Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Selina, Amoy Petualang Seks [Update 11 Maret 2024 Page 318

Tengah malam insom main dulu kemari. :vampire:
Akankah Selina hadir di semprot sebelum ramadhan?
 
Tengah malam insom main dulu kemari. :vampire:
Akankah Selina hadir di semprot sebelum ramadhan?

Pasti hadir koq hu. stay tune. hehe. :beer:
 
Ini bocoran ending

Selina sedang di pantai sendirian
Tiba-tiba sebuah petir menyambar tubuhnya
Dan dia berubah menjadi laki-laki bernama Sergio
 
mantap nih, ga sabar gimana kelanjutannya hahai
 
Bimabet
Part 38

Tiba-tiba datanglah pak Tarjo dan bang Umar yang melihat kami dengan senyum mesum. Aku lega karena itu hanyalah dua nelayan yang tadi juga sudah kebagian jatah menikmati tubuhku. Tapi aku kaget karena tiba-tiba muncul seorang pria berkulit hitam legam dan ia hanya mengenakan sebuah celana dalam seperti tali dan ditengahnya tampak seperti tanduk melengkung. Kalo tidak salah itu namanya koteka, aku coba mengingat pelajaran sosial budaya di sekolahku. Badan pria ini besar dengan wajah khas orang timur seperti papua dan mukanya brewokan. Penampilannya sangat menyeramkan dan matanya terlihat galak. Ia menatap tubuhku yang memang posisinya tepat menghadap ke mereka selagi aku disetubuhi di posisi anjing kawin sambil berdiri ini.

Aku sebenarnya risih dilihat oleh pria asing seperti pria berkulit hitam ini. Tapi aku sendiri masih nanggung di ambang kenikmatan jadi aku biarkan saja dengan mata merem melek. Pak Ghozi sendiri terus memompa memekku dari belakang.

“Wah wah enak-enak malah gak ngajak ni. Hehe.”, ujar pak Tarjo.

“Iya nih pak Ghozi, masa ngewek sama ni amoy gak ajak-ajak kami. Ga setia kawan ni. Haha.”, timpal bang Umar.

“Haha, maap maap. Udah nafsu banget pas lihat paha mulus ni amoy sama pas dia lagi lari toketnya jendal jendul. Hehe.”, terang pak Ghozi ke dua rekannya.

“Ok gapapa. Tapi berhubung kita kan mau numpang di pulau ini. Nah kita tadi pergi minta izin sama tetua suku adat di pulau ini.”, ujar pak Ghozi.

“Iya, pak Liben ya. Udah lama juga ya gak mampir ke tempat dia.”, ujar pak Ghozi santai. Hmmm, ternyata para nelayan ini sudah pernah kemari dan mengenal tetua suku disini.

“Nah iya. Pak Liben bolehin kita numpang tapi mesti ada bayarannya. Berhubung kita juga lagi seret tadi nangkap ikannya kan jadi aku mikirin bayaran lain ni buat pak Liben.”, ujar pak Tarjo sambil melirik ke arahku yang masih terus disodok oleh pak Ghozi.

“Oh bayaran pake apa ni Jo?”, tanya pak Ghozi ke pakl Tarjo.

“Ya bayarannya itu pak Liben boleh pake si amoy ini. Hak hak hak.”, ujar pak Tarjo seenaknya sambil tertawa norak.

Aku tentu saja shock mendengar aku akan dijadikan bayaran dan mesti menjadi pemuas nafsu si kepala suku sini. Tapi saat aku baru mau mengatakan sesuatu ini, terasa badai orgasmeku sudah mengumpul dan mau meledak. Tanpa bisa kutahan lagi, aku pun mencapai orgasmeku yang kedua di pantai ini. Otot-otot di dinding memekku berkontraksi dengan kuat ketika aku meraih puncak kenikmatan ini. Aku pun mendongak sambil melenguh keras, “Ngghhh aaahhh ahhhh.. Aahhh.. aaakuhhh nyampeeee… Oooohhhhhhh!!”. Vaginaku berkontraksi dan menyemburkan cairan orgasme membasahi pasir pantai yang berada di bawah tubuhku.

Buah dadaku terasa mengencang saat ledakan badai orgasme ini. Badanku lalu tersentak-sentak beberapa kali sampai melengkung ke belakang dan menyebabkan kedua dada bulatku membusung ke depan. Tentu poseku sangat menantang ke tiga pria yang menyaksikan aku yang diterpa badai orgasme barusan. Klimaks ini membuat seolah-olah tulang-tulangku terasa dilolosi semua. Aku langsung roboh ke bebatuan besar yang kupegangi tadi dan kupeluk batuan ini supaya tidak jatuh. Dadaku kembang kempis karena napasku yang terengah-engah. Kupejamkan mataku yang kelelahan.

“Uhhhh terima peju bapak neng!”, ceracau pak Ghozi yang berejakulasi di vaginaku. Terasa rahimku yang hangat disirami oleh sperma si nelayan berkumis tebal ini. Ia pun mencabut penisnya yang basah oleh cairan orgasmeku. Aku pun tersungkur di atas pasir ini karena lemas setelah 3 kali orgasme.

“Sebenarnya bapak pengen ngentotin neng Selina ni tapi pak Liben uda menunggu bayarannya. Nanti aja dah baru bapak main sama neng ya. Hehehe.”, ujar pak Tarjo sambil menyeringai mesum dan meremas payudaraku.

Aku yang masih agak lemas setelah orgasme dua kali ini pun tidak ada tenaga untuk melawan saat tubuhku diangkat oleh pria berkulit hitam yang sepertinya anak buah si kepala suku. Diletakkannya tubuhku di bahunya seolah aku begitu ringan. Anak buah pak Liben ini berjalan sambil memanggul tubuh bugilku. Aku tahu tidak mungkin memberontak karena aku berada di sebuah pulau dan keselamatanku juga bisa terancam jika aku melawan si kepala suku.

Kini pria suku pulau ini pun berjalan memasuki hutan di pulau ini. Aku melihat ketika kami sudah berada di dalam hutan berjalan di antara rerimbunan pohon. Sesekali dedaunan dan ranting pohon menggesek kulit tubuhku terutama bongkahan pantat dan kakiku. Oh, terkadang ada gesekan daun yang memberikan sensasi geli nikmat saat mengenai bagian belahan pantatku. Apalagi kadang payudaraku ini mengenai dada bidang si pria berkulit hitam yang sedang memanggulku.

Aku melihat kami makin memasuki bagian dalam hutan. Aku bergidik membayangkan apakah ada makhluk buas yang hidup di hutan ini? Dan sepertinya sudah ada hampir 20 menit kami berjalan di hutan ini. Sepertinya tempat tinggal para penduduk asli pulau ini sangat dalam. Kami terus melewati pohon-pohon yang sangat tinggi dan lebat dan terus berjalan di hutan ini. Kalau aku berjalan di hutan ini sendirian pasti aku akan tersesat. Rerimbunan pohon dan semak-semak ini memang membuat hutan ini bagai labirin. Sepertinya hanya orang-orang penghuni hutan ini yang bisa keluar masuk dengan mudahnya.

Aku yang kelelahan setelah bersetubuh dengan pak Ghozi ini pun mulai mengantuk. Tidak lama aku pun sudah terlelap selagi terus dipanggul dan dibawa oleh si anak buah kepala suku ini.


Entah berapa lama aku tertidur, saat aku membuka mata aku melihat jika aku sudah berada di sebuah gubuk kayu dan aku sedang terbaring di atas tikar yang terbuat dari jerami. Kulihat sekelilingku tidak ada siapa-siapa disini. Hmmm, kira-kira dimana aku berada. Apakah aku berada di gubuk kepala suku ini? Tadi pak Tarjo sempat berkata jika aku sudah ditunggu si kepala suku yang namanya pak Liben. Dan si bandot itu bilang ia menunggu bayarannya yang artinya aku harus melayani nafsu birahi kepala suku.

Huff, lagi-lagi aku disewakan bak seorang pelacur. Semoga saja pak Liben ini staminanya tidak kuat jadi aku bisa cepat pergi dari sini. Walau nantinya toh aku mesti melayani lagi tiga nelayan mesum itu. Untung saja aku sempat tertidur tadi jadi setidaknya aku ada istirahat. Aku coba mencari kain untuk menutupi tubuhku yang masih telanjang bulat ini. Dan aku pun melihat kain yang cukup besar tergeletak di meja yang sepertinya adalah semacam taplak meja. Aku pun meraih itu dan kugunakan untuk membalut tubuh bugilku. Kain ini tidak terlalu besar jadi hanya dapat menutupi dari belahan payudaraku sampai sekitar 10 cm di bawah selangkanganku.

Yah, setidaknya aku tidak perlu harus bugil total seperti tadi. Walau nantinya aku tetap harus melepaskan kain ini saat melayani si kepala suku. Aku pun lalu melihat-lihat isi gubuk ini. Ada beberapa bulu burung yang dibuat menjadi seperti topi atau bando yang sepertinya adalah busana khas suku ini. Dan ada juga tengkorak hewan yang sepertinya adalah tengkorak macan atau beruang. Aku bergidik membayangkan seberapa buasnya penduduk suku ini. Tapi semoga mereka bukan kanibal. Tapi jika tiga nelayan itu saja bisa bebas keluar masuk pulau ini setidaknya penduduk sini masih cukup baik dan beradab seharusnya.

Saat aku sedang termenung sambil melihat pernak pernik di gubuk ini tiba-tiba pintu gubuk ini terbuka. Lalu masuklah seorang pria berkulit hitam dan tampak sudah berusia setidaknya 60an tahun dengan rambut gondrong panjangnya yang sudah banyak beruban. Sekilas penampilannya mirip penyihir di film yang pernah kutonton. Di belakangnya ada dua pria berbadan tegap dan juga berkulit hitam, sepertinya mereka adalah anak buahnya. Apakah ini pak Liben ya, tanyaku dalam hati.

“Nah nona cantik sudah bangun ya rupanya. Hehe.”, ujar si pria beruban ini.

“Si siapa bapak?”, tanyaku yang agak risih karena mata pria tua ini yang jelalatan melihat ke dada dan pahaku.

“Nama bapak Rafail, bapak adalah dukun di sini dan sekaligus penerjemah untuk orang-orang suku sini.”, ujar pria tua ini memperkenalkan diri.

“Oh gitu pak. Saya sebenarnya tidak mau berada disini pak. Tapi dipaksa sama para nelayan itu. Katanya saya dibawa untuk bertemu dengan kepala suku sini pak?”, tanyaku pada pak Rafail.

“Oh iya, pak Liben memang sudah menantikan kehadiran nona. Tapi beliau sedang mengajak peliharaannya jalan-jalan. Mungkin sebentar lagi sudah kembali.”, ujar pak Rafail sambil tersenyum.

“Saya diminta bertemu pak Liben untuk keperluan apa ya pak?”, tanyaku pura-pura tidak tahu maksud dari pertemuanku dengan si kepala suku.

“Oh itu, nona ini adalah bayaran dari para nelayan itu kepada kami karena sudah bebas untuk mampir ke pulau ini. Hehe.”, ujarnya sambil tersenyum mesum.

“Bayarannya dalam bentuk apa pak?”, tanyaku lagi pura-pura polos.

“Yaa bayarannya dalam bentuk jasa nona memuaskan nafsu kepala suku dan beberapa yang dipilih olehnya. Hehehe.”, ujar pak Rafail sambil terkekeh.

Hah? Ternyata tidak hanya kepala suku yang harus kulayani tetapi juga ada orang-orang lain?? Aku sebenarnya enggan jika ada banyak orang yang akan menikmati kehangatan tubuhku tapi aku juga tahu tidak mungkin kabur dari wilayah suku ini. Kalaupun aku tahu jalan menuju pantai, kecil kemungkinan aku bisa selamat dari hutan ini karena pastinya ada hewan-hewan buas seperti beruang dan macan.

“Oh tapi tidak sampai terlalu lama kan pak? Saya mau pulang.”, ujarku yang bertanya pada si dukun suku ini.

“Haha, itu tergantung seberapa cepat nona dapat memuaskan kepala suku dan yang kebagian jatah seks dengan nona. Hehe.”, jawab pak Rafail dengan tenang.

Wah jadi semakin cepat aku bisa membuat kepala suku dan beberapa pria itu aku bisa lebih cepat pulang. Hmm, setidaknya dengan ini aku tidak disekap lama disini. Aku pun berkata, “Ya uda pak, kapan mulainya pak?”.

“Wah wah nona sudah tidak sabar ya. Hehe. Kita tunggu kepala suku kembali dulu ya.”, ujar pak Rafail sambil duduk dan membuka tas nya dan tampak mengambil sebuah toples. Aku hanya diam dan jadi malu mendengar ucapannya. Ya memang aku ingin cepat mulai tapi karena supaya bisa cepat pergi dari sini.

Lalu ia berkata, “Nah sambil menunggu mari bapak oleskan nona ramuan untuk mengencangkan otot organ kewanitaan nona.”.

“Eh gak perlu pak.”, ujarku malu.

“Haha, sudah nona jangan malu sama saya. Karena nanti saya juga termasuk yang kebagian jatah main sama nona koq. Hehehe.”, ujarnya sambil terkekeh dan mendekatiku dengan toples yang sudah ia buka.

Aku pun sadar percuma juga melawannya karena pasti ia akan memaksa apalagi ada dua anak buahnya. Dan aku pikir juga siapa tahu ramuannya itu memang manjur kan manfaatnya juga bagus, aku berpikir positif. Maka aku pun lalu berkata, “Ya uda pak, tapi aku oleskan sendiri ya.”.

“Oh jangan nona karena ini mesti dioleskan ke bagian terdalam dari memek nona. Biar bapak saja yang bantu nona. Hehe.”, ujar pak Rafail. “Nah nona silakan berbaring telentang ya disini.”, sambungnya sambil menunjuk ke alas tikar di atas lantai gubuk ini. Lalu pak Rafail pun membuka lipatan handuk di tubuhku dan melemparnya ke samping hingga kini tubuh polosku dapat terlihat oleh si dukun ini.

Aku pun menurutinya dan berbaring telentang. Uh, bagaimana dia akan mengoleskan ramuan itu ke memekku ya. Apakah dengan jari-jarinya seperti orang memijit? Tapi dia bilang juga harus sampai ke bagian terdalam.

“Ngangkang ya dan selebar mungkin nona.”, perintah pak Rafail padaku yang segera kuturuti karena ingin ini cepat selesai.

Tiba-tiba pak Rafail melepaskan celananya sampai penisnya yang cukup panjang itu terpampang. What, jangan-jangan ia akan mengoleskannya dengan batangnya itu?

“Eh pak koq lepasin celana. Bukannya harus kepala suku dulu yang boleh menikmati tubuhku?”, tanyaku.

“Oh tenang, ini bapak hanya gunakan kontol bapak buat menjangkau bagian terdalam dari memek nona. Ini bapak olesin ramuannya ke kontol bapak terus nanti bapak aduk-aduk memek nona supaya ramuanya kena semua ke dinding memek nona.”, terang pak Rafail yang memang mulai membalurkan ramuan yang seperti balsem itu ke kontolnya dan ia mengocok-ngocok kontolnya juga. “Bapak memang memasukkan punya bapak ke dalam lubang vagina nona tapi bapak tidak akan menyodok seperti orang yang bersetubuh, hanya melakukan gerakan mengaduk saja. Dan vagina nona juga tidak boleh dalam keadaan basah makanya bapak tidak menyentuh tubuh nona atau merangsang nona kan. Hehe.”, pak Rafail menjelaskan lagi.

Terlihat batang penisnya yang tadi sudah agak ereksi itu lama-lama makin memanjang dan tegak. Oh gila juga untuk orang yang tampak setua itu tapi ia masih punya kontol yang keliatan perkasa. Pak Rafail kini pun sudah duduk bersimpuh di depan selangkanganku yang mengangkang. Sambil memegang penisnya, si dukun tua ini pun mulai mendorongkan batang kejantanannya yang sudah dibalur ramuan itu ke dalam vaginaku.

Karena liang kewanitaanku yang masih kering ini, hunjaman penis pak Rafail jadi terasa agak perih. Dan setelah beberapa kali mendorong pinggulnya akhirnya batang kejantanan si dukun ini dapat masuk semua ke liang senggamaku. Dan pak Rafail pun segera menggoyang pinggulnya sehingga batang penisnya jadi mengaduk-ngaduk liang vaginaku. Uhh walau memekku tidak basah tapi gerakan kontol yang sedang berputar di dalam memekku begini menimbulkan sensasi yang tetap saja nikmat.



Aku tanpa sadar pun mendesah, “Aahh..”. Saat aku sadar aku mendesah karena diaduk-aduk kontol si dukun tua ini aku pun jadi malu. Pak Rafail yang mengetahui desahan reflekku itu pun tersenyum mesum, “Wah wah nona baru diaduk pelan gini aja udah keenakan ya. Gimana nanti kalo bapak sodok beneran ya? Hahaha.”.

Aku yang jelas-jelas ketahuan mendesah ini pun hanya diam karena malu. Mukaku pasti sudah merah padam karena malu sekali. Pak Rafail terus menggoyang kontolnya di memekku dengan tempo pelan karena memang ia hanya bertujuan untuk mengoleskan ramuan itu supaya merata ke dinding vaginaku. Rasa nikmat dari adukan kontol pak Rafail ini membuatku mulai naik libidonya. Aku coba menahan gejolak nafsu ini karena katanya ramuan ini akan lebih efektif jika memekku dalam kondisi kering.

Sekitar 3 menit kemudian pak Rafail pun mencabut kontolnya dari memekku. “Nah sudah selesai nona. Kita biarkan ramuannya bekerja dulu ya.”, ucap si pria gondrong ini sambil memakai kembali celananya dan duduk di kursi.

Aku pun lalu kembali terduduk dan mengapitkan lagi kain itu ke tubuhku. Pak Rafail yang melihat aku menutupi tubuhku itu berkomentar, “Loh kenapa dipake lagi kainnya nona? Tubuh nona sangat indah. Pasti kepala suku akan nafsu sekali dengan nona. haha”.

“Eh aku malu pak.”, ujarku sambil menunduk.

“Oh kenapa harus malu, disini para wanita tidak memakai penutup dada seperti yang biasa dipakai wanita kota.”, ujar pak Rafail menerangkan.

“Ya karena memang saya sudah terbiasa begitu pak.”, jawabku.

Kemudian pak Rafail bercerita lagi tentang gaya hidup suku di sini yang berbeda dengan di kota. Ia bilang penduduk suku ini bebas untuk bercinta dengan siapapun selama masih sama-sama penduduk suku. Jadi walau menikah mereka tidak terikat dari sisi seks. Aku pun hanya diam saja selagi pak Rafail menjelaskan tentang kehidupan suku disini yang makanannya didapat dari memancing, berburu dan juga bercocok tanam. Jadi mereka nyaris tidak memerlukan supply dari luar. Suku mereka benar-benar dapat bertahan hidup secara mandiri dengan segala yang mereka miliki dan hasilkan sendiri di hutan dan juga laut sini.

Saat aku masih asyik mendengarkan cerita pak Rafail tiba-tiba pintu dibuka dari luar. Dan masuklah seorang pria yang kulitnya sangat hitam dengan tubuh yang bongsor. Muka pria ini tampak sangar dengan rambut ikal pendek. Pak Rafail yang melihat pria ini masuk langsung tampak menunduk. Wah, sepertinya inilah si kepala suku bernama Liben itu.

Kudengar pak Rafail bicara dalam bahasa lokal mereka yang tentu tidak kumengerti. Karena memang pak Rafail bilang jika ia adalah penerjemah di suku ini. Lalu pak Liben pun berbicara ke pak Rafail dalam bahasa asli suku mereka dan sesekali mata mereka melihat ke arahku yang berbalut kain ini. Entah apa yang mereka bicarakan tentang aku. Sesekali pak Rafail terlihat tersenyum mendengar perkataan pak Liben. Lalu mereka berdua pun kini berjalan ke arahku.

Pak Rafail berkata, “Nah, pak Liben sudah siap untuk menerima bayaran dari nona. Hehe.”.

“Eh di disini ya pak?”, tanyaku lagi.

“Oh bukan di dalam sini nona. Tapi di panggung di luar. Nanti pak Liben akan menyetubuhi nona di atas panggung. Ya semacam altar.”, ucap pak Rafail dengan tenang seolah itu hal yang biasa saja. Aku jelas kaget mendengar perkataannya itu. Aku harus melayani nafsu birahi pak Liben di tengah-tengah orang-orang suku ini??

“Mak maksudnya panggung atau altar itu gimana pak?”, tanyaku lagi memastikan.

“Ya, jadi bagi kami rakyat suku ini, ritual dari kepala suku yang bercinta dengan seorang wanita dari luar suku kami adalah ritual untuk mendatangkan kesuburan buat hasil panen dan perburuan ikan di laut. Hehe.”, terang pak Rafail kepadaku.

“Ja jadi, rakyat suku akan menonton langsung persetubuhanku dengan pak Liben??”, tanyaku dengan wajah shock.

“Iya dong. Kan ini ritual. Tenang aja nona, tidak perlu malu. Karena warga suku sini memang biasa bersetubuh di luar dan dilihat warga lain. Bahkan sering juga kami mengadakan pesta seks ramai-ramai atau yang disebut orgy. Ini bagian dari adat kami. Hehe.”, pak Rafail dengan santainya menjelaskan tentang budaya suku sini yang menurutku sangat gila.

“Ta tapi apa tidak bisa jika dilakukan secara tertutup saja pak? Saya malu pak dilihat banyak warga begini..”, ujarku coba meminta pengecualian.

“Oh tidak bisa nona. Karena ritualnya memang harus dilakukan di luar dan disaksikan para warga suku sini.”, kata pak Rafail yang membuatku langsung lemas.

Melihatku yang tampak shock ini, pak Rafail pun mencoba menenangkanku. “Nona tidak perlu malu, tubuh nona sangat bagus bak bidadari. Dan nona juga tidak mengenal semua warga suku disini. Toh nona juga akan pergi dari sini jika sudah selesai menunaikan bayaran ke pak Liben. Hehe.”, ujar pak Rafail yang memang dipikir-pikir sangat masuk akal dan membuatku lebih tenang sekarang. Buat apa malu karena aku saja tidak kenal mereka dan akan pergi dari pulau ini. Anggap saja ini pengalaman baru bercinta sambil disaksikan banyak orang, aku coba berpikir positif.

Pak Rafail pun bilang, “Nah ini nona minum ya biar rileks dan menambah energi nona untuk ritual nanti.”. Ia lalu memberikan 1 gelas yang terbuat dari batu berisi air yang berwarna hijau seperti the hijau.

“Apa ini pak?”, tanyaku ke pak Rafail.

“Oh ini semacam jamu yang membantu menambah stamina nona.”, jelas si dukun suku ini.

Aku yang mendengar itu pun segera meraih gelas itu dan meminum habis jamu itu. Rasa jamu itu seperti madu dicampur dengan aroma kembang. Lumayan menyegarkan tenggorokanku. Pak Liben pun kulihat pergi ke luar. Sepertinya sebentar lagi ritual akan dimulai.

“Nah nona, lepaskan kain itu ya karena saat di panggung itu wajib tanpa busana. Ritual itu harus dijalankan dalam kondisi telanjang.”, perintah pak Rafail.

Aku yang sudah siap mental untuk ritual suku ini pun menanggalkan kain yang tadi menutupi tubuhku. Kini aku pun bugil dan pak Rafail pun menggandeng tanganku untuk keluar dari gubuk kayu ini. Saat aku berada di luar aku pun cukup shock melihat banyaknya orang-orang suku ini yang kulit badannya hitam juga seperti pak Liben dan pak Rafail. Mereka tampak antusias bersorak saat melihatku keluar. Pastilah ritual ini memang penting buat suku mereka. Kulitku yang putih sungguh sangat kontras dengan kulit para orang suku ini yang hitam. Bagaikan kopi hitam dengan susu saja.



Terlihat jika semua wanita suku ini memang tidak mengenakan penutup dada. Bahkan ada pria suku yang tidak mengenakan celana dalam atau koteka dengan penis yang terpampang! Sungguh aneh budaya suku ini.

Pak Rafail terus menuntunku hingga ke tangga panggung altar yang terbuat dari kayu ini. Ia lalu bilang, “Nah nona silakan naik ke panggung ya.”.

Aku pun menurutinya dan mulai melangkahkan kakiku menaiki tangga panggung ini. Di atas panggung sudah ada pak Liben yang melihatku sambil tersenyum lebar. Dan ia pun tidak mengenakan apa-apa lagi. Deg! Kulihat batang kejantanan si kepala suku ini yang ukurannya sangat besar! Diameter dan panjangnya mencengangkan. Sepertinya aku tidak pernah melihat penis sejumbo ini. Apalagi penis pak Liben belum benar-benar full ereksi.

Dan entah kenapa aku seperti merasa badanku jadi panas dan vaginaku jadi gatal. Oh, ini seperti efek obat perangsang. Jangan-jangan ramuan yang diberi pak Rafail tadi mengandung obat perangsang? Aku pun menoleh ke pak Rafail dan ia sepertinya tahu yang sedang kupikirkan.

“Nona pasti merasa panas ya? Tenang aja, itu memang efek jamu yang tadi saya berikan. Tapi stamina nona akan meningkat juga. Hehe.”, ujar pak Rafail memberitahuku tentang efek jamu yang membuatku jadi terangsang.

Aku pun berjalan mendekati pak Liben yang berada di tengah panggung. Vaginaku berdenyut-denyut saat mataku melihat ke batang jumbo pak Liben. Oh, efek obat perangsang ini begitu kuat. Kurasakan puting susuku terasa geli dan mengeras dan vaginaku terus berdenyut dan gatal.

Lalu pak Liben tampak berbicara lantang dalam bahasa asli suku ini. Semua warga yang tadinya bersorak tampak diam mendengarkan ucapan sang kepala suku. Aku berdiri di tengah panggung ini dengan kondisi telanjang bulat dan dalam efek sedang horny berat karena jamu dari pak Rafail. Sungguh aku ingin memainkan vagina dan buah dadaku dan bermasturbasi tapi jelas aku masih punya urat malu. Tidak mungkin aku bermasturbasi di hadapan begitu banyak warga suku ini!

Kulihat wajah-wajah para suku ini yang hitam semua dan semua mata pria suku ini melihat ke arahku, atau lebih tepatnya ke bagian tubuhku seperti payudara dan area selangkanganku. Sungguh risih dan malu tetapi di sisi lain ada perasaan bangga dan horny karena tubuhku dipelototi para pria disini. Selagi pak Liben yang sedang berpidato ini, aku berusaha menahan gairah seksualku yang terus meninggi tanpa bisa kutahan. Efek jamu dari pak Rafail tadi sangat kuat, bahkan lebih kuat dari saat aku diberi obat perangsang dosis oleh pak Mamat, si tukang sapu sekolahku dulu di kosnya.

Libidoku yang sudah sangat hebat ini membuat pendirianku mulai goyah. Kakiku mulai gelisah dan aku coba menggesek-gesekkan kakiku supaya mengenai bibir vaginaku. Mukaku pasti sudah sangat merah karena sudah begitu horny. Belum lagi pentilku yang sudah mancung ini sangat ingin dimainkan. Tapi pak Liben masih terus berbicara ke warga sukunya yang mendengarkannya dengan sungguh-sungguh.

Ah, aku begitu tersiksa dengan kondisi terangsang ini. Ingin aku segera duduk mengangkang dan melakukan fingering ke memekku! Dan aku ingin meremas-remas buah dadaku dan memilin-milin puting susuku ini. Hanya harga diriku saja yang masih membuatku tetap mencoba bertahan dari derita birahi yang tidak bisa kupuaskan.

Lalu pak Liben tiba-tiba berlutut di tengah panggung ini. Pak Rafail lalu bilang kepadaku, “Nona, kamu ikuti pak Liben berlutut juga ya.”.

Aku pun lalu ikut berlutut seperti pak Liben. Tampak pak Liben yang kini seperti sedang merafalkan mantera. Mulutnya berkomat kamit mengucapkan kata-kata dengan suara keras. Sepertinya si kepala suku sedang melakukan ritualnya. Semoga saja tidak lama dan persetubuhanku dengan pak Liben bisa segera dimulai. Aku sudah tidak tahan dengan gairah seks yang menuntut pemuasan ini.



Di posisi berlutut ini aku pun pura-pura meletakkan tanganku ke area perut dan selangkanganku. Ya, aku yang sudah kelewat terangsang ini ingin memainkan vaginaku tapi dengan diam-diam. Jari-jariku yang paling dekat dengan vaginaku pun segera kuarahkan ke bibir vaginaku. Kuraba-raba ke tepian bibir memekku yang sudah becek ini. Dan aku pun mulai memainkan klitorisku dengan cepat. Kugigit bibirku saat merasakan nikmat supaya aku tidak mendesah.

Pak Liben terus merapalkan kata-kata ritual ini dalam bahasa asli sukunya. Dan kedua tangan pak Liben tampak diangkat ke atas dan direntangkan lebar ke kiri dan kanan. Mata para warga suku ini tampak terpejam selagi ritual ini sedang berjalan dengan khusyuk. Merasa kondisi aman untukku bermasturbasi ini, aku pun nekat bertindak lebih liar untuk menstimulasi tubuhku.

Tangan kiriku kuarahkan ke buah dadaku dan segera kuremasi membuatku merasakan nikmat. Lalu jari telunjuk dan jempolku memilin puting susuku dan menambah rasa enak ini. Tangan kananku kini kutusukkan ke dalam liang memekku yang sudah basah. Lalu kukeluar masukkan seolah menyodok-nyodok liang senggamaku. Kuredam suara desahanku dengan menggigit bibirku. Sesekali kulihat ke pak Liben yang masih terus sibuk dengan membaca mantera prosesi ritual ini.

Jari-jariku terus menstimulasi liang kewanitaanku dengan cepat. Kusentuh klitorisku membuatku menggelinjang dan nyaris saja aku jadi merintih! Untung saja aku menutup mulutku dengan tangan. Oh, sensasi bermasturbasi di tengah banyak orang begini sungguh membuatku merasa sangat nakal dan membuatku makin terbakar birahi. Apalagi karena efek jamu yang merangsang ini semakin menguatkan gairah seksku.

Tanganku terus bekerja memainkan payudaraku, membuatku makin merasakan nikmat. Kupelintir-pelintir pentil susuku yang sudah keras ini. Sedangkan jari tangan kananku terus mengobok-ngobok memekku dengan tempo cepat sampai dapat terdengar sedikit suara kecipak air. Untung saja suara pak Liben cukup keras sehingga dapat menutupi suara yang muncul dari gerakan jariku di vaginaku yang sudah amat basah. Gelombang orgasme itu pun terasa sudah mengumpul. Aku tahu tidak lama lagi aku akan orgasme. Aku pun mengarahkan tanganku yang tadi meremas payudaraku untuk menutup mulutku rapat-rapat.

Aku pun mengalami orgasme di tengah panggung suku ini. Untungnya suara rintihan saat aku mencapai klimaks birahi itu dapat kuredam dengan tanganku walau sempat keluar sedikit suara. Kulihat cairan orgasmeku keluar membasahi lantai kayu panggung ini. Pak Liben dan warga suku masih tetap memejamkan mata mereka. Huff, sepertinya tidak ada yang menyadari jika aku baru saja orgasme.

Tapi gejolak birahi ini belum padam dan malah aku masih merasa horny! Efek jamu ini memang sangat kuat. Semoga ritual ini cepat selesai dan pak Liben bisa segera memuaskanku. Oh, aku baru sadar jika aku begitu menginginkan pak Liben untuk menyetubuhiku. Aku merasa sangat binal karena masih mengharapkan segera ngeseks padahal aku baru saja orgasme.

Sekitar 3 menit kemudian tiba-tiba pak Liben berkata lantang dalam bahasa sukunya dan ia lalu berdiri. Kulihat seluruh warga suku pun ikut berdiri. Sepertinya ritual sudah selesai dan akan masuk ke sesi berikutnya yang artinya adalah pak Liben akan have sex denganku. Memekku terasa berdenyut membayangkan kontol jumbo si kepala suku yang akan menghunjam memekku.

Lalu pak Liben pun mendekatiku dan ia tampak berkata sesuatu. Pak Rafail yang kini berjalan ke atas panggung pun berkata, “Nah, kepala suku mau nona mengulum batang penisnya.”.

Aku yang memang dalam kondisi masih horny ini pun tidak berpikir dua kali dan segera berlutut di depan selangkangan pak Liben. Kugenggam penis besar pak Liben yang diameternya sangat lebar ini membuatku hanya dapat menggenggam sekitar separuh diameternya saja. Aku pun mulai mengocok-ngocok penisnya sebelum lidahku kusapukan ke kepala kontolnya. Pak Liben mendesah keenakan merasakan sensasi nikmat dari lidahku ini.

Tidak lama aku pun mulai mengecup kepala penisnya yang tebal dan seperti jamur ini. Kujilat-jilati dengan telaten hingga ke leher kontol pak Liben bagaikan sedang menjilat es krim batangan. Setelah itu aku lalu mulai mengulum penis panjang si kepala suku ini dengan bibirku yang tipis. Mulutku benar-benar terasa penuh oleh penis pak Liben yang super besar ini. Aku kini jadi yakin jika ini adalah penis terbesar yang pernah kurasakan. Dengan semangat, aku memblowjob kontol si kepala suku dengan memaju mundurkan kepalaku.

Terasa bagaimana kerasnya kontol pak Liben yang sudah ereksi sempurna ini dalam mulutku yang mungil. Oh, aku dapat melihat ada batang penis pak Liben yang tidak tertampung mulutku karena saking panjangnya. Mungkin ada 2 per 3 dari total panjang batang kontol si kepala suku ini yang tidak bisa kukulum. Gila sekali ukuran penis pak Liben yang dalam kondisi ereksi ini! Aku takjub sekaligus jadi sangat terangsang membayangkan akan disodok-sodok kontol luar biasa ini.

Tangan kekar si pria berkulit hitam ini memainkan buah dadaku yang menggantung selagi tangan lain sedang memegang kepalaku. Diremasnya payudaraku yang kiri seolah sedang memerah sapi dan lalu dipilinnya kedua puting susuku membuatku makin bernafsu menyepongnya. “Ummm.. mmmmhh.. mmmmhh..”, suara desahanku di sela seponganku pada batang kemaluan pak Liben.

Tiba-tiba pak Liben yang sepertinya sudah sangat nafsu karena dari tadi kublowjob penisnya berkata dalam bahasa asli sukunya. Pak Rafail pun menerjemahkannya dengan bilang, “Pak Liben minta nona untuk berbaring telentang dan mengangkang.”.

Aku yang memang sudah dikuasai libidoku ini pun segera menuruti keinginan pak Liben. Dengan cepat aku sudah berbaring di sebuah matras di tengah panggung ini. Kukangkangkan kedua pahaku sehingga area kewanitaanku dapat terlihat jelas. Apalagi posisiku yang menghadap ke arah para warga ini membuat bibir vaginaku yang terkuak ini jadi tontonan.

Pak Liben lalu segera memposisikan dirinya di depanku. Ia lalu menciumi bibirku dengan bibirnya yang tebal. Aku yang sudah nafsu pun membalas cumbuannya. Dan pak Liben lalu mulai mendorongkan kontol jumbonya yang basah oleh air liurku itu. Aku pun menyiapkan diriku menyambut hunjaman batang perkasa si kepala suku.



Lalu pak Liben pun terus berusaha memasukkan kontol jumbonya yang sudah siap tempur ini ke dalam liang vaginaku. Memang tidak mudah karena ukuran kontol yang begitu besar ini untuk memasuki liang vaginaku yang sempit. Akhirnya setelah upaya beberapa kali dan dibantu denganku yang merentangkan vaginaku barulah kontol pak Liben dapat masuk ke rongga vaginaku. Beberapa detik kemudian segera digerakkannya pinggulnya untuk menggenjotku.

Terasa penuh sekali memekku yang sedang menampung batang jumbo milik pak Liben. Rongga vaginaku yang sempit ini harus membuka dan jadi terasa sesak karena dipenuhi kontol berdiameter jumbo ini. Selain itu panjang penis pak Liben yang juga super itu membuat tiap sodokan menyentuh hingga rahimku.

Mulut Pak Liben lalu turun ke bawah dengan nafsu mencium dan menjilati leherku terus menuju buah dadaku. Lidahnya menjalar di bukit payudaraku sampai meninggalkan jejak basah dari air liurnya. Lalu lidah pria ini meliuk-liuk pada putingku yang sudah begitu mancung ini. Bibir tebalnya pun lalu mencaplok pentilku ini dan mengenyotnya dengan bernafsu. Tangan kasarnya juga terus meremas-remas payudaraku. Sementara itu tangannya yang tadi meraba pahaku kini mulai merayap ke depan menyentuh vaginaku. Dirabanya bukit vaginaku dan lalu merayap ke bibir vaginaku. Digesek-gesekkannya telapak tangannya di atas bibir vaginaku memberikan sensasi tambahan bagiku.

“Nghhh oohh oohhh.. terus.. iyaahhh.. ahhh aahhh aahh!”, jeritku penuh kenikmatan. Tempo sodokan pak Liben di posisi konvensional ini amat cepat, membuatku begitu merasakan nikmat. Suara selangkanganku dengan paha si kepala suku yang bertumbukan juga menimbulkan suara khas yang keras, ’Plok Plak Plok Plak’.

Aku yang dikuasai oleh gairah seks, dengan binalnya meremas-remas kedua buah dadaku saat sedang digenjot. “Ahh.. ahh.. ahh..”, rintihan nikmat yang keluar dari mulutku yang sedang menikmati seks ini. Vaginaku terus disodok kontol pak Liben dengan tempo cepat. Si kepala suku ini memaju-mundurkan pinggulnya memompa memekku sambil tangannya memegangi pergelangan kakiku. Jadilah aku merasakan begitu hebatnya sodokan kontol pak Liben.

Dari mulutku terus keluar erangan erotis yang spontan keluar dari kenikmatan yang sedang kurasakan, “Ngghh ohh ohhh ohhh.. mmhhh..”. Suara desahanku pun teredam ketika bibir tebal dan gelap pak Liben menciumku. Aku yang horny berat ini pun melayani cumbuannya ini. Lidahnya pun mengajak beradu dengan lidahku. Kami berfrench kiss dengan begitu liar selagi organ intim kami yang terus beradu juga di selangkanganku.

Tidak sampai 5 menit digenjot oleh kontol perkasa pak Liben, aku pun mencapai orgasme yang dahsyat. “Aahhh ahh… aku keluar.. aaaahhhhhhhh!”, ceracauku dengan badan yang berkelojotan selagi orgasme sedang melanda diriku. Orgasme pertama dari seks dengan pak Liben ini memang begitu hebat. Aku sampai tidak bisa menahan mulutku untuk tidak menjerit keras. Mulutku membentuk huruf O saat aku melepas lenguhan puncak kenikmatanku itu.

‘Crrtt crrtttt crttttt’, beberapa kali vaginaku menyemprotkan cairan klimaksku membasahi matras dan penis pak Liben.

Pak Liben tidak membiarkanku istirahat dan ia kembali memompa memekku. Aku yang baru saja orgasme hanya pasrah saja dengan nafas terengah-engah. Walau ada rasa lemas sedikit tapi ternyata birahiku masih tetap ada! Hebat sekali efek jamu yang diberikan pak Rafail membuatku bisa tetap horny begini. Beberapa menit kemudian Pak Liben mengisyaratkan padaku untuk meminta ganti posisi dengan tangannya. Oh, ia ingin aku yang di atas sekarang.

Kini si kepala suku yang berbaring di matras dan memintaku untuk menduduki penisnya. Tanpa malu-malu lagi, kuraih kontol jumbonya yang tegak ini dan kuarahkan ke memekku sambil kuturunkan tubuhku yang berjongkok di atas tubuh bongsor dan hitam si kepala suku itu. ‘Bles’ suara memekku yang kembali dimasuki oleh kontolnya. Kami pun segera berpacu dalam birahi. Pak Liben menyodok ke atas dan aku menggoyang pinggulku dengan arah berlawanan.



Aku dengan liar makin meningkatkan kecepatan tubuhku yang naik turun sehingga menimbulkan suara tumbukan kulit pahaku dengan paha pak Liben. Oh, posisi Woman On Top ini membuat kontol si kepala suku makin menghunjam dalam sampai mentok ke rahimku. Gesekan di rongga memekku membuatku merasakan nikmat. Apalagi kini pak Liben membenamkan wajahnya ke tengah payudaraku. Ia pun mengulum pentil susuku yang berwarna pink ini. Sambil tangannya meremas-remas buah dadaku yang sebelah. Sesekali digigit pelan puting susuku membuatku makin mendesah keras.

“Sshhh ahh ahhh ahhh ahhh!”, jeritan sensual yang terlepas dari mulutku yang sedang dimabuk birahi ini.

Tiba-tiba terdengar geraman dari pak Liben yang sepertinya sudah dekat dengan orgasmenya. Aku sendiri juga sudah merasakan gelombang orgasme yang hampir meledak. Maka aku pun makin cepat menaik turunkan tubuhku.

“Ohhhh yeahhhh! Aaaahhhhhhhh!”, jeritan keras dariku yang diterpa badai kenikmatan orgasme. Tubuhku bergetar-getar dengan hebat sampai aku harus membaringkan diriku di dada berbulu pak Liben.

Pak Liben pun menggeram cukup keras dan kurasakan kontol pak Liben di memekku pun berdenyut. Terasa kedutan-kedutan kontol si kepala suku ini yang sedang bergesekan dengan dinding vaginaku. Tidak lama, terasa semburan lendir hangat di dalam rongga vaginaku dan hingga ke rahimku. Sepertinya ada 7 x tembakan sperma dari penis si kepala suku ini. Pak Liben tampak menceracau keras dalam bahasa asli suku mereka. Lalu pak Liben pun menggeser tubuhku ke samping dan mencabut kontolnya dari memekku. Tampak cairan putih kental hasil orgasme si kepala suku yang meluber keluar. Wah gila banyak sekali sperma pak Liben itu sampai membentuk genangan di matras ini.

Pak Liben lalu tampak kembali merapalkan mantera atau ucapan dalam bahasa asli suku sambil ia mengangkat tangan ke atas. Para penduduk suku pun ikut melakukan hal serupa. Setelah itu mereka semua tampak mengucapkan kata-kata yang sama yang tentu saja tidak kumengerti.

Oh sepertinya ritual sudah kelar, begitu pikirku. Aku pun merasa tenang sekaligus puas karena sudah selesai menunaikan bayaran untuk si kepala suku. Tetapi saat aku sedang lega itu tiba-tiba pak Rafail naik ke panggung dan mendekatiku. Terlihat ia yang sudah bugil dengan penis mengacung itu tersenyum mesum.

“Eh kenapa pak?”, tanyaku yang melihatnya mendekatiku.

“Hehe, ini sesi kedua ritual ini nona.”, ujarnya menjelaskan.

“Mak maksudnya gimana ya pak?”, tanyaku.

“Ya di sesi kedua ini nona harus melayani saya, anak kepala suku dan si kepala keamanan suku sebagai tiga orang kasta tertinggi setelah pak Liben di suku ini.”, terang pak Rafail padaku.

Wah jadi aku harus melayani mereka bertiga lagi sebelum bisa pergi??

“Ta tapi setelah ini aku boleh pergi kan pak?”, tanyaku lagi.

“Nanti ada sesi ketiga lagi nona. Tapi untuk sekarang ini dulu. Hehe.”, ujar pak Rafail. Aku pun pasrah saja karena tidak ada jalan keluar juga dari para orang suku ini. Dan ditambah gairahku masih belum padam! Aku masih merasakan memekku berdenyut ketika pandanganku melihat ke kontol pak Rafail.

Lalu naiklah dua orang lain. Yang satu pria yang masih cukup muda, palingan baru berumur 20 tahun atau malah bisa jadi di bawah itu. Dan 1 lagi pria yang sudah agak tua mungkin ada 50an tahun. Badan mereka juga sama hitamnya seperti pak Rafail.

“Nah yang ini anak pak Liben, namanya Fidrio. Dan ini pak Defao, kepala keamanan disini. Hehe.”, ujar pak Rafail mengenalkan mereka padaku. Lalu ia pun bicara ke kedua orang itu mungkin mengenalkan namaku.

Kerumunan warga yang melihat sesi ritual kedua akan dimulai pun tampak bersorak antusias. Sungguh bagaikan mereka sedang menonton ajang olahraga saja. Dan bahkan aku melihat ada warga suku yang sudah nafsu sedang bersetubuh. Ada juga warga suku pria dan wanita yang sedang onani.

“Nah yuk kita mulai ya nona.”, ujar pak Rafail yang berjalan mendekatiku.

Lalu pak Rafail pun segera mencium bibirku dengan nafsu sambil memegangi kepalaku. Dan kurasakan ada tangan yang meremasi payudaraku dan saat kulihat ternyata itu tangan dari Fidrio, si anak kepala suku. Kedua tangannya meremas dengan cukup kasar membuatku agak nyeri. Lalu jari-jarinya juga menarik-narik pentil susuku.

Sedangkan pak Defao kebagian pantatku. Ia tampak meremasi sambil menciumi pantatku yang putih ini. Lalu jari-jarinya juga ditusukkan ke vagina dan anusku. Aku jadi mendesah di sela ciumanku dengan pak Rafail. Dikerubungi tiga pria begini aku benar-benar tidak berdaya dan jujur merasa nikmat. Memang aku sudah terbiasa bercinta dengan 2 - 3 pria sekaligus begini. Rasanya nikmat saat titik sensitif tubuhku dirangsang banyak pria bersamaan.

Tampak sorak sorai para warga suku yang sedang menonton langsung seks 3 lawan 1 ini antara tiga pria ini denganku. Pastilah pertunjukan begini sudah biasa mereka saksikan dan bagai hiburan saja. Padahal kalau di kota ini jelas melanggar aturan yang berlaku. Sungguh gila memang budaya suku ini.

Hanya 5 menit mereka foreplay denganku, lalu pak Rafail pun berkata, “Nah kita mulai ya nona. Tapi nona servis kontol kami dulu ya biar ereksi maksimal. Hehe”.



Mereka bertiga pun mengelilingiku dengan kontol yang sudah tegak. Kulihat kontol-kontol mereka yang ukurannya termasuk wow ini. Hanya milik Drio yang lebih kecil tapi itu saja sudah seperti kontol besar pria-pria yang pernah kurasakan. Aku pun berlutut di antara mereka bertiga dan segera memberikan servis handjob dan blowjob. Secara bergantian kukocok kontol dan kusepong kontol tiga pria yang beruntung ini. Terdengar suara erangan mereka yang merasakan enak dari servisku di kontol mereka. Tiga kontol yang kuhandjob dan kublowjob ini pun sudah mengeras maksimal. Akhirnya pak Rafail pun berkata, “Nah sudah siap nona. Enak sekali mulut dan tangan nona. Tapi pasti memek nona lebih enak lagi. Hehehe.”.

Pak Rafail lalu berbaring telentang dan memintaku untuk menduduki penisnya. Aku yang merasa horny lagi pun segera berpindah ke atas perutnya. Aku pun mulai menurunkan tubuhku tepat di atas penisnya. Vaginaku pun pelan tapi pasti menelan batang milik si pria tua ini.

Lalu tiba-tiba tubuhku didorong ke depan hingga agak menungging. Kulihat ternyata itu si Drio di belakangku. Ia tampak meludahi tangannya dan mengusapkannya ke bibir anusku. Setelah cukup basah ia pun menusuk-nusukkan jarinya mencoba menguak liang pantatku yang sempit ini. Lalu si Drio pelan-pelan mulai mencoba menerobos lubang pantatku dengan penisnya. Oh, terasa perih saat kontolnya yang tebal itu mulai didorong memasuki liang anusku. Pelan tapi pasti akhirnya penisnya pun sudah memasuki lubang anusku.

Maka kini dua lubang tubuhku sudah terisi kontol dari orang suku ini. Drio tidak menunggu lagi dan langsung mulai menggenjot anusku. Setelah merasakan penis di duburnya mulai bergerak, pak Rafail pun ikut menggerakkan pinggulnya untuk menyodok-nyodok vaginaku. Posisi diriku kini sedang disandwich oleh pak Rafail dan si anak kepala suku. Perbedaan warna kulit yang sangat mencolok membuat persetubuhan kami terlihat seperti roti putih dijepit dengan dua roti hitam hangus.

Tangan-tangan si Drio dan pak Rafail meraba dan meremasi payudara mulusku selagi memacu penis mereka di memek dan lubang pantatku. Rasa nikmat yang kurasakan dari 2 penis di lubangku ini makin terus menguat. “Ngghhh ahhh ahhh ahhh!”, aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak mendesah lagi karena sensasi enak double penetration ini.

Pak Defao yang belum kebagian jatah lubang vagina dan pantatku itu pun mendekatiku dan memintaku menyepongnya dari samping kiriku. Aku yang sudah sangat bergairah pun dengan liar memblowjob penis tua si pria ini. Dengan binalnya aku pun memberikan oral sex pada kontol pak Defao. Kupijit juga testis pria tua ini sambil mulutku terus menyepong batang penisnya.

Tiga lubang di tubuhku kini sudah terisi oleh kontol-kontol hitam dan panjang dari para orang suku pulau ini. “Mmmhhh… mmhhh… mmmm..”, dari mulutku hanya terdengar suara desahan teredam oleh penis Pak Defao. Pak Rafail dan Drio dengan gencar terus memompa kontol panjang mereka di rongga memek dan anusku.

Di tengah persetubuhan liar di atas panggung ini aku dapat mendengar riuhnya sorak sorai para warga suku. Tampaknya mereka sangat menyukai “pertunjukkan” yang sedang berlangsung ini. Seks interracial antara aku si gadis keturunan chinese yang berkulit putih dengan tiga pria suku berkulit hitam legam. Memang siapa pun yang menonton juga pasti akan merasa nafsu birahi mereka terbakar.

Efek jamu buatan pak Rafail ini membuatku tidak merasa kelelahan dan malahan makin bergairah saja. Aku bagaikan mesin seks yang tidak bisa merasa lemas dan terus ingin merasakan sensasi nikmat. Sensasi enak dari dua penis yang sedang keluar masuk di memek dan anusku ini membuatku akhirnya kembali mencapai orgasme. Memekku berkedut-kedut kuat saat menyemburkan cairan orgasme membasahi kontol pak Rafail dan sampai membasahi pahanya. “Mmhh.. Oh damn! Aaaahhhhhhh!!!”, kulepaskan kulumanku pada penis pak Defao dan melepaskan teriakan penuh kepuasan.

Staminaku benar-benar meningkat karena jamu yang diberikan pak Rafail. Aku yang sudah beberapa kali orgasme ini masih tidak merasa kecapean seperti biasanya. Pak Rafail dan Drio yang sempat mendiamkan sejenak penis mereka ini lalu kembali menggenjot dua lubangku. Tiba-tiba terasa geli enak di puting susuku. Oh, ternyata pak Rafail sedang mengenyot pucuk buah dadaku ini. Mulutnya dengan rakus mengisap pentil susu pink aku ini, memberik nikmat tambahan dan membuatku makin menggelinjang di tengah seks double penetration ini. Ada sensasi geli juga saat kulit payudara dan pentil susuku yang terkena kumis beruban si dukun suku ini. Ditambah lagi ada ompong di gigi pak Rafail makin memberikan sensasi enak ekstra saat mulutnya mengenyot puting susuku ini.



Pak Defao yang penisnya sempat kuanggurkan ini pun kembali menyodorkan ke mulutku. Aku pun membuka lebar menyambut batang kejantanannya ke dalam mulutku. Aku kembali memberi sevis blowjob di penis pak Defao. Batang beruratnya itu terus kumanjakan dengan lidah dan bibirku.

Tiba-tiba terdengar geraman dari pak Rafail yang sepertinya sudah mencapai klimaksnya. “Ugghh enak sekali lubangmu nona!”, teriaknya dan kurasakan ada semburan sperma pak Rafail yang memeuhi rongga rahimku.

Pak Rafail pun beringsut pindah dari posisinya di bawahku setelah penisnya mengecil setelah orgasme. Pak Defao yang melihat kini gilirannya untuk menikmati memekku pun buru-buru mencabut penisnya dari mulutku.

Si Drio kini mengangkat tubuhku dan ia mengubah posisinya menjadi berbalik. Sekarang ia yang berbaring dengan kondisi kontolnya yang masih menancap di anusku. Jadilah aku pun di posisi reverse cowgirl di atas tubuh Drio. Pak Defao pun melebarkan kedua pahaku dan ia lalu mengarahkan batang kontolnya yang sudah ereksi itu. Kulihat batang penis si kepala keamanan suku ini yang sangat besar. Hampir sama besar dengan milik pak Liben. Ronde dua seks double penetration ini pun akan dimulai..



~ BERSAMBUNG ~


NB : Dilarang Mengcopy Cerita Ini Ke Blog / Website Manapun Tanpa Seizin TS.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd