Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tentang Sebuah Rasa

CHAPTER XXXVII

Haruskah aku memilih??



Hujan rintik-rintik turun membasahi bumi, bau khas tanah yang tersiram air hujan tercium begitu lekat dan terhendus di hidung para pecinta hujan. Awan hitam beriringan semenjak pagi akhirnya membuat langit tidak mampu menahan lagi, semua kini tumpah membasahi tanah.

Bunga dan pohon menjadi santapan mata indah wanita itu. Sudah setengah jam dia duduk menunggu, sambil menghirup kopi panasnya yang mulai dingin. Sosok yang dia tunggu belum juga muncul, dia hanya bisa bersabar sambil menengguk gelas kopi, sambil sesekali melihat ponselnya, dia menenggakkan wajahnya ke arah langit plafon kafe.

Banyak sekali isi kepala dan pikirannya yang berkelebat didalam benaknya, satu hal yang dia tidak pernah bayangkan, dia inginkan dari awal, namun keadaaan dan rasa akhirnya menuntunnya harus melalui fase terberat didalam hidupnya, fase yang dari dulu dia hindari, namun harus dia lewati akhirnya tanpa mampu dia menepisnya.

Tiga hari ini benaknya sungguh berat.....

Rasa ceria dan wajah sumringah tanpa pernah rasa susah, seakan menghilang dari raut wajahnya yang selama ini selalu tersenyum dan cuek dalam menghadapi hidup. Tekanan dan isi dadanya seakan ingin ikut meledak seiring dengan isi kepalanya yang membuat dia harus memutuskan untuk mengambil langkah yang berat

Come on Mira, you can do that..... isi kepala jernihnya mengencourage dia untuk segera melakukan itu

Namun, di sisi hatinya selalu dibuat galau dan berat saat dia ingin mengikuti isi kepalanya.

How can I live without you, Dear??

Pertanyaan yang terberat yang dia harus jawab dan lebih berat lagi harus dia jalani.

Berat? Sangat berat buat dia

Mata indahnya kini dikubangi oleh air mata sedih

Dia harus memilih, dan pilihan itu yang berat yang harus dia ambil.

Dulu dia sering sekali menertawakan jika teman-teman wanitanya atau bahkan cowok yang harus menderita saat harus berpisah dengan orang yang mereka cintai, baginya orang yang meratapi kegagalan dalam cinta itu hanyalah orang cengeng. What a loser, ucap dia ketika itu.

Love is bullshit.... sex is relieve your stress.... itu alasan dia butuh cowok....

Tapi prinsipnya itu hancur saat dia bertemu lagi dengan Ken. Pria yang dia suka, dia selalu butuhkan saat dia butuh untuk relieve.... momen-momen bercinta itu membuat mereka saling membutuhkan, menghabiskan waktu bersama, yang sebenarnya dia tidak sadari bahwa dia sudah masuk dalam perangkap rasa yang harusnya dia hindari.

Dan rasa itu semakin besar saat tahu Ken harus menjalani takdirnya yang tidak mereka sangka akan muncul, yaitu dengan menikahi wanita lain.

“shit..... that bullshit marriage should not be happened actually....” makinya ketika dia sadari dia mulai kehilangan Ken.

Dia merasa sangat bodoh saat itu.... emang cinta selalu buat kita bodoh, Neng.... nasehat tukang urut langganannya saat memijit dia ketika itu.... dan Mira kemudian menyadari bahwa nasehat yang mungkin hanya diucapkan secara sejurus, efeknya kini dia rasakan betul pukulannya menghantam isi hati dan kepalanya

Kadang dia menyalahkan kenapa dia harus menyukai sedemikian dalam pria itu? Kenapa dia membiarkan rasa liar itu bergerak tanpa dia redam sebelumnya??

Airmatanya kini kembali menetes.....

Kenapa Allah ijinkan gue alami ini sih??

Mencintai pria yang dari semua sisi memang tidak mungkin dia miliki dan pertahankan.

Agama? Beda

Suku? Beda

Status?? Dia milik orang

Tapi.......

Who ever treat you like the way he treat you??

Handsome, gentlemen, pekerja keras, cool dan seorang petarung sejati dalam hidup, great lover on the bed.... gimana gue bisa lupain semua itu?? Yang tahu isi hati dan rasa yang kita miliki khan hanya kita sendiri... benaknya kini membenarkan apa yang dia rasakan sendiri

Puih..... pihit banget sih cinta.... kenapa gue yang harus merasakan itu??

Foto dan senyuman yang dilelang diwajahnya muncul lewat tangkapan layar di iphone miliknya, sweater hijau pemberiannya saat Ken ulangtahun melekat di tubuh tegap itu... foto yang selalu dia rindukan, foto yang tersisa dari sekian banyak foto di galeri ponselnya yang tadi malam dia hapus dan musnahkan.

Telaga di mata indahnya kini memburamkan pandangannya, sekian banyak helai tisu kini berserakan di bangku sampingnya yang dia pakai untuk menyeka wajah dan matanya, airmata ‘haram’ yang selama ini dia selalu bilang tidak akan pernah dia tumpahkan hanya untuk seorang pria, kini harus dia tumpahkan lewat matanya sendiri.

Where is my heart?

You know I will be waiting to be a part of you

And never feel the pain.

How can you say to me that I should go on living?

I left the only life I had with you.

The only love.

No use in me pretending

To be a part of you

And you the heart of me.

How can you say to me that I should go on living?

I left the only life I had

With, with you.


Lirik lagu Bee Gees, The only love seakan mewakili rasa hatinya saat ini...

Sakit sesakit sakitnya.... itu yang kini mendera hatinya.... memutuskan sebuah keputusan yang dia lalui dan jalani sendiri, dan harus merasakan sakitnya dari akibat keputusan itu. Adilkah ini?? Apa seperti ini sakitnya sebuah cinta yang gagal??

Sempat dia berharap bahwa pernikahan itu benar-benar sebuah settingan yang ujungnya akan berakhir dengan angin indah berhembus kearah dirinya. Namun semua berubah saat lahirnya Dara, gadis mungil cantik yang membuat dia juga jatuh hati, malah membuat Ken juga harus mengorbankan semua rasa yang dia miliki untuk tetap ada disitu, dan rasa cinta ke Dara malah kemudian berimbas ke ibunya.

Sakit hatinya tambah terasa saat melihat betapa gencarnya wanita yang dulu begitu jahat ke Ken, lalu kini dengan manisnya dan lincahnya memposting foto kebersamaan mereka bertiga, menulis dengan entengnya betapa cintanya dan bersyukur memiliki suami sebaik Ken, seakan dosanya di masa lalu bukan bebannya dia lagi.

Ingin sekali dia membalas dengan memposting foto-foto dia dengan Ken, biar tahu rasa wanita itu. Namun hati kecilnya dan nalarnya masih ada, dia tetap tidak tega melakukan itu untuk merusak nama Ken, hanya untuk memuaskan rasa sakit hatinya. Bagaimanapun Ken selalu baik, bahkan terlalu baik untuknya.

Dia ingin rasanya menyalahkan kenapa dia yang memulai sistem aneh dalam hubungan mereka, percintaan tidak normal yang hanya mengedepankan sex sebagai daya pemikat untuk mempersatukan mereka. Yang kemudian dia sadari betapa sulitnya dia melepaskan diri dari Ken saat pria itu diambil wanita lain.

Mungkin mereka bisa saja pergi dan menghilang dari hidup mereka saat ini, bawa Dara, memulai hidup baru dengan tenang ditempat yang orang baru tidak kenal mereka.... tapi sampai kapan mereka akan demikian?? Betapa banyak hati yang lain yang terluka dengan keegoisan mereka? Ibunya dan bapaknya, trus Papa dan Mamanya Ken.

Dia masih ingat betapa dinginnya Mama saat terakhir menemuinya....

“bagi Mama, lebih baik kehilangan anak... daripada kelak di Akhirat Mama dan Papamu dilaknat oleh Allah.... karena membiarkan kamu memilih jalan yang salah....”

Kata-kata Mama melekat begitu menempel dikepalanya.... beriringan dan saling bertubrukan dengan rasa beratnya melepas Ken pergi

“shit love..... why you so cruel to me....??” airmatanya kembali menetes dan mebasahi wajuahnya

Sayang, bit late yah agak macet karena hujan

Wa muncul pop up dari layar atasnya

OK

Sudah disana khan?

Yup, lantai 2

OK


Setelah 3 hari Mira menyibukkan diri dengan hati dan kerjaannya, dia memang memilih untuk tidak menemui Ken setelah pertemuan terakhir yang harus batal acara bercintanya dengan kehadiran Mama dan teh Sinta, dia memilih untuk menata hati, karena harus mebuat keputusan besar baginya dan juga Ken.

Meninggalkan Ken adalah keputusan terbesar yang harus dia ambil.... meski berat banget.... tadinya dia ingin pergi begitu saja, namun rasanya tidak adil bagi Ken dan juga bagi dirinya jika tidak bertemu dengan baik-baik untuk membicarakan apa yang harus mereka selesaikan dengan cara yang bijak, meski mungkin akan perih dan menyakitkan

Kijang Innova milik Ken terlihat masuk ke halaman cafe, dengan cepat Mira membersihkan wajahnya dengan tisu yang ada di mejanya, lalu mebuang tisu bekas airmatanya ke tempat sampah yang terletak tidak jauh dari mejanya.

Lantai 2 cafe yang sepi dan hanya dirinya yang duduk, membuat dia dengan leluasa menumpahkan kesedihannya, ditambah dengan hujan deras siang ini, rasanya seolah merestuin keputusan besar yang akan dia ambil.

Senyuman indah terkembang di bibir dan wajah ganteng Ken, bertolak belakang dengan kondisi Mira yang agak ‘kucel’ namun tetap saja Ken dengan penuh rasa sayang menghampirinya, dan seakan mengerti kondisi hati Mira, dia lalu menghampiri gadisnya itu, lalu menenggelamkannya dalam pelukannya.

Kini Mira sekaan tidak mampu membendung airmatanya... dia menumpahkan semua airmata dan kesedihannya, dia menangis sambil memeluk lengan kokoh yang sekian tahun selalu dan satu-satunya yang dia ijinkan memeluknya

I’m gonna miss this......

Rasa itu yang membuat dia malah semakin terisak dan sedih..... membayangkan hidup tanpa melihat wajah dan sosok yang sangat dia sukai dan cintai, membuat dia semakin berat dan kencang tangisannya...

Anjir.... sebangsat inikah rasa sedih yang harus aku rasakan??

Sebajingan inikah rasa cinta yang harus aku lalui ??

Sedahsyat inikah tsunami cinta itu??

Ken bisa merasakan semua itu, dia hanya bisa terdiam....

Bagi dirinya ini memang sebuah simalakama. Pahit dan berat yang membuat dia sulit memilih. Dia meski sudah mencoba manjadi pria yang tegas dan berani mengambil keputusan, tetap saja memutuskan hal yang berkaitan dengan hati dan rasa, dia dihadapkan ke sebuah pilihan yang mebuat dia jadi pria bodoh yang sulit memutuskan

Pelukannya kini mengendur, dia kini menatap wajah eksotis yang matanya agak bengkak. Ken tahu bahwa mata ini pasti menagnggung beban berat hingga harus mengeluarkan airmata sedih. Dia sadar bahwa andilnya sangat besar hingga membuat wanita sebaik ini harus merasakan situasi yang seharusnya tidak dia lalui.

Ken seperti berada di jalur yang dia sendiri bingung harus diarahkan kemana arah langkahnya.... dia hanya bisa terdiam dan menatap wajah cantik Mira, wajah dan mata yang selama ini selalu ada bersamanya dan menemaninya

Hanya diam dan sesekali airmata Mira yang jatuh dan dihapus dengan tisu atau dengan punggung tangannya, mereka berdua lebih banyak terdiam dan menatap keluar, melihat hujan dan pohon-pohon basah yang seakan ikut menyapa kesedihan mereka berdua

Helaaan nafas, tangan yang dingin, lidah yang kelu seakan ikut menghiasi saga percintaan mereka yang seakan berat untuk mereka lalui

“i feel like..... we against the world.......” buka Mira dengan pelan, namun seakan menghantam telinga dan hati Ken

“ngga ada yang mau ngerti..... kecuali hati aku.... yang berat untuk pergi.....” isak tangis Mira kini kembali tumpah.

Kemana aku cari kamu nanti Ken??? Kalau aku kangen aku harus cari kemana jika kita pisah jauh?? Bisakah aku lalui setiap hari, jika selama ini aku ketergantungan sekali dengan semua yang ada pada dirimu??

Tanpa dia sadari memang langkah kecil dan ringan yang dia bangun, ternyata kemudian menuntunnya untuk jadi tergantung dengan sosok ini... dia yang selama ini mandiri ternyata hanyalah wanita biasa yang tidak mampu melawan kodrat bahwa dia butuh pria, dia butuh pundak untuk bersandar, dan juga kepala untuk saling berbagi.

Tangan kanan Ken hinggap di pipi Mira, punggung tangannya menghapus airmata di pipi wanita cantik itu. Wanita kuat yang sudah banyak membantu dirinya, sudah ikut membantunya membangun harga dirinya sebagai pria, saat dia merasa bahwa dia bukan laki-laki yang tidak mampu menolak takdir untuk menikahi wanita lain yang berantakan oleh sosok lain yang kemuddian harus dirinya yang membereskan.

“ aku akan kangen kamu, sayang......” ucap bibir itu penuh getar......

Ken hanya bisa terdiam

Tatapan ibunya Mira, menghilangnya Mira dengan tidak menghubunginya selama tiga hari ini, memang seperti sudah mengisyaratkan apa yang selama ini sudah mulai terlihat tanda-tandanya, bahwa apa yang mereka jalani dengan cara melawan seisi dunia, rasanya berat untuk dilanjutkan, demi apapaun dalih yang mereka kemukakan.

Melihat Ken dengan tatapan bingung dan lunglai, rasanya cukup bagi Mira untuk mebaca kegalauan hati pria itu. Dia tahu Ken pasti sulit jika harus memilih, makanya dia memutuskan bahwa dia yang harus mengambil keputusan, daripada efek dan akibat yang lebih berat terjadi nantinya di kemudian hari.

“ aku ngga kan pernah punya cinta sebesar ini lagi dalam hidup aku.....” mata penuh airmata itu menyiratkan betapa beratnya ucapan itu, apalagi harus membuang rasa yang berat itu demi sebuah kata dan dalih, untuk melanjutkan hidup

Ken kembali hanya bisa terdiam

“ini takdir yang harus aku jalani.......”

Pria itu hanya bisa menundukan kepalanya

“ jangan cari aku yah......”

Ken mengangkat wajahnya kini

“karena jika kamu cari aku lagi..... aku semakin berat untuk meninggalkan kamu lagi.....”

Telaga itu kini membentuk dua aliran sungai di pipi

Ken hanya bisa menyesali diri, dia tahu bahwa waktu tidak akan bisa diputar lagi. Dia kini milik Hana secara hukum dan agama. Ketidaktegasannya yang dibalut dengan kata tulusnya hati, membuat dia harus melalui kondisi yang sangat dilematis dan berat untuk dia mengayuh perahu di sungai yang sedang dia lewati.

Jika mungkin dia tegas dari awal mungkin hal ini tidak perlu mereka lewati. Bagaimanapun Mira adalah gadis yang baik, terlepas dari ihwal dan tujuan awal hubungan mereka dan cara mereka menjalaninya, namun sosok Mira dan ketulusan hatinya rasanya tidak adil dia harus merasakan kepahitan ini

You deserved better men and better life...... ujar Ken dalam hati....

“salam buat Dara......” sorot mata penuh kesedihan itu seakan menghakimi Ken

Ken hanya bisa menganggukan kepalanya lunglai

Mira memeluk Ken dengan erat, airmatanya membasahi kaos milik Ken, dia benar-benar melepaskan semua tangisan sedihnya ke pelukan pria yang begitu dia cintai dan sayangi. Nafasnya sedikit tersengal karena hidungnya mampet dengan meningkatnya emosi didalam kepalanya.

Memaki dan menyesali keadaan rasanya tidak perlu dan tidak akan membuat keadaan lebih baik, tapi mengutuki keadaan dan kondisi membuat dia merasa lebih terlepas emosinya, baginya perpisahaan ini sangat sulit dan berat, tapi harus dia ambil.

“ bolehkah aku mendengar dusta itu untuk terakhir kalinya?” pinta Mira dibalik mata sendunya

Ken sangat sdih dibuatnya dengan permintaan itu. Lalu....

“ I love you, sayang.......” ucapan keluar dari bibir Ken....” trully......”

Sambil memeluk erat tubuh yang sekian tahun menemaninya dalam menyusuri indahnya sebuah hubungan percintaan yang penuh gairah.....

“ it’s not lie.... honestly, I love you.....” tatapan yang akan dia rindukan itu seakan menyejukan hati dan mata Mira.

Pecah kembali airmata dan tangisan Mira sambil memeluk pria kesayangannya, sosok yang sangat dia cintai, sosok yang selama ini membuat dia menjadi wanita hebat, wanita yang kemudian mengerti arti sebuah cinta, arti sebuah rasa, meskipun yang ditawarkan dan harus dia jalani ini adalah tentang sebuah rasa perpisahan.....

Dia tahu bahwa akan banyak sakit dan perih dibalik keputusan besar kali ini, ada rasa rindu yang harus dia lawan dan bunuh, tapi akan menyakitkan lagi jika dia justru menyuburkan semua ini di halaman yang bukan miliknya, karena kelak rasa itu akan ujungnya juga harus dicabut, dan itu akan lebih perih.

Mungkin dia akan sulit mencari sosok lain seperti hebatnya seorang Ken, namun dia selalu mengimani bahwa jalan yang dia pilih ini pasti akan selalu ada Allah yang menemaninya untuk melalui saat-saat tersulitnya sekalipun.

Cinta akan pergi, sahabat juga akan berlalu, manisnya sebuah kasih juga tidak akan abadi, semua sakit yang dia lalui pada akhirnya hanya dia yang akan mampu lalui, namun dia percaya saat semua hilang dan pergi meninggalkan luka menganga yang perih, maka hanya ada satu yang akan menemaninya melewati semua ini, yaitu Waktu.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd