Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sekarang Sedang Jatuh Cinta (Side story 10)

Ih scene anunya banyak benerrrr, puas ini si kampret satu
Hehehehe enaaak
Yusange greget
Gak punya akhlak
Beda banget sama daniel yang setia sama satu cewe, yusa hobi hanget celup sana sini :galak: :galak:
Tapi Yusa belom pernah hehe sama pacarnya. Gak kyak daniel :(
Gua mendadak kangen della yang posesif tapi denial dah
:galau:
Pawangnya Yusa...
Nungguin melati sama frieska nih blm muncul muncul lagi hehehe alias mantap updatenya suhu
Hehehe aku juga gak sabar.
Aya binal banget ya hohoho:alamak:
Banget hehe
eNur liar :)
Liar liar gini yg ena hehe
 
Sebuah...

"kita putus aja ya?" Tanyaku padanya, berat sekali rasanya mengucapkan kata yang paling terlarang dari sebuah hubungan.
"Kenapa? Kamu gak sayang aku?" Tanyanya padaku dengan mata berkaca-kaca, kata-katanya tercekat oleh isakan yang tertahan.
"Coba kamu tanya itu ke dirimu sendiri, kamu sayang aku?" Kukembalikan pertanyaannya itu pada dirinya, pipiku mulai basah tanpa kusadari.

Terkadang, sebuah perpisahan yang begitu sulit memang dibutuhkan. Entah demi menjaga hati masing-masing dari kehancuran atau memang sudah waktunya untuk mengambil langkah berbeda. Namun aku harap jalan kita akan kembali bersilang, sehingga perasaan yang telah hilang bisa kembali ditemukan.
 
Sebuah...

"kita putus aja ya?" Tanyaku padanya, berat sekali rasanya mengucapkan kata yang paling terlarang dari sebuah hubungan.
"Kenapa? Kamu gak sayang aku?" Tanyanya padaku dengan mata berkaca-kaca, kata-katanya tercekat oleh isakan yang tertahan.
"Coba kamu tanya itu ke dirimu sendiri, kamu sayang aku?" Kukembalikan pertanyaannya itu pada dirinya, pipiku mulai basah tanpa kusadari.

Terkadang, sebuah perpisahan yang begitu sulit memang dibutuhkan. Entah demi menjaga hati masing-masing dari kehancuran atau memang sudah waktunya untuk mengambil langkah berbeda. Namun aku harap jalan kita akan kembali bersilang, sehingga perasaan yang telah hilang bisa kembali ditemukan.

Mampus yusange, udah bener dapet cewe pengertian kaya della malah disia siain


:galak: :galak: :galak:
 
Sebuah...

"kita putus aja ya?" Tanyaku padanya, berat sekali rasanya mengucapkan kata yang paling terlarang dari sebuah hubungan.
"Kenapa? Kamu gak sayang aku?" Tanyanya padaku dengan mata berkaca-kaca, kata-katanya tercekat oleh isakan yang tertahan.
"Coba kamu tanya itu ke dirimu sendiri, kamu sayang aku?" Kukembalikan pertanyaannya itu pada dirinya, pipiku mulai basah tanpa kusadari.

Terkadang, sebuah perpisahan yang begitu sulit memang dibutuhkan. Entah demi menjaga hati masing-masing dari kehancuran atau memang sudah waktunya untuk mengambil langkah berbeda. Namun aku harap jalan kita akan kembali bersilang, sehingga perasaan yang telah hilang bisa kembali ditemukan.
Hmmmn bakal sedih nih
 
Sebuah...

"kita putus aja ya?" Tanyaku padanya, berat sekali rasanya mengucapkan kata yang paling terlarang dari sebuah hubungan.
"Kenapa? Kamu gak sayang aku?" Tanyanya padaku dengan mata berkaca-kaca, kata-katanya tercekat oleh isakan yang tertahan.
"Coba kamu tanya itu ke dirimu sendiri, kamu sayang aku?" Kukembalikan pertanyaannya itu pada dirinya, pipiku mulai basah tanpa kusadari.

Terkadang, sebuah perpisahan yang begitu sulit memang dibutuhkan. Entah demi menjaga hati masing-masing dari kehancuran atau memang sudah waktunya untuk mengambil langkah berbeda. Namun aku harap jalan kita akan kembali bersilang, sehingga perasaan yang telah hilang bisa kembali ditemukan.

Baru kemaren muji2 yusa
Eh malah sekarang mutusin gaby
Yusange bangsat mang...
Wkowkowko
 
Bimabet
Season 2 Part 5 : Sok Kuat.


Cuaca yang tak begitu cerah, langit yang biru dan matahari yang bersinar dengan ramah membuat hari ini begitu sempurna. Namun kesempurnaan alam Jakarta ini tidak kalah sempurna dengan rencanaku hari ini, bahkan mungkin hari ini bisa lebih sempurna lagi nantinya.
Aku menatap sekeliling sambil melihat ponselku, langkahku yang cepat namun hati-hati melewati orang-orang yang cukup ramai berjalan di tempat yang sama denganku. Sampai akhirnya langkahku terhenti saat sesuatu yang ku cari, lebih tepatnya seseorang yang kucari akhirnya muncul di jangkauan pandangan mataku. Gadis cantik berperawakan tinggi dan senyum khasnya itu sedang menatap layar ponsel. Aku tertegun melihat wajah sampingnya yang sedikit tertunduk fokus pada ponselnya, poninya yang panjang sedikit menghalangi pandangan mataku pada wajahnya itu. Ia menoleh pelan kearahku, sepertinya ia sadar ada seseorang yang sedang menatapnya tanpa berkedip.

"Loh kamu udah dateng kok diem aja?" Tanyanya padaku bingung.
"Haha, iya. Abisnya udah lama gak ketemu jadinya bengong deh liat kamu" balasku padanya sambil menggaruk kepalaku.
"Kenapa? Aku cantik ya sampe bikin kamu bengong? Wlee" ia meledekku, lucu sekali melihatnya bertingkah seperti itu.
"Banget…." Balasku pelan.
"Hah? Apa?" Ia memintaku mengulang perkataanku yang tidak ia dengar.
"Gak, kepo deh…" balasku meledeknya.
"Ih iseng!" Ia mencubit lenganku gemas, aku rindu sekali melihat Gaby seperti ini.

Kami berdua melanjutkan langkah kami menyusuri jembatan penyebrangan ini, menuruni anak tangga sambil berbicara tentang hari-hari kami yang tak sempat tersampaikan. Senyumnya yang begitu manis membuatku terpesona, membuatku tersenyum tanpa sadar. Ia beberapa kali tertawa dengan lelucon receh yang ku lontarkan, dengan komentar-komentarku kepada apapun yang terlihat di jalan. Juga sebaliknya saat ia melontarkan lelucon membuatku tertawa. Ia melingkarkan lengannya pada lenganku, membuat kami berdua terlihat begitu serasi menyusuri jalanan di daerah pinggir kota ini. Kami berdua memang sejak awal berniat untuk pergi ke kebun binatang ragunan ini.

"Sebenarnya aku udah berapa kali ya kesini… gak ada yang berubah hahaha" katanya sambil tertawa saat kami berdua telah memasuki loket dan mendapat cap pengunjung.
"Trus kenapa kesini? Kamu aneh-aneh aja hahaha" balasku padanya.
"Gapapa, aku pengen jalan aja sama kamu… literally jalan, pengen nikmatin hari berdua aja." Balasnya padaku, ia menatap mataku lekat yang membuatku salah tingkah.
"Hahaha ia sih sepi, enak buat berduaan. Gak bakal ada yang liat juga kita jalan disini." Balasku mengiyakan.
"Ia, jadi aku bisa gini sama kamu…" Gaby merangkul lenganku dan menyandarkan kepalanya di bahuku sambil berjalan, gemas sekali tingkahnya ini.

Kami berdua kembali menyusuri jalan di dalam taman margasatwa ini, kami melihat-lihat beberapa hewan yang dekat dengan pintu masuk. Ia nampak tertegun saat melihat sekawanan angsa dan flamingo di sebuah air mancur. Kami berhenti sejenak disana karena Gaby masih ingin melihat unggas-unggas itu.

"Cantik banget ya angsanya. Swan lake… putri angsa putih." Gaby menatap angsa putih itu dengan wajah berbinar.
"Odette…" balasku padanya, ia menoleh kearahku.
"Kyak hero mobile legend ya hahaha" balasnya terkekeh.
"Kan emang dasarnya dari situ…" balasku padanya.
"Mau deh kyak princess Odette, ketemu pangeran yang menjadi cinta sejatinya. Hidup bahagia selamanya…" Gaby berkata demikian dengan wajah yang begitu manis, seperti seorang anak kecil yang berharap.

Aku menghela nafas, melihatnya seperti ini menbuat jantungku ingin copot. Bisa-bisanya aku jatuh cinta dengan setiap tingkah lakunya, sedangkan sejak awal aku memang jatuh cunta padanya. Bagaikan seseorang yang tenggelam, lalu kembali tenggelam, lalu kembali terseret gelombang sampai dasar laut, lalu kembali tenggelam sampai ke atlantis.

"Kamu tau gak? Odette dan pangeran yang dia cintai, yang menjadi cinta sejatinya hanya saling mencintai satu sama lain selama 5 menit di pinggir danau, lalu mereka berdua melompat ke danau dan mati bersama…" balasku padanya yang membuat wajahnya berubah menjadi kecewa.
"Tapi mereka hidup bahagia di alam sana berdua." Balasku tersenyum padanya.

Ia mendengarkan penjelasanku dengan wajah yang serius, setelahnya ia tertawa kecil lalu kembali menunjuk ke arah angsa putih yang kini membuka kedua sayapnya, perlahan-lahan mengepak lalu terbang menuju sisi lain dari kolam.

"Kamu sih ngomong gitu, takut tuh dia jadi lari hahaha" balasnya padaku.
"Aku kan cuma ngasih tau cerita benarnya…" kataku.
"Kalo aku princess Odette, kamu mau jadi pangerannya gak?" Tanyanya padaku.
"Gak mau lah…" balasku singkat.
"Ih kok gitu!!" Ia menatapku kecewa lalu wajahnya menjadi cemberut.
"Aku mau bahagia sama kamu selama mungkin, masa cuma 5 menit doang di pinggir kolam…" balasku kembali.
"Tapi kan bahagia selamanya di alam sana!" Katanya lagi sambil melipat tangannya di dada.
"Bahagia di alam sana ini bukan hal pasti, tapi hidup bahagia disini, sama kamu, selama mungkin itu sesuatu kebahagiaan yang pasti." Kataku padanya, ia terdiam mendengar jawabanku, wajahnya perlahan berubah memerah dan menunduk.
"Lagipula aku mau jadi flamingo aja. Karena flamingo punya keluarga yang kuat dan keren. Flamingo juga sayang banget sama keluarganya dan rela melakukan apa saja buat keluarganya." Kataku dengan mata berbinar menatap flamingo yang sedang berdiri dengan satu kakinya.
"Emang iya gitu?? Baru tau aku…" balas Gaby.
"Di One Piece sih Doflamingo gitu hehe" balasku terkekeh.
"Huh One Piece teruuuus…. Aku kan gak ngerti!" Ia mendengus sebal.
"Udah aneh, terus karakternya gitu lagi ceweknya, dasar cowok!"

Ia nampak kesal lalu mencubit lenganku kembali, menarikku untuk melanjutkan jalan-jalan kami sambil tertawa. Kami berdua kembali berjalan-jalan menyusuri taman margasatwa ini, cuacanya benar-benar sendu, sejuk dan tidak terlalu panas membuat jalan-jalan kami sangat menyenangkan.

"Kesitu yuk!" Katanya sambil menunjuk rumah reptil.
"GAK!" Balasku menolak dengan cepat, karena aku sangat geli dengan ular.
"Ayoooo…." Pintanya merajuk.
"gak mauu, sendiri aja ya…" balasku padanya.
"Katanya slytherin…, katanya voldemort… masa sama uler takut…" balasnya meledekku.
"Biarin!"

Ia menarik lenganku, memaksaku untuk masuk ke rumah reptil itu. Meskipun aku geli namun sepertinya aku tidak bisa menolak, setidaknya aku bisa terus bersama dengannya meskipun harus menuju ketempat yang tidak kusuka ini.

"Liat itu!" Ia menujuk sebuah kandang.
"Iiiih!!" Aku bergidik melihat ular cobra yang sedang berdiri.
"Hahahaha kamu lucuuu!!" Gaby menertawakan tingkah ku.
"Itu itu liaat!!" Ia kembali menunjuk kandang lain.
"Gak mau!" Balasku menolak.
Bukan uler~" Gaby mencoba meyakinkanku.
"IHHHH!!" Aku kembali bergidik melihat seekor anaconda yang sedang menggelungkan tubuhnya di pojok kandang.
"Hahahahahaha kena terus kamu!" Ledeknya kembali.

Ku percepat langkahku sambil tetap merangkul tangannya agar kami berdua cepat keluar dari tempat ini, suara desisan ular telah membuat bulu kudukku meremang. Aku tidak kuat lagi berada disini.

"Ini ini liat dulu!" Katanya lagi menunjuk sebuah kandang.
"Mending kamu liat yg ini!" Ajakku menuju ke sebuah kandang.

Ia mengikutiku menuju kandang itu, Gaby mendekatkan wajahnya ke kaca berusaha mencari hewan apa yang ada di dalamnya. Ia lalu melepaskan genggamanku dengan wajah pucat dan berlari meninggalkanku keluar dari rumah reptil ini.

"IIIIH GELIII!! KAMU MAH!!" Katanya sambil berlari meninggalkanku.
"HAHAHAHA" Aku berlari mengejarnya sambil tertawa.

Aku berhasil mengejarnya dan menenangkannya, aku meminta maaf telah mengerjainya. Wajahnya masih setengah pucat dan menatapku cemberut. Aku merangkul pundaknya dan memainkan rambutnya.

"Maaf maaf hehe, jangan ngambek dong" kataku lembut.
"Kamu mah… geli tau…" balasnya cemberut.
"Haha padahal kan kodok tuh lucu" ledekku padanya.
"Kalo bonekanya iya, kalo 2 dimensi iya. Tapi aslinya geli banget tauuuu" ia menatapku kesal.
"Yaudah yaudah lanjut jalan lagi ya, biar lupa" ajakku yang dibalas anggukan olehnya.

Kami melanjutkan jalan-jalan kami sampai tak terasa hari sudah semakin siang. Waktu yang kami miliki tidak banyak karena hari ini dia ada kegiatan JKT48. Tanpa sadar kami juga sudah berada di bagian ujung taman ini, tempat hewan-hewan air berada. Melihat kuda nil malas-malasan dan buaya yang hanya diam seperti batu. Kami hanya berada di tempat ini sebentar saja karena begitu membosankan.

"Yah udah abis hewan-hewannya." Katanya kecewa.
"Ya waktu kita juga udah abis." Balasku sambil melihat jam.
"Kamu nemenin aku latihan gak?" Tanyanya padaku.
"Mau aja, tapi nanti pulangnya gimana? Percuma juga kan aku gak ada kendaraan" balasku menggaruk kepala.
"Gapapa, temenin aja" katanya lagi padaku.

Kami berdua pun berjalan menuju pintu keluar, menyudahi hari ini. Menyudahi kencan kami yang sudah lama tidak kami lakukan.

"Dadah hewan, terima kasih ya untuk hari ini!" Katanya kepada seekor unta.
"Hahaha ada-ada aja kamu ya…" aku menggeleng melihat tingkahnya ini.
"Kasian ya mereka…" Gaby memalingkan wajahnya kearahku.
"Ia, gak bebas, terkurung." Balasku mengiyakan kata-katanya.
"Iih bukan!" Gaby mencubit lenganku lagi.
"Lah, kasian kenapa?" Tanyaku bingung.
"Kasian mereka, cuma bisa iri liat kita berdua" katanya padaku, ia mengatakan itu dengan wajah yang sangat manis membuatku kembali jatuh untuk kesekian kalinya.

Aku tak membalas kata-katanya dan mengajaknya melanjutkan langkah kami, menyudahi hari ini menuju ke halte transjakarta dan kembali berpisah. Di tempat umum seperti ini kami berdua harus berpura-pura tidak saling mengenal, sedih rasanya.
________________________________________

Singkatnya, kami berdua telah sampai di rumah latihan yang ternyata sudah ramai dengan member team J yang bersiap latihan. Ada yang sedang bermain handphone, ada yang menonton film, dan ada yang sedang bersenda gurau satu sama lain. Kami berdua berpisah di depan pintu rumah besar ini, aku berniat menunggunya di mall dekat sini untuk menonton film. Gaby menggenggam tanganku sebelumku pergi, rasanya berpisah dengannya setelah melewati hari yang sempurna ini begitu berat. Bahkan untuk berpisah sebentar saja sangat sulit sekali.

"Nanti aku hubungin ya kalau udah selesai" katanya padaku.
"Oke boss!" Balasku sambil memberikan acungan jempol.

Aku menuju mall tersebut dengan berjalan kaki karena tak jauh dari tempat member latihan. Hariku benar-benar sempurna. Langkahku bagaikan dipenuhi ratusan bunga, suara bising jalanan tetap menjadi alunan orchestra yang indah. Menunggunya latihan tak akan terasa bagiku saat ini, karena aku bisa bertemu dengannya lagi nanti.
Sesampainya diriku di mall tersebut, aku bergegas menuju lantai 5 tempat bioskop dan foodcourt berada. Memesan sebuah film Indonesia berjudul Senior dimana Ariel menjadi pemeran utamanya, hanya untuk mengisi waktu kosongku saja. Namun film itu baru mulai 2 jam lagi.

"Makan dulu deh, trus nunggu di dalam sambil main Tekken" pikirku sambil menghitung waktu yang optimal.

Ku langkahkan kakiku menuju foodcourt, memesan sebuah Mie yang biasa aku makan, mie yang menjadi favoritku setiap pergi ke mall ini. Memakan mie ini sendiri sambil melihat orang-orang yang berlalu lalang melewati depan mejaku. Orang-orang yang mencari bangku, mencari temannya atau sekedar lewat untuk menuju toilet. Pemandangan yang menurutku menyenangkan. Melihat betapa kehidupan ini berjalan, tanpa peduli apa yang sedang terjadi pada satu individu sehingga menyatakan bahwa hidup ini tak hanya berputar di dirimu. Hidup ini adalah mekanisme besar yang tak akan berpengaruh banyak hanya dengan sebuah error kecil dari satu individu, bahkan seratus individu. Betapa putaran giginya tak akan tersendat hanya karena sebuah roda giginya lepas atau tersangkut. Menyadari bahwa kau bukanlah protagonis selain di hidupmu sendiri itu menyenangkan. Hobbyku ini memang aneh…
Saat mataku sedang terfokus menatap lurus. Aku melihat seseorang yang kukenali, seseorang yang sudah lama tak ku lihat. Ia menoleh dan melihat kearahku, namun ia langsung menolehkan kembali wajahnya dan berjalan pergi. Melihatnya seperti itu, membuatku ragu.

"Salah liat kali ya? Gak mungkin ah dia, ini kan hari rabu haha" pikirku sambil melanjutkan makanku.

Setelah makanku selesai, aku kembali menuju area bioskop. Aku menuju ke game center dan bermain game fighting kesukaanku, Tekken. Meskipun aku tak begitu handal namun aku selalu menikmati bermain permainan ini. Hampir semua karakter ku pakai, meskipun tak selalu menang tapi aku tak bisa berhenti bermain. Sampai akhirnya saldo kartuku habis, membuatku harus menunggu film ini mulai di tempat menunggu. Sambil memakan popcorn dan soda yang ku beli, duduk santai menunggu film ini mulai.

"Loh itu kan yang tadi…" aku melihat seseorang yang melewati bagian depan pintu kaca bioskop ini, berlalu menuju ke lift.

Aku mengejar orang itu namun tak berhasil menemukannya, sepertinya ia menghilang di balik keramaian mall ini. Aku menghela nafas pelan, berjalan kembali menuju kedalam bioskop.

"Udah lama sih, mungkin karena kangen doang hahaha" tawaku pelan mengingat tingkah konyolku yang mengejar-ngejar orang.
________________________________________

Hari sudah gelap, waktu menunjukan pukul 8 malam. Ternyata latihan hari ini tidak sampai larut sehingga member Team J sudah boleh pulang cepat. Beberapa dari mereka ada yang langsung bergegas pulang maupun pergi menuju tujuan mereka selanjutnya namun beberapa ada yang masih bertahan untuk menghabiskan waktu karena bosan dirumah maupun mengejar ketertinggalan latihannya.

"Aku udah, mau langsung pulang?" Tanya Gaby padaku.
"Terserah kamu, kalau capek langsung pulang aja" balasku padanya.
"Yaudah, aku pesen ojol dulu…" ia mengeluarkan ponselnya.

Aku memandanginya yang dipasahi peluh, wajahnya terlihat letih namun senyumannya itu tetap melekat disana. Wajahnya yang tanpa make up ini membuatku kembali jatuh cinta, sekali lagi aku jatuh cinta padanya. Andaikan jatuh cinta dapat dihitung menjadi suatu point, mungkin aku sudah menyentuh angka ratusan ribu. Aku sangat mencintainya, sangat.

"Kamu pulang duluan aja…" kata Gaby padaku.
"Aku tunggu kamu aja deh sampai mobilnya dateng" kataku sambil memegang tangannya.
"Gapapa, kamu capek nanti seharian di luar rumah kan." Gaby menggenggam tanganku erat, memastikan bahwa aku tak perlu khawatir padanya.
"Yaudah, kamu juga biasa pulang naik ojol sendiri. Hati-hati ya kamu." Kataku sambil melepaskan tangannya.
"Kamu juga, makasih ya buat hari ini!" Balasnya sambil menganggukan kepalanya.
"Aku yang terima kasih! Haha" Balasku terkekeh.
"Ih kyak fans aja hahaha" balasnya tertawa.
"Kan emang fans…" ledekku.
"Tapi kamu fans spesial!" Katanya sambil memberikan love sign.

Aku bersiap untuk meninggalkan halaman rumah latihan ini, namun sebelum aku pergi, nampak seseorang berlari dan langsung memeluk tubuhku. Tubuhnya yang mungil tidak membuat tubuhku yang tak siap ini rubuh, dengan mudahnya aku mengimbangi berat tubuhnya yang menubrukku. Jangan harap ini seperti di anime yang biasa kita tonton, tak akan ada adegan terjatuh, tertindih maupun tak sengaja meremas disini… lagipula aku sudah biasa juga meremas gadis ini.

"KAK YUSA KEMANA AJA!!" Kata gadis itu dengan muka panik.
"Jalan sama pacarku lah!" Balasku padanya.
"Kok gak bilang! Aku kan nyariin dari pagi!" Feni bertolak pinggang di depanku.
"Ya kenapa aku harus bilang!" Balasku lagi.
"Aku khawatir!!" Ia mengembungkan pipinya kesal.
"Iya iya maaf…" balasku sambil mengusap kepalanya.
"Kakak mau pulang?" Tanyanya padaku.
"Iya, kamu gak pulang?" Aku balik bertanya.
"Nanti, mau take dulu buat JKT48 TV… padahal bisa pulang bareng huuu" Feni memanyunkan bibirnya.
"Haha yaudah aku duluan ya, kamu jangan pulang malem-malem." Balasku sambil membelai kepalanya.
"Iya, hati-hati kak. Nanti aku bawain makanan!" Balasnya tersenyum lebar padaku.

Aku meninggalkan rumah ini, menuju perempatan jalan dan memesan ojol disana. Berjaga-jaga bila ada fans lain yang melihatku berada disana. Hari ku benar-benar indah sekali, aku harap hari ini tak segera berakhir. Namun, nanti sesaat ketika aku menaiki ojol dan menuju ke apartemenku, seluruh hari yang indah ini akan rampung menjadi sebuah cerita. Setidaknya ceritanya sangat indah.

"Tunggu…"
________________________________________

*Gaby's POV*

Hari ini sangat indah, hari yang seharusnya sangat sempurna. Namun sesempurna apapun skenarionya, seindah apapun setnya, sebagus apapun skripnya, saat ku ingat kembali tentang hari itu semuanya sirna seketika. Aku mencoba melupakan semuanya, aku mencoba untuk menikmati hari ini dengan orang yang paling ku cinta. Namun setiap aku kembali terjatuh dalam lautan cinta, semakin aku ditarik keatas oleh kenyataan. Aku tidak bisa lagi melanjutkan hubungan kami, aku tak bisa lagi mencintainya.
Hari yang indah ini sudah mencapai akhirnya, sesaat setelah ia meninggalkan halaman ini, menuju perempatan didepan sana tempat dia memesan ojol, menghilang dibalik tikungan jalan. Semuanya akan berakhir dan semakin buruk. Hari ini adalah hari terakhirku bersamanya, aku sengaja mengajaknya untuk menghabiskan waktu dari pagi berdua, berjalan meluapkan seluruh rasa rindu dan cinta untuk menjadi kenangan yang indah sebelum akhir dari hubungan kami.

"Yusa… maaf… aku sayang kamu…" hatiku hancur, hatiku menangis, namun aku harus tetap tersenyum didepannya agar terlihat tidak ada apa-apa.

Ternyata, aku tak berani untuk mengatakan apapun, aku tak berani mengucapkan kata perpisahan ini. Aku tak berani untuk mengakhiri hubungan kami. Aku masih menyayanginya dan mencintainya.

"Kamu tau gak kenapa aku mau jadi princess Odette? Karena meskipun hanya sebentar, ia bisa saling mencintai dengan sang pangeran sebelum akhir hidupnya… aku ingin seperti itu, aku ingin seberani itu…" hatiku teriris.
"Yusa… kamu pangeranku, tapi aku bukan Odettemu… aku penakut, bahkan aku tak bisa jujur dan menolak saat Fajar meminta Papa dan Mama untuk menikahiku…" air mataku mulai menetes menatap punggung miliknya menjauh meninggalkan rumah ini.

Seseorang berlari dengan cepat melewatiku, seseorang itu berlari dan langsung memeluk tubuhnya. Tubuhnya yang mungil tidak membuat tubuh Yusa yang tak siap itu rubuh, dengan mudahnya Yusa mengimbangi berat tubuh gadis itu yang menubruknya. Aku terkejut melihat pemandangan itu. Namun aku tau Feni memang orang yang seperti itu sejak dulu. Yusa sudah menganggapnya seperti adiknya sendiri, begitu juga denganku telah menganggap Feni seorang adik.

"KAK YUSA KEMANA AJA!!" Kata Feni dengan muka panik.
"Jalan sama pacarku lah!" Balas Yusa padanya, aku tertawa kecil mendengar jawabannya.
"Kok gak bilang! Aku kan nyariin dari pagi!" Feni bertolak pinggang di depan Yusa.
"Ya kenapa aku harus bilang!" Balas Yusa lagi.
"Aku khawatir!!" Feni mengembungkan pipinya kesal.

Aku memperhatikan mereka berdua, aku tertawa kecil melihat tingkah mereka ini. Aku tak menyangka mereka sudah sedekat ini.

"Iya iya maaf…" balas Yusa sambil mencubit pipinya.
"Kakak mau pulang?" Tanya Feni.
"Iya, kamu gak pulang?" Yusa balik bertanya.
"Nanti, mau take dulu buat JKT48 TV… padahal bisa pulang bareng huuu" Feni memanyunkan bibirnya.
"Haha yaudah aku duluan ya, kamu jangan pulang malem-malem." Balas Yusa sambil membelai kepalanya.
"Iya, hati-hati kak. Nanti aku bawain makanan!" Balas Feni tersenyum lebar.

Gesture yang mereka berdua buat membuat hatiku berdebar. Aku mencoba berfikir positif namun hatiku begitu panas. Aku tak menyangka bahwa mereka lebih dekat dari yang aku bayangkan, aku cemburu melihat mereka.
Aku yang telah mencoba menahan diriku, mencoba untuk melawan pikiranku kini telah yakin. Setelah melihat semua pemandangan ini, aku tau Yusa masih bisa bahagia dengan orang lain. Mungkin memang ini cara yang di tunjukan Tuhan untuk hubungan kami berdua, meskipun aku tau hati kami berdua akan hancur namun pasti akan dengan mudah tersusun kembali. Yusa akan dibantu Feni untuk menyusunnya, begitupun aku yang akan di bantu oleh Fajar. Mungkin memang tepat, rasanya bila kami harus berpisah sekarang.
Feni telah kembali memasuki rumah latihan, sedangkan Yusa sudah berjalan menuju perempatan jalan itu. Semakin kecil ia di pandanganku, semakin jauh punggungnya itu ku tatap. Aku membulatkan hatiku, dengan air mata yang mengalir tak dapat ku hentikan. Ku langkahkan kakiku mengejarnya, bahkan langkahku sudah berubah menjadi berlari.

“Tunggu…”

Yusa menoleh mendengar perkataanku, ia menatapku bingung. Raut wajahnya nampak sangat khawatir karena melihatku yang sedang menangis ini.

“Kamu kenapa?! Ada yang jahat?!” ia begitu khawatir, gerakannya seketika waspada.
“Enggak… hiks… hiks…” aku mencoba menenangkan diriku agar ia tidak panik.
“Bilang aja sama aku, yang mana?!” katanya lagi sambil memegang pundakku, memastikan diriku tidak apa-apa.
“Aku mau ngomong…” kataku padanya, ia melihat mataku bertanya-tanya.
“Ngomong aja lagi…” balasnya sambil menungguku meredakan tangisanku.

Ia menungguku dengan sabar, raut wajahnya begitu tenang dan senyumnya padaku membuatku merasa nyaman. Namun sepertinya ini akan menjadi terakhir kalinya untukku melihat senyum itu.

“Yusa…” aku menarik nafas dalam, mengumpulkan keberanianku.
“Iya… kenapa?” tanyanya padaku.
"kita putus aja ya?" balasku bertanya padanya, berat sekali rasanya mengucapkan kata yang paling terlarang dari sebuah hubungan.
"Kenapa?” tanyanya dengan wajah tak percaya.
“Aku rasa kita udah waktunya pisah deh… akhir-akhir ini kita juga udah semakin jauh.” kataku lagi, menahan segala emosi yang berkumpul di hatiku.
“Tapi kan hari ini kita udah ketemu… biasanya juga kita jarang ketemu dan jarang menghubungi. Bedanya apa?” ia mendebat keputusanku, entah mengapa aku merasa sangat senang.
“Kamu pasti tau alasannya… udah jelas banget kan kenapa…” aku tak bisa membalas perkataannya itu.
“Kenapa? Karena aku udah gak punya mobil dan dibatasi sama Papa?” tanyanya memastikan, aku menggeleng membalasnya.
Aku sayang kamu bukan karena uangmu” balasku dalam hati, sakit sekali rasanya.
“Jawab!” nada Yusa mulai meninggi.

Aku tak mampu menjawab pertanyaannya itu, aku hanya terdiam menunduk mencoba mencari kata-kata yang tepat. Aku bahkan tak berani jujur padanya tentang semua alasanku.

“Karena aku belum lulus? Karena kuliahku berantakan?” tanyanya lagi padaku, aku hanya menggeleng membantahnya.
“Aku… cuma mau putus…” balasku tanpa alasan, sebuah balasan yang sangat tidak jelas dariku yang seorang mahasiswi psikologi.
“Kenapa? Kamu gak sayang aku?" Tanyanya padaku dengan mata berkaca-kaca, kata-katanya tercekat oleh isakan yang tertahan.
"Coba kamu tanya itu ke dirimu sendiri, kamu sayang aku?" Kukembalikan pertanyaannya itu pada dirinya, pipiku mulai basah tanpa kusadari.

Terkadang, sebuah perpisahan yang begitu sulit memang dibutuhkan. Entah demi menjaga hati masing-masing dari kehancuran atau memang sudah waktunya untuk mengambil langkah berbeda. Namun aku harap jalan kita akan kembali bersilang, sehingga perasaan yang telah hilang bisa kembali ditemukan. Setidaknya itu yang kuharapkan terjadi.

“Aku sayang kamu. Sangat sayang denganmu” balasnya dengan tangisan pelan, aku tau hatimu pasti sangat hancur sama sepertiku.
“Kamu tau aku sayang banget sama kamu, kamu tau itu…” katanya lagi sambil mengepalkan tangannya, melihatnya seperti ini membuatku semakin hancur.
“Baiklah kalo itu maumu…” Ia menghela nafasnya, senyumannya kembali terukir di bibirnya.
“Kalau dengan putus kamu bisa bahagia, aku akan terima itu… aku cuma mau kamu bahagia” Yusa mencium keningku, ia menggenggam tanganku kuat.

Aku tak tau lagi air mata siapa yang kini mengalir di pipiku ini, kami berdua sama-sama terisak.

“Setidaknya sampai akhir, semua yang ku lakukan demi kebahagiaanmu. Terima kasih atas hari yang membahagiakan ini… dan terima kasih juga telah bahagia denganku, meskipun belum tentu selama ini kamu bahagia” kata-kata Yusa menusuk hatiku, ia melepaskan genggamannya ini menandakan bahwa ia akan merelakanku.

Sampai kapan ku terus begini agar kau sadar ku hanya sok kuat.
____________________________________________________________________________

*Yusa's POV*

“Setidaknya sampai akhir, semua yang ku lakukan demi kebahagiaanmu. Terima kasih atas hari yang membahagiakan ini… dan terima kasih juga telah bahagia denganku, meskipun belum tentu selama ini kamu bahagia” kata-kata ku sendiri membuat hatiku semakin remuk, aku melepaskan genggaman tanganku di tangannya, menandakan bahwa aku akan merelakannya.

Aku berjalan meninggalkannya tanpa menoleh kembali, menuju ojolku yang ternyata sejak tadi telah menungguku. Ia menatapku dengan nanar, aku membalasnya dengan guratan senyum tipis menandakan aku baik-baik saja.
Namun sesaat aku menaiki ojol dan menuju ke apartemenku, seluruh hari yang indah ini telah benar-benar rampung menjadi sebuah cerita. Namun ceritanya sangatlah tidak indah.

-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd