Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Selina, Amoy Petualang Seks [Update 11 Maret 2024 Page 318

Bimabet
Part 37

Sekitar 3 menit kemudian aku pun mencapai orgasme dari sodokan kontol pak Tarjo. “Aahhh pak… aku keluar.. oohhhhhhh..”, rintihku dengan badan yang bergetar-getar saat orgasme sedang melanda diriku.

‘Crrtt crrtttt crttttt’, beberapa kali vaginaku menyemprotkan cairan klimaksku membasahi penis si nelayan paruh baya ini.

Lalu pak Tarjo pun memposisikan tubuhku jadi menungging tepat di atas jala yang tadi mereka baru gunakan untuk menangkap ikan. Lalu kembali disodokkannya penisnya memasuki liang vaginaku. Tanpa menunggu lagi, pak Tarjo pun segera kembali menggenjot memekku.

Oh, terasa gesekan dari jala yang mengenai puting susuku menimbulkan sensasi geli nikmat. Jala yang kasar itu tampak menggesek-gesek buah dadaku dan pentilnya. Ada kenikmatan tambahan dari stimulasi yang bersumber dari gesekan jala ini.

“Ahh ahhh ahh ahhhh.”, desahku yang sedang disetubuhi di posisi anjing kawin ini.

Mulutku tidak dianggurkan oleh pak Ghozi dan bang Umar. Kembali mereka memintaku menservis kontol mereka yang sudah tegak itu. Sekitar 5 menit kemudian pak Ghozi pun berkata, “Jo, barengan ya. Kau coblos boolnya aja. Aku mau cobain memeknya.”.

“Ya udah Zi.”, jawab pak Tarjo yang lalu beranjak dari posisinya dan ia lalu berbaring telentang di lantai. Pak Ghozi yang berbaring di sampingku ini lalu memintaku untuk menaiki tubuhnya. Aku menurut saja dan segera memposisikan tubuhku di atas perutnya. Kembali penisnya yang sudah keras pun menghunjam ke liang vaginaku di posisi cowgirl ini. Lalu pak Tarjo dengan segera memposisikan kontol panjangnya di liang pantatku. Pelan-pelan penisnya pun didorong memasuki anusku. “Arrgghhh.. pelan-pelan pakhh..”, pintaku saat terasa penisnya didorong dengan kasar ke lubang pantatku.

Akhirnya kembali aku merasakan double penetration setelah tadi bersama dua ABK di atas kapal yang sudah karam itu. Sebuah pemandangan yang sangat kontras, dimana aku seorang gadis keturunan berkulit putih mulus sedang disandwich oleh 2 nelayan tua yang berkulit hitam dan bertampang jelek.

Aku pun terombang ambing saat secara bergantian dua nelayan tua ini memompa kontol mereka ke dua lubang tubuhku. Tubuh putihku ini mengeliat-liat di dalam himpitan kedua nelayan berkulit kehitaman terbakar matahari ini. Bagian bawahku rasanya sesak sekali karena dijejali dua batang penis besar.

Sambil menggenjot vaginaku, Pak Ghozi juga aktif mencumbui bibirku dan meremasi payudaraku yang menggantung di depannya. Tidak lama ia pun melepaskan ciumannya dan lalu mulutnya menyosor ke pentil susuku yang sudah mancung ini. Tanpa ampun, ia pun mengenyot pentilku itu hingga kempot mulutnya. Putingku yang merah muda ini jadi basah oleh air liurnya yang banyak.

Bang Umar yang hanya menonton saja ini lalu mendekat dan memintaku menyepongnya. Aku yang sudah sangat bergairah pun dengan liar memblowjob penis milik si nelayan berambut cepak ini. Tiga lubang di tubuhku kini sudah terisi oleh kontol-kontol hitam dan panjang. “Mmmhhh…mmmmhhh…mmmm..”, dari mulutku hanya terdengar suara desahan teredam oleh penis si nelayan.

Akhirnya 5 menit kemudian aku mulai merasakan kedutan-kedutan pada liang senggamaku menandakan orgasmeku yang hampir tiba. Aku pun mendesah makin kencang, “Ahh ahh.. pakhh.. bentar lagi aku nyampe.. ahh ahhh!”. Pak Tarjo ternyata juga sudah mau klimaks dan ia berkata, “Ahh neng.. kita keluar barengan ya.. uhh..tahan ya neng..”.

“Nghh iya pak.. ohh.. bentar lagi.. iyahhh aahh ahhh..”, desahku yang sudah kewalahan menahan badai orgasme ini. “Ahh..saya keluar neng.. ahh..ughh!”, ceracau pak Tarjo yang lalu menyodokkan batang kejantanannya kuat-kuat ke liang anusku. Disemburnya lubang pantatku dengan lendir putih kental dan hangat dari penisnya.

“Aaaahhhhhhhhh!!”, pekikku dengan badan berkelojotan beberapa kali. Nafasku sampai ngos-ngosan seperti baru saja lari marathon beberapa kilo. Aku pun menutup mataku untuk beristirahat setelah orgasme ini. Aku sangat lemas karena orgasme demi orgasme yang kurasakan dari tadi.

Aku yang kelelahan pun pingsan. Sebelum kesadaranku hilang, aku sempat mendengar suara bang Umar, “Oke gantian ya pak Tarjo. Pak Ghozi mau boolnya ni amoy?”.

.
.
.
.
.
Entah berapa lama aku pingsan karena rasa lelah disetubuhi tanpa ampun oleh para nelayan ini. Tapi saat aku membuka mataku, terasa liang vaginaku yang terisi oleh kontol. Posisiku kini menelungkup di atas jala penangkap ikan. Kuarahkan pandanganku ke belakang dan ternyata bang Umar yang sedang menyodok-nyodok memekku di posisi anjing kawin ini.

‘plok plak plok plak’
Terdengar suara pantatku yang bertumbukan dengan paha si mas-mas nelayan ini.

“Eh udah bangun neng? Hehe.”, ujarnya yang menyeringai mesum melihat ke arahku yang sedang bergoyang-goyang seirama sodokan kontolnya di liang kewanitaanku.

“Uhh.. belum beres juga bang? Aku cape..”, pintaku yang ingin istirahat. Tulangku serasa dilolosi karena melayani nafsu tiga pria mesum di kapal ini. Tapi saat pingsan tadi lumayan memberiku istirahat walau tentu tidak sama dengan tidur.

“Belum dong neng. Kapan lagi kan bisa ngentotin amoy secakep neng. Lagian abang emang kalo main bisa 3 sampe 4 ronde. Cewe abang aja gak kuat ladenin tiap abang ngewein dia. Haha.”, ujar bang Umar yang membanggakan stamina kuatnya dalam bercinta.

“Emang saya pingsan berapa lama bang?”, tanyaku yang penasaran berapa lama aku tidak sadarkan diri tadi.

“Ya, sekitaran setengah jam gitu neng.”, jawab bang Umar singkar di sela genjotannya.

Wah lumayan lama juga aku pingsan. Entah dia sudah cukup lama menyetubuhiku atau tidak ya. Tapi memang kulihat pak Tarjo dan pak Ghozi sudah tidak disini artinya mereka sudah selesai menumpakah sperma mereka dan sudah puas atau sudah lelah juga. Hanya bang Umar yang masih tidak henti-hentinya menyetubuhiku.

Walau lelah tapi kurasakan nafsuku kembali meninggi akibat sensasi gesekan kontol si abang nelayan ini di memekku. Apalagi kini bang Umar mengarahkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke lubang anusku. Ia memainkan bibir anusku sebelum dua jarinya itu memasuki duburku. Ohh, muncul rasa geli akibat ulah jari bang Umar di anusku. Sensasi itu menambah rasa nikmat dari pompaan penis nelayan ini di vaginaku.

“Ngghhh ahhhh bangghh… ahhh ahhh ahhh..”, aku mendesah keenakan merespon bang Umar yang meningkatkan tempo sodokan batang kejantanannya di liang vaginaku.

Aku kini tidak lagi memikirkan rasa lelah dan tunduk pada birahiku yang sudah naik ini. Libidoku hanya bisa dipuaskan dengan genjotan kontol keras dari si nelayan ini. Aku pun makin liar mendesah di dalam kapal ini sambil tangan kiriku meremas payudaraku sendiri.

Tidak lama aku pun mencapai orgasmeku yang entah sudah keberapa kali hari ini. “Nghhh.. banghh.. aahh.. aku keluarr.. Ooohhhhhh!!”, jeritku saat mendapatkan orgasme yang sudah kutunggu ini. Tubuh putihku yang menelungkup ini bergetar-getar seiring sedang dilanda badai kenikmatan orgasme.

Kemudian bang Umar mencabut kontolnya dari memekku lalu ia berkata, “Nah neng, kalo mau cepat istirahat, ni sekarang neng pake tu tetek montok neng buat kocokin kontol abang.”.

Aku yang masih terengah-engah setelah orgasme yang dahsyat barusan ini pun tahu tidak ada pilihan lain selain memberikan yang ia mau. Kulihat ke batang perkasa bang Umar yang masih belum orgasme dari tadi ini. Terlihat kontol berurat berwarna coklat kehitaman yang basah oleh cairan dari vaginaku.

Aku pun mulai mendekatkan wajahku ke depan penis yang tegak mengacung seolah menantangku ini. Kugenggam bagian tengah batang kejantanan bang Umar lalu segera kukocok-kocok. Selagi memberikan servis handjob pada penisnya ini, aku juga menjilati semua bagian penisnya, dari testis hingga ke kepala penisnya semua tidak ada yang terlewat dari sapuan lidahku.

Setelah kontolnya makin basah dengan air ludahku ini, aku pun membuka mulutku lebar-lebar dan menelan kontol si abang nelayan ini. Kukulum penisnya seperti sedang menikmati permen lolipop. Mmm, mulutku terasa penuh oleh penis nelayan yang diameternya cukup lebar ini.

Aku yang ingin ia cepat menumpahkan spermanya pun dengan cepat memblowjob penis milik si nelayan berambut cepak ini. Tapi tiba-tiba bang Umar berkata, “Uhhh mantep mulut lu neng. Tapi abang pengen crot pake toket neng. Hehe.”.

Aku pun menghentikan seponganku dan aku lalu kini berganti jadi posisi berlutut. Kuarahkan payudaraku ke penis bang Umar dan kuposisikan batang penisnya itu diantara gunung kembarku. Lalu kutekan kedua tanganku hingga payudaraku pun jadi menghimpit kontol pria berambut cepak ini. Aku pun kini menjepit penisnya diantara payudaraku.



Lalu mulai kunaik turunkan tubuhku sehingga kulit payudaraku yang putih dan halus ini bergesekan dengan batang berurat bang Umar. Terdengar lenguhan dari mulut si nelayan ini yang tentunya sedang merasa nikmat dari titfuck yang kuberikan. Si pria cepak ini pun terus melenguh keenakan, "Ohh.. toket amoy halus bener.. bulat padat lagi.. mantap..". Sesekali juga kukecup kepala kontolnya saat mendekati mulutku membuatnya melenguh nikmat.

Dengan gencar aku pun bergerak naik turun sehingga membuat seolah kontol bang Umar ini sedang menyetubuhi belahan payudaraku dari bawah ke atas. Aku memang ingin segera menuntaskan seks dengan nelayan ini supaya bisa istirahat. “Uhhh asoy neng.. uda hals kenceng lagi tetek neng.. terus neng..”, ceracau bang Umar yang senang dengan servis titfuck dariku.

Aku tahu jika tidak lama lagi si abang nelayan ini akan segera orgasme. Terus kunaik turunkan tubuhku dengan jepitan payudaraku. Dan kujilat juga kepala kontolnya saat naik mendekat ke mulutku. Bahkan kukulum bagian kepala kontolnya yang bersunat dan berbentuk seperti jamur hitam ini. Kujilat bagian lubang kencingnya beberapa kali dan terus ke bagian leher batangnya.

“Uhhhh gilaaaa enakk neng.. teruss gitu.. ahhh gila..”, ceracau bang Umar yang sangat keenakan dengan servis mulutku barusan.

Lalu aku terus memberikan titfuck pada kontol si nelayan berambut cepak ini. Aku terus menaik turunkan badanku dengan buah dadaku yang menjepit penis bang Umar bagaikan dua roti putih yang menjepit sosis gosong. Aku mendengar erangan bang Umar yang sepertinya sudah dekat dengan orgasmenya. Maka aku pun makin gencar menggerakkan tubuhku dengan buah dadaku yang makin kujepit lebih rapat ke kontol coklat gelap bang Umar.

Akhirnya yang kutunggu pun tiba. Menyemburlah lahar putih kental dan hangat dari penis bang Umar. Beberapa tembakan sperma si pria berkulit coklat gelap ini bahkan mengenai leher dan dadaku. Terasa hangat saat permukaan kulitku terkena lendir kental berwarna putih hasil produksi kontol bang Umar.

“Uhhhh puas abang nih neng. Makasih ya. Hehe.”, ucap bang Umar yang lalu memakai kembali celananya dan berjalan ke arah geladak.

Aku yang memang masih agak lelah ini pun memutuskan berbaring di kursi kapal ini. Lalu tidak lama aku pun tertidur.


Aku tidak tahu berapa lama aku tertidur tapi aku terbangun karena ada teriakan dari salah 1 nelayan yang tadi menyetubuhiku. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali sebelum aku bangkit dan melihat ke luar. Oh, ternyata kami akan tiba di sebuah pulau. Terlihat pasir pantai di pulau ini yang berwarna putih bersih. Sungguh indah pantai di pulau yang tidak kuketahui namanya itu.

Lalu pak Tarjo pun masuk ke dalam bilik kapal tempatku tadi dinikmati mereka. Ia tersenyum mesum melihat diriku yang masih telanjang ini. Aku pun bertanya padanya, “Kita udah dimana ya pak?”.

“Oh ini neng, kita mau mampir bentar ke pulau ini. Soalnya itu ada badai di rute yang mau kita tuju untuk pulang. Jadi sementara kita nunggu tu badai lewat dulu. Hehe.”, jawab pak Tarjo.

“Oh gitu pak. Tapi berapa lama ya kira-kira badainya sampai berlalu?”, tanyaku lagi yang memang sangat tidak nyaman dengan kondisi di tengah laut dan juga pulau yang asing ini. Aku ingin cepat pulang ke kota. Apalagi disini tidak ada sinyal sama sekali.

“Belum tahu neng, bisa beberapa jam. Oh ya neng, ini pake kaos ini aja ya. Bajunya neng kan basah daripada masuk angin ntar. Hehe.”, ucap pak Tarjo yang melempar sebuah kaos putih kusam dan ia lalu ikut kembali berjalan ke geladak.

Aku pun mengambilnya dan segera mengenakan baju yang diberikan pak Tarjo. Ya walaupun dekil tapi lebih baik mengenakan pakaian yang kering daripada yang basah. Bisa-bisa aku masuk angin dan jatuh sakit nanti, begitu pikirku.

Hmm, baju ini sangat kebesaran di tubuhku. Bahkan bagian leher kaosnya sangat besar sehingga jika aku menunduk maka bagian celah leher itu dapat melihat langsung ke payudaraku. Belum lagi kaosnya berwarna putih dan tidak terlalu tebal. Jika biasanya aku terbiasa dengan pakaian branded mewah maka sekarang aku hanya mengenakan pakaian ala kadarnya. Sangat jomplang dengan keadaanku yang biasanya hidup enak.

Aku lalu berjalan ke geladak kapal ini dan kulihat kami makin mendekati garis pantai pulau yang akan jadi tempat kami bersembunyi dari badai. Pulau ini tidak begitu besar dan penuh pepohonan seperti hutan. Hmm, sekilas aku teringat sebuah film hollywood, kalo tidak salah judulnya Kong Skull Island. Mereka ke sebuah pulau yang penuh dengan hutan dan di dalam ada monster dinosaurus. Duh, aku malah jadi berkhayal yang tidak-tidak, hihi. Tidak mungkin ada monster dinosaurus disini.

Lalu pak Tarjo dan bang Umar pun turun duluan ke pulau ini dan menaruh jangkar untuk menahan kapal di posisinya. Pak Ghozi lalu berjalan mendekatiku dan bilang, “Yuk neng turun aja sini biar bapak bantu.”. Ia pun turun duluan dan ia lalu memintaku berpegangan padanya selagi aku sedang mencoba turun ke pantai dari geladak kapal.

Aku teringat dengan pak Maliq dan para ABK kapal yang disewanya. Aku pun bertanya pada pak Ghozi, “Eh pak, itu yang di kapal sekoci gimana?”.

“Oh tenang aja neng, saya uda bilangin ke mereka untuk tunggu bentar. Hehe.”, jawabnya dengan santai sambil ia berjalan di pantai menuju hutan di pulau ini.

Aku yang takut dengan asingnya pulau ini pun buru-buru mengikuti pak Ghozi. “Eh tung tungguin saya pak.”, ujarku yang terus berlari mengejarnya.

Pak Ghozi berbalik dan melihat ke arahku dan ia tersenyum mesum. Oh, pastilah aku yang berlari dan tanpa mengenakan bra membuat payudaraku agak memantul. Walau kaos ini longgar tapi bahannya yang tipis memang membuat dadaku agak menerawang.

Deg! Tiba-tiba pak Ghozi menangkap tubuhku yang sedang berlari dan memelukku erat. “Wah toket neng mantul-mantul gitu bikin bapak ngaceng lagi ni. Hehe.”, kata si nelayan berkumis tebal ini.

“Eh eh pak.. tadi kan udah puas main sama saya.. lepasin ya pak..”, pintaku yang tahu aku dalam dekapan si bandot tua yang pasti ingin meminta jatah bersenggama lagi dariku.

“Loh itu kan tadi neng dan udah mayan lama. Neng tadi aja tidur hampir 1 jam loh pas abis main sama si Umar. Hehe.”, tegas pak Ghozi yang kini tangannya menggerayangi pahaku yang memang tidak tertutup apa-apa.

“Ummm.. anu.. ini kan di tempat terbuka pak.. nanti ada kapal lewat yang lihat gimana..”, aku berusaha mencari alasan supaya pak Ghozi mau melepaskanku, setidaknya untuk sekarang.

“Oke, tenang aja neng, disana ada pepohonan dan bebatuan bisa nutupin kita dari arah laut.”, ujarnya sambil menunjuk ke arah yang ia maksud. Memang disana ada batu yang cukup besar dan banyak serta ada pohon. Aku sebenarnya ingin menolaknya tapi aku tahu tidak ada gunanya melawannya juga. Apalagi aku di pulau yang sangat asing dengan tidak ada sinyal, salah-salah aku bisa dicelakainya.

Memikirkan resiko itu, aku pun terpaksa menuruti kemauannya. “Ya uda pak, disana aja ya.”, jawabku.

Pak Ghozi pun segera menarik tanganku untuk mengikutinya berjalan ke sebuah area yang ada kumpulan batu-batu besar. Nelayan ini akan menyetubuhiku di pantai dalam kondisi masih cukup terang begini. Kulihat jam tanganku yang menunjukkan pukul 15:17. Walau memang sekarang agak mendung karena di laut sana sedang ada badai. Tapi tetap saja masih bisa dilihat dengan jelas oleh orang yang kebetulan melewati pantai ini.



Lalu setibanya di kumpulan batu-batu yang lumayan menghalangi tubuh kami dari pandangan dari laut dan sekitar pantai ini, pak Ghozi pun berkata, “Nah neng, bikin puas kontol bapak ya. Hehe.”.

Karena sadar tidak akan bisa menolak keinginannya, aku pun mulai berjongkok di depan si nelayan tua ini. Lebih baik aku cepat puaskan pak Ghozi saja dengan mulutku jadi tidak perlu harus ngeseks lagi. Karena tubuhku cukup pegal dari semua persetubuhan yang kualami selama 2 hari ini. Maka tanpa malu-malu lagi kugenggam batang kontol si nelayan berkumis tebal ini yang sudah lumayan ereksi karena pasti dari tadi berpikir ngeres saat melihatku.

Aku pun mulai melakukan handjob pada kontol berwarna coklat kehitaman ini dengan tanganku yang putih mulus. Sungguh kontras melihat warna kulit tanganku dengan warna kulit di batang kejantanan pak Ghozi. Tercium bau keringat bercampur pesing pada penis pak Ghozi. Entah apa ia pernah mencuci batang kemaluannya ini karena sering berada di lautan lepas. Tapi tetap kutahan bau tidak sedap ini dan kukocok-kocok terus kontolnya dengan agak cepat karena ingin batang kejantanan si nelayan berkumis tebal ini segera memuncratkan spermanya.

“Jangan tangan aja neng. Mulut juga dong. Hehe.”, perintah pak Ghozi sambil terkekeh bak seorang raja kepada selirnya.

Aku diam saja tidak menanggapinya dan mulai mendekatkan mulutku ke kepala kontol si nelayan tua ini. Segera aku pun mulai menjilati kepala kontolnya yang lumayan tebal ini dengan gerakan naik turun dari leher ke ujung kontolnya berulang kali. Kusapukan lidahku pada bagian biji testisnya juga dengan menyeluruh sebelum lalu jilatanku kembali naik ke arah leher dan kepala penisnya yang mulai mengeluarkan cairan precum. Terlihat kontol pak Ghozi sudah basah oleh air liurku karena sudah cukup lama kujilat.
“Ahh.. enak neng jilatannya..”, rintih si nelayan berkumis tebal ini.

Setelah 3 menitan kujilat sambil kukocok-kocok dengan tanganku barulah kumasukkan kontol si nelayan ini ke dalam mulutku. Kusepong dengan posisi kepalaku yang bergerak maju mundur, membuat pak Ghozi meracau, ”aahhh.. anjing enaknya.. uhhh iya gitu neng.. isep terus neng..”. Sambil kublowjob, si bapak ini meremasi payudaraku dengan dua tangan kokohnya dari atas. Pria ini meremas-remas buntalan dadaku dengan cukup kuat saking bernafsunya, membuatku mendesah di sela seponganku pada penisnya. “mmmm… mmpphh.. mmppphhhh..”, hanya itu yang terdengar dari mulutku yang sedang penuh oleh kontol seorang nelayan berkulit coklat gelap. Dipelintirnya juga puting susuku, membuatku makin blingsatan dirangsang di titik paling sensitif tubuhku itu.

Aku terus memberikan servis oral sex sebaik mungkin dengan harapan pak Ghozi bisa cepat keluar. Tapi sudah ada 15 menitan berlalu aku menyepongnya dengan tempo cepat dan ia sama sekali tidak ada tanda-tanda akan orgasme. Wah kuat juga daya tahan si pria tua ini. Sudah kekeluarkan teknik-tenik blowjobku dan juga kumainkan biji pelirnya dengan jari-jari tanganku tetap tidak membuat ia bisa orgasme.

Aku melepaskan kulumanku di kontolnya dan bilang, “Pak Ghozi.. koq belum keluar juga.. mulutku capek ni pak..”. Aku merasakan pegal di mulutku yang dari tadi bekerja dengan keras berupaya membuat kontol perkasa si nelayan ini untuk takluk. Tapi malah aku yang kewalahan sekarang dan terpaksa minta berhenti.

“Loh neng, masa berhenti. Bapak kan emang gak mudah untuk crot. Hehe.”, ujarnya sambil tersenyum sombong.

“Uhhh capek ni pak. Selina kocokin aja ya pake tangan. Hehe.”, pintaku yang berharap semoga ia mau.

“Lah enak aja. Kalo gitu pake mulut neng yang di bawah ya.”, jawabnya ketus.

Aku jelas tahu yang ia maksud dengan mulut yang di bawah. Ya, ia ingin meminta servsi dengan memekku. Aku yang tadi mengira bisa menaklukkan kontol pak Ghozi dengan mulut dan tangan, kini hanya bisa pasrah saja bersiap untuk ia genjot lagi.

“Ya uda pak. Tapi saya baring aja ya.”, ujarku yang ingin pak Ghozi yang “bekerja”.

“Oke neng, siap. Nah tu baring di batu yang agak pendek itu ya.”, kata pak Ghozi yang menunjuk ke arah sebuah batu datar yang cukup lebar dan cukup untuk tubuh kami.

“Iya pak.”, jawabku singkat dan berjalan kesana dan mulai berbaring.

Kini aku pun sudah telentang di atas bongkahan batu yang datar dan kakiku menggantung di atas permukaan pantai berpasir putih ini. Berhubung aku hanya mengenakan kaos dan tidak ada bawahan karena pakaian dan celanaku yang masih basah, maka memudahkan pak Ghozi untuk mengakses liang senggamaku. Diangkatnya kaosku melewati perutku sehingga bagian intimku dapat dilihat jelas oleh pria yang usianya sepantaran ayahku ini. Matanya pun melotot menyaksikan liang yang akan memberi kenikmatan bagi kontolnya. Aku memalingkan pandanganku ke arah laut lepas dengan deburan ombak yang muncul dan hilang.

“Oke siap ya neng. Huehehe. bapak coblos sekarang memek indah neng.”, ujar pak Ghozi diselingi dengan terkekeh.

“Iya pak, cepat ya.”, ujarku dengan masih melihat ke arah laut.

“Oke neng, maksudnya sodoknya yang cepat kan? Hahaha.”, timpalnya dengan meledekku.

“Cepat keluar maksudnya pak.”, jawabku cepat.

“Siap neng. Neng juga bakal bapak bikin crot. Hehehe.”, jawabnya lagi sambil kini kontolnya mulai didorong mendekat ke bibir memekku.

Digesek-gesekknya kepala kontolnya ke permukaan kulit area selangkanganku dan terus ke bibir memekku seolah sedang menggodaku. Uhh, sensasi saat bibir vaginaku yang tersentuh ujung kepala kontol si nelayan ini membuatku semriwing geli tapi juga ada rasa nikmat. Lalu pak Ghozi mengangkangkan kedua pahaku dan segera dicoblosnya batang kejantanannya dengan tiba-tiba membuatku jadi terpekik kaget. Pria tua ini langsung memaju mundurkannya pinggulnya menyodok-nyodok liang memekku dengan tempo cepat. “Oohh pak.. aahh.. ahhh.. ahhh..”, rintihanku yang merespon kenikmatan akibat genjotan penisnya.

Begitu cepatnya tempo pompaan kontolnya ini membuatku benar-benar keenakan, ditambah lagi diameter penis si nelayan ini yang cukup lebar makin menambah nikmat yang kurasakan. Walau sudah cukup berumur tapi kecepatan sodokannya luar biasa hingga mampu memberikan nikmat bagiku.

Pak Ghozi lalu menaikkan kaosku hingga ke leher sehingga payudaraku yang putih mulus ini tersaji di depannya. Gunung kembar 34Bku bergoyang naik turun mengikuti gerakan tubuhku yang sedang digenjot pak Ghozi. Dan sambil masih memompa batang kejantanannya di lubang vaginaku, mulut pak Ghozi segera maju mengarah ke buah dadaku yang kiri dan mencium bukit payudaraku. Oh, terasa geli saat kumis tebal pak Ghozi bergesekan dengan kulit halus bukit dadaku. Setelah itu lidahnya menyapu telak ke puting susuku yang merah muda ini. Bibirnya lalu mencaplok puting susuku yang sudah begitu keras dan mancung itu. “Nghh.. pak Ghozii… nghh.. pakhh.. ohh.. iyaahh..”, desahku keenakan oleh ulah bibir tebal dan gelap pak Ghozi itu. Apalagi sensasi geli nikmat dari kumisnya membuat aku merasakan stimulasi tambahan.

Tanpa kenal lelah si nelayan berkumis tebal ini terus menyodok memekku di posisi misionaris ini. “Ahhh ahhh ahhh ahhhh..”, rintihku dengan mata sayu menatap pak Ghozi yang sedang memompa liang vaginaku. Tangan pria berkumis tebal ini pun dengan gemas meremas-remas payudaraku yang bergoyang-goyang seirama pompaan kontolnya itu.

Sungguh gila yang sedang terjadi antara aku dan pria yang berprofesi sebagai nelayan ini. Kami sedang bercinta di pantai sebuah pulau kecil dan hanya ditutupi oleh beberapa batu dan pohon. Memang aku sudah pernah melakukan persetubuhan di area terbuka dan di pantai saat aku dipaksa melayani nafsu birahi supir yang kami sewa di Bali. Tapi tetap saja sensasi bercinta di alam terbuka begini apalagi kondisi masih cukup terang menambah keseruan yang dirasakan. Aku pun makin dilanda gairah seksualku yang membuatku makin liar mendesah. Aku tidak peduli lagi sedang have sex di outdoor begini.

“Ohh ahh iyahhh pakhh ahh ahhh teruss pakhh enakhh ahh ahhh!”, lenguhku yang sudah diamuk birahi dan mengejar orgasmeku.

“Uhhh iya enak neng. Main di pantai gini seru juga kan neng? Demen kan sama kontol bapak?”, ujar pak Ghozi di sela sodokannya.

“Nggghh iyahh pakkhh.. aku demen kontol bapak.. panjang.. keras.. enakk pakhh.. teruss pakhh ahh ahh ahhh!”, timpalku dengan sangat nakal bak pelacur ini.

“Memek neng juga mantap.. sempit.. bapak suka.. apalagi toket neng ini putih bulat gini.. sllrruppppp!”, timpal pak Ghozi yang lalu melumat pentil susuku yang kanan dengan bernafsu. Tangannya yang satu mencubit gemas pucuk payudaraku yang kiri.

Akhirnya 5 menit kemudian aku mulai merasakan kedutan-kedutan pada liang memekku yang sudah menandakan klimaks seksualku yang hampir tiba. Aku pun mendesah dengan makin kencang di ambang orgasmeku, “Nghhh ohh ohh.. pakhh.. bentar lagi aku keluar.. ahh ahhh ahhh!”. Akhirnya tibalah orgasme yang sudah kunantikan ini. Tubuh putihku yang sudah basah oleh keringat ini mengejang keras sampai badanku agak terangkat sedikit hingga tubuhku jadi melengkung. Kedua kakiku yang tadinya mengapit pinggang si nelayan tua ini jadi terlepas dan agak membuka lalu beberapa kali bergetar-getar di saat ledakan klimaks birahiku.

Pak Ghozi menghentikan sejenak sodokan kontolnya karena ia pasti ikut merasakan sempitnya liang memekku yang berkontraksi selagi aku sedang dilanda gelombang orgasme. Beberapa detik kemudian barulah tubuhku kembali terdiam dan aku terengah-engah dengan kepuasan birahi yang baru kudapatkan.

“Mantap ya neng sampe menggelepar gitu badannya tadi kaya ikan di daratan. Enak kan dientot bapak. Hahaha.”, pak Ghozi mengejekku yang baru saja diantar olehnya menuju orgasme.

Aku hanya diam dan malu karena memang benar yang dia katakan. Kemudian pria tua ini kembali menggoyang pinggulnya memompa memekku. Aku yang tadi sudah tenang birahinya kembali terusik. Pelan-pelan aku pun merasa horny lagi akibat memekku yang diaduk-aduk kontol pak Ghozi.

“Wah ada bintang laut ni. Jarang-jarang nemu di pantai gini. Hehe.”, ujar pak Ghozi yang kemudian tampak ia meraih ke bawah dekat kakinya.

Diperlihatkannya bintang laut yang berwarna jingga kemerahan dengan corak seperti totol berwarna hitam. Ukurannya kecil, hanya sekitar separuh telapak tanganku. Warnanya sungguh indah dan memang setahuku di Lombok banyak bintang laut yang indah. Hanya sejenak pak Ghozi menghentikan sodokannya untuk mengambil si bintang laut dari pasir sebelum ia kembali menghentak-hentakkan penisnya keluar masuk di liang senggamaku.



Aku pun kembali terombang ambing oleh genjotan kontol pak Ghozi di memekku. Tiba-tiba kurasakan ada permukaan basah dan aneh dari sesuatu yang asing mengenai bibir vaginaku. Kulihat ke arah selangkanganku dan ternyata pak Ghozi menaruh bintang laut itu di vaginaku!

Digesek-gesekkannya bintang laut itu ke bagian atas memekku yang basah oleh cairan cinta hasil orgasmeku tadi. Terasa permukaan kulit bintang laut yang agak kasar dan ada semacam gerinjal atau sisik mengenai kulit di sekitar vaginaku. Oh, ada sensasi yang sungguh berbeda dan baru kali ini kurasakan. Gesekan itu memberikan rasa geli tapi juga sangat nikmat. Stimulasi oleh gesekan bintang laut di bibir memekku ini membuatku makin blingsatan.

Pak Ghozi dengan gilanya terus menggesek-gesekkan bintang laut itu ke memekku dan bahkan bagian ujung salah 1 kaki si bintang laut itu ditusukkannya masuk ke liang memekku. Oh! Aku langsung tersentak kuat ketika kaki bintang laut itu bersentuhan dengan klitorisku yang memang adalah titik yang sangat sensitif.

“Heheh, gimana neng Selina? Enak kan digesek pake bintang laut di itil neng?”, ledek pak Ghozi yang tahu aku keenakan dengan rangsangan bintang laut di klitorisku.

“Nghhh iyahhh pakhh..”, jawabku jujur karena memang rasa nikmat ini sangat membuaiku.

“Haha, dasar amoy binal emang. Sama bintang laut sampe nafsu banget.”, pak Ghozi makin mengejekku sambil tertawa.

“Nghhh.. ohhh…”, aku hanya merintih keenakan karena kaki bintang laut ini yang terus dicoblos ke rongga memekku yang sebenarnya sudah amat penuh karena menampung kontol pak Ghozi.

Oh gila, sensasi ini sungguh luar biasa. Setelah tadi di kapal aku dibuat orgasme oleh seekor belut, sekarang aku juga dibuat horny berat oleh bintang laut ini. Pak Ghozi terus saja menggunakan kaki bintang laut itu sebagai dildo. Uhh, jika ini ketahuan oleh organisasi pecinta binatang pastinya si nelayan ini akan diadili.

Belum selesai kegilaan dari pak Ghozi ini, ia lalu tampak meraih lagi ke bawah dan ternyata ia mengambil sebuah keong ya bentuknya seperti terompet. Dan ia langsung mengarahkan ujung tumpul dari keong itu ke puting susuku.



“Ngghhh pak..”, aku reflek mendesah karena diberi rangsangan tambahan di pentilku.

“Hehe, enak kan nenen neng digesek-gesek gini? Hayo jawab.”, tanya pak Ghozi yang terus menggesekkan keong itu di pentil susuku.

Kontolnya juga terus memompa memekku dan bintang laut itu juga terus digesek ke klitorisku. Dirangsang di tiga titik seperti itu membuatku jadi sangat bergairah. Aku pun mendesah makin hebat. “Ohhh ohhh iyahh pak enakkhh.. terus pak… nghh ahh.. gesek nenenku.. ahh ahh.. sodok terus yang kencang.. ahh ahhh ahhh!”, ceracauku yang sudah dikuasai birahi.

Pelan tapi pasti libidoku makin memuncak dan mendekati klimaks. Kurasakan gelombang orgasme makin lama makin dekat seiring waktu. Rangsangan pak Ghozi dengan kontol dan dua binatang laut ini benar-benar sangat dahsyat. Aku tahu tidak lama lagi aku akan orgasme. Stimulasi tambahan dengan bintang laut dan keong oleh pak Ghozi membuatku benar-benar tidak berkutik.

Tidak sampai 5 menit kemudian, aku pun orgasme sambil melolong cukup keras melampiaskan badai kenikmatan ini. Gelombang orgasme itu pun tiba dan aku berkelojotan dengan kuat. Di ambang orgasmeku ini aku pun menjerit keras penuh kenikmatan, “Ngghhhhhh aaaahhh.. aaaku keluar.. Aaahhhhhh!”. Kepalaku menengadah ke langit biru di atas sana dengan mulut yang membuka lebar. Vaginaku berkontraksi dengan hebat saat memuncratkan cairan orgasmeku. Memekku bahkan sampai squrting membasahi kontol pak Ghozi, bintang laut dan batu yang jadi alas berbaring tubuhku.

“Weleh weleh sampe basah semua ini kena sembur memek neng. Hahaha.”, ledek pak Ghozi yang memperlihatkan si bintang laut cantik yang kini basah dan belepotan dengan cairan orgasmeku. Ia lalu meletakkan keong dan bintang laut itu ke samping tubuhku.

“Wah sampe kena perut bapak loh. Ebat ni memek neng dah kaya senapan air aja. Haha. Baru kali ini bapak ngentot sama cewe sampe disiram gini perut bapak. Hehe.”, kembali pak Ghozi mengejekku.

Lalu pak Ghozi pun memintaku ganti posisi. “Yuk neng, sekarang neng berdiri sambil nungging ya.”, perintah pak Ghozi yang sudah mencabut kontolnya dari memekku dan berdiri.

Aku yang masih lemas sebenarnya dari klimaks barusan pun mau tidak mau menurutinya. Aku pun bangkit dari posisi berbaringku. Pak Ghozi lalu menarik lepas kaos yang kukenakan hingga kini aku sudah bugil total. Kemudian si nelayan tua ini membimbingku untuk memunggunginya dan agak menunggingkan pantatku. Dan ia mengaturku untuk berpegangan pada sebuah batu yang tinggi di dekatku. Jadilah aku kini di posisi yang sensual, dimana aku yang telanjang bulat ini memamerkan pantatku yang bulat putih ini dan jelas vaginaku pun dapat jelas terlihat oleh siapapun yang di belakangku.



Huff, rupanya pak Ghozi ingin gaya doggy style berdiri. Lalu pria tua ini lebih menunggingkan lagi pantatku dan ia mulai menggesek-gesek kontolnya di belahan pantatku. Oh, apa ia mau menyodomiku ya.. Tapi ternyata yang kutakutkan tidak terjadi. Tidak lama pak Ghozi pun memulai aksi penetrasi liang kewanitaanku dengan batang penisnya itu. Oh, terasa kulit bibir memekku jadi terkuak saat kontolnya yang memang besar itu menghunjam memekku.



Kembali rongga vaginaku diisi oleh kontol si nelayan tua. Pak Ghozi pun mulai memompa penisnya di vaginaku sambil berdiri. Suara tumbukan selangkangan si nelayan ke pantatku menimbulkan suara khas yang cukup keras. “Ohh ohhh oohhh.. iyahh ohh ohhh!”, desahku keras dengan wajah horny sambil tetap berpegangan pada bebatuan. Pak Ghozi juga melepaskan lenguhan nikmat karena menikmati jepitan memekku, “Ughh.. memek amoy juara dah.. enak gila.. asoy ohhh!”.

Kedua tangan si nelayan tua ini tidak hanya diam saja selagi ia memompa memekku. Kini pantatku diremas dengan gemas oleh tangan kanannya. Sedangkan tangan satunya lagi menggerayangi payudaraku. Buah dadaku diremas-remasnya dengan keras. Putingku yang sudah tegang ini juga dipilin-pilinnya sehingga makin memperkuat rasa enak yang kudapat dari seks interracial ini.

‘Plok Plak Plok Plak Plok!’

Suara pertemuan kulit kami yang begitu intense ini menimbulkan suara yang cukup keras. Karena memang pak Ghozi menggenjot memekku dengan kecepatan tinggi. Tanpa ampun memekku disodok dengan cepat dan bertenaga. Benar-benar kuat layaknya masih muda saja si nelayan ini.

Gesekan kontol berurat pak Ghozi di dinding memekku membuatku begitu melayang dalam kenikmatan. Tempo genjotannya yang tinggi benar-benar sangat memabukkanku. Aku begitu keenakan dan tanpa sadar meracau dengan binalnya. “Ohhh enak pakhh terus pakk sodok memekku yang cepat.. ahh iyahhh ahh ahhh!”. ceracauku yang sudah lepas kontrol karena birahi memuncak ini.

Tiba-tiba datanglah pak Tarjo dan bang Umar yang melihat kami dengan senyum mesum. Aku lega karena itu hanyalah dua nelayan yang tadi juga sudah kebagian jatah menikmati tubuhku. Tapi aku kaget karena tiba-tiba muncul seorang pria berkulit hitam legam dan ia hanya mengenakan sebuah celana dalam seperti tali dan ditengahnya tampak seperti tanduk melengkung. Kalo tidak salah itu namanya koteka, aku coba mengingat pelajaran sosial budaya di sekolahku. Badan pria ini besar dengan wajah khas orang timur seperti papua dan mukanya brewokan. Penampilannya sangat menyeramkan dan matanya terlihat galak. Ia menatap tubuhku yang memang posisinya tepat menghadap ke mereka selagi aku disetubuhi di posisi anjing kawin sambil berdiri ini.

Aku sebenarnya risih dilihat oleh pria asing seperti pria berkulit hitam ini. Tapi aku sendiri masih nanggung di ambang kenikmatan jadi aku biarkan saja dengan mata merem melek. Pak Ghozi sendiri terus memompa memekku dari belakang.

“Wah wah enak-enak malah gak ngajak ni. Hehe.”, ujar pak Tarjo.

“Iya nih pak Ghozi, masa ngewek sama ni amoy gak ajak-ajak kami. Ga setia kawan ni. Haha.”, timpal bang Umar.

“Haha, maap maap. Udah nafsu banget pas lihat paha mulus ni amoy sama pas dia lagi lari toketnya jendal jendul. Hehe.”, terang pak Ghozi ke dua rekannya.

“Ok gapapa. Tapi berhubung kita kan mau numpang di pulau ini. Nah kita tadi pergi minta izin sama tetua suku adat di pulau ini.”, ujar pak Ghozi.

“Iya, pak Liben ya. Udah lama juga ya gak mampir ke tempat dia.”, ujar pak Ghozi santai. Hmmm, ternyata para nelayan ini sudah pernah kemari dan mengenal tetua suku disini.

“Nah iya. Pak Liben bolehin kita numpang tapi mesti ada bayarannya. Berhubung kita juga lagi seret tadi nangkap ikannya kan jadi aku mikirin bayaran lain ni buat pak Liben.”, ujar pak Tarjo sambil melirik ke arahku yang masih terus disodok oleh pak Ghozi.

“Oh bayaran pake apa ni Jo?”, tanya pak Ghozi ke pakl Tarjo.

“Ya bayarannya itu pak Liben boleh pake si amoy ini. Hak hak hak.”, ujar pak Tarjo seenaknya sambil tertawa norak.

Aku tentu saja shock mendengar aku akan dijadikan bayaran dan mesti menjadi pemuas nafsu si kepala suku sini. Tapi saat aku baru mau mengatakan sesuatu ini, terasa badai orgasmeku sudah mengumpul dan mau meledak. Tanpa bisa kutahan lagi, aku pun mencapai orgasmeku yang kedua di pantai ini. Otot-otot di dinding memekku berkontraksi dengan kuat ketika aku meraih puncak kenikmatan ini. Aku pun mendongak sambil melenguh keras, “Ngghhh aaahhh ahhhh.. Aahhh.. aaakuhhh nyampeeee… Oooohhhhhhh!!”. Vaginaku berkontraksi dan menyemburkan cairan orgasme membasahi pasir pantai yang berada di bawah tubuhku.

Buah dadaku terasa mengencang saat ledakan badai orgasme ini. Badanku lalu tersentak-sentak beberapa kali sampai melengkung ke belakang dan menyebabkan kedua dada bulatku membusung ke depan. Tentu poseku sangat menantang ke tiga pria yang menyaksikan aku yang diterpa badai orgasme barusan. Klimaks ini membuat seolah-olah tulang-tulangku terasa dilolosi semua. Aku langsung roboh ke bebatuan besar yang kupegangi tadi dan kupeluk batuan ini supaya tidak jatuh. Dadaku kembang kempis karena napasku yang terengah-engah. Kupejamkan mataku yang kelelahan.

“Uhhhh terima peju bapak neng!”, ceracau pak Ghozi yang berejakulasi di vaginaku. Terasa rahimku yang hangat disirami oleh sperma si nelayan berkumis tebal ini. Ia pun mencabut penisnya yang basah oleh cairan orgasmeku. Aku pun tersungkur di atas pasir ini karena lemas setelah 3 kali orgasme.



“Sebenarnya bapak pengen ngentotin neng Selina ni tapi pak Liben uda menunggu bayarannya. Nanti aja dah baru bapak main sama neng ya. Hehehe.”, ujar pak Tarjo sambil menyeringai mesum dan meremas payudaraku.

Aku yang masih agak lemas setelah orgasme dua kali ini pun tidak ada tenaga untuk melawan saat tubuhku diangkat oleh pria berkulit hitam yang sepertinya anak buah si kepala suku. Diletakkannya tubuhku di bahunya seolah aku begitu ringan. Anak buah pak Liben ini berjalan sambil memanggul tubuh bugilku. Aku tahu tidak mungkin memberontak karena aku berada di sebuah pulau dan keselamatanku juga bisa terancam jika aku melawan si kepala suku.

Kini pria suku pulau ini pun berjalan memasuki hutan di pulau ini. Aku melihat ketika kami sudah berada di dalam hutan berjalan di antara rerimbunan pohon. Sesekali dedaunan dan ranting pohon menggesek kulit tubuhku terutama bongkahan pantat dan kakiku. Oh, terkadang ada gesekan daun yang memberikan sensasi geli nikmat saat mengenai bagian belahan pantatku. Apalagi kadang payudaraku ini mengenai dada bidang si pria berkulit hitam yang sedang memanggulku.

Aku melihat kami makin memasuki bagian dalam hutan. Aku bergidik membayangkan apakah ada makhluk buas yang hidup di hutan ini? Dan sepertinya sudah ada hampir 20 menit kami berjalan di hutan ini. Sepertinya tempat tinggal para penduduk asli pulau ini sangat dalam..




~ BERSAMBUNG ~


NB : Dilarang Mengcopy Cerita Ini Ke Blog / Website Manapun Tanpa Seizin TS.
 
Akhir nya Selina comeback !
Terima kasih suhu :ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd