Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Selina, Amoy Petualang Seks [Update 11 Maret 2024 Page 318

Cerita Diana first ride kapan update lagi nich suhu @thanosduh
Penasaran ku penasaran dengan lanjutannya. hihi:goyang:

Iya sis pasti akan diupdate.
Tapi Anastasya : New Dirty Scavenger yg bakal muncul duluan nih. Stay tune ya ;)
 
Nanti malem update ya guys cerita Selina di sini. :beer:
Di Multiverse Of Hotness juga ada cerita baru. Tentang gadis muda polos berhijab dengan genre Gangbang Rape.
Cerita ini karya teman online ane yang punya fetish cewe berhijab.
Terus dukung supaya ane tetap semangat menulis. :)
Thanks guys :cendol:
 
Part 41

Kapal itu pun merapat ke dermaga pelabuhan ini. Dan kami pun akhirnya sudah menginjakkan kaki lagi ke daratan. Aku begitu lega karena sudah sempat takut akan tenggelam di laut. Lalu pak Robert berbincang sejenak dengan pak Maliq yang setelah itu tampak pergi meninggalkan tempat ini bersama dua anak buahnya.

“Nah, kalian udah kami antar balik ke pelabuhan ya.”, ujar pak Tarjo yang tampak angkuh melihat ke pak Maliq.

“Iya terima kasih ya pak udah selamatin kami.”, ujar pak Maliq yang terlihat lelah dan tampak berantakan karena terus di sekoci.

“Ya, kami dapat apa ni pak udah nolongin nyawa bapak?”, ujar pak Tarjo lagi.

“Ummm, saya kasi bapak uang ya. Tapi tunggu saya tarik uangnya dulu ya.”, ujar pak Maliq.

“Ya udah, tapi kami butuh jaminan ni. Si neng ini kami pinjam dulu ya sambil bapak pergi ambil uangnya. Hehe.”, timpal pak Tarjo yang tampak tersenyum mesum.

Aku pun jadi shock mendengar itu dan spontan memprotes, “Eh kenapa saya mesti ikut!?”
“Ya buat jaminan dong neng. Kami gak bodoh. Nanti kalian bisa kabur dan gak menepati janji.”, ujar pak Ghozi yang kini berdiri di sampingku.

“Eh ja jangan pak. Bapak ikut saya aja gimana?”, ujar pak Maliq lagi coba bernegosiasi.

“Loh koq ikut bapak. Gak mau, saya maunya uangnya dikasi ke saya disini.”, ujar pak Tarjo.

“Ya udah pak, saya sekarang ambil uangnya di hotel ya. Bapak tunggu dimana? Disini ramai banget pak susah carinya nanti.”, ujar pak Maliq.

“Hmm, ke tempat mangkal kami aja pak. Tuh disana yang ada rumah tua itu.”, ujar pak Tarjo menunjuk ke arah sebuah rumah yang tampak reyot.

“Oke pak, saya pergi ambil uangnya.”, ujar pak Maliq pada pak Tarjo. Lalu pak Maliq mendekatiku dan berbisik, “Selina, kamu tunggu ya. Tenang aja bapak akan ambil uangnya dan langsung kesini.”.

“Ja jangan lama-lama ya pak..”, pintaku pada guruku ini. Bagaimanapun ini adalah pelabuhan yang tentu saja bisa ada kriminal atau premannya. Lalu pak Maliq pun segera berjalan pergi dengan cepat.

“Nah neng, kita istirahat dulu disana. Hehe.”, ujar pak Tarjo.

Aku pun berjalan bersama dengan tiga nelayan ini menuju ke rumah tua yang menjadi markas mereka. Jarak dari rumah itu dengan tempat kami memang tidak begitu jauh, mungkin hanya 200 meter saja. Setelah itu pak Tarjo pun membuka pintu rumah tua ini. Dan ternyata di dalam ada beberapa pria! Deg! Aku kaget dan jujur saja jadi takut melihat tampang-tampang pria di dalam yang terlihat sangar. Apa mereka preman pelabuhan yang biasa sering kudengar ya.

Ada pria yang berambut pendek dan bertelanjang dada dengan badan penuh tato. Ada pria yang botak dan jangkung. Pria yang satunya rambutnya agak gondrong dan berwarna coklat pirang.

“Wah siapa cewe bening ini Jo?”, ujar salah 1 pria disana yang bertelanjang dada dan bertato di dada. Mata tiga pria di dalam tampak melotot melihat tubuhku yang berbalut kaos kebesaran dan celana pendek ini.

“Oh, ini jaminan ni buat orang kaya yang kuselamatin dari kapal karamnya. Si orkay lagi pergi ambil duit buat balas jasa kami. Hehe.”, jawab pak Tarjo dengan santai.

“Oh, orang kaya ya. Cantik banget neng. Nama neng siapa?”, tanya si pria bertato itu.

“Umm, Se Selina pak.”, jawabku agak gugup karena ketakutan. Kulihat total ada 3 pria lain selain pak Tarjo, pak Ghozi dan bang Umar. Dan tampang mereka kasar dan kusam seperti pak Tarjo. Apa mereka bukan preman tapi nelayan ya? Semoga memang nelayan yang bertampang sangar saja. Aku sangat takut jika mereka mengasariku.

“Nama yang cantik, secantik orangnya. Hehe.”, ujar si pria bertato. Ia lalu menjulurkan tangannya mau menyalamiku seraya berkata, “Kenalin ya neng cantik, saya Ahmad. Hehe.”. Dari perawakannya sepertinya si pak Ahmad ini baru berusia sekitar 40 tahun.

Aku yang takut jika si pria bernama Ahmad ini marah kalau aku tidak menyalaminya pun menyambut uluran jabat tangannya. “I iya pak, salam kenal.”

“Wah halus tangannya neng.”, ujar pak Ahmad.

Dan dua pria lain pun buru-buru ikut berkenalan denganku. Dari perkenalan itu aku jadi tahu nama mereka. Si pria botak bernama Amrozi. Dan yang berambut coklat pirang namanya Tofik. Mereka semua terus memandangi tubuhku terutama ke buah dada dan pahaku. Kaos ini memang tidak terlalu tebal dan di dalamnya aku tidak mengenakan apa-apa lagi. Aku agak risih dengan tatapan mereka yang bagaikan predator lapar ini.

Uh, semoga pak Maliq cepat datang supaya aku bisa pergi. Aku sudah sangat lelah dan aku agak mengantuk. Aku pun menguap dan segera kututup mulutku yang sedang membuka saat menguap. Melihat itu, pak Ahmad jadi berujar, “Wah si neng ngantuk ya? Sini istirahat aja disini. Hehe.” Pak Ahmad pun menunjuk ke sebuah kasur lipat lusuh.

“Iya neng, tidur dulu aja kalo ngantuk.”, ujar pak Amrozi.

Aku tentu saja tidak bisa tidur di tengah kumpulan pria yang menyeramkan ini, jadi kutolak halus tawaran dari pak Ahmad itu. “Eh gapapa pak. Saya duduk disini aja.”, ujarku.

“Eh udah neng sini aja. Orang uda baik malah belagu. Pasti karena kumal kan neng? Mentang-mentang neng orang kaya jadi mandang rendah kami-kami ya!? Bener kan heh!??”, bentak pak Ahmad yang terlihat marah.

Aku pun jadi ciut nyalinya dan segera duduk di kasur lipat itu. Memang aku sangat mengantuk karena tubuhku yang nyaris tidak ada istirahat dari tadi pagi. “Nah gitu dong, jangan belagu neng mentang-mentang orang kaya. Kami-kami ini juga manusia.”, ujar pak Ahmad.

“Udah neng, tidur aja. Hehe.”, kata pak Tofik yang tersenyum sambil melihatku.

“Iya makasih pak.”, ucapku. Aku hanya duduk saja dan menyandarkan kepalaku ke tembok. Aku tidak berani tidur berbaring dengan dikelilingi para bandot ini. Aku tahu makin lama disini hanya meningkatkan resiko aku diperkosa mereka. Apalagi sudah ada pak Tarjo cs yang tadi menikmati kehangatan tubuhku. Aku hanya bisa berharap pak Maliq cepat kesini.

Tapi aku yang terlalu cape dan ngantuk ini pun tidak bisa menahan untuk tidak tertidur. Mataku pun memejam karena rasa kantuk yang begitu hebat.


Entah berapa lama aku tertidur, tapi aku terbangun karena ada rasa geli dan basah di putingku dan juga vaginaku. Oh, ada yang menjilati pentil susuku. Aku pun membuka mataku perlahan-lahan dan melihat ternyata itu adalah pak Ahmad yang sedang asyik mengenyot puting susuku. Lalu di selangkanganku ada si pria botak bernama Amrozi. Ada tangan-tangan yang meraba-raba perut dan pahaku juga. Ya, aku dikelilingi keenam pria ini. Dan kondisiku sudah telanjang bulat! Entah dari kapan aku ditelanjangi mereka.

“Eh neng kebangun ya karna dibikin enak? Haha.”, celoteh pak Tofik yang menyadari kalau aku sudah bangun.

“Wah bangun juga si amoy cantik.”, kata bang Umar.

“Enak kan moy toket lu abang jilat gini?”, ujar pak Ahmad yang lalu menjilat buah dadaku dari bagian atas turun hingga ke puting susuku.

“Ehhh pakh…”, ucapku reflek karena rasa geli nikmat yang barusan kuterima dari lidah si pria bertato ini.

“Pas neng lagi tidur, teman bapak si Tarjo ini cerita gimana serunya tadi main sama neng di kapal pas laut lagi berangin. Jadi bapak yang kebetulan lagi dingin gini ya pengen juga nih diangetin sama neng. Hehe.”, ujar pak Ahmad seraya menyeringai mesum menampakkan gigi-giginya yang sangat jelek dan hitam karena sepertinya ia seorang perokok berat.

“Iya neng, kasi juga dong yang tadi neng kasi ke Tarjo mereka. Biar adil. Hehehe.”, timpal pak Amrozi sambil terkekeh.

“Gimana neng mau kan?”, ujar pak Tarjo yang tersenyum mesum sambil ia menggerayangi paha kananku.

“Yang penting neng nurut aja bapak jamin neng gak akan disakiti. Malah dapet enak. Hahaha.”, ujar pak Ahmad yang dari kata-katanya ini menyiratkan maksud mengancamku.

Kulihat sekelilingku dimana sudah ada 4 pria lain yang mengerubungiku selain yang dua pria yang sedang asyik menikmati payudara dan vaginaku. Oh gila, aku sendirian harus menghadapi 6 pria! Entah apakah aku kuat melayani nafsu seksual mereka setidaknya sampai pak Maliq tiba. Tapi aku tahu aku juga tidak berdaya menolak mereka. Salah-salah malah mereka yang sepertinya preman pelabuhan ini malah akan melukaiku. Jadi aku berpikir lebih baik pasrah saja.

“I iya pak, saya akan nurut.”, ucapku dengan suara yang pelan.

“Nah pinter neng. Ok yuk mulai neng sepong kontol bapak. Kata Tarjo, mulut neng udah ahli isep kontol. Hehe.”, ujar pak Ahmad yang lalu segera menurunkan celana berikut celana dalamnya.

Tampaklah kontol panjang kehitaman dan berurat yang mengacung gagah karena sudah ereksi itu. Aku bergidik melihat betapa besarnya penis pak Ahmad ini, sepertinya termasuk yang terbesar yang pernah kutemui. Tapi di satu sisi juga ada rasa horny karena dari tadi aku distimulasi mereka di beberapa titik tubuhku.

Pak Tofik masih asyik melumat memekku sampai menimbulkan suara kecipak air karena memang memekku sudah becek akibat diriku yang sudah terangsang ini. Aku pun segera menggenggam kontol pak Ahmad dan tidak lama aku mulai menjilat-jilat kepala kontol yang sudah disunat ini. Tampak kepala penisnya yang seperti jamur berwarna coklat gelap ini. Mulutku mulai membuka dan maju sampai penis itu mulai memasuki mulutku. Lalu kukatupkan bibir tipisku ini dengan gerakan yang seperti sedang menikmati es krim batangan. Aku keluarkan teknik oral seks yang sudah biasa aku praktekkan ke pejantan yang ngeseks denganku. Kujilat-jilat kantung kemaluannya hingga naik ke leher kontolnya lalu naik ke kepala penisnya. Kemudian kuhisap penisnya sambil menggerakkan kepalaku maju mundur. “Ughh.. gila enak banget sepongan lu neng…”, ceracau Pak Ahmad yang keenakan dengan teknik blowjobku.

“Apa kubilang Mad? Udah mahir nyepong ni amoy. Huahaha.”, celoteh pak Tarjo sambil tertawa norak.

“Iya Jo. Gila sepongan amoy ini lebih enak daripada perek langganan gua.. anjing enaknya..”, timpal pak Ahmad.

“Lah ini kan perek juga Mad. Tapi perek mewah yang disewa si orkay itu. Hehe.”, celoteh pak Tarjo yang mengira aku ini adalah pelacur pak Maliq.

“Tapi dia keliatan peduli sama ni amoy. Apa piaraannya ya?”, ujar pak Ghozi yang bertanya tentangku.

“Udahlah gak penting juga mau perek ato piarannya yang penting memeknya bisa kita sodok. Hahaha.”, timpal pak Tarjo yang lalu tertawa-tawa.

Pak Amrozi yang juga tidak mau ketinggalan merasakan servis mulutku pun menanggalkan bawahannya hingga batang kejantanannya juga mengacung ke arahku. Ukurannya tidak sebesar punya pak Ahmad tapi juga tampak tebal dan kokoh. Aku yang tahu yang ia mau pun segera menggenggam batang kejantanannya dan lalu mulailah tanganku mengocok-ngocok penisnya ini. Aku pun lalu segera memblowjob penis pak Amrozi seperti yang kulakukan ke pak Ahmad. Secara bergantian aku mengisap dua penis dari preman pelabuhan ini membuat mereka melenguh keenakan.

“Aahhh gilaaa mulut amoy enak gini..”, ujar pak Amrozi yang tampak merem melek saat kuhisap penisnya.

Pak Tofik yang tadi asyik menikmati memekku pun sepertinya penasaran dengan servis mulutku ke kontol temannya. Ia segera berpindah dari selangkanganku dan melepaskan juga celananya. “Wah neng, bapak juga mau dong disepong. Hehe.”, ujarnya sambil segera mendekatkan penisnya ke mukaku.

Aku pun merubah posisiku yang tadinya duduk di kasur ini menjadi berlutut di depan tiga pria yang beruntung untuk merasakan servis oral sex dariku ini. Dengan patuh aku pun mulai mengulum penis pak Tofik yang termasuk paling kecil diantara tiga preman pelabuhan ini. Kuhisap maju mundur batang kejantanannya yang berurat ini sambil kedua tanganku memberikan handjob ke kontol pak Ahmad dan pak Amrozi.



“Ahh mantappnya sepongan amoy.. kesampean juga ngerasain..”, gumam Pak Tofik yang merasa keenakan kublowjob.

Dan pak Tarjo, pak Ghozi dan bang Umar yang tidak dapat merasakan servis mulut dan tanganku pun tampak sudah bernafsu juga. Mereka kulihat juga sudah menanggalkan pakaian mereka. Pak Ghozi dan bang Umar sedang onani sambil menonton live show dariku yang sedang menyepong tiga kontol secara bergantian ini. Sedangkan pak Tarjo berangsut berpindah ke bawah selangkanganku dan mengaturku supaya berjongkok di atas wajahnya. Oh, ia ingin menjilati memekku di posisi aku berjongkok begini. Aku yang memang sudah naik birahinya ini segera membuka lebar kakiku dan aku menurunkan selangkanganku tepat di wajah si nelayan tua ini. Jadilah aku pun merasakan nikmat dari permainan mulut pak Tarjo yang ganas ini.

Tanpa ampun lidah si nelayan tua ini segera mengais-ngais ke dalam liang vaginaku yang sudah becek ini. Aku pun jadi blingsatan dengan rasa nikmat dari memekku yang sedang diservis mulut pak Tarjo. Rangsangan hebat di organ kewanitaanku membuat aku lebih liar lagi memberikan oral sex ke tiga kontol pria di sekelilingku. Kepalaku makin cepat maju mundur memberikan servis blowjob ke kontol berurat preman-preman ini.

Selagi sedang kusepong, Pak Ahmad segera melepaskan penisnya dari mulutku sambil berucap, ”Berhenti neng, udah cukup sepongnya. Ntar bapak keburu crot. Haha. Rugi kalo sampe gak nyoblos memek amoy kayak neng. Hehe.”.

Lalu ia pun mengatur dirinya berbaring di kasur ini dan ia memintaku untuk menduduki kontolnya yang sudah ereksi maksimal itu. Tanpa menunggu lagi aku yang memang sudah dikuasai libidoku ini segera memposisikan selangkanganku di atas kontolnya. Aku pun mulai menurunkan tubuhku hingga pelan-pelan memekku mulai menelan batang kejantanan si pria berambut pendek ini.

“Nah neng, kata Tarjo goyangan neng mantap. Bapak juga mau. Hehe.”, ujar pak Ahmad sambil menatapku dengan seringai mesumnya.

Aku yang memang sudah horny berat ini pun seolah merasa tertantang untuk memberikan goyangan terbaikku. Dengan liarnya aku segera mulai menaik turunkan tubuh putih mulusku di atas tubuh hitam terbakar matahari milik pak Ahmad ini. Kedua buah dadaku yang bulat padat bergoyang seirama gerakan tubuhku di posisi Woman On Top ini. Pak Ahmad yang gemas dengan payudaraku pun meremas-remasnya. Lalu jari-jarinya juga mencubit gemas pentil susuku yang berwarna pink ini.



“Ohh ahh ahhh ahhh ahhh ahh..”, aku sama sekali tidak malu untuk melepaskan suara desahanku selagi aku sedang asyik bersetubuh dengan si preman pelabuhan ini.

Aku kini sudah amat terhanyut dalam seks interracial dan beda kelas sosial ini. Aku tidak peduli dengan itu semua dan hanya menginginkan kepuasan seksual oleh penis si pria bertato yang perawakannya menyeramkan ini. Aku terus memacu tubuhku di atas tubuh Pak Ahmad dengan liar. Tubuhku yang putih khas wanita chinese ini bergoyang dengan tempo cepat di atas tubuh berkulit gelap dan kasar pak Ahmad ini. Lalu pria bertato ini menghisap puting susu kananku sambil tangan satunya meremas buah dada kiriku. Mendapat hisapan bibir tebal pak Ahmad aku pun makin liar memacu memekku di kontol pak Ahmad. "Ngghhhh.. iyahh pak… terus.. isap pentilku pakhh.. ahh ahhh ahhh..", ceracauku dengan wajah sayu menatap pak Ahmad yang asyik menyusu ini.

Saat kami sedang enak-enaknya bercinta ini, tiba-tiba pak Tofik berkata, “Uhh udah ga tahan ni. Aku boolnya aja gapapa dah.”.

“Oke silakan Fik.”, kata pak Ahmad yang lalu mendiamkan sejenak tubuhku yang tadinya sedang naik turun ini.

Lalu pak Tofik segera mendorong tubuhku hingga kini aku jadi menungging dan buah dadaku menempel ke dada berbulu pak Ahmad. Terasa geli saat puting susuku yang sudah keras ini bergesekan dengan bulu dada pak Ahmad.

Uh, terasa sensasi geli saat kepala penis pak Tofik yang menyentuh bibir anusku. Ia meludahi tangannya lalu menggunakan air ludahnya itu untuk membasahi liang anusku supaya lebih mudah untuk dihunjam oleh penisnya. Ia pun kemudian menggesek-gesek kepala penisnya di pantatku.

Pak Ahmad lalu tiba-tiba mencium bibirku. Aku yang kaget hanya pasrah menerima serangan bibir tebalnya itu. Lalu lidah pak Ahmad pun mendesak maju berusaha memasuki mulutku. Aku hanya pasrah dan membiarkan lidahnya memasuki mulutku. Lalu lidah kami saling beradu dalam mulutku.

‘Mmmhhh… mmmmmhh..’, suara dari mulutku yang sedang asyik berciuman dengan si preman pelabuhan ini.

Di pantatku pak Tofik pun merentangkan lubang anusku dengan jari-jarinya dan pelan-pelan mulai mendorong penisnya memasuki duburku itu. Oh, terasa penis pak Tofik makin masuk walaupun secara bertahap dan perlahan-lahan. Centi demi centi penis pak Tofik yang lumayan panjang dan keras ini akhirnya tertanam di lubang pantatku ini. Aku ingin mendesah tapi teredam oleh ciumanku dengan pak Ahmad. ‘Mmmhh.. mmhhh.. emmmmmhh..’, hanya itu yang terdengar dari mulutku.

“Uhhhh asoyyy sempit bener bool ni perek mewah.”, komentar pak Tofik yang sedang merasakan sempitnya rongga anusku.

“Uhhh memeknya juga makin sempit ini.”, timpal pak Ahmad yang ikut merasakan dinding memekku yang makin menekan penisnya itu karena masuknya 1 batang di lubang anusku.

“Ngghhhh.. iya pak.. memek dan anusku terasa penuh sama kontol bapak berdua.. ayo pak.. sshhh.. genjot aku yahhh sekarang..”, aku yang sudah horny ikutan menimpali mereka dengan sangat binalnya bagaikan seorang pelacur sungguhan.

Mendengar kata-kataku yang nakal itu membuat mereka makin bernafsu dan tanpa menunggu lama mereka sudah memulai seks double penetration ini. Dua penis keluar masuk di dua lubangku dengan cepat, memberikan sensasi nikmat yang luar biasa. Bagian bawahku rasanya penuh sekali karena dijejali kontol besar milik dua preman pelabuhan ini.



‘Plok Plak Plok Plak Plok!’, suara keras tercipta saat tumbukan demi tumbukan penis pak Ahmad dan pak Tofik keluar masuk di dua lubang tubuhku.

“Ahh gila bool amoy.. enak.. mimpi apa semalam bisa main sama amoy. Haha.”, celoteh pak Tofik yang berambut coklat pirang ini.

“Uhhh memeknya bisa empot-empot ayam gini. Asoy..”, timpal pak Ahmad yang menikmati enaknya liang vaginaku.

Saat kutolehkan pandanganku ke samping kiriku ada sebuah cermin besar yang diletakkan di lantai. Cermin itu memantulkan bayangan diriku yang sedang dihimpit dua pria pribumi berkulit gelap ini selagi memek dan anusku disodok kontol mereka. Terlihat wajahku yang sedang horny dengan mata sayu dan mulutku yang sedang merekah mengeluarkan rintihan itu benar-benar tampak begitu binal seperti layaknya pemain bokep saja. Melihat pantulan diriku yang sangat hot ini membuatku makin bergairah saja. Desahan-desahanku makin keras membahana di rumah kecil ini. Semoga saja tidak ada orang yang kebetulan lewat dekat rumah ini dan mendengar suara-suara rintihan sensualku. Bisa gawat jika orang-orang itu lalu ingin juga jatah bersetubuh denganku. Tapi birahi yang begitu hebat ini membuatku tidak peduli lagi dan terus saja aku merintih-rintih melampiaskan kenikmatan seksual dengan pria-pria yang sangat berbeda status sosialnya denganku. Bahkan aku dengan binalnya kini meremas kedua buah dadaku dengan dua tanganku. Kupilin-pilin puting susu merah mudaku yang sudah begitu mancung ini dan sesekali kutarik-tarik juga membuatku merasakan kenikmatan ekstra.



Keempat pria lain yang tidak kebagian lalu mendekati diriku yang sedang di posisi disandwich pak Ahmad dan pak Tofik ini. Mereka lalu memintaku melayani mereka dengan tangan dan mulutku. Sungguh aku benar-benar bagaikan alat pemuas nafsu seksual mereka. Kini kedua tanganku sedang mengocok-ngocok kontol pak Tarjo dan pak Ghozi. Sedangkan kepalaku menengok ke samping kiri dan memblowjob kontol pak Amrozi. Hanya bang Umar yang tidak bisa kuservis karena memang aku sudah benar-benar “sibuk”. Jadilah bang Umar kini menggesek-gesekkan kontolnya di bongkahan pantatku yang putih mulus ini.

Sungguh gila apa yang sedang terjadi di rumah tua ini. Aku yang seorang wanita muda dan keturunan chinese ini sedang berpesta seks melawan enam pria pribumi sekaligus. Aku menoleh ke cermin besar itu dan memang persetubuhan antara aku dengan enam pria ini adalah adegan seksual yang sangat membakar birahi siapapun yang menontonnya. Tentunya jika ini adalah film porno akan sangat hot dan bisa saja laku keras. Sayangnya ini tidak direkam dan ini adalah hidupku dan bukanlah sekedar film.

Tapi jujur aku benar-benar menikmati saat lubang vagina dan pantatku dipompa kontol-kontol perkasa pria yang kasta sosialnya lebih rendah dariku seperti ini. Dan juga saat aku harus memblowjob dan menghandjob para pria buruk rupa seperti mereka selagi disetubuhi begini sangat membuatku horny. Mungkin seks yang sudah sering dengan pria bertipe seperti mereka membuatku jadi ketagihan. Walaupun aku tentu tidak mau sampai orangtuaku tahu kegilaan yang anak mereka lakukan ini.

Erangan kami bertujuh dan suara peraduan kulit terdengar sahut menyahut di rumah tua dekat pelabuhan ini. Dinding-dinding ini menjadi saksi bisu pesta seks liar yang sedang berlangsung ini. Aku sendiri benar-benar sudah larut dalam birahi dan aku ikut menggoyang pinggulku dengan gerakan mengaduk, menambah kenikmatan yang kudapat dan juga membuat dua pria yang sedang mengenjot dua lubangku itu lebih enak juga.

Gelombang orgasme pun makin dekat. Aku tahu tidak lama lagi aku akan mendapatkan orgasmeku. Aku makin liar mengaduk kontol di memek dan anusku itu. Apalagi bang Umar yang kini meremas-remas buah dadaku selagi ia menggesek-gesek kontolnya di punggungku.

“Uhhh mantep moy goyangannya. Ini mah udah jelas pasti perek kalo yang bisa goyang mengaduk sejago ini. Haha.”, komentar pak Ahmad yang menikmati goyanganku.

“Iya pak, emang beda ya perek mahal dengan perek sini. Hahaha.”, timpal pak Tofik yang lalu disambut gelak tawa para pria lain.

“Entah dibayar berapa ya perek ini sama si orkay itu. Haha.”, ujar pak Ghozi bertanya-tanya.

“Ya udah pasti itungan jutaan lah ini. Lu kira kaya pecun sini yang lima puluh ribu uda dapat. Haha.”, timpal pak Tarjo.

“Tapi ya kita bisa ngewek ni amoy pecun gratisan pak. Haha.”, kini giliran bang Umar yang menimpali.

“Iya juga ya, kita gratisan ini. Malah si orkay bakal bayar kita. Haha.”, ujar pak Tarjo sambil tertawa. Yang lain juga ikut tertawa mendengar ucapan pak Tarjo.

Aku pun mendapatkan orgasmeku selagi mereka sedang berkomentar tentangku. Kulepaskan kuluman mulutku di kontol pak Amrozi dan lalu aku meluapkan ledakan klimaks seksualku dengan lenguhan panjang, “Ooohhhhhhh!!”. Mulutku membentuk huruf O saat aku sedang mendapat ledakan orgasmeku. Tubuhku pun berkelojotan beberapa kali di sela orgasme ini.

Pak Ahmad dan pak Tofik tidak membiarkanku istirahat dan mereka terus saja memompa liang memek dan anusku. Dan mulutku kembali dijejali kontol pak Amrozi yang ingin kembali merasakan nikmat blowjob dariku. Tanganku pun kembali mengocok penis pak Tarjo dan pak Ghozi.

Sekitar 5 menit kemudian kudengar geraman pak Tofik yang sedang menyodomiku. Ia lalu mendorong dalam-dalam pinggulnya hingga kontolnya menghunjam sedalam mungkin ke anusku. “Ugghhhh terima peju bapak di bool lu moy!”, teriak pak Tofik saat ia berejakulasi dalam lubang pantatku.

Kurasakan semprotan-semprotan sperma di rongga anusku sampai meluber keluar saat ia mencabut penisnya. Pak Tofik yang sudah puas itu pun berjalan menjauh dan duduk di kursi. Lalu pak Amrozi yang tadi kublowjob itu segera menggantikan posisi pak Tofik. Pria botak itu lalu segera menancapkan kontolnya ke liang anusku yang masih agak merekah setelah tadi disodok pak Tofik. Kembali liang pantatku dipenetrasi penis.

Dengan tempo cepat pak Ahmad dan pak Amrozi terus menyodok-nyodok kedua lubangku. Aku yang kembali naik libidonya ini terus mendesah-desah. “Ngghhh ahh ahhh ahhhh ahhhh!”, lenguhanku saat disetubuhi mereka.

Saat aku sedang mendesah itu tiba-tiba mulutku dijejali kontol pak Tarjo. Ia lalu memegangi kepalaku dan ia menggerakkan pinggulnya maju mundur seolah sedang ngeseks dengan mulutku. Kedua tanganku kini mengocok-ngocok penis pak Ghozi dan bang Umar.

Aku pun merasakan gelombang orgasme yang kembali menghampiriku. Dan beberapa detik kemudian aku mendapat orgasmeku lagi. Memekku berdenyut-denyut selagi cairan orgasmeku menyembur. “Mmmhhh mmhhhhhhhh.”, dari mulutku hanya terdengar erangan tertahan karena memang pak Tarjo memegangi kepalaku hingga aku tidak bisa melepaskan kulumanku. Tubuhku bergetar-getar dalam himpitan dua pria berkulit gelap yang kontras dengan putihnya tubuhku ini.

Kontraksi vaginaku saat orgasme membuat kontol pak Ahmad serasa dipijat. Ini membuat pak Ahmad akhirnya tidak tahan lagi dan ia menggeram saat menembakkan lendir putih kentalnya ke memekku. Kurasakan sperma yang hangat itu mengisi rahimku dan lalu luber keluar membasahi kasur butut ini. Pak Ahmad pun berpindah posisi dan mempersilahkan pria lain untuk mengambil tempatnya.

“Aku mau cobain memek ni amoy ya. Hehe.”, ujar pak Amrozi yang tadi kebagian liang anusku.

“Ya udah, aku boolnya dah.”, ujar pak Tarjo yang lalu memposisikan dirinya berbaring.

Pak Tarjo yang sudah di posisi berbaring ini mulai mengangkat tubuhku untuk berjongkok di atas perutnya dengan posisi membelakanginya. Kemudian diarahkannya liang anusku yang masih basah oleh sperma pak Tofik tadi untuk menelan kontolnya. Kurasakan penis panjang pak Tarjo yang pelan-pelan masuk ke lubang pantatku seiring aku yang mulai menurunkan tubuhku.

‘Bles’, akhirnya kontol beruban pak Tarjo sudah berhasil mempentrasi liang pantatku.

“Uhhh boolnya emang selalu sempit sampe ngangenin. Haha.”, ceracau pak Tarjo.

Pak Amrozi pun tidak mau berlama-lama lagi dan segera memposisikan dirinya untuk berlutut di depan selangkanganku. Dikangkangkannya kedua pahaku supaya memudahkannya mengakses vaginaku. Diarahkannya kontolnya yang tadi kublowjob hingga basah oleh air ludahku itu ke liang kewanitaanku. Kulihat penis yang sudah memompa memekku entah berapa kali dari sejak aku naik ke kapalnya di laut.

Tidak lama mereka segera memulai genjotan di memek dan anusku. Kembali aku merasakan sensasi nikmat dari double penetration. Mereka mulai memompa dua lubangku ini dengan tempo sedang dan makin lama makin cepat. Dua batang kejantanan dari pak Amrozi dan pak Tarjo kini sedang keluar masuk menggenjot lubang vagina dan pantatku dengan begitu cepat. Aku amat terbuai oleh kenikmatan dari batang keras milik pak Amrozi dan pak Tarjo yang sangat perkasa.

“Ngghhh ahhh ahhhh ahhh..”, aku mendesah-desah akibat rasa enak yang kuterima.

Apalagi bang Umar yang kini sedang menyusu di putingku selagi tanganku mengocok-ngocok kontolnya. Tanganku yang satu juga mengocok kontol pak Ghozi. Melihat bang Umar yang mengenyot pentil susuku, pak Ghozi juga ikutan. Ia pun melumat pucuk payudaraku yang satunya. Jadilah aku bagaikan menyusui dua bayi besar saja walau buah dadaku belum bisa menghasilkan susu.

Sekitar 5 menitan aku digenjot begini, aku pun merasa sudah akan orgasme lagi. Terasa kedutan-kedutan di memekku yang sebentar lagi akan mencapai klimaks. Stimulasi di pentil susuku dan sodokan di dua lubang tubuhku membuatku akhirnya dilanda orgasmeku lagi. Dari memekku menyemburlah cairan orgasmeku hingga membasahi kontol pak Amrozi yang sedang keluar masuk di memekku. Kulepas jeritan nikmat melampiaskan orgasme yang dashyat ini, “Oohhhhh… aku keluarrr… Aaaahhhhhhhhhhh!!”.

Dan terdengar geraman yang diikuti semburan sperma di liang vaginaku. Ternyata pak Amrozi sudah ejakulasi. “Asoyy memek kau moy. Puas aku. Haha.”. Ia pun beringsut menjauh dari posisinya.

Segera pak Ghozi yang belum kebagian pun menggantikan pak Amrozi. Kini tersisa 3 pria saja yang mesti kupuaskan. Aku sendiri sudah kewalahan dan merasa sangat lelah. Entah apakah aku masih sanggup bertahan dan tidak pingsan.

Lalu bang Umar kini mengatur posisinya di atas dadaku. Ia segera memegangi buah dadaku yang kiri dan kanan dan menjepitkannya ke kontolnya yang ia posisikan di tengah belahan payudaraku. Tampak kontrasnya kulit bongkahan susuku yang putih mulus ini dengan batang kejantanan bang Umar yang hitam. Si nelayan ini lalu segera menggerakkan pinggulnya maju mundur seolah sedang menyetubuhi payudaraku. Terasa kulit buah dadaku yang halus bergesekan dengan batang penisnya yang berurat.



Pak Ghozi dan pak Tarjo sudah menyodok-nyodok memek dan anusku dengan sangat cepat. Tangan pak Ghozi juga memainkan bibir memekku dan ia menyentuh-nyentuh klitorisku, membuatku makin blingsatan keenakan.

“Ahhh ahh ahhh ahhh ahhh..”, rintihan penuh kenikmatan dari mulutku yang membuka.

“Gimana neng? Enak kan dientot kami?”, tanya pak Ghozi.

“Nghhh iyahh pak.. enak..”, jawabku jujur dengan wajah sayu.

“Lain kali mau lagi kan ngewek sama kami?”, tanya pak Ghozi lagi.

“Ohh ohhh iya mau pak..”, jawabku asal saja karena sudah dikuasai birahi.
“Oke, neng kalo mau dibikin enak datang aja ke pelabuhan sini pas malem gini. Kita pada istirahat di rumah ini. Hehe. Mau kan neng?”, ujar pak Ghozi lagi menjelaskan maksudnya.

“Iyahhh mau pakhh.. ohh ohh ohh..”, jawabku di sela desahanku.

Puas dengan buah dadaku, bang Umar lalu menghunjamkan kontolnya ke mulutku membuatku agak tersedak karena kasarnya ia. Genjotan kembali kudapatkan di ketiga lubang tubuhku, dimana memek dan anusku dipompa oleh kontol pak Ghozi dan Tarjo sedangkan mulutku sedang mengisap kontol bang Umar. Tiga nelayan yang tadi juga sudah menikmati kesempitan lubangku saat di kapal itu seperti tidak kenal lelah terus menggerakkan pinggul mereka menyodok memek, anus dan mulutku. Aku yang lelah hanya pasrah saja membiarkan mereka yang bergerak.

“Mmmmhh.. mmmmhhh.. mmmhhhh..”, eranganku yang teredam batang penis bang Umar.

Sodokan mereka akhirnya kembali membuatku takluk dan aku orgasme lagi yang keempat kalinya di rumah si preman pelabuhan ini. Kulepas kulumanku di kontol bang Umar dan kudongakkan kepalaku sambil mengerang lepas, ”Aaahhhhhhh..”. Kontraksi vaginaku meremas-remas kontol pak Tarjo dan Ghozi yang lalu mereka mendiamkan sejenak kontolnya. ‘crrrttt…crrrtttt..crrtttt..’, kembali vaginaku menyemburkan lendir orgasme. Tubuhku mengejang-ngejang beberapa kali sebelum akhirnya aku ambruk ke tubuh pak Tarjo di bawahku.

Tidak lama setelah orgasme, aku pun pingsan karena begitu lelah..

Aku terbangun saat mukaku dicipratkan air yang terasa dingin. Aku pun tersadar dan kulihat aku sudah tidak disetubuhi lagi. Tapi kurasakan ada sperma di wajah dan juga dadaku. Dan ternyata itu adalah pak Tarjo yang menyiramku supaya bangun.

“Selina, kamu tidak apa-apa kan?”, suara pak Maliq yang di sebelahku. Ternyata ia sudah tiba dan menjemputku. Aku sangat lega melihat guruku ini. Ia kini bagaikan seorang pangeran yang menyelamatkan seorang putri dari sarang penyamun. Aku pun jadi tenang karena ini artinya aku sudah bisa pulang.

Lalu pak Maliq memberikan kaos, celana dan dalaman untuk kukenakan. Aku pun segera memakai pakaian yang diberikan pak Maliq. Aku takut jika tubuh bugilku dilihat terus oleh para bandot ini akan membuat mereka jadi nafsu lagi dan aku disetubuhi mereka lagi.

Tidak lama aku pun sudah kembali berpakaian. Para pria yang tadi menikmati tubuhku tampak tersenyum mesum menatapku. Pak Ahmad berkata, “Lain kali lagi ya moy kita main lagi. Hehe.”.

“Videonya mantap juga bos. Makasih uda dibagi ya.”, ujar pak Amrozi ke pak Maliq. Aku tidak tahu apa maksud dia tentang membagi video. Apa mungkin pak Maliq memberi film bokep ke mereka? Aku yang lelah tidak ambil pusing dan berjalan keluar rumah ini bersama pak Maliq.

Pak Maliq yang ternyata sudah memesan taksi pun menuntunku ke arah taksi. Di sepanjang perjalanan kami itu pak Maliq meminta maaf padaku karena membuatku dalam posisi yang berbahaya saat aku harus di tempat preman pelabuhan tadi. Aku bilang bukan salah guruku juga karena memang kondisi kami yang terpaksa meminta bantuan nelayan di laut yang berujung kami malah dipaksa membayar ke mereka.

Ternyata Pak Maliq mengajak aku makan malam dulu di restoran tidak jauh dari hotel. Selesai makan kami pun pulang kembali ke hotel. 20 menit kemudian kami pun sudah tiba di hotel kami setelah petualangan gila di laut dan sampai terdampar di pulau tidak bernama. Sungguh apa yang terjadi dua hari ini begitu gila dan agak mengerikan untukku. Bisa saja kami meninggal tenggelam saat kapal karam diterjang badai di laut. Aku bersyukur kami masih selamat walaupun aku harus dijadikan pemuas nafsu begitu banyak pria dari awak kapal yang mengantar kami, lalu tiga nelayan mesum itu sampai ke para orang suku di pulau yang menjadi tempat kami sembunyi dari badai laut.

Aku segera mandi karena tubuhku sangat lengket oleh keringat, air laut dan juga sperma para pejantan yang bersetubuh denganku. 15 menit kemudian aku sudah selesai mandi. Aku yang lelah pun langsung tertidur lelap. Pak Maliq sempat mengajak untuk ngeseks tapi aku menolak karena sudah sangat lelah. Untungnya si pria keturunan arab ini setuju dan bilang besok pagi sebelum kami ke checkout dari hotel, ia minta aku melayaninya. Aku menyetujuinya dan tidak lama aku sudah tertidur.


Paginya aku bangun dan kulihat jam baru jam 8:06 pagi. Pak Maliq ternyata sudah bangun dan ia tampak sedang merapikan pakaian yang untuk dimasukkan ke koper. Memang kami hari ini sudah akan pulang ke jakarta dengan penerbangan jam 12:30 siang.

“Nah Selina, kamu layani bapak lagi ya sekali lagi sebelum kita ke bandara. Tapi bapak pengen yang beda nih. Hehe.”, ujar pak Maliq sambil tersenyum penuh arti.

“Maksudnya gimana ni pak?”, tanyaku yang tidak mengerti maksud perkataan guruku itu.

“Bapak pengen bercinta di tempat terbuka dan ada orang lainnya. Hehe.”, jawabnya yang tentu saja membuatku shock. Begitu gilanya guruku ini yang malah ingin bercinta di tempat umum.

“Hah? Nanti ketahuan gimana pak?”, tanyaku lagi yang sebenarnya enggan menurutinya. Tapi aku tahu aku tidak mungkin menolak keinginannya karena aku belum benar-benar lulus.

“Ya memang di tempat umum tapi gak yang sampai kelihatan jelas sama orang. Hehe. Misal di kolam renang hotel ini.”, ucap pak Maliq lagi dengan raut muka mesum.

Oh gila, sepertinya guruku ini memang punya kelainan suka bercinta di tempat umum dengan resiko ketahuan orang lain..



~ BERSAMBUNG ~


NB : Dilarang Mengcopy Cerita Ini Ke Blog / Website Manapun Tanpa Seizin TS.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd