Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

TERLANJUR NYEBUR (TAMAT)

~ TERLANJUR NYEBUR ~





Prolog :



Bu Ani hampir semaput melihat hasil pemeriksaan dari klinik tempat ia memeriksa penyakitnya.

“Hamil?” hatinya menjerit kaget.

“I-ini tidak salah, Dek?” tanya Bu Ani dengan suara gemetar kepada petugas administrasi yang barusan memberikan hasil pemeriksaannya tersebut.

“Mana bisa salah, Bu. Kan ibu pasien satu-satunya yang kami periksa sore ini!” sahut petugas itu dengan nada ketus.



Dengan langkah limbung, Setelah menebus obat untuk Wanita yang tengah hamil muda, Bu Ani keluar klinik. Disambut oleh tatapan penuh tanda tanya dari Said, anaknya.

“Saki tapa, Mak?” tanya Said sambal mengiringi langkah ibunya tersebut.

“Eu-anu, Cuma disuruh banyak istirahat kata dokter mah,” sahut Bu Ani sedikit gugup.

Dalam boncengan motor Said, pikiran Bu Ani melayang-layang, ruwet dan kusut.

“Aku hamil oleh siapa?” begitu salah satu pertanyaan dalam benak ibu berusia 42 tahunan itu.

Sesungguhnya itu adalah pertanyaan yang wajar. Karena kurang lebih 1 tahunan ia tidak pernah bercinta dengan Arsyad, suaminya. Arsyad, suami Bu Ani, sudah 2 tahun menjadi TKI di Timur Tengah sana. Pulang pun baru 1 kali. Dan di kepulangannya itu, sepasang suami istri itu tentulah bercinta untuk melepaskan kerinduan mereka. Tapi itu setahun yang lalu. Seharusnya kalau ia hamil tentulah sekarang sudah melahirkan. Dan dalam 2 tahun itu -tepatnya 1 tahun itu- Bu Ani berani bersumpah tidak pernah berselingkuh dengan laki-laki mana pun juga. Lalu ia hamil oleh siapa? Bu Ani memeras ingatannya. Mengingat-ingat beberapa pria, yang ia sangat yakin tidak menyentuhnya.

Si Burhankah? Bisi hatinya. Mengingat pria gendut suami dari Neng Atikah -tetangga kontrakannya- itu sering menggodanya. Atau Mamat? Tukang mie ayam yang bujangan itu, yang juga sering menggodanya? Atau Pak Ihsan? Pak Murod? Bu Ani menyebutkan nama-nama pria yang memang sering menggoda bahkan ada yang sengaja merayunya.

Semua nama-nama pria tersebut, berada di lingkungan kontrakannya. Dan itu memang sangkaan yang wajar juga, mengingat kelakuan genit dan cabul dari pria-pria tersebut. Siapa yang tidak mengiler dengan Bu Ani. Tubuh montok, wajah manis dan murah senyum. Belum lagi, bokong yang bulat padat dengan kulit halus kuning langsat, khas perempuan pasundan. Sungguh perempuan idaman yang sempurna bagi banyak pria. Perempuan yang matang lahir batin. Terhadap siapa pun ia selalu ramah. Keramahannya itulah kadang menjadi salah paham banyak pria.

Apakah ada yang diam-diam memperkosanya Ketika ia sedang terlelap tidurkah? Lalu siapa? Di dalam hatinya, Bu Ani terus menerka-nerka. Membolak-balik semua nama-nama tadi, barangkali ditemukan ada yang paling mencurigakannya. Dan semuanya memang mencurigakan.

Hanya 1 nama pria yang luput dari kecurigaan Bu Ani. Dia bukan lain adalah … Said! Anak kesayangan satu-satunya!!!

***

Lanjut ga nih?

:D :ampun:



Said, remaja yang baru beranjak dewasa. Sudah lama terobsesi terhadap mamanya sendiri. Obsesi gila akibat sering mengakses cerita dewasa dan situs porno.

Dengan membaca cerita-cerita dan film-film tabu tersebut, Said merasakan sensasi yang lain daripada membayangkan berfantasi dengan perempuan-perempuan muda yang masih hijau.

Sejak dari sekolah dirinya terobsesi dengan perempuan-perempuan yang usianya jauh di atasnya. Sebelum terobsesi ke ibunya sendiri, dia sering berfantasi terhadap Bu Atikah, istrinya Pak Burhan. Bu Atikah yang semok maksimal itu memang menggiurkan siapa saja yang memandangnya. Tak terkecuali Said. Kemudian ke Bu Hj. Halimah juga. Guru pengajian mamanya. Membayangkan tubuh montok di dalam gamis lebar itu, membuat Said sering pusing kepalanya.

Dan obsesi terhadap mamanya di mulai ketika pagi-pagi mau berangkat sekolah -3 tahun yang lalu- dia masuk ke kamar orangtuanya. Saat itu matanya terbelalak melihat posisi tidur ibunya! Di waktu itu, ayahnya sudah pergi berangkat kerja sebagai sopir angkot.

Daster Bu Ani, tersingkap sampai ke pangkal pahanya. Memperlihatkan sepasang betis mulus berbulir padi dan juga paha gempal yang padat. Seharian itulah, kepala Said pusingnya bukan main, terbayang-bayang pemandangan indah di pagi tadi.

*​

Ada obsesi lain dari Said. Yaitu ingin memperbesar ukuran penisnya yang dirasanya masih standar. Berbagai cara dan ramuan dicobanya. Dari diurut menggunakan air teh basi, menggunakan minyak pembesar penis dan lain sebagainya. Bahkan dia sering melatih kekuatan penisnya dengan mengangkat poci kecil. Semacam Latihan barbel. Karena tekun dan berkeinginan kuat, obsesinya itu dua tahun kemudian tercapai. Penisnya menjadi kekar berotot dengan helmnya yang seperti ular kobra bisa kembang-kempis. Anak sinting memang si Said ini.

Obsesinya terhadap perempuan setengah baya semakin menggebu-gebu. Bu Atikah, Bu Hj. Halimah sampai dengan ibunya sendiri, menjadi objek fantasi si anak bejat ini.

Setamatnya sekolah, Said menganggur, sementara ayahnya mendapat tawaran tak terduga, menjadi TKI ke Timur Tengah sana. Menjadi sopir bis jamaah haji.

*​

Dan suatu malam yang bersejarah dalam hidup Said terjadi setahun yang lalu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Said berdiri gemetar di ujung tempat tidur orangtuanya. Dimana di sana, tergolek sesosok tubuh montok. Tubuh Bu Ani, ibunya Said, si Anak Mesum.

Tadi sehabis isya. Said mencampurkan 4 tetes obat bius kualitas terbaik di gelas minuman ibunya itu. Obat bius yang tak berwarna dan tak berbau. Yang didapatkannya dari Bang Anton, bandar narkoba di lingkungannya. Obat bius itu dibeli dari uang sakunya yang dikumpulkannya selama 4 bulan lebih. Obat yang mahal.

“Cukup 2 tetes aja bisa bikin orang semaput 4 jam, Tong,” kata Bang Anton memberi petunjuk.

Cuma karena pengalaman pertama, juga karena tidak terlalu yakin atas keampuhan obat bius itu, si Anak Mesum ini meneteskan 4 tetes di gelas minuman ibunya. Bahkan hampir saja juga meneteskan 2 tetes tambahan, yang tentu akan membuat jantung Bu Ani berhenti berdenyut. Untunglah tidak terjadi. Malah konyolnya, saking gugupnya, hampir saja Said mencoba rasa air minum di gelas tersebut.

“Ma … ma …!” dari ujung pembaringan, Said memanggil Bu Ani.

Hanya saja Bu Ani yang memang sudah terbius, diam membisu.

Said memberanikan diri menggoyang-goyangkan kaki ibunya tersebut sambil kembali memangggil-manggil.

Bu Ani tetap tak bergeming.

Sosok tubuh montok berdaster itu tergolek dalam posisi tertelungkup.

Dengan berkeringat dingin, Said menggoyang-goyangkan kembali bahu Bu Ani, bahkan menepuk-nepuk pipi gembili ibunya itu.

Yakin akan khasiat obat Ajaib itu. Hati Said bersorak girang. Celana kolornya yang sudah terasa sesak dari tadi, diturunkan.

Sebatang tongkat keras berurat, mengacung perkasa.

“Ahhh, Maaa. Maapin Said, Maaa…,” racau si Anak Mesum itu sambil mengelus-elus kepala penisnya. Sementara matanya liar menelusuri seluruh tubuh ibunya itu dengan napas mendengus-dengus.

Dengan memberanikan diri, Said duduk di tepi pembaringan. Satu tangan mengocok-ngocok penisnya, tangan yang lain dengan hati-hati menyingkapkan daster ibunya.

Sesak napas si Anak Mesum, Ketika daster itu tergulung sampai ke pinggang. Dua bongkah pantat bulat nan padat, menggunung menyesakkan dadanya. Ingin rasanya Said menenggelamkan mukanya di dua bongkah pejal tersebut yang masih tertutup oleh celana dalam tipis berwarna hitam.

Kocokan di penisnya makin cepat.

“Maaa … Maaa,” Said kembali memanggil-manggil dengan suara serak, jari-jari gemetarnya menyentuh satu bongkah pantat tersebut sambil digoyang-goyangkan. Tapi Bu Ani yang memang sudah terbius, diam tak bereaksi.

Dengan dada hampir meledak oleh desakan birahinya. Otak Said menggelegak panas. Ketika jari-jarinya mengelus-elus dua bongkah padat itu. Terasa halus dan hangat. Dari elusan menjadi remasan. Napas Said makin memburu. Penisnya terasa ngilu. Ngilu-ngilu nikmat.

Jari-jarinya terus menari, mengelus dan meremas. Dengan keberanian menjurus nekat. Jari-jarinya menyelip di pangkal paha ibunya. Menggaris di gundukan yang terjepit di antara paha gempal dan mulus tersebut.

Terasa empuk dan hangat.

“Hosssh! Hoshhh!” Said mendengus-dengus. Kocokannya lebih intens di cincin helmnya. Sementara telapak tangannya yang miring menggesek-gesek bukit lunak yang masih terbungkus celana dalam tersebut.

“Maaa …,” Said berseru. Tubuhnya mengejang.

“Croooot! Crooot!”

Air maninya menyembur, seperti semprotan air. Sebagian menyemprot ke dinding kamar, sisanya berceceran ke lantai kamar.

Said memejamkan matanya. Menikmati sisa-sisa orgasme dari onaninya. Belum pernah dia merasakan kenikmatan onani seperti yang barusan dialaminya.

Sambil meredakan napasnya yang memburu. Otak Said berangsur-angsur pulih kewarasannya. Dengan wajah panik, dia berdiri. Menaikan kembali kolornya, dan hampir saja terpeleset oleh licinnya lendir dari air maninya di lantai.

Said buru-buru melepaskan kolornya, untuk kemudian dipakai mengelap air maninya yang berceceran di dinding kamar dan lantai. Lalu dengan hanya mengenakan celana dalamnya. Anak mesum itu kabur keluar kamar. Setelah melempar kolor tersebut ke keranjang cucian. Said masuk ke kamarnya sendiri, menggeletak di kasur dengan napas ngos-ngosan.

Di mulutnya tersungging senyuman. Misi pertamanya berhasil!

Sambil memejamkan matanya, Said membayangkan tubuh ibunya barusan. Sementara satu tangannya masuk ke celana dalamnya, mengelus-elus penisnya yang kembali kaku. Dan otak mesumnya kembali bergelora!



Segini aja dulu yak.

:ampun: :beer:
 
Bimabet
~ TERLANJUR NYEBUR ~





Prolog :



Bu Ani hampir semaput melihat hasil pemeriksaan dari klinik tempat ia memeriksa penyakitnya.

“Hamil?” hatinya menjerit kaget.

“I-ini tidak salah, Dek?” tanya Bu Ani dengan suara gemetar kepada petugas administrasi yang barusan memberikan hasil pemeriksaannya tersebut.

“Mana bisa salah, Bu. Kan ibu pasien satu-satunya yang kami periksa sore ini!” sahut petugas itu dengan nada ketus.



Dengan langkah limbung, Setelah menebus obat untuk Wanita yang tengah hamil muda, Bu Ani keluar klinik. Disambut oleh tatapan penuh tanda tanya dari Said, anaknya.

“Saki tapa, Mak?” tanya Said sambal mengiringi langkah ibunya tersebut.

“Eu-anu, Cuma disuruh banyak istirahat kata dokter mah,” sahut Bu Ani sedikit gugup.

Dalam boncengan motor Said, pikiran Bu Ani melayang-layang, ruwet dan kusut.

“Aku hamil oleh siapa?” begitu salah satu pertanyaan dalam benak ibu berusia 42 tahunan itu.

Sesungguhnya itu adalah pertanyaan yang wajar. Karena kurang lebih 1 tahunan ia tidak pernah bercinta dengan Arsyad, suaminya. Arsyad, suami Bu Ani, sudah 2 tahun menjadi TKI di Timur Tengah sana. Pulang pun baru 1 kali. Dan di kepulangannya itu, sepasang suami istri itu tentulah bercinta untuk melepaskan kerinduan mereka. Tapi itu setahun yang lalu. Seharusnya kalau ia hamil tentulah sekarang sudah melahirkan. Dan dalam 2 tahun itu -tepatnya 1 tahun itu- Bu Ani berani bersumpah tidak pernah berselingkuh dengan laki-laki mana pun juga. Lalu ia hamil oleh siapa? Bu Ani memeras ingatannya. Mengingat-ingat beberapa pria, yang ia sangat yakin tidak menyentuhnya.

Si Burhankah? Bisi hatinya. Mengingat pria gendut suami dari Neng Atikah -tetangga kontrakannya- itu sering menggodanya. Atau Mamat? Tukang mie ayam yang bujangan itu, yang juga sering menggodanya? Atau Pak Ihsan? Pak Murod? Bu Ani menyebutkan nama-nama pria yang memang sering menggoda bahkan ada yang sengaja merayunya.

Semua nama-nama pria tersebut, berada di lingkungan kontrakannya. Dan itu memang sangkaan yang wajar juga, mengingat kelakuan genit dan cabul dari pria-pria tersebut. Siapa yang tidak mengiler dengan Bu Ani. Tubuh montok, wajah manis dan murah senyum. Belum lagi, bokong yang bulat padat dengan kulit halus kuning langsat, khas perempuan pasundan. Sungguh perempuan idaman yang sempurna bagi banyak pria. Perempuan yang matang lahir batin. Terhadap siapa pun ia selalu ramah. Keramahannya itulah kadang menjadi salah paham banyak pria.

Apakah ada yang diam-diam memperkosanya Ketika ia sedang terlelap tidurkah? Lalu siapa? Di dalam hatinya, Bu Ani terus menerka-nerka. Membolak-balik semua nama-nama tadi, barangkali ditemukan ada yang paling mencurigakannya. Dan semuanya memang mencurigakan.

Hanya 1 nama pria yang luput dari kecurigaan Bu Ani. Dia bukan lain adalah … Said! Anak kesayangan satu-satunya!!!

***

Lanjut ga nih?

:D :ampun:



Said, remaja yang baru beranjak dewasa. Sudah lama terobsesi terhadap mamanya sendiri. Obsesi gila akibat sering mengakses cerita dewasa dan situs porno.

Dengan membaca cerita-cerita dan film-film tabu tersebut, Said merasakan sensasi yang lain daripada membayangkan berfantasi dengan perempuan-perempuan muda yang masih hijau.

Sejak dari sekolah dirinya terobsesi dengan perempuan-perempuan yang usianya jauh di atasnya. Sebelum terobsesi ke ibunya sendiri, dia sering berfantasi terhadap Bu Atikah, istrinya Pak Burhan. Bu Atikah yang semok maksimal itu memang menggiurkan siapa saja yang memandangnya. Tak terkecuali Said. Kemudian ke Bu Hj. Halimah juga. Guru pengajian mamanya. Membayangkan tubuh montok di dalam gamis lebar itu, membuat Said sering pusing kepalanya.

Dan obsesi terhadap mamanya di mulai ketika pagi-pagi mau berangkat sekolah -3 tahun yang lalu- dia masuk ke kamar orangtuanya. Saat itu matanya terbelalak melihat posisi tidur ibunya! Di waktu itu, ayahnya sudah pergi berangkat kerja sebagai sopir angkot.

Daster Bu Ani, tersingkap sampai ke pangkal pahanya. Memperlihatkan sepasang betis mulus berbulir padi dan juga paha gempal yang padat. Seharian itulah, kepala Said pusingnya bukan main, terbayang-bayang pemandangan indah di pagi tadi.

*​

Ada obsesi lain dari Said. Yaitu ingin memperbesar ukuran penisnya yang dirasanya masih standar. Berbagai cara dan ramuan dicobanya. Dari diurut menggunakan air teh basi, menggunakan minyak pembesar penis dan lain sebagainya. Bahkan dia sering melatih kekuatan penisnya dengan mengangkat poci kecil. Semacam Latihan barbel. Karena tekun dan berkeinginan kuat, obsesinya itu dua tahun kemudian tercapai. Penisnya menjadi kekar berotot dengan helmnya yang seperti ular kobra bisa kembang-kempis. Anak sinting memang si Said ini.

Obsesinya terhadap perempuan setengah baya semakin menggebu-gebu. Bu Atikah, Bu Hj. Halimah sampai dengan ibunya sendiri, menjadi objek fantasi si anak bejat ini.

Setamatnya sekolah, Said menganggur, sementara ayahnya mendapat tawaran tak terduga, menjadi TKI ke Timur Tengah sana. Menjadi sopir bis jamaah haji.

*​

Dan suatu malam yang bersejarah dalam hidup Said terjadi setahun yang lalu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Said berdiri gemetar di ujung tempat tidur orangtuanya. Dimana di sana, tergolek sesosok tubuh montok. Tubuh Bu Ani, ibunya Said, si Anak Mesum.

Tadi sehabis isya. Said mencampurkan 4 tetes obat bius kualitas terbaik di gelas minuman ibunya itu. Obat bius yang tak berwarna dan tak berbau. Yang didapatkannya dari Bang Anton, bandar narkoba di lingkungannya. Obat bius itu dibeli dari uang sakunya yang dikumpulkannya selama 4 bulan lebih. Obat yang mahal.

“Cukup 2 tetes aja bisa bikin orang semaput 4 jam, Tong,” kata Bang Anton memberi petunjuk.

Cuma karena pengalaman pertama, juga karena tidak terlalu yakin atas keampuhan obat bius itu, si Anak Mesum ini meneteskan 4 tetes di gelas minuman ibunya. Bahkan hampir saja juga meneteskan 2 tetes tambahan, yang tentu akan membuat jantung Bu Ani berhenti berdenyut. Untunglah tidak terjadi. Malah konyolnya, saking gugupnya, hampir saja Said mencoba rasa air minum di gelas tersebut.

“Ma … ma …!” dari ujung pembaringan, Said memanggil Bu Ani.

Hanya saja Bu Ani yang memang sudah terbius, diam membisu.

Said memberanikan diri menggoyang-goyangkan kaki ibunya tersebut sambil kembali memangggil-manggil.

Bu Ani tetap tak bergeming.

Sosok tubuh montok berdaster itu tergolek dalam posisi tertelungkup.

Dengan berkeringat dingin, Said menggoyang-goyangkan kembali bahu Bu Ani, bahkan menepuk-nepuk pipi gembili ibunya itu.

Yakin akan khasiat obat Ajaib itu. Hati Said bersorak girang. Celana kolornya yang sudah terasa sesak dari tadi, diturunkan.

Sebatang tongkat keras berurat, mengacung perkasa.

“Ahhh, Maaa. Maapin Said, Maaa…,” racau si Anak Mesum itu sambil mengelus-elus kepala penisnya. Sementara matanya liar menelusuri seluruh tubuh ibunya itu dengan napas mendengus-dengus.

Dengan memberanikan diri, Said duduk di tepi pembaringan. Satu tangan mengocok-ngocok penisnya, tangan yang lain dengan hati-hati menyingkapkan daster ibunya.

Sesak napas si Anak Mesum, Ketika daster itu tergulung sampai ke pinggang. Dua bongkah pantat bulat nan padat, menggunung menyesakkan dadanya. Ingin rasanya Said menenggelamkan mukanya di dua bongkah pejal tersebut yang masih tertutup oleh celana dalam tipis berwarna hitam.

Kocokan di penisnya makin cepat.

“Maaa … Maaa,” Said kembali memanggil-manggil dengan suara serak, jari-jari gemetarnya menyentuh satu bongkah pantat tersebut sambil digoyang-goyangkan. Tapi Bu Ani yang memang sudah terbius, diam tak bereaksi.

Dengan dada hampir meledak oleh desakan birahinya. Otak Said menggelegak panas. Ketika jari-jarinya mengelus-elus dua bongkah padat itu. Terasa halus dan hangat. Dari elusan menjadi remasan. Napas Said makin memburu. Penisnya terasa ngilu. Ngilu-ngilu nikmat.

Jari-jarinya terus menari, mengelus dan meremas. Dengan keberanian menjurus nekat. Jari-jarinya menyelip di pangkal paha ibunya. Menggaris di gundukan yang terjepit di antara paha gempal dan mulus tersebut.

Terasa empuk dan hangat.

“Hosssh! Hoshhh!” Said mendengus-dengus. Kocokannya lebih intens di cincin helmnya. Sementara telapak tangannya yang miring menggesek-gesek bukit lunak yang masih terbungkus celana dalam tersebut.

“Maaa …,” Said berseru. Tubuhnya mengejang.

“Croooot! Crooot!”

Air maninya menyembur, seperti semprotan air. Sebagian menyemprot ke dinding kamar, sisanya berceceran ke lantai kamar.

Said memejamkan matanya. Menikmati sisa-sisa orgasme dari onaninya. Belum pernah dia merasakan kenikmatan onani seperti yang barusan dialaminya.

Sambil meredakan napasnya yang memburu. Otak Said berangsur-angsur pulih kewarasannya. Dengan wajah panik, dia berdiri. Menaikan kembali kolornya, dan hampir saja terpeleset oleh licinnya lendir dari air maninya di lantai.

Said buru-buru melepaskan kolornya, untuk kemudian dipakai mengelap air maninya yang berceceran di dinding kamar dan lantai. Lalu dengan hanya mengenakan celana dalamnya. Anak mesum itu kabur keluar kamar. Setelah melempar kolor tersebut ke keranjang cucian. Said masuk ke kamarnya sendiri, menggeletak di kasur dengan napas ngos-ngosan.

Di mulutnya tersungging senyuman. Misi pertamanya berhasil!

Sambil memejamkan matanya, Said membayangkan tubuh ibunya barusan. Sementara satu tangannya masuk ke celana dalamnya, mengelus-elus penisnya yang kembali kaku. Dan otak mesumnya kembali bergelora!



Segini aja dulu yak.

:ampun: :beer:
Keep lancrooot
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd