya gan, bagus ini
Thank you om, trivia bola udah ane siapin kok, tinggal nunggu eksekusi saja wkwk :D
 
Next Update, kira-kira lanjut Shani atau Devi nih? :D :hore:
 
Bimabet
Special Part ( Author POV )

Part 1.3

TEARS

DAWEWP0VoAQleUi.jpg

Fajar pun memutar gagang pintu yang ternyata tidak di kunci itu, Dia mencoba membukanya dan disaat Ia menggerakan gagang pintu itu, tibalah Bima salah satu senior kampus yang dengan santainya menghentikan putaran tangan Fajar.

Weits, mau ngapain lu?” Ucap Bima sambil menahan tangan Fajar.

“Eh..Ini Bang, cuman mau ngasih ini ke Ketua BEM dari Pak Darmayadi.” Jawab Fajar.

“Oh, yaudah sini gw aja yang ngasih, kebetulan gw juga salah satu bawahan si Syahruel.” Sahut Bima sambil melepaskan genggamannya ditangan Fajar.

“Oke Bang, makasih banget nih.” Jawab Fajar sambil memberikan berkas kepada Seniornya itu.

Sip, Santai aja, dah gih pulang aja lu, besok kan masih kuliah.”

“Iya Bang, sekali lagi makasih ya.” Ucap Fajar sembari pergi meninggalkan sang Senior.

***

Semakin cepat penis Syahruel itu menusuk-nusuk kedalam liang vagina Shani. Shani tak berdaya, dia hanya bisa menikmati siksaan yang tidak bisa Ia tolak lagi.

Yang tersiar di ruangan itu hanyalah sebuah decak desahan dan beradu nya barang mereka berdua. Mereka berdua mungkin tidak tahu menahu dengan kehadiran Bima.

Bima pun langsung masuk melewati pintu itu, memang saat Ia masuk di dalam itu tidak ada siapa-siapa, Bima pun berinisiatif untuk memeriksa gudang sebelah, barangkali Syahruel sedang beristirahat sambil membaca buku-buku yang begitu banyak di dalam sana.

Semakin dekat Bima menuju gudang itu, Dia sudah di hadapan pintu menuju gudang sebelah. Bima pun mendengar suara dari dalam ruangan itu, Dia pun mencermati suara itu. Dan Ya..Dia tau bahwa itu adalah suara desahan yang terasa nikmat di telinga Bima, Dengan cepat Ia membuka pintu itu.

“Ah..pantas saja, seperti dugaan gw, lu pasti lagi ngewe.” Sahut Bima yang menggagetkan Syahruel dan Shani.

Syahruel pun menghentikan genjotannya dan mulai melirik siapa yang berkata itu.

Elu ternyata Bim, kan gw bilang kalo masuk ketok dulu.” Ucap Syahruel.

“Haha, tadi lu hampir aja ke gep dimari untung nya gw dateng tepat waktu.”

“oh, iya ini ada berkas dari Pak Darmayadi, tadi ada maba yang ngebawain dan ya maba itu yang mungkin aja bisa nge gep lu di mari.” Lanjut Bima.

Yaudah taro aja disana, lu gak liat gw lagi asik begini?”

“haha, ngomong-ngomong yang ini cantik juga, beda ama yang kemaren kemaren.”

“ya lagi dapet aja ini, wanna try it?” Ajak Syahruel.

“hmm?”

“Ya anggap aja sebagai bentuk terimakasih gw karena lu tadi udah membantu gw.”

“Roger That, Sir.” Jawab Bima sembari menurunkan celana panjang dan celana dalamnya.

Terlihat lah batang kemaluan Bima yang tiba-tiba tegang dari sarangnya, Ia mendekati Shani yang hanya terpaku dan pasrah melihat satu masalah lagi datang kepadanya.

Bima pun dengan cepat langsung mengulum bibir Shani serta tanganya meremas payudara Shani, Shani tak bisa berkutik, tangannya masih terikat di sela-sela sofa dan badannya pun sudah lemas, dia hanya berharap ini semua cepat berakhir.

Dari atas ada Bima dan dibawah ada Syahruel, mereka berdua sangat menikmati permainan threesome ini, Syahruel yang tak mau melepaskan genjotannya dari vagina Shani, dan Bima yang masih asik mengulum bibir manis Shani dan ya tangannya juga asik memainkan payudara Shani itu.

“aghhkkk….ahhhh…….nggaaakkuaatt…Kak…” Teriak Shani yang sepertinya akan menumpahkan orgasmenya untuk kedua kalinya.

Syahruel semakin mempercepat penetrasinya, batas Syahruel nampaknya akan datang, dia terus menghantam vagina Shani itu dengan semangat yang berapi-api. Sedangkan Bima, Ia memasukan penis nya ke dalam mulut Shani dan mendorong nya secara perlahan-lahan untuk mengurangi rasa sakit yang Shani rasakan. ya pengertian juga Dia.

Akhirnya pertahanan Syahruel pun goyah, Dia sudah mencapai batasnya, dengan cepat Ia keluarkan penisnya dari vagina Shani dan menyemprotkan semburan nya satu..dua..hingga tujuh semburan ke perut Shani. Setidaknya dia menepati janjinya.

Shani pun juga demikian, di saat Syahruel sedang menyemburkan cairan orgasme nya, Shani squirting agak lama, hingga cairannya berserakan kemana-mana.

Bima melepaskan penisnya dari mulut Shani, dia mengarahkan penisnya ke arah vagina Shani yang lowong itu.

“Bim…udah jangan.” Tiba tiba Syahruel menghentikan Bima.

Loh? Baru mau nyikat gw.” Jawab Bima.

“Udah..kesian, gw udah janji gak mau nyakitin dia.” Lanjut Syahruel dengan nafasnya yang terengah-engah.

yaudahlah kalo lu bilang begitu.”

Thanks, Man.”

Mereka berdua pun menyudahi permainannya, ikatan kain yang dililit di tangan Shani pun Syahruel lepaskan. Shani masih terdiam di sofa dan hanya bisa menangisi dirinya, Syahruel yang melihatnya lalu mencium kening Shani.

“Shan..Sorry, Disana ada kamar mandi, Kamu bisa pakai itu untuk membersihkan diri Kamu.” Sial bisa-bisanya Dia meminta maaf setelah semua ini terjadi. Shani pun hanya terdiam dan terus meratapi nasibnya.

Syahruel dan Bima pun selesai dengan urusan mereka masing-masing, mereka menuju ke ruang eksekutif, sedangkan Shani? Ya dia pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang menurutnya sudah hina ini.

Shani pun lekas menuju kamar mandi untuk melenyapkan sisa-sisa kotoran yang hinggap di tubuhnya.

Selepas Ia membersihkan dirinya, Ia kembali menuju gudang untuk memakai kembali pakaiannya. Betapa terkejut nya Shani ketika melihat Syahruel yang sudah berdiri membelakangi pintu masuk gudang.

Shani melangkahkan kaki mencari pakaiannya yang berserakan, setelah itu dia memakai pakaiannya dan berlalu di hadapan Syahruel.

“Shan..gak mau makan dulu? Langsung pulang?” Ucap Syahruel.

Shani tidak menanggapi perkataan Syahruel, Dia terus berjalan menuju pintu keluar dan segera pergi dari neraka ini.

Angin pulang menyejuk bumi menepuk teluk menghempas emas, dia berjalan tergesa-gesa di tengah kepedihan yang Ia rasakan. Lantas apa yang harus Dia lakukan? Di tengah sinar purnama raya bergeming di langit sempurna, pikiran dan hatinya kalut bagaikan tertutup uap yang mengepul di tengah telaga.

Apa yang harus Ia lakukan sekarang? Memberitahu keluarganya? Melaporkan Syahruel dan koleganya? Bukankah nantinya ini hanya akan menjadi noda di sisa hidupnya? Sungguh hatinya sedang dilanda dilema yang berkelanjutan. Dan sekarang, yang Ia lakukan hanyalah menahan tangisnya di sela-sela perjalanan sunyi yang Ia tempuh sendirian.

Oh, Gadis manis yang malang, bahwasanya derita yang engkau rasakan akan menjadi kisah yang takkan kami lupakan.

Tak pernah terpikir oleh Shani bahwa takdir hidupnya akan menjadi seperti ini, tapi Dia bukanlah insan yang hanya bisa menangisi kehidupannya, Dia percaya semesta akan memberikan sesuatu yang lebih indah kepada dirinya suatu saat nanti.

Tapi mungkin bukan kali ini…

Di tengah perjalanannya Shani di hadang oleh kumpulan Pria paruh baya yang berdiri tepat di hadapannya.

Oh Semesta, perkara apa lagi yang engkau berikan kepada gadis itu? Janganlah engkau menambakan lagi kepedihan yang Ia rasakan.

“Neng, raut mukamu kok sedih? Main sama kami-kami saja yuk.” Pinta salah satu pria itu kepada Shani.

Namun Shani menghiraukan ucapan Pria itu, Dia mencoba berlalu dari hadapan mereka, akan tetapi mereka langsung menahan tangan Shani, Shani pun lekas melepaskan genggaman tangan mereka itu.

Di malam suram dengan hati yang berserabut, Shani mencoba untuk melarikan diri, namun tiga melawan satu bukanlah hal yang mudah, Shani bukanlah Lionel Messi yang bisa mendribble lima orang sekaligus. Dia hanyalah seorang gadis cantik yang hatinya sudah tersayat-sayat. Lagipula, ini bukanlah permainan sepak bola.

Mereka semakin liar, salah satu Pria menggapai dagu Shani, dan yang lainnya menahan kedua tangan Shani.

Akan tetapi, dari sudut ujung belakang tibalah seorang yang berlari menuju ke arah Shani berada, Dialah Alfab, Alfab membawa kayu yang siap di hempaskan ke arah para begundal ini.

“Jangan macem-macem lu dimari.” Teriak Alfab seraya menghempaskan kayu yang Ia bawa ke salah satu Pria.

Pria yang terkena hempasan kayu itu pun terjatuh ke bawah, dua pria lainnya melepaskan genggamannya dari tangan Shani.

Shani pun melihat ke tempat di mana Alfab berdiri, mata mereka pun bertemu membuat keheningan sejenak di gegap gempita langit. Shani pun kembali terkenang masa lalunya itu. apakah seorang laki-laki yang berdiri dihadapanku ini adalah dirinya?

Alfab pun dihantam sebuah pukulan telak tepat di wajahnya, Shani pun terbangunkan dari masa lalunya, Ia pun sesegera mungkin berlari menjauh dari arena pertarungan itu.

Bukannya berlari menjauh dari tkp Shani malah memilih berlari ke sudut gang sambil menangis penuh harapan sesuatu yang indah akan terjadi.

Alfab pun di habiskan di sana, pukulan demi pukulan, tendangan demi tendangan di hantamkan ke tubuhnya, Ia tidak bisa membalasnya, darah nya sudah mengalir turun dari tubuhnya. Tragis.

Shani pun hanya bisa tertegun sesekali melihat ke arah Alfab yang sedang teraniaya di sana, tak sepatah kata keluar dari mulutnya, hanya setitik air mata tercurah dari matanya, tak tega melihat sebuah insan yang rela menyerahkan seluruh jiwa raganya demi dirinya yang hina ini.

Di lengkung cahaya berhias bintang, Shani berdo’a memohon perlindungan untuk dirinya dan juga Alfab. Berharap ini semua berakhir dengan sesuatu yang indah.

Oh Semesta, terkadang Aku berpikir, apakah Aku masih pantas hidup di dunia ini?

Tanpa terasa…. lintasan waktu datang juga menerpa, Semesta sekarang berada di pihak Shani.

Dari sisi utara, terdengarlah suara hentakan kaki yang terburu-buru menuju ke arah mereka.

Munculah sekelompok warga tepat di hadapan mereka.

Woi, ngapain lu ngusik-ngusik daerah mari? Nyari mati lu?” Teriak salah seorang warga.

Tiga pria paruh baya itupun menghentikan keberingasan mereka berlari menjauh dari hadapan warga-warga. Beberapa warga mengejar mereka, dan sisanya menghampiri Shani dan Alfab yang sedang tersungkur di tanah.

“Fab, lu kenapa fab?” teriak Fajar yang ternyata berada di salah satu gerombolan warga.

Syukurlaaah lu datang tepat waktu.” Jawab Alfab yang tiba-tiba pingsan di hadapan Fajar.

“Mas temennya bawa kerumah sakit segera mungkin.” Sahut salah satu warga kepada Fajar.

“Iya Pak.” Jawab Fajar.

“Pak Taryo tolong ini anak muda ini dibawa ke rumah sakit pakai mobil Bapak.” Pinta warga kepada Pak Taryo.

“Iya-iya ayo dibantu bopong dia.” Jawab Pak Taryo.

Fajar pun melihat ke arah Shani yang sedang di tenangkan salah satu warga.

Eh..lu Shani anak fakultas ilmu komunikasi kan? lu kenapa bisa ada disini? Kenapa juga si Alfab bisa begini?” Tanya Fajar dengan nada yang agak tinggi.

Shani hanya bisa terdiam melihat Fajar yang berkata demikian.

“Udah Mas biar si Mba ini tenang dulu…dia udah bilang ke saya kalo temen Mas itu mencoba menyelamatkan Dia dari percobaan pemerkosaan orang-orang tadi.” Ucap warga yang berada disamping Shani.

“Maaf….ini semua…Akuu…yang salah…” Jawab Shani sembari isak tangis turun dari matanya.

Fajar hanya terdiam mendengarkan permintaan maaf yang tulus itu.

Cahaya purnama yang redup menambah keheningan malam itu. Alfab pun sudah dibawa menuju rumah sakit. Dan hanya menyisahkan Fajar dan Shani.

“Mas sebaiknya Mba nya ini diantarkan pulang, daripada ada masalah lain.” Pinta warga itu kepada Fajar.

“Yasudah.”

Kali ini malam merangkak tanpa bintang, hanya tersisa silir angin yang bersenandung ria bersama sunyi. Ditengah itu Fajar sedang mengantar Shani pulang ke kos-sannya yang tidak jauh dari Universitas nya.

Ditengah perjalanan, Shani menatap indah langit malam, terbayang raut wajah Alfab yang mengingatkannya pada kenangan masa lalunya. Tidak lupa Ia panjatkan Do’a agar Alfab senantiasa baik-baik saja.

Sampailah mereka di kos-san Shani, Shani pun pamit kepada Fajar dan mengucapkan terima kasih atas kebaikannya.

Shani pun menanyakan kira-kira dimana Alfab di rawat, karena dia ingin menjenguk dan sekedar mengucapkan terima kasih.

“Terimakasih ya Mas, maaf ngerepotin.” Ucap Shani sambil mengembalikan helm yang Ia pakai.

“Iya gapapa kok, sorry ya kalo tadi gw agak kesel.” Jawab Fajar sembari menerima helmnya.

“Gapapa kok Mas, Saya juga yang salah kan, Oh iya saya boleh tau dimana temen Mas dirawat?” Tanya Shani kepada Fajar.

“Ya, katanya sih di RS Sumber Waras.”

“Makasih ya Mas.”

Setelah mendapatkan informasi tentang rumah sakitnya Shani pun pamit masuk kedalam, Fajar pun menyalakan motornya dan kembali ke arah tempat tinggalnya.

***

Pada pagi yang sejuk itu, ditemani tetesan rintik drama hujan yang berbisik syahdu, Shani segera berangkat menuju kampus yang berisi memori kelamnya.

Kegiatan demi kegiatan Dia laksanakan, hingga tak terasa selimut langit telah di turunkan ditambah mentari mengalah pada gugusan awan yang menghadirkan jingga pada tepi cakrawala. Bersiaplah Shani untuk menjenguk Alfab yang masih terkulai lemah di ranjang miliknya.

***

Sampailah Shani di rumah sakit tempat Alfab terbaring, Oh Ya Dia lupa menanyakan kepada Fajar dimanakah kamar Alfab berada, yang membuat dirinya pergi menuju ke meja informasi untuk bertanya.

“Sore Bu, kira-kira disini ada pasien yang bernama Alfab Suteja gak?” Tanya Shani.

“Alfab Suteja ya..hmm…oh iya dia di lantai 3 kamar 17, nanti dari lift terus ke kiri saja ya Mba.” Jawab petugas itu.

“Terima Kasih Bu.” Shani pun bergegas menuju kamar 17.

Sesampai nya di sana, Ia melihat Pria paruh baya yang berada di depan kamar Alfab, lekaslah Ia mendekati dan melayangkan pertanyaan kepadanya.

“Pak Maaf, apa benar ini kamar Alfab Suteja?” Tanya Shani.

“Iya benar sekali Mba, Saya Edi Om nya ada apa ya?” Jawab Beliau.

“Saya temennya Alfab Pak mau menjenguk dia hehe.” Ucap Shani

“Oh..Temannya Alfab toh, silahkan-silahkan masuk saja, Saya gak nyangka Alfab punya teman secantik Kamu.” Puja Om Edi kepada Shani.

Gak begitu juga kali Pak.” Jawab Shani sembari tertawa.

Shani pun masuk ke kamar dan melihat Alfab yang masih bermimpi dalam tidur indahnya itu.

“Nak, Saya mau keluar dulu ada urusan, kiranya Kamu Saya tinggal gapapakan? Kalo nanti mau pulang, pulang saja.” Sahut Om Edi seraya berpamitan kepada Shani.

“Oh, Iya gapapa kok Pak, Monggo.” Jawab Shani.

Om Edi pun pergi keluar dari ruangan, menyisakan Shani dan Alfab di kamar yang sunyi tak bersuara, hanya terdengar suara lembutnya angin memasuki celah jendela kamar ini.

Shani pun memindahkan bangku kecil itu di samping ranjang Alfab, Ia mulai memperhatikan wajah Alfab yang penuh dengan memar itu, rasa bersalah memenuhi hatinya, wajahnya terlihat gundah-gulana melihat kondisi Alfab yang parah itu.

Tatkala saat melihat wajah Alfab, Shani kembali teringat kenangan masa lalunya, sudah tiga kali ini terjadi, entah mengapa, pesona wajah Alfab sangat dirindukan oleh Shani. Menurut Shani, mungkin Alfab adalah seorang yang membuat nya bahagia lima belas tahun yang lalu, orang yang selama ini dia cari-cari, orang yang selama ini dia rindukan, orang yang selama ini dia sisipkan dalam do’a nya, berharap suatu saat nanti dipertemukan kembali oleh semesta.

Engkau…seperti kekasihku yang dulu

Sungguh…hadirmu menyejukkan risau jiwaku

Begitu…lekatnya perasaanku ini padamu

Hingga…anganku kusandarkan padamu

Memang gerakmu, memang langkahmu

Mengingatkan Aku pada dirinya yang telah berlalu

Inginku menyangkal, inginku membantah

Betapa pesona dirimu memikat erat jiwaku


Alunan sajak dari lagu Padi yang berjudul Seperti kekasihku itu terngiang di kepala Shani, sebuah lagu yang mewakilkan perasaannya kepada Alfab.

Tiba-tiba perlahan mata Shani berkaca-kaca menahan haru, meneteskan bulir yang mengendap dipipi serupa embun. Ah…begitu beningnya air mata tulusnya itu. Dia teringat ketika dirinya menampar Alfab di taman kampusnya, meninggalkan Alfab dengan kerisauan yang tiada tara, tak disangka orang yang membuatnya jengkel kala itu adalah orang yang menyelamatkannya dari malapetaka yang terjadi kemarin.

Oh Semesta, jika insan ini adalah orang yang Aku cari, maka dekatkanlah, jika bukan, maka janganlah engkau menjauhkannya dari hati ini.

__________________________________
sorry baru update lagi, kesibukan di rl semakin penuh euy, cuti telah usai wkwk.​

 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd