begawan_cinta
Guru Semprot
- Daftar
- 27 Oct 2023
- Post
- 607
- Like diterima
- 10.618
TETANGGAKU ADUHAI
SORE itu saya pulang kerja, saya bertemu dengan Mbak Sari yang sedang menyapu di depan rumahnya. Mbak Sari tinggal di sebelah rumah saya bersama suaminya Mas Priyo dan kedua anaknya, Fani dan Fandi.
Kami bertetangga baik. Mbak Sari tersenyum melihat saya, lalu ia bertanya pada saya. "Mar... di kantor kamu ada pekerjaan, nggak?"
"Buat Mbak?" tanya saya.
"Bukan, tetapi kalau ada yang mau terima Mbak bekerja, boleh juga sih... nyapu kantor nggak apa-palah, he..he.."
Saya tau bahwa Mbak Sari bukan ngomong yang sebenarnya dengan saya, ia bercanda dengan saya, maka sayapun menimpali Mbak Sari dengan candaan pula, "Ada sih... tapi masa nyapu kantor sih Mbak? Mbak jadi sekretaris juga masih cocok..." kata saya. Memang Mbak Sari cocok menjadi sekretaris, kecantikannya menunjang.
"Ha..ha... bukan buat Mbak, Umar... tapi buat Fani, katanya sudah nggak mau melanjutkan sekolah lagi, pengen kerja ajaaa..."
"O... kalau di kantor saya nggak ada lowongan, Mbak... nanti saya coba tanya sama teman saya..." jawab saya.
Ngobrol saya dengan Mbak Sari terputus sampai di sini, dan saya juga sudah hampir lupa kalau saja teman saya Stanley tidak telepon saya menanyakan apakah saya ada saudara atau kenalan yang mau bekerja, ia membutuhkan seorang kasir untuk coffee shop-nya.
Saat itu juga saya langsung teringat dengan Fani, anak Mbak Sari dan Mas Priyo yang ingin bekerja.
Setelah saya selesai telepon dengan Stanley, cepat-cepat saya pergi ke sebelah rumah saya. "Tok... tok... tokk... Mass.... Mbakk...."
"Yaaa.... sebentar...." terdengar suara yang menjawab saya itu sangat jauh, tetapi saya bisa menebak kalau suara tersebut adalah suara Mbak Sari.
Sebentar kemudian terdengar klekk... suara pintu dibuka. "Ehhh.... Mar, tumben malem....." ujar Mbak Sari kaget membuka pintu.
"I.. iyaa... Mbak..." jawab saya juga kaget.
Tapi segera ditimpali dengan senyuman Mbak Sari yang menggoda. "Nggak usah sampai gemetar gitu kali Umar, Mbak sudah tuek... hee... he... ayo, masuk..."
"Saya hanya mau memberitahukan sama Mbak saja..." kata saya sebelum Mbak Sari masuk ke kamar mengganti pakaian, "Nggak pakai lama..." karena saat itu Mbak Sari barusan selesai mandi masih memakai handuk dan rambutnya juga basah. Maka itu saya berbicara tadi agak sedikit tergagap dengan Mbak Sari.
"Saya mendapat pekerjaan untuk Fani di coffee shop teman saya, Mbak... sebagai kasir." kata saya. "Besok siang Fani disuruh ke sana."
"O... iya...??? Tapi Fani gak ada di rumah, Mar... Fani lagi pergi ke rumah neneknya dengan Fandi dan papanya..."
"O... okelah kalo gitu... nanti saya ngomong dengan teman saya biar wawancaranya ditunda saja sampai Fani pulang. Kapan kira-kira Fani pulang, Mbak?"
"Nanti Mbak coba telepon sama bapaknya ya, Mar..."
"Kalau gitu, saya permisi dulu ya, Mbak..."
"Ngapain buru-buru Mar.... bini kamu belum pulang kerja kan? Duduk dululah...."
Saya sangat sulit untuk menolak permintaan Mbak Sari, apalagi setelah ia menukar handuknya dengan celana legging ketat ukuran sedengkul, kaosnya yang juga ketat dan sepertinya ia tidak memakai BH... aduhaii...haii... payudaranya tampak jelas menggelantung dengan puting yang bukan tegak berdiri, melainkan menunduk.