Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Teh Euis (TAMAT)



10. Umpan vs Umpan

Telah berhari-hari Atoy berusaha mengajak Asep untuk ngobrol dan sekedar ngopi di warung tetapi Asep sekarang begitu sulit untuk meluangkan waktu. Hari-hari di sekolahnya, Asep sibuk dengan urusan organisasi, membantu guru, atau menjadi tenaga sukarelawan di perpustakaan. Sedangkan pada hari libur Asep lebih sibuk lagi dengan pengelolaan camping ground. Bukannya Atoy tidak punya teman selain Asep tetapi hanya Asep yang bisa berteman tanpa ngejudge. Bahkan kalau tidak diminta pendapat, Asep tak pernah berkomentar buruk atas segala kelakuannya. Temannya yang pintar itu juga selalu bisa memberikan masukan saat dirinya bermasalah atau sekedar berkeluh-kesah. Seperti saat ini, sedang ada masalah genting yang ingin dikeluh-kesahkannya pada Asep.


Atoy sebenarnya bukan nama asli dirinya melainkan nama yang diberikan anak-anak kampung. Nama itu telah demikian melekat karena sesuai dengan pembawaannya yang letoy. Itulah alasannya hingga kini nama asli yang diberikan orang tuanya tak pernah digunakan kecuali didalam daftar absen murid dan buku rapor. Nama asli yang sebenarnya adalah Sutaryat, tetapi sekarang bahkan orang tuanya sendiri memanggilnya dengan sebutan Atoy.


"Sutaryat !" Panggil seseorang.


Atoy langsung sport jantung, karena kalau ada yang memanggil nama aslinya di area sekolah berarti itu guru. Padahal akhir-akhir ini justru dirinya sedang menghindari pihak sekolah, entah itu guru, karyawan, apalagi guru BK. Dengan parkir motor diluar area sekolah seperti hari ini difikirnya bisa menghindari bertemu mereka, tetapi gara-gara dirinya harus menunggu si Asep keluar dari sekolah maka dia harus berlama-lama nongkrong di bawah pohon. Bu Ina, wali-kelasnya berjalan menghampiri. Atoy langsung berdiri dengan tegang.


"Kamu Sutaryat kan ?" Tanya Bu Ina. Memang nasib anak biasa-biasa aja tuh kaya gini, keluh Atoy. Wali kelasnyapun nyaris melupakan. Mustinya aku lebih bandel, atau lebih pinter, atau lebih ganteng biar diingat orang. Sepertinya pilihan yang pertama lebih bisa dilakukan, karena dia tak mungkin bisa lebih pinter, apalagi lebih ganteng.


"Iya bu." Atoy celingak-celinguk ke sekeliling karena takut dilihat teman-temannya. Malu kalau kegep oleh mereka saat sedang dihampiri wali kelas.


"Yat, tadi pagi ibu diinfokan sama tata usaha katanya kamu ada tunggakan SPP 4 bulan. Bener ?"


Justru pertanyaan semacam itulah yang membuat dirinya menghindar. Uang SPP yang diberikan emaknya habis dipakai untuk beli sesuatu.


"Eh... gitu ya bu... nanti saya clear-kan dengan TU." Atoy alias Sutaryat pura-pura tidak tahu kalau dirinya nunggak.


"TU bilang kamu udah terima surat pemberitahuan dua kali Yat." Bu Ina memang guru yang paham psikologi murid, bisa membedakan bohong dan lugu.


"Kalau masih belum bayar sampai akhir bulan ini, orang tua kamu dipanggil Yat." Ancaman Bu Ina memang paten, dirinya langsung lemas. Ini sebabnya Atoy ingin konsultasi dengan Asep, bukan dengan guru BK.


"Cepat selesaikan Yat, makanya jangan ditilep uang SPP-nya." Bu Ina pergi masuk lagi ke gerbang sekolah setelah melakukan serangan epic, meninggalkan dirinya yang kalah tempur.


Si Asep kemana sih ?


Tak disangka, Asep keluar dari gerbang sekolah dengan motor bututnya membonceng si Ana yang duduk menyamping. Atoy langsung mencegatnya.


"Sep... meni susah ketemu kamu teh. Sini dulu !"


Asep meminggirkan motornya tepat di depan Atoy yang berteduh dibawah pohon.


"Beda lah kalau udah punya pacar mah kamu teh Sep." Atoy melancarkan sindiran. Baru punya pacar jelek item kaya gitu aja si Asep udah sombong. Apa enaknya pacaran sama si Anah ? Dilihat ngga enak, dipegang juga pasti ngga enak. Dadanya rata kaya penggilesan begitu aja si Asep udah bucin sampai melupakan temen.


"Naoooon Atoy kamu teh marah-marah begitu ?" Asep nyengir aja disindir seperti itu.


"Anah... pinjem si Atoy lah sebentar, jangan ngedominasi teuing." Bukan hanya si Asep, tapi si Anah juga kena omelan Atoy.


"Eeeh goblog.... lu ngomong apa Atoy ? seenaknya aja manggil, nama gua Anna siah goblog." Anah kesal karena panggilan Atoy yang salah, bukan karena disebut mendominasi Asep.


"Halah emangnya saya ga tau nama kamu Anah Suhartini ?" Atoy menyebutkan nama asli Anah.


"Berisik lu Sutaryat !" Anah membalas dengan menyebut nama asli Atoy.


"Eeeeeh.... malah ribut di jalan... udah... udah... ada apa Toy ?" Asep melerai.


"Pengen ngobrol Sep, penting." Atoy melupakan pertengkarannya dengan Anah karena urusan genting menanti untuk dibicarakan dengan Asep.


"Ya udah nanti kamu datang aja ke camping ground, saya mau persiapan nerima rombongan yang datang nanti malem."


"Sekarang atuh lah Sep, sekarang. Penting." Atoy memaksa.


"Nanti malem Sep, di camping ground." Asep menjawab sambil ngegas motor.


"Eeeh nanti dulu Sep.... kan nanti malem lu harus ke rumah gua." Anah mengeplak punggung Asep. Asep tidak jadi ngegas.


"Ngapain ke rumah kamu ?" Tanya Asep dan Atoy bersamaan.


"Kan gua ulang taun ke 17." Anah memberikan senyumnya yang termanis.


Asep dan Atoy bengong. Asep tidak mengira bahwa Anah lebih tua darinya, dan dia tidak mungkin datang ke rumah Anah karena sedang perang dingin dengan bapaknya Anah. Atoy bengong karena tidak menyangka bahwa orang seperti Anah pake acara ulang tahun 17an.


"Toy kamu datang aja ke camping ground, saya juga belum tentu bisa datang ke pesta si Anah." Kata Asep sambil ngegas motornya lagi. Kali ini tak disuruh berhenti oleh Anah.


"Oke bray...." Teriak Atoy pada asap motor butut, karena Asep dan Anah sudah ngacir.



**********



Wangi pisang goreng yang dimasak Teh Euis terbawa angin kemana-mana, Pisang goreng Teh Euis adalah salah satu dagangan yang laris kalau sudah malam seperti ini karena pisang gorengnya dibuat dengan kreasi Teh Euis yang mengikuti orang kota. "Belajar di Youtube, kata Teh Euis." Diatas pisang gorengnya dikasih coklat bertabur keju lalu disiram susu kental manis, dimakannya dengan ditemani kopi sambil merokok. Cocok menemani malam yang dingin.


"Nih Toy sambil ngobrol makan pisang goreng buatan teteh." Kata Teh Euis yang menyodorkan sepiring pisang goreng ala Euis (begitulah Teh Euis memberi nama makanan buatannya).


Atoy bukannya melihat ke pisang goreng, tetapi lebih tertarik untuk memandang Teh Euis yang sekarang mengenakan hijab crinkle.


"Atoy kok bengong ? teteh jelek ya pakai hijab ?" Teh Euis belum percaya diri mengenakan hijab.


Seperti dipancing, Atoy malah langsung memuji-muji.

"Teteh cantik banget, malah lebih cantik begini pakai hijab. Keliatan lebih anggun lagi teh." Atoy menelan ludah. Andai aku punya pacar seperti ini....


Teh Euis tersenyum puas sambil kembali kedalam warung.


"Jadi gimana atuh Sep ?" Atoy melanjutkan pembicaraan yang tadi terputus.


"Emang duitnya kamu pake buat apa ?" Cecar Asep.


"Itu.... buat ngisi pulsa..." Atoy beralasan.


"Terus pulsanya dipake buat apa sampe habis berapa ratus giga begitu ?"


Atoy cengengesan.

"Itu.... download film."


"Bokep ya ?" Asep menebak dengan tepat.


Asep tak habis pikir, kenapa si Atoy begitu tergila-gila oleh film biru. Otaknya terlalu mesum, mungkin perlu pengalihan pikiran.


"Besok kamu bayar pake duit saya dulu, tapi harus ganti." Saran Asep langsung disambut dengan lega oleh Atoy.


"Kamu emang sobat sejati Sep.... "


"Tapi ada syaratnya."


"Apa ?"


"Kamu butuh pengalihan pikiran, jangan nonton bokep terus."


"Yah.... kamu mah gampang ngomong, prakteknya cari pacar itu susah."


"Gampang Toy."


Asep lalu mengutarakan syarat yang harus dipenuhi Atoy untuk mendapat pinjaman uang darinya, yaitu supaya Atoy memacari si Anah agar tidak terus-terusan menguntit dirinya. Lagipula Asep malas berurusan dengan bapaknya.


"Bukannya si Anah pacar kamu Sep ?"


"Bukan."


"Beneran ?"


"Beneran bukan pacar saya."


"Tapi..... kurang sreg euy sama si Anah mah." Atoy malas pacaran dengan Anah yang kurang besar dadanya menurut standar ukuran film biru.


"Kamu jadi pinjem uang nggak ?" ancam Asep.


"Euuuuuy.... ya udah lah..... tau gitu mah pinjemnya lebih gede"


Asep melengos.


Akhirnya Asep memberikan uang yang sangat diperlukan Atoy untuk melunasi tunggakan SPP di sekolah.


"Hayu atuh, kita ke ulang taun si Anah." Atoy mengingatkan Asep.

"Males ah Toy." Dari sejak semula Asep memang tidak berniat untuk datang kesana.

"Tapi kalau kamu ngga kesana, saya ngga kesana juga." Atoy merasa tak ada alasan untuk dia sendirian kesana kalau Asep ngga kesana.

Benar juga, pikir Asep. Dan dirinya akan terus dikejar kejar si Anah sebelum Atoy menjadi pacar si Anah.

"Yaudah saya kesana sebentar, terus kamu lanjut sama si Anah ya. Kamu harus bisa jadi pacarnya."


Asep meminta Atoy menunggu sebentar untuk melihat apakah Hansip Ajum ada di pos jaga atau tidak. Setitik nyala merah terlihat dari rokok yang menyala didalam pos jaga. Berarti Hansip Ajum ada di situ dan dia aman kalau ke rumah si Anah.


"Hayu Toy."


Mereka berdua akhirnya berangkat dengan motor masing-masing turun ke kampung.


**********


Anah tak henti-henti bercermin, sebentar-sebentar memperbaiki make-up di wajahnya. Dia juga berulangkali merapikan baju terbaik yang dikenakannya. Berulangkali matanya melihat jam di dinding kamar.

Sudah jam 8 malam, kenapa yang ditunggu belum juga datang ?

Mak Ajum menggeleng-gelengan kepala memperhatikan anaknya yang gelisah. Anak perempuan semata-wayangnya dari sejak sore terlihat cemas. Tadinya Mak Ajum khawatir suaminya tak mau mengerti anak perempuannya yang berulang tahun ke 17. Dari istri pertamanya yang telah wafat, Hansip Ajum memiliki tiga anak laki-laki yang semua sudah pergi merantau ke kota. Dirinya waktu gadis dinikahi Hansip Ajum yang berusia jauh diatasnya terpaut puluhan tahun.

Untungnya suamiku berbaik hati dan mengijinkan Anah untuk membeli kue ulang tahun lengkap dengan lilin. Memang bukan merupakan kebiasaan di kampung, tetapi tahu sendiri lah zaman telah berubah. Begitulah Mak Anah berfikir.

Anah terlihat berlari dari kamar menuju ruang tamu ketika terdengar suara motor berhenti di halaman.

"Mak..... ini Anah nggak cemerok ?" Tanya Anah karena khawatir dia mengenakan make-up berlebihan.

"Udah cukup atuh Anah, udah cantik anak emak." Dia tersenyum melihat tingkah laku anaknya.

Tok tok tok

Anah langsung membuka pintu rumah dengan ceria.

"Iiiih kirain lu ngga akan datang." Kata Anah menyambut tamu yang ditunggu-tunggu. Asep hanya tersenyum sambil melihat kedalam rumah.

"Belum ada yang datang ?" Tanya Asep.

"Masuk yuk Sep." Anah membuka pintu lebar-lebar untuk mempersilahkan Asep masuk ke dalam rumah. Saat dilihatnya Atoy ada di belakang Asep senyumnya langsung hilang.

Asep dan Atoy masuk ke dalam rumah lalu duduk di tikar.

"Anah..... emak mau ke Bi Marni dulu yah, ada perlu." Kata Mak Ajum penuh pengertian. Bi Marni adalah tetangga sebelah mereka tak jauh dari situ.

Asep dan Atoy bangkit dari duduknya untuk bersalaman dengan mak Ajum.
"Sok aja yang santai, emak mah ada perlu yah Sep."

"Iya mak, maaf ngerepotin." Asep basa-basi.

Sepeninggal Mak Ajum, Asep bertanya lagi.
"Yang lain belum datang ?"

Anah tersenyum malu-malu.
"Gua cuman ngundang elu, Sep."

Jawaban Anah cukup membuat Asep terkejut. Setaunya anak perempuan yang 17 tahunan merayakannya dengan teman-teman perempuan juga. Tapi ini, malah cuma mengundang dirinya sendiri.

"Waduuuh..... jadi gua ngga diundang nih ?" Atoy berkomentar. Anah tak menanggapinya.

"Gimana kalau ketauan bapak kamu, Anah ? kan bapak kamu galak." Asep merasa khawatir dengan tindakan Anah yang menurutnya mengundang bahaya.

"Justru bapak yang nyaranin begitu, Sep. Alhamdulilah bapak pengertian sekarang. Malah uang buat beli kue juga dikasih sama bapak."

Nah ini..... parah nih....
Tenaaang.... tenaaang..... pikir Asep.

Tapi pikiran Asep jadi tidak tenang karena merasa curiga dengan sikap Hansip Ajum yang mendorong Anah untuk mengundang dirinya seorang. Asep sekarang bukan cuma khawatir, melainkan waswas.


Jangan-jangan....aduh

Anah mengeluarkan kue ulang tahunnya dan menyalakan lilin berangka 17. Asep masih berpikir tentang Hansip Ajum. Menyadari Asep diam saja, Atoy menyanyikan lagu selamat ulang tahun seorang diri. Asep pun akhirnya mengikuti agar sedikit lebih rame.

"Sok atuh tiup sekarang lilinnya." Kata Atoy mulai mengambil peran.

"Sebelum tiup lilin, make a wish dulu dalam hati sok Anah." Atoy jadi lebih aktif sekarang.

Anah nurut untuk make a wish, sambil memejamkan mata, lalu dia meniup lilinnya.

"Gua pengen punya pacar." Itu adalah wish atau permintaan anah tadi sebelum meniup lilin.

Asep merogoh sesuatu dari saku jaketnya, Sebuah kotak berbungkus sampul coklat.
"Ini hadiah dari saya, Anah. Selamat Ulang Tahun."

Anah menerima hadiah itu dengan riang gembira serasa "diulangtaunkeun".

"Anah, saya gak bisa lama-lama disini harus segera balik ke warung Teh Euis." Asep dengan terpaksa bilang seperti itu pada Anah karena dirinya merasa khawatir akan keselamatan tetehnya yang ditinggalkan berdua dengan Adang di warung. Walaupun di camping ground jam segini masih ramai oleh orang-orang yang camping tetapi dirinya merasa tak tenang.

Mendengar itu, Anah terkejut bukan main karena sebenarnya dia berharap di hari yang istimewa tersebut dirinya bisa berduaan dengan orang yang ditaksirnya dengan berat.

"Lu gimana sih Sep ? Ngga punya perasaan bangeet. Seenggaknya dimakan dulu kuenya." Dalam hatinya Anah merasa ada batu sebesar kepalan tangan menyekat tenggorokannya.

"Saya ada keperluan penting, Anah. Tenang aja, masih ada Atoy kok." Sambil berdiri, Asep menyikut pinggang Atoy lalu menatapnya dengan sebuah ancaman. Atoy paham tugasnya.

Mata Anah berkaca-kaca menatap punggung Asep yang keluar meningggalkan dirinya. Saat terdengar suara motor menjauh, pertahanan Anah jebol. Air matanya turun deras.

Atoy pindah ke samping Anah, lalu berusaha menghibur.
"Udah... masa lu mewek di hari ulang tahun, yang ke 17 lagi."

"Ayo ah, lu potong dulu kuenya. Eh, lu punya kopi nggak ? kue kaya gini enaknya dimakan sama kopi." Kata Atoy pula sambil sotoy pergi ke dapur membuat kopi sendiri. Namanya juga Atoy, pasti orangnya sotoy.

Anah masih terus terisak waktu Atoy membawa dua cangkir kopi yang dia buat sendiri.
"Nih... kita ngopi aja. Gua ngerokok ngga apa-apa ya ?" Atoy menyerahkan secangkir kopi untuk Anah.

"Toy... bagi rokoknya." Daripada bete, Anah berfikir lebih baik ngeroko aja.

"Emang lu ngeroko ?" Tanya Atoy, dijawab dengan gelengan kepala oleh Anah.

"Mungkin ini waktunya buat gua mulai ngeroko." Katanya.

Atoy tertawa lalu memberikan sebungkus rokok yang isinya tinggal dua batang. Akhirnya mereka ngobrol ngalor-ngidul sambil makan kue ulang tahun, minum kopi, dan merokok walaupun Anah terbatuk-batuk menghisapnya. Atoy mengajari cara menghisapnya agar tak batuk.

Asik juga sebetulnya ngobrol sama si Atoy, batin Anah.
Gaya bicaranya juga nggak resmi kaya si Asep, lumayan nyambung.

"Toy... bagi rokoknya lagi." Pinta Anah ketika rokoknya habis.

"Gila lu.... baru mulai ngeroko udah kaya kereta api."

"Ah, biar gua ngga bete." Anah menadahkan tangannya meminta rokok lagi.

"Abis rokok gua Na." Atoy memperlihatkan bungkus rokoknya yang kosong.

"Ah bangke.... " Anah memberengut.

Atoy berfikir sebentar, lalu tiba-tiba menjawil tanggan Anah.
"Anna, Kita keluar sebentar yuk, gua punya sesuatu buat melupakan kekecewaan."

Tak berpikir panjang, Anah mengikuti Atoy pergi keluar. Apalagi Atoy memanggilnya dengan sebutan 'Anna' seperti yang diinginkannya.


**********

Asep memacu motor bututnya seperti kesetanan, dia sangat khawatir memikirkan Hansip Ajum yang secara mencurigakan mendorong Anah untuk mengundang dirinya ke ulang tahun anaknya. Perut Asep mulas memikirkan hal itu, hatinya menggerutu dan memaki dirinya sendiri kenapa sampai mau untuk pergi ke rumah si Anah.

Motor menanjak ke bukit melalui hutan-hutan kecil. Jalan berbatu yang penuh liku dilibasnya seolah sedang berada di tol lintas jawa. Ketika melahap tanjakan, tiba-tiba mesin motornya mati. Motor tua itu tak sanggup lagi dipaksa berlari sambil menanjak.

Gustiii.... motor ini kenapa mati disaat begini.

Bau sangit dari mesin yang overheat tercium dari motornya. Asep memaksa motornya untuk kembali hidup, kakinya menyelah motor berulang-ulang tanpa hasil. Dia turun dan memperhatikan mesin motor.

Ngebul, pikirnya.

Secara naluriah dia melihat ke sekeliling. Barulah dirinya menyadari bahwa hutan kecil yang dilaluinya terselimuti kabut dingin. Asap mesin motor yang overheat dan asap halimun bersatu di depan matanya. Halimun itu berjalan perlahan bagaikan jari jemari seorang wanita yang lemah lembut menari.

Aduh, hatinya mulai panik. Dari dalam tubuhnya muncul hawa panas yang merespon kabut dingin itu.

Aku harus segera sampai ke warung.

Motor yang sedang mogok dibiarkannya teregeletak di pinggiran jalan batu, lalu mulai berlari berburu dengan waktu. Kabut semakin tebal dan semakin dingin. Alam terasa sepi hening tanpa suara apapun seakan waktu berhenti dan mati. Dia hanya mendengar dengus nafas dan detak jantungnya yang dipacu.

Teh Euis....
Adang....
Hanya itu yang ada di pikirannya.

Nafasnya hampir habis ketika area camping mulai terlihat. Api unggun menyala tetapi orang-orang di sekelilingnya diam tak bersuara. Semakin dekat, barulah terlihat bahwa orang-orang di sekeliling api unggun bergeletakan tak karuan, tertidur.

Jantunya bekerja lebih cepat lagi saat dia sampai ke warung teh Euis.

"Teteh...... ! Adaaaang !." Teriakannya tak bersambut jawaban.

Asep masuk kedalam warung dengan menendang pintu.

Brak !

Matanya berkeliling mencari, tetapi tak ditemuinya dua orang yang sangat dikasihinya itu disana.


***************

Anah merasa Atoy itu lucu sekali, padahal apa yang dibicarakan biasa-biasa saja. Atoy ternyata lebih asik daripada Asep, pandai sekali membuat suasana hatinya menjadi cair.

"Toy... gua gerah nih." Seharusnya Anah merasa aneh kalau dirinya merasa gerah karena udara malam sebetulnya dingin.

"Haus gua." Katanya lagi, lidahnya berkecap-kecap sambil menjilati bibir yang terasa kering.

Atoy tertawa terbahak-bahak, diikuti oleh Anah yang merasa lucu dengan gaya tertawa Atoy. Atoy lalu bernyanyi melantunkan sebuah lagu yang entah apa, tapi Anah merasa lagu itu enak sekali dan mulai mengikutin nada nada yang dinyanyikan Atoy.

Keduanya tertawa lagi teregelak-gelak.
"Anna... lu mau gak jadi pacar gua ?" Secara tiba-tiba Atoy nembak dirinya.

Sekejap Anah tertegun, tetapi... kenapa tidak ?
"Ayo, siapa takut." Jawabnya.

Wajah Atoy mendekat ke wajahnya. Jantung Anah berdetak lebih kencang, penuh harap.
Ketika bibir Atoy menempel ke bibirnya, sesuatu dari tubuhnya terasa menggeliat dengan kuat memberikan dorongan yang menginginkan belaian.

Anah membalas ciuman Atoy dengan ganas seperti pelacur jalang, padahal segaul-gaulnya Anah dia belum pernah bermesraan seperti sekarang. Tetapi entah apa yang membuatnya begitu bersemangat yang jelas Anah menjadi begitu liar. Tubuh Atoy didorongnya hingga jatuh ke tanah berumput, lalu dengan bersemangat digumulinya Atoy.

"Di kamar lu aja, Anna." Atoy mengusulkan, dan Anah setuju dengan usul itu. Ditariknya tangan Atoy untuk masuk kembali ke rumah. Mereka langsung menuju ke kamar Anah.

Anah yang merasa kegerahan langsung membuka baju yang dikenakannya, dilempar entah kemana.
Atoy yang duduk di ranjang Anah melotot, seumur-umur dia hanya melihat tubuh perempuan bugil di film biru yang rajin di downloadnya dari situs Semprot.com. Tak pernah ada keberanian dalam dirinya untuk mencoba berpacaran, lebih baik berimajinasi sambil menuntaskan hasratnya sendirian. Dia menelan ludah.

Saat Anah melepaskan mini-set putih yang dikenakannya, dua pucuk payudara Anah yang sebesar jeruk Garut terbebas lepas menantang dirinya. Buah dada Anah terlihat belum mekar sepenuhnya, bentuknya belum sempurna seperti wanita dewasa. Bagian areola-nya yang berwarna coklat muda masih mancung seperti buah jambu air. Putingnya masih berupa titik sebesar kacang kedelai.

Di mata Atoy, buah dada Anah terlihat lebih indah dari milik Maria Ozawa yang selama ini menemani malam-malamnya berkeringat nikmat dalam khayal. Tubuh Anah terlihat ramping namun begitu menggiurkan membuat air ludahnya terkumpul lagi.

Glek

Dengan tatapan mata bak pelacur yang menggoda, Anah melepaskan rok yang dikenakannya. Jari telunjuk dan jempol Anah bersatu menjepit rok dan menahannya berlama-lama. Atoy meremas kejantanannya yang terasa pegal di balik celana.

Rok Anah terlepas jatuh ke lantai ketika dua jarinya terbuka, menampilkan keindahan tubuhnya yang belum sempurna. Dengan hanya bercelana dalam merah jambu bergambar hello kitty, Anah mendekat dengan langkah bak peragawati.

Atoy melenguh nikmat saat Anah naik keatas tubuhnya dan menempelkan selangkangannya yang empuk hangat ke kejantanannya yang berdenyut-denyut.

"Anah.... gua cinta banget sama lu." desah Atoy sambil tangannya meraih sebuah payudara yang mengkal.

Atoy tak pernah mengira bahwa dirinya akan menjadi jatuh hati pada Anah karena dia sebelumnya hanya melihat Anah dengan sebelah mata. Sekarang, setelah melihat Anah telanjang didepan matanya barulah Atoy menyadari bahwa Anah begitu menarik. Untung si Asep memaksanya untuk berpacaran dengan si Anah, kalau tidak..... maka rezeki ini akan jadi milik orang lain.

Anah melenguh-lenguh keenakan tatkala payudaranya yang sedang tumbuh diremas oleh tangan Atoy yang merajalela. Terlebih saat mulut Atoy mendarat di payudaranya yang satu lagi. Luar biasa.
Selama ini dirinya sering membayangkan tubuhnya bergumul dan saling menggeliat bersama Asep. Tetapi Atoy lebih Asik daripada Asep yang dingin. Biarlah, mungkin temannya itu calon banci.

Selesai dengan pemikiran itu, Anah menggoyang pantatnya agar selangkangannya menekan kejantanan Atoy yang keras. Mata Anah mendelik merasakan kenikmatan pada kelentitnya yang telah berbulan-bulan terasa gatal yang bukan gatal. Mungkin itulah yang namanya kegatalan, batin Anah. Dan Anah akhirnya hanya tertawa pada pemikirannya sendiri. Terkadang memang ia merancapi sendiri kelentitnya yang seringkali menegang, atau menjepit sebuah guling di selangkangannya demi menghilangkan rasa gatal itu. Tetapi sekarang kejantanan Atoy adalah sebuah penggaruk yang sempurna.

Malam ini begitu menggairahkan, Atoy memang keren.

Celana dalam Anah pada bagian yang berlembah menjadi basah. Anah terus menggeruskan lembah hangat itu ke kejantanan Atoy.

"Sebentar Anna.... gua buka celana ya." Kata Atoy sambil terengah-engah. Anna mengangguk lalu mengangkat selangkangannya.

Atoy tergesa-gesa membuka celananya, sekaligus langsung dengan celana dalamnya. Anah melotot melihat kejantanan Atoy yang tegak berdenyut-denyut. Kepala kejantanannya mengkilap, licin oleh cairannya sendiri.

Duhhh.... keliatannya enak banget kontol si Atoy. Gimana rasanya kalau langsung kena itil gua ya ? Batin Anah ribut dan berisik sendiri berandai-andai didalam hati.

Tak menunggu lama, Atoy selesai melepaskan celananya. Anah mendekatkan selangkangannya ke kejantanan Atoy yang berdenyut.

"Aaaaaaaakkkkkkkkkkkkkhhhh......" Tubuh Anna menggeliat tatkala kelentitnya yang tegang bersentuhan dengan kepala kejantanan Atoy yang membengkak. Setrum kecil menjalar dari kelentitnya menebar kehangatan ke seluruh tubuh.

"Anjirrrrrr..... kontol lu enak banget Toy." Anah meracau. Atoy tak mampu bersuara, dia sibuk meremas payudara Anah dan memainkan pentilnya yang kecil.

Cairan licin yang sudah membanjiri selangkangan Anah membuat setiap gesekan kepala kejantanan Atoy lancar meluncur menggelepar-gelepar di kelentit Anah. Terkadang kepala kejantanan Atoy menyelinap di sepanjang celah daging hangat Anah.

"Anna... terus gesekin.... enak banget memek lu." Birahi Atoy memuncak ingin mendapat kenikmatan yang lebih lagi. Anah seperti disemangati oleh supporter, pantatnya bergerak makin lincah maju mundur diatas tubuh Atoy. Kenikmatan itu berkelenyar pada kelentitnya yang menagih dipuaskan.

Sesekali gesekannya meleset, mengakibatkan kepala kejantanan Atoy melesak pada mulut vaginanya yang juga gatal. Tapi kepala kejantanan Atoy seakan tertahan sesuatu yang menghalanginya untuk masuk lebih kedalam. Atoy membantu dengan juga menggerakkan pantatnya sesuai dengan irama goyangan Anah. Waktu kejantanannya bergesekan denggan kelentit Anah, yang dirasakan Atoy adalah enak tetapi ngilu yang luar biasa. Lain hal-nya dengan Anah yang setiap kali kelentitnya bergesekan maka kenikmatan membuncah-buncah seperti balon yang bengkak diisi air dan siap meledak.

Atoy tak kuat merasakan ngilu di kepala kejantanannya dan berusaha menyelipkan kejantanannya ke suatu celah yang terasa nikmat membelai sarafnya di ujung sana. Tetapi Anah selalu mencabutnya lagi untuk digesekkan ke kelentitnya.

"Atooooy.... itil gua gateeeel....." Erang Anah sambil kepalanya tengadah.

"Ya udah... lu gesekin sampe puas, sayang." Atoy merasa harus mengalah agar Anah terpuaskan. Dia terus membiarkan Anah menggeseki kelentitnya yang katanya gatal.

Tapi gesekan saja ternyata tidak cukup bagi Anah. Semakin lama gesekannya semakin bertenaga, malah sekarang mulai menggencetkan kelentitnya yang sensitif di kepala kejantanan Atoy yang berbentuk seperti helm tentara.

Tiap kelentitnya tergencet, pantat Anah semakin mengempot merasakan nikmat. Dan Anah terus menggencetkannya lagi lebih keras untuk mendapat kenikmatan yang lebih gurih lagi. Gencetan-gencetan kelentitnya yang bertumpang tindih dengan kepala kejantanan atoy, membuat Atoy akhirnya menikmati juga gerakan itu.

"Atooooy.... gua pengen kencing...."

"Ya udah... kencingin aja gapapa..." Atoy lebih memilih dikencingi Anah daripada Anah mengangkat selangkangannya dan kenikmatan itu berhenti.

"Toyyyyy... ah.. ah.. ah.. ga kuat.... gua kencing sekarang..." Suara Anah mencicit menahan rasa nikmat yang semakin dekat.

"AAaahhhhhtoooooyyyyyyy......" Nafas Anah tertahan. Selangkangannya makin merapat ke selangkangan Atoy membuat kelentitnya berada dalam gencetan sebuah benda yang keras bagai besi.

Selama dua detik, tubuh Anah mengejang.

"Uaaaaaaaaaaa.......hhhhh" Anah menjerit menyambut datangnya orgasme yang baru pertama kali dirasakannya seumur hidup ketika terdengar suara Mak Ajum memanggil manggil.

"Anaaaaah....... Aseeeep..... eh.. pada kemana...."

Mata Anah melotot karena berusaha menahan agar suaranya tak keluar. Tubuhnya tetap berkelojotan didera rasa nikmat yang seperti berada di surga. Kelentitnya digencet habis-habiskan ke kejantanan Atoy. Karena gencetannya itu, kini Atoy yang tak mampu lagi bertahan. Bendungan sebesar Kedung Ombo jebol dindingnya. Air putih lengket berbau pandan bermuncratan kemana-mana.

"Anjinggggg..... sperma lo muncrat di itil gua..... anjingggg... enak banget anjingg...." Anah seperti kesurupan merasakan nikmat yang luar biasa. Ingin sekali dia meneriakkan itu, tetapi yang mampu diucapkan hanyalah desisan dan gumaman yang tak terlalu jelas karena takut emaknya mendengar.

"Anah.... Asep... dimana ?" Mak Ajum memanggil-manggil karena khawatir.

Ditengah kelojotan nikmatnya, Anah memaksa Atoy untuk turun dari ranjang dan masuk ke kolong. Sambil terus berkelojotan didera kenikmatan, Anah menjawab.

"Anah di kamar..... makkkk...."

"Di kamar ??? sama si Asep ???"

"Ngga sama Asep Makkk..." Anah meringis menahan deraan kenikmatan yang seperti tak akan berhenti membuat tubuhnya terlonjak-lonjak.

Mendengar bahwa Anah tak bersama Asep, Mak Ajum merasa tenang.

"Yaudah... emak beresin kue sama gelas-gelasnya ya." Mak Ajum menggangkati sisa-sisa piring dan gelas ke dapur.

"Iyaaa...." teriak Anah sambil ambruk di ranjang. Tubuhnya lelah luar biasa tetapi kelentitnya seperti belum puas ingin digeseki lagi.

Sementara Emak pergi ke dapur, Atoy keluar dari kolong ranjang lalu mulai berpakaian tergesa-gesa. Anah memandang Atoy memohon agar tidak pergi, dirinya masih ingin mengulangi lagi. Kelentitnya gatal lagi. Tapi Atoy mengerti akan bahaya yang mengancam, ia dengan secepat kilat keluar dari kamar.

"Besok lagi sayang." Katanya pada Anah.

Mak Ajum tak melihat sosok tubuh Atoy yang melesat keluar dari rumah. Atoy mendorong motornya jauh sekali agar tak menarik perhatian. Setelah jauh, barulah dia menyalakan motornya dan pulang dengan lutut berasa lemas.

Anah dengan tubuhnya yang lemas namun masih bernafsu, terpaksa berpakaian dan keluar untuk membantu emaknya beres-beres.

Sepanjang malam itu Anah tak mampu tidur karena kelentitnya begitu gatal ingin mengulang kenikmatan yang tadi dirasakan. Mulut Anah kering kehausan, lidahnya berkecap-kecap, bibirnya dijilat-jilat. Entahlah pengaruh apa, saya sebagai penulis juga ngga paham.


Bersambung.
 
Waduh lagi genting malah enah enah si atoy

Dasar temen laknat


keren, bisa gitu ajian pak hansip malah kena ke atoy bukan ke asep jadi makin epic

Hehehe


Muda2 teh euis belom diapaa2in ma pak hansip

Hahahhaha


Makasih updetnya om @ajatsura


Satu lagi mudah2 yang prewi anah tu si asep biar pak hansip makin ngenes ajiannya gagal tapi yang prewi anaknye tetep si asep sekalian buat bales atoyy si temen laknat



Hahahhaha
 
Bimabet
menarik ceritanya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd