Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sekarang Sedang Jatuh Cinta (Side story 10)

Yusa ternyata masih manusia. Sebajingan apapun dia,msh bisa sayang sama orang lain :)
 
alur cerita nya asik banget kombinasi ngewe dan drama nya mantep,salut buat suhu
 
Saatnya menyenangkan diri jadi fakboi nih Yusa, di Apartemen udah ngantri tuh
 
Kok dadaku sesek yak.. Eh kok mata ku pedih.. Eh napa nihh.. Napa..😢😢
 
Selamat tinggal cerita kita
Kuharap kau berjalan di jalan berbunga
Jaga dirimu setelah kita berpisah

Lupakan segala kenangan diantara kita
 
Season 2 Part 6: Perasaan Dalam Hati Ini.


BRAK!


Aku membanting pintu kamarku, ku lepas asal sepatuku hingga berserakan di depan pintu. Ku lepas jaket hitam yang selalu ku pakai ke sembarang tempat, aku melangkahkan kakiku gontai menaiki anak tangga menuju kamar. Kurebahkan tubuhku di kasur. Pusing sekali kepalaku ini, lelah sekali rasanya tubuhku ini namun aku tau sebenarnya hatiku lah yang kelelahan.

"Jam berapa sekarang?" Aku tersadar dari lamunanku yang entah sudah berapa lama, aku tak tau apakah aku tadi tertidur atau tidak namun ternyata ini sudah lewat 1 jam sejak aku pulang.
"Makan aja deh…" pikirku saat mendengar gemuruh di perutku.

Kuturuni anak tangga ini setelah sebelumnya mengganti pakaianku dengan pakaian tidur. Aku menuju dapur untuk membuat makan malam untukku. Ku buka kulkas dan melihat-lihat isinya. Telur, ayam, daging, salmon, kornet, mie, sayuran dan berbagai bahan makanan lainnya rapi tertata disana. Aku memperhatikan seluruh bahan makanan itu dan memikirkan apa yang akan ku buat.

"Buat sup ayam deh, mumpung udah malem biar anget…" kataku berbicara sendiri sambil mengeluarkan ayam dan beberapa jenis sayuran.
"Gaby suka banget nih makan sup ayam" pikirku sambil tersenyum mengingatnya yang senang sekali bila dibuatkan sup.

Aku terdiam beberapa saat, meletakan bahan-bahan masakan itu diatas counter.

"Tapi kamu gak bakal makan sup ayam ku lagi ya mulai hari ini haha" kataku sambil menatap ke daging ayam segar yang terletak di counter, tawa kecilku kontras sekali dengan air mataku yang mengalir.

Ku buang jauh-jauh pikiranku yang kusut ini. ku ambil pisau daging yang terletak di rak pisau dan memotong ayam itu menjadi 6 bagian, mengambil bagian dada yang banyak dagingnya dan menyimpan sisanya di kulkas. Ku lepas tulangnya dari daging, kurebus tulang itu bersama dengan air untuk membuat kaldu. Lalu ku potong dadu dada ayam, kemudian memotong sayur-sayuran itu menjadi bagian kecil.

"Aaaargh!" Tanpa sengaja telunjukku teriris pisau, namun untung saja lukanya tak terlalu dalam.

Ku cuci lukaku dengan air lalu membalutnya dengan perban dari kotak obat yang tersimpan di lemari dekat tv. Tak pernah sebelumnya aku menggunakan kotak obat ini dari pertama ku beli bersama Gaby di sebuah pusat alat rumah tangga di sebuah mall.

"Kamu maksa aku buat beli kotak obat ini dan kamu beli isinya di apotik, biar kalau aku luka atau sakit bisa langsung cari obatnya disini" aku tersenyum melihat kotak obat dengan sebuah tulisan kecil yang di tempel di pojoknya, cepet sembuh ya, cintaku.
"Sekarang aku sakit... tapi aku gak bisa nemu obatnya disini…" ku kembalikan kotak obat itu kedalam lemari dan melanjutkan masakku.

Aku kembali ke dapur dan melihat kalduku yang sudah jadi, ku ambil tulang-tulang ayam itu dan membuangnya ke tempat sampah lalu ku masukin sayuran yang tadi sudah kupotong kedalam rebusan kaldu. Setelah 2 menit merebus sayuran itu, ku masukan potongan ayam tadi ke dalam air kaldu dan mengaduknya. Saat sedang fokus memasak, aku mendengar suara pintu kamarku yang terbuka.

"Kak Yusa, Feni pulang…" kata Feni yang memasuki kamarku sambil mencopot sepatunya, ia menutup pintu dan merapikan sepatuku yang berserakan.
"Pas banget supnya udah jadi, yuk makan" kataku sambil mematikan kompor dan meletakan panci sup diatas meja makan.
"Yeaaay! Aku lupa beli makanan buat kita tadi, lagipula udah kemaleman juga hehe" iya terkekeh sambil berlari kecil menuju meja makan, mengambil piring dan secentong kecil nasi.

Akupun melakukan hal yang sama dengan Feni, namun dengan porsi yang sedikit lebih banyak. Feni nampak begitu senang, ia tak henti-hentinya bersenandung sambil mengambil sup di mangkuk kecil. Ku tuangkan sup ayam ini keatas piringku, membuat nasiku terendam dengan sup dan berbagai isiannya.

"Loh kok ku tuang?" Pikirku menatap piringku saat ini.

Tanpa sadar, aku mengikuti cara Gaby makan sup dengan menuangnya ke piring. Aku teringat kembali perdebatan kecil kami soal makan sup dengan mangkuk terpisah atau di campur di nasi, Gaby sampai kesal dan bersikeras bahwa makan sup harus di campur dengan nasi karena lebih enak.

"Orang Indonesia tuh makan sup di campur nasi!" Gaby berkata dengan wajah yang serius, ingatan itu terlintas di kepalaku.
"Hahahaha" aku tertawa mengingat kejadian itu kembali.

Feni yang sedang makan dengan lahap menatapku bingung, ia memicingkan sebelah matanya bertanya-tanya soal tawaku yang tiba-tiba.

"Kenapa kak?" Tanya Feni bingung.
"Ah gapapa kok haha" balasku sambil melanjutkan makanku.

Kami berdua kembali melanjutkan makan kami tanpa berbicara sepatah katapun, namun aku dapat merasakan Feni dari tadi mencuri curi pandang kepadaku.

"Kenapa?" Tanyaku padanya yang membuatnya terkejut.
"Eh gak… itu…" ia nampak kebingungan.
"Apa?" Tanyaku kembali.

Feni menghela nafas, kini wajahnya berubah serius.

"Kenapa tadi kak Gaby nangis pas balik kerumah latihan?" Tanyanya padaku.
"Ah itu… tadi aku ceritain soal yang pas aku kena masalah itu loh trus dia sedih gitu hahaha" balasku berbohong.

Feni menatapku tajam, ia meletakan kedua tangannya diatas meja. Wajahnya kini tidak lagi tersenyum, bahkan sangat serius.

"Kak Gaby bilang putus sama kakak…" kata Feni padaku yang membuatku terkejut.
"Iya." balasku singkat.
"Kenapa kok bisa?" Tanyanya lagi.
"Aku udah gak sayang sama dia, jadi aku putusin deh hahahaha" aku kembali berbohong.
"Kak, serius" Feni berkata dengan tegas.
"Karena aku udah gak punya apa-apa selain apartement ini dan uang jajan kuliah jadi aku putusin karena gak bisa kasih dia apa-apa." Kataku lagi bohong, aku tak mau Feni berfikir macam-macam ke Gaby karena memutuskan ku sepihak.
"Dia pasti nangis karena ngerasa aku jahat banget hahahaha" kataku lagi sambil berpura-pura tertawa.

Feni menghela nafas lalu meminum segelas air, kemudian ia bangun dari duduknya meninggalkan makannya yang belum ia selesaikan. Ia menoleh sedikit kearahku lalu menaiki tangga menuju ruang tidur. Aku hanya memandangnya hingga ia mencapai tangga teratas.

"Kak Yusa kenapa bohong? Feni udah denger ceritanya dari kak Gaby…" kata Feni sambil melihat kearahku.
"Jadi kamu udah tau?" Tanyaku padanya, menatap wajahnya yang terlihat kecewa padaku.
"Pasti kak Gaby punya alasan dan pasti demi kebaikan kalian berdua…" Feni tersenyum kearahku lalu menghilang di ujung anak tangga.

Air mataku kembali mengalir, hatiku benar-benar telah hancur berkeping-keping. Bagaimanapun aku berusaha menutupinya, namun kesedihanku tak bisa dipalsukan. Aku yakin pasti Feni juga sadar akan hal ini, karena sup buatanku malam ini tak ada rasanya sama sekali.
Setelah merapikan bekas makan ku dan Feni, aku menuju ke kamarku untuk tidur. Aku mendapati Feni yang sedang duduk di pinggir kasurku menatap keluar jendela, namun sepertinya ia sadar aku datang. Aku mendekatinya dan duduk tepat disebelahnya, ia tak menoleh sedikitpun padaku namun senyuman tipis tersungging di wajahnya.

"Kak. Seharusnya aku kasih kakak waktu buat sendiri disaat kyak gini." Katanya tanpa menoleh kearahku.
"Pasti kakak juga berfikir begitu kan? Pasti kakak juga ingin sendiri saat ini" katanya lagi.

Ia menoleh kearahku, tubuhnya yang lebih kecil dan lebih pendek dariku membuat kepalanya mendongak sedikit untuk melihat tepat kearah kedua bola mataku. Tatapannya begitu lekat padaku, aku melihat matanya yang berkaca-kaca berusaha menahan tangis.

"Aku tau itu… aku tau aku harus ngelakuin itu…" ia berkata kembali dengan tangisan tertahan.
"Tapi kakiku gak mau gerak untuk balik ke kamarku… tubuhku gak mau jauh dari kakak saat ini… bahkan hatiku memaksa untuk disini, nemenin kakak…" Feni berkata sambil memegang tanganku erat, air matanya sudah tak terbendung lagi membasahi pipinya.
"Kak Gaby sahabatku, kak Yusa udah seperti kakak ku. Aku senang dengan hubungan kalian dan aku sedih ketika tau kalian putus…" Feni terisak, "tapi aku gak bisa bohong kalau aku gak senang, seenggaknya… seenggaknya aku ingin jujur tentang perasaan dalam hati ini!"

Feni memeluk tubuhku erat, tangisannya semakin menjadi di dalam dekapanku. Kata-katanya itu membuat hatiku sedikit lebih tenang, ia sangat berani untuk berkata jujur dan itu membuatku senang. Meskipun fakta bahwa aku sangat mencintai Gaby tak akan berubah, meskipun fakta bahwa aku akan berusaha untuk kembali bersamanya. Namun kata-kata Feni barusan memberikan sedikit cahaya di hatiku yang mendung menyadarkanku bahwa hanya statusku yang berubah, tidak dengan dunia yang ku jalani.

"Fen… makasih" kataku sambil mengangkat kepalanya, tangisannya mulai mereda setelah puas meluapkan emosinya.

Aku tau aku tak boleh terlarut dalam kesedihan, karena aku akan terus berjuang mengejarnya. Dia milikku dan akan aku ambil kembali.
________________________________________

"Kak, aku mau kegiatan jadi berangkat duluan. Kalau kakak gak ada kegiatan istirahat dulu aja ya" aku mendengar suara Feni yang sepertinya sudah siap berangkat.
"Hoaammm… jangan pergi dulu!" Aku menahannya yang sedang berjalan menuju tangga untuk turun.
"Kenapa kak?" Tanyanya bingung.

Aku meregangkan badanku, menguap kembali sambil berjalan mendekatinya. Feni menatapku dengan wajah bertanya-tanya, ku dekatkan wajahku kewajahnya hingga jarak wajah kami hanya beberapa centi saja. Wajah Feni nampak bersemu merah terkejut.

"Masa aku bangun tidur gak liat matahari dulu!" Kataku padanya sambil tersenyum.

Wajah Feni semakin bersemu merah mendengar kata-kata dariku, aku mencubit pipinya yang memerah seperti tomat itu dengan gemas.

"Loh jadi tomat haha" ledekku padanya.
"Gimana gak pada baper sama kak Yusa kalo kelakuannya gini!" jarinya menunjuk wajahku, ia mendengus kesal.

Feni meninggalkanku pergi untuk melakukan kegiatannya, meninggalkanku sendiri dirumah.

"Jalan-jalan aja deh"
________________________________________

*Beberapa jam kemudian di sebuah Mall*

"Puaaah!!" Frieska nampak bersusah payah menelan spermaku yang tersembur di dalam mulutnya.

Frieska membersihkan penisku yang mulai menyusut setelah menyemburkan isinya. Ia mengecup kepala penisku lalu menatap wajahku dengan sangat puas. Setelah merapikan diri, Kami berdua keluar dari ruang ganti pakaian sebuah toko retail pakaian dari korea ini secara bergantian.

"Masih kuat gak?" Tanyanya padaku.
"Yaampun aku abis keluar, kamu juga keluar dua kali kan" kataku berbisik.
"Apartemenku yuk, ajak dia sekalian." Kak Frieska mengedipkan sebelah matanya padaku sambil menunjuk Melati yang kebingungan melihat kami berdua.

"Hehe" Frieska menatap Melati dengan sangat menyeramkan, sepertinya aku tau ini akan mengarah kemana…

-Bersambung-
 
Bimabet
Padahal udah kebawa suasana diawal pas baca gimana keadaannya Yusa pasca putus sama Gaby..
Yusa kayak kehilangan banget gitu,...

Tapi pas mulai baca,...
*Beberapa jam kemudian di sebuah Mall*
Seketika gue sadar, dia ini emang Yusange!!


Alias


Emang butuh si Della buat pawangnya nih
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd