Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sekarang Sedang Jatuh Cinta (Side story 10)

Bimabet
Coba nih hu, diawal dikasih "Disclaimer" yang biasanya isinya bertuliskan "kesamaan tokoh, nama, dan tempat adalah suatu ketidaksengajaan dll"

Jadi kalau emang direport sama yang gitu ada pembelaannya sih...
Aduh, lucu juga sih macam gak pernah baca novel atau karya fiksi lainnya orang yang report karena mikir Namanya dipake (kenal ma TS aja mungkin kagak)

Semangat hu, give it a rest... Nanti rilis lagi mungkin di lain waktu dan selalu kami tunggu :Peace:
 
Terakhir diubah:
Kek nya Bunny emang ga bisa lari dari karakter Yusa deh, here we go again yekan?
 
Udah DMan sama yang punya nama Timo. Intinya yang udah terjadi ya udah terjadi. Kedepannya lebih dingin saat berpikir dan berhati2 dalam bertindak. Selalu kasih disclaimer.

Dan untuk para Lonte Afeksi, cukup di sirkel kalian aja jangan sampai ke jeketifess. Kalo masih pengen berfantasi seliar2nya di bawah sini.

What happen in Vegas, stay in Vegas.
 
Langsung malas, saya cuma gak ngerti aja ada ya orang yang kayak gitu.

Ps:
Kalau orang yang lama berkutat di forum fiksi ini pasti tau perihal kasus "Rona" oleh salah seorang suhu. Suhu yang sama yg mempermasalahkan nama Timo. :sendirian:
Ini nih yg bikin gw males buat ngluarin cerita baru... dah mau ngasih 2 part langsung lho padahal
Masalahnya yg mau gw bikin cerita member yg lagi naik daun karna "sempurna"

Namanya cerita fiksi sih kalo ada kesamaan nama mohon dimaklumi sih seharusnya
 
Ujian buat TSnya. Nulis memang perlu mood baek, mood dirusak ya sulit itu mah.
Ts jangan patah arang ya, cari mood boostermu sayang.
gua tunggu comebacknya ntar.
 
Udah DMan sama yang punya nama Timo. Intinya yang udah terjadi ya udah terjadi. Kedepannya lebih dingin saat berpikir dan berhati2 dalam bertindak. Selalu kasih disclaimer.

Dan untuk para Lonte Afeksi, cukup di sirkel kalian aja jangan sampai ke jeketifess. Kalo masih pengen berfantasi seliar2nya di bawah sini.

What happen in Vegas, stay in Vegas.
Siap hu, biarkan tetap deep tanpa dibawa ke permukaan
 
Wah sepertinya cerita Keep It As Secret di takedown, mungkin kena report oleh seseorang yang bilang karakter Timo namanya sama dengan orang di dunia nyata. *mungkin cuma ada 1 orang bernama Timothius di dunia ini*
Pake nama saya aja gpp hu, malah pengen hehe
 
Wah sepertinya cerita Keep It As Secret di takedown, mungkin kena report oleh seseorang yang bilang karakter Timo namanya sama dengan orang di dunia nyata. *mungkin cuma ada 1 orang bernama Timothius di dunia ini*
Waduh sayang banget, padahal lagi asik bgt hu ceritanya.. emang bisa ya di takedown karna alesan nama sama ??
 
Lah orangnya sama dengan yang waktu itu? Wkwkwkwkwk masih ternyata

Istirahat dulu aja suhu, jujur keep it as a secret itu cerita bagus dan termasuk seger bener di subforum fiksi ini, kalo bisa sih dilanjutin lagi kapan kapan
 
Terima kasih semuanya, terutama buat suhu @INSYFCL juga. Saya akui saya salah tidak membuat disclaimer terlebih dahulu dan semoga kedepannya hal-hal seperti ini tidak terjadi lagi dan semuanya bisa sama-sama senang tanpa ada masalah yang terjadi. Apa yang ada disini dan apa yang terjadi disini semoga tetap stay disini tanpa membuat resah permukaan.

Untuk cerita SSJC masih dalam tahap hiatus, maafkan saya sebagai penulis yang belum mampu melanjutkan cerita ini.
Untuk Keep It As Secret secepatnya akan di post ulang, bertahap. Semoga tidak terjadi lagi hal-hal serupa untuk cerita ini maupun cerita-cerita lainnya.

Salam saya, The most Cool Animal in the world. :banzai:
 
jadi penasaran nih kalo bikin cerita dengan nama tokoh Timo bakal ilang juga gak nih?? 🤣
 
Karena saya gak tau masalahnya apa, saya cuma mau bilang take your time, hu. Sampai dirimu comeback, saya akan tetap menunggu. :hore:
 
Season 2 Part 4 : Sepanjang Jalan Raya.

Memulai semua dari awal, menata ulang apa yang telah bangun. Itulah yang sedang ku lakukan sekarang. Semua kejadian beberapa waktu lalu telah menjadi pelajaran buatku, aku yang sempat patah arah telah menemukan matahari ku. Matahari yang bersinar terang membukakan jalanku untuk terus melaju, keluar dari lembah yang gelap tempatku terjatuh.

"Yusa, jangan lupa di periksa terus panas apinya!" Teriak Head Chef padaku.
"Siap Chef!" Balasku cepat sambil melakukan apa yang di perintahkan.

Dengan cekatan aku mengatur besar api pada stove, sambil tanganku yang lain membawa sebuah pan yang masih panas. Menuangkan isi pan itu keatas piring, memberikan beberapa condiment terakhir dan mengopernya kepada Head Chef untuk di periksa. Head Chef lalu memberikan sentuhan terakhir sebelum memerintahkan seorang pelayan mengantarkan makanan itu.

"Excellent Yusa. I know that you have a good skill" Puji Head Chef padaku.
"Grazie Chef!" Balasku sambil mengaduk Sauce yang sedang kupanasi.
"Tolong sehabis ini kamu lanjutkan semuanya seperti yang tadi." Perintahnya lagi.
"Siap chef!" Aku menuruti perintahnya dengan segera.
________________________________________

Aku merapikan pakaian Chef yang kukenakan, melipatnya dan menyimpannya di locker. Setelah mengecek semua bawaanku, terutama pisau kesayanganku yang ku simpan di koper coklat yang selalu ku tenteng ketika magang. Aku mengambil tasku dan bergegas untuk pulang, aku melewati beberapa karyawan lain yang masih bersantai dan tak langsung pulang. Setelah basa-basi sedikit, aku meminta izin untuk pulang duluan. Aku berjalan ke arah luar restaurant, namun aku melihat Head Chef ku masih berada di samping mobilnya.

"Chef, saya pulang duluan ya" kata ku, aku membungkukan badanku sedikit padanya.
"Ah Yusa, hati-hati ya" katanya lagi padaku.
"Terima kasih chef, kau juga" balasku lagi padanya.

Aku meninggalkannya di depan halaman restaurant, aku berniat berjalan kaki pulang menuju apartmentku yang tak jauh dari sini. Mungkin hanya memakan waktu 5-10 menit saja. Namun Head Chef kembali memanggilku saat aku belum terlalu jauh meninggalkannya.

"Yusa. Kamu sudah tau minggu depan Olympia mau kedatangan pemiliknya? Ia akan mengadakan sebuah acara disini, sekaligus ia akan mengumumkan kekasih barunya" kata Head Chef padaku.
"Lalu?" Tanyaku penasaran.
"Karena ia meminta yang terbaik, aku ingin kamu untuk menjadi salah satu dari Chef yang bertugas hari itu. Kau sanggup? Aku tidak ingin membebani anak magang." Katanya sambil menepuk pundakku.

Aku mematung di depannya. Aku tak percaya apa yang ku dengar barusan, aku tak tau apakah ini sebuah mimpi atau bukan. Belum lama aku menjadi seorang pecundang di restaurantku sebelumnya namun sekarang aku di sejajarkan dengan chef restaurant bintang 4 meskipun hanya seorang anak magang. Ini tidak mungkin.

"Jangan bercanda Chef…" kataku tak percaya.
"Aku serius, apa kau tak sanggup?" Tanyanya kembali padaku.
"Sanggup! Aku sangat sanggup!" Balasku dengan penuh percaya diri.
"Bagus, baiklah kau boleh pulang." Head Chef kembali menepuk pundakku sebelum mengizinkanku pergi.

Aku berjalan dengan sangat senang, langkahku yang tidak lagi santai seperti orang yang kesetanan. Aku ingin cepat-cepat sampai ke kamarku dan tidur agar cepat sampai di hari sesial itu. Aku terus melajukan kakiku sepanjang jalan raya sambil memandang langit malam yang indah, dengan bulan purnama yang bersinar terang menerangi langit. Bersaing dengan terangnya lampu-lampu gedung pencakar langit kawasan Sudirman ini.

.
.
.

"Halo?" Kataku saat seseorang yang ku telepon mengangkat panggilanku.
"Halo." kata orang yang ku telepon itu.
"Kamu sibuk?" Tanyaku padanya.
"Gak terlalu, kenapa?" Tanyanya balik padaku.

Aku menghela nafasku pelan, caranya menjawab sepertinya ia tidak ingin ku ganggu saat ini. Padahal aku sangat merindukannya, aku ingin membagi kegembiraanku padanya sekarang.

"Gapapa sih haha" kataku menjawab pertanyaannya.
"Aku tadi dipilih sama Chef Rian untuk jadi salah satu Chef utama buat acara di Olympia minggu depan. Seneng banget!" Ceritaku padanya.
"Padahal aku masih magang tapi aku di percaya Chef Rian. Aku gak nyangka banget!" Tambahku lagi dengan nada gembira.
"Oh iya, selamat ya!" Balasnya padaku.
"Iya makasih ya, aku mau rayain ini sama kamu. Tapi sekarang udah kemaleman hahaha" kataku sambil melihat jam tanganku.
"Kapan kamu bisa?" Tanyaku lagi sambil berdiri di sebuah persimpangan jalan menunggu lampu pejalan kaki menyala, apartementku sudah terlihat dari sini.

Aku menunggu jawaban darinya, lampu pejalan kaki itu berubah menjadi hijau. Aku berjalan melewati zebra cross bersama beberapa orang dengan cepat sebelum lampu itu kembali menjadi merah. Aku masih menunggu jawabannya dari balik telepon.

"Hmmm… nanti aku kabarin" balasnya singkat.
"Emang kamu sibuk banget?" Tanyaku lagi, masih berusaha.
"Nanti aku kabarin Sa" balasnya lagi.
"Gab, sebentar aja gak bisa? Cuma makan di cafe yang deket apartementmu itu." Aku masih berusaha mengajaknya.
"Atau kamu mau yang lebih bagus, ada kok uangnya udah di transfer papa, Gimana?" Aku melanjutkan pertanyaanku.
"Yusa, kan aku bilang nanti aku kabarin." Balasnya tetap dengan jawaban yang sama.
"Udah dulu ya, pulangnya langsung istirahat. selamat malam." Katanya dari ujung telepon sana.
"Gab, udah gak ada waktu buat aku? Kenapa sih? Kamu ngomo…"

Tut.
Tut.
Tut.

"Kamu ngomong dong…" aku menatap layar HPku yang sudah terputus dari panggilan telepon itu.

Aku menatap layar HPku, fotoku bersama Gaby yang sedang menutup mulut kami berdua di sebuah cafe. Memperlihatkan hanya mata kami yang saling memandang, manis sekali.

BEEP!!

"WOY JANGAN DI TENGAH JALAN ******!!" Teriak pengendara dari dalam mobil.
"UDAH MERAH WOY!" Teriak pengendara yang lain.

Aku tersadar kalau aku berhenti ditengah zebra cross sedangkan lampu jalan itu berubah merah.

"MAAF PAK!" Aku meminta maaf pada mobil-mobil itu lalu berlari menuju ujung jalan.

Aku berjalan gontai melewati beberapa ruko dan cafe yang sudah tutup, beberapa menit yang lalu aku begitu gembira melebihi pemenang lotre 1 miliar. Namun dalam sekejap aku telah lebih galau dari Fiersa Besari dan buku-bukunya. Aku semakin ingin cepat menuju kamar dan menyelesaikan hari ini. Setidaknya aku yakin besok akan lebih menyenangkan dari hari ini.
________________________________________

Setelah membeli beberapa keperluan dan bahan makanan di supermarket, aku telah sampai di kamarku. Kamarku yang seharian ku tinggal ini tak berubah sama sekali, aku sudah jarang sekali berada di kamar ini. Hanya kugunakan untuk tidur di malam hari lalu kutinggal kembali seharian. Aku merapikan belanjaanku di kulkas, merapikan sedikit dan kemudian berniat untuk mandi. Aku ingin membasuh tubuhku yang lelah dan penuh keringat ini dengan hangatnya air shower. Membersihkan tubuhku dari asap dan kotoran, agar membuat tidurku lebih nyenyak nantinya. Beberapa menit aku mandi sambil bernyanyi, aku kembali berpakaian. Namun setelah mandi, lelah dan kantuk ku hilang. Membuatku bingung harus melakukan apa, karena aku tidak suka menonton TV.

"Buka twit**ter ah, udah lama" kataku sambil mencari HPku, tanganku yang lain menggenggam sebotol teh.

Tak ada yang menarik di TL malam ini. Aku yang sudah tak terlalu mengikuti perkembangan fandom JKT48 sedikit kebingungan melihat Timeline. Terkadang ada beberapa tweet lucu yang lewat membuatku terhibur. Setelahnya kembali hambar saja.

@Diani_JKT48
Sudah matiin lampu, sudah siap tidur, tapi gabisa tidur. Tetanggaku lagi pergi semua jadi kost-kostan rasanya sepi, Julie lagi pulang kerumah juga,

aku berani kok guys!


Aku membaca sebuah tweet dari Diani, tweet itu ia kirim 30 menit yang lalu. Benar juga, mengapa aku tidak mengajak Feni atau Diani ngobrol, ini masih jam 10 juga pasti mereka belum tidur. Aku bergegas keluar dari kamarku menuju kamar Diani. Aku mengetuk pelan namun tak ada jawaban, aku mencoba mengetuk beberapa kali namun masih tak ada jawaban. Aku berniat meninggalkan depan kamarnya saat aku mendengar suara dari dalam kamarnya, seperti suara benda di geser. Namun Diani tak menjawabku, apakah ia tak ingin bertemu denganku?

"Hmmm kalo udah tidur kok ada suara barang di geser?" Pikirku penasaran.

Aku membuka pintu kamarnya yang tak di kunci, ruangannya sudah sangat gelap dan hanya ada sebuah cahaya di ujung kasurnya. Sepertinya itu Diani yang sedang fokus menonton drama korea sambil menggunakan headset. Pantas saja ketukanku tak mendapat jawaban darinya. Ide iseng muncul di kepalaku, aku ingin membuatnya terkejut. Aku menutup pintu kamarnya pelan, lalu berjalan kearahnya. Aku kini berdiri di samping kasurnya.

"mmpphhh!!" aku membekap mulut gadis itu.

Gadis itu meronta-ronta ketakutan. Matanya terpejam dan wajahnya penuh ketakutan. Tangannya mencoba melawan untuk melepaskan diri namun tenaga jelas lebih kuat darinya.

"sttsss…" bisikku ditelinganya.

"nghh…" Ia menatapku dengan ketakutan, berusaha mencari tau siapa yang membekapnya.
"sstttsss… jangan ngelawan" bisikku di telinganya.

Gadis itu terkejut mendengar suaraku, ia membuka matanya yang sudah berlinang air mata perlahan dan kembali terkejut saat melihat wajahku. Aku tersenyum padanya. Wajahnya yg tadi ketakutan perlahan menjadi tenang, ia merasa lega karena yg membekapnya tiba tiba adalah orang yg ia kenali.

"Kak! Bikin takut aja sih!" gadis bernama Diani itu memukul dadaku pelan.
"Hehe abis aku ketok gak bales" Aku meledek gadis mungil itu.
"maaf ya. Jangan nangis dong" Kataku sambil mengusap rambutnya.
"kakak kenapa gitu sih!" Diani masih kesal padaku.
"Gapapa, abis aku bosen di kamar" balasku padanya.

Diani bangun dari tidurnya dan menyalakan lampu. Kini kamarnya kembali terang. Diani mengambil sebuah gelas dan menuangkan air, ia meletakkannya diatas meja kecil. Ia tersenyum kearahku lalu duduk disebelahku.

"Baru pulang kak?" Tanyanya padaku.
"Iya Di." Jawabku.
"Capek ya? Kok gak tidur aja?" Tanyanya lagi.
"Gak bisa tidur aku, makanya tadi iseng kesini" balasku lagi.

Diani terdiam, ia masih tersenyum kearahku. Aku juga balas menatapnya, entah mengapa kami selalu canggung seperti ini. Aku tak pernah tau harus membicarakan apa, karena dia bukanlah orang yang bawel seperti ketika diatas panggung. Ia lebih kalem dan pendiam ketika di luar panggung.

"Kak?" Diani berdiri di hadapanku membuatku terkejut.

Kali ini aku memperhatikan Diani dari atas kebawah, ia kembali memakai daster seperti biasanya. Dasternya yang berwarna hitam tipis itu membuatku penasaran. Ia yang masih berdiri dihadapanku menatapku kebingungan. Aku bangkit berdiri dihadapannya.

"Besok harus bangun pagi gak?" Tanyaku pada Diani.
"Gak sih kak, kenapa?" Tanyanya lagi.
"Bisa begadang dong?" Tanyaku memastikan kembali.
"Emang aku niatnya begadang tadi" balasnya singkat.
"Pas!" Aku membalas dengan senang.
"Kenapa?" Tanyanya lagi.
"Hehehe" balasku singkat sambil menatapnya dengan mata lapar.

Kudekap tubuhnya sambil mencumbu lehernya, merangsangnya dengan cepat. Kujatuhkan tubuh kami berdua yang tak berjarak itu diatas kasurnya. Tanganku meloloskan CDnya dengan mudah. Diani hanya diam menerima perlakuanku, sedangkan tanganku yg lain telah menelusup masuk kedalam dasternya. Tanganku langsung memberikan rangsangan di vaginanya. Jariku mengusap bibir vaginanya cepat. Tubuhnya kini bergerak gerak gelisah. Jariku mengelus bibir vaginanya hingga becek. Diani melemah di dalam dekapan ku.

"Stop kak…. Nghhhh…." Diani mendesah.
"gak mau?" balasku sambil meremasi payudaranya.
"Nggghhh… jangan…. Uuuhh…" Diani tak mampu menjawabku saat remasanku di dadanya semakin menjadi.
"Serius?" Aku menghentikan rangsanganku, ia mengigit bibir dengan nafas tersengal.
"tapi kak…" Diani mencoba menolak.
"sssttt… aku bilang jangan ngelawan." balasku kemudian mengecup bibirnya.

Kuciumi bibirnya yg lembut itu, bibirnya saja membuatku begitu kecanduan. Kini lidahku memaksa untuk memasuki mulutnya, mencari lawan tandingnya yg siap untuk dikalahkan. Pertarungan lidah kami langsung dimulai begitu lidah kami berdua bertemu.

"mmmppphhhh… mpphh… mphh" Diani kewalahan menghadapi seranganku.
"hehe enak" aku melepaskan ciuman itu dan menatapnya.
"kak…" Diani menatapku sayu.

Kami kembali berciuman. Kami saling melumat satu sama lain, lidah kami saling membelit didalam sana. Permainan kami begitu liar hingga tak sadar liur kami meluber keluar.

"Di…" aku mengeluarkan penisku.

Diani langsung berjongkok dihadapanku. Ia mempraktekan apa yg ada di video yg kukirimkan setiap malam melalui whatsappnya. Meskipun ia selalu marah tapi aku tau ia menontonnya.

"ooohh… enak banget…" desahku saat kepalanya maju mundur menghisap penisku.
"hehe… mmmphhh" Diani terus menghisap penisku.

Ia mengocok batang penisku sambil kepalanya menjilati penisku. Mulutnya yg mungil mengurut penisku. Aku menjambak rambut pendeknya dan mulai menggenjot mulutnya. Diani menatapku sayu saat mulutnya kugenjot dengan cepat, ia membalas hujamanku dimulutnya dengan memainkan lidahnya memberikan sensasi yg membuatku semakin tak tahan. Kudorong penisku hingga menyentuh pangkal tenggorokannya, Diani menahan penisku didalam sana. Ia cukup kuat melakukan deep throat hingga wajahnya memerah.

"hhhhhh… nafas bentar aku" Diani gelagapan.

Sejurus kemudian ia kembali memberiku deep throat. Saat di percobaan yg ketiga, pertahananku jebol dan memuntahkan isinya didalam mulutnya. Ia menelannya dan menyedot penisku. Ia mengurut penisku agar seluruh isinya bisa ia nikmati.

"Oooouhhh… Di, kamu udah jago ya" Pujiku padanya.
"hehe abis diajarin terus sama kakak." balasnya bangga.

Kutelanjangi ia. Tubuh kurus dengan kulit sawo matang itu kini tereskpos seluruhnya dihadapanku. Kupandangi tubuhnya dari atas hingga ke bawah. Tahi lalat di pahanya menggairahkanku, perutnya yg rata membuatku tak sabar memegangnya. Puting coklat kemerahan itu mencuat dari payudara berukuran sedang itu. Vaginanya begitu bersih dan harus, bulu-bulunya tipis dan rapi terawat. Kini gadis desa ini akan kuajari kenakalan ibukota, siap menjerumuskannya kedalam kesenangan dewasa. Kukecupi paha bagian dalamnya, kuusap usap dengan lembut sela sela pahanya. Diani menggigit jarinya menerima perlakuanku. Ia menatapku pasrah. Lidahku menyapu paha dan selangkangannya, perlahan lahan menikmati tiap inci bagian intim tubuhnya. Nafasku yg hangat dan hidungku yg beberapa kali menyentuh vaginanya membuatnya menggelinjang.

"kak jangan hhhh aku belom mandi nghh…." Diani gelisah.

Kuhirup vaginanya dalam-dalam. Baunya yg segar dan harum namun sedikit bercampur keringat setelah latihan membuatku semakin tak sabar. Ku buka CDnya perlahan dan muncul lah vaginanya yg menggiurkan. Sedikit lembab karena rangsanganku.

"maluuu…" tangan Diani mencoba menutupi kemaluannya namun ku tahan.

Ku singkap bibir vaginanya lembut. Ku elus pelan dengan jari telunjuk ku permukaannya. Klitorisnya yg ku sentuh membuatnya merapatkan kakinya.

"Kak Yusaaa… aaahh…" Diani melenguh saat lidahku mulai menusuk nusuk lubang vaginanya.

Daging bibir vagina Diani ku emut. Kujilati permukaannya, kusapu dengan lidahku membuatnya menggelinjang. Tubuh Diani yg telanjang bulat bergerak-gerak seperti cacing kepanasan.

"sluuurp sluurppp Di memek kamu enak banget. Sluurp" pujiku yang menaikan gairahnya.
"eeehhhh kaaaak… ouuuuuhhhhh memek akuuu…… jangaaan……" Diani mengerang.
"uuuuggghhhh…… jangan dipelintiiir…… aaaahhhh remeeeessss teruss…." racaunya.
"aaaaaaaaaaaah kaaaaak…….!!!!" Diani mengejan dan mencapai orgasmenya.

Kuhisap dan kusedot vaginanya lalu membagi cairannya dengan bibirku. Kami berciuman dengan begitu panas hingga kehabisan nafas.

"Kak Yusa… Diani sayang kak Yusa" Diani menatapku sayu dengan peluh yg bercucuran.
"lalu?" tanyaku memancing, tanganku terus merangsang dada dan vaginanya tanpa henti.

Ku gesek penisku yang sudah mengeras sempurna ke permukaan vaginanya. Diani gelisah dan menggeliat kesana kemari. Ke pegang kedua tangannya dan ku tatap matanya.

"kamu yakin?" bisikku di telinganya.
"yakin kak… mphh… aku sayang kak Yusa" Diani memejamkan matanya.
"tahan ya, aku gak nyakitin kamu" kataku meyakinkan sambil mencium bibirnya lembut.
"nggggghhhhh!!" ia mengerang.

Kepala penisku menerobos masuk ke dalam lubang vaginanya yang masih rapat. Ini pertama kali baginya. Ku genggam tangannya lembut dan ciuman lembut terus ku berikan. Saat ku rasa ia mulai terbiasa, kucoba kembali mendorong penisku masuk lebih dalam hingga menyentuh sesuatu. Dengan sekali hentakan yang kuat dan pasti, penisku menembus selaput daranya.

"Aaaarrghhh!! Kak Yusa!!" ia kembali mengerang kesakitan.

Kembali kucium bibirnya dengan lembut, lidahku bermain dengan lidahnya mengiringi ciuman kami. Tanganku kembali meremasi dadanya dan memilin putingnya.

"masih sakit?" tanyaku padanya yang dibalas gelengan pelan.
"coba ya" balasku sambil menggoyang pinggulku pelan.
"ngghh…" ia meringis memejamkan matanya.
"sakit? Aku udahin ya?" tanyaku, aku tak ingin membuatnya kesakitan.
"gapapa lanjut. Ngilu" ia memberikanku izin.
"tahan ya sayang" balasku mencium keningnya yang bercucuran peluh.

Aku mulai bergerak dengan pelan dan teratur, agar ia merasa nyaman dan enak. Pinggulku mulai bergerak maju mundur, ia masih memejamkan matanya dan sesekali mengigit bibirnya sendiri dengan sangat seksi. Tubuh telanjangnya yang dipenuhi peluh membuatku tak tahan dan ingin segera menikmati vagina ini.

"aaaahhh ahhh aaahhhh aaahh" desahan mulai keluar dari mulutnya tanda bahwa sakitnya mulai berubah menjadi nikmat.
"enak?" tanyaku mulai menaikan tempo.
"aaaaaaahh enaaak aaahh terus… ahhhh" ia menatapku sayu, tubuhnya mulai terpental pental akibat tempo yang mulai meningkat.

Bunyi kecipak mengisi ruangan kamarku ini. Desahan kami beradu dengan suara pinggul kami yang berbenturan. Kubuka lebar kedua pahanya dan kutopang menggunakan bahu, tanganku memegang pinggulnya yang ramping agar lebih leluasa menyetubuhinya.

"eeeehhh aaaahhhh ngghhh…" ia tak mencoba menahan desahannya sedikitpun.

Plok plok plok plok plok

Penisku terus menghujam keluar masuk vaginanya. Suara pinggul kami yang berbenturan membuat suasana lebih panas. Ia mencengkram sprei kasurnya dengan kencang, entah sejak kapan matanya hanya terpejam meresapi setiap garukan penisku di vaginanya.

"Aaaaaaaaaaaah…. Eeeehhhhhhhh mau pipis!" ia menatapku panik.
"keluarin aja sayang, itu orgasme" kataku meyakinkannya.
"eeeeeehhh iyaaaahhh aaaaaaaaahhhhhh keluaaar" ia menengadahkan kepalanya dengan mata terpejam, namun tangannya memintaku untuk memeluknya.
"enak?" tanyaku padanya.
"heeh. Kalo itu tadi tandanya enak ya? Nghhh… hhhh…" tanyanya polos.
"iya betul, pinter deh sayang" pujiku.

Ia masih mendekapku dengan nafas tersengal. Peluh semakin membanjiri tubuhnya yang kini mengkilap. Seksi sekali melihatnya seperti ini. Penisku semakin gatal akibat vaginanya yang masih berdenyut setelah orgasmenya tadi. Aku ingin segera menggenjot kembali vagina rapat dan nikmat miliknya. Ku cabut penisku dari vaginanya yang langsung mengalirkan cairannya yg bercampur darah perawannya keluar. Kuambil tissue untuk membersihkannya.

"kamu kok belom orgasme? Aku gak enak ya?" tanyanya padaku.
"wah jangan salah, kamu enak banget sayang." balasku cepat.
"tapi kok gak keluar?" tanyanya dengan wajah cemberut.
"aku mau kamu dulu yang enak dan puas sayang" balasku yang membuatnya tersenyum, "lagian kamu enak banget jadi aku gak mau cepet cepet udahan!"

Ku angkat tubuhnya duduk di pangkuanku. Dengan semangat ku arahkan kembali penisku ke vaginanya, dengan mudah penisku langsung menancap disana. Ku mulai kembali menggoyang tubuhnya. Dengan tempo sedang, penisku kembali keluar masuk vaginanya.

"aaaaahhhhh teruusss… " ia mendesah kembali dengan tubuh yang lemas mendekapku.

Nafasnya yang memburu terdengar jelas di telingaku. Desahannya yang merdu disertai erangan erangan yang seirama dengan peraduan kami membuat malam ini semakin panas. Tangannya mencengkram tubuhku erat, tubuhnya yang terpental pental membuat payudaranya yang kenyal beradu dengan dadaku. Diani mendesah tak karuan di dalam dekapanku. Vaginanya yang selalu berusaha menutup membuat penisku seperti terhisap-hisap. Membuatku tak kuasa menahan gejolak. Setelah beberapa menit pinggul kami saling bergoyang, aku rasa penisku mencapai batasnya.

"AAAAARRRGGGHHH" Lenguhku keras sambil mencabut penisku tiba-tiba.
"Aaaaaaaaawwwhhh kak Yusaaaaa….." Diani juga mencapai orgasmenya saat aku mencabut penisku

Spermaku menyembur beberapa kali membasahi perut, vagina dan kasur Diani. Kami berdua terjatuh rebah di atas kasurnya.
________________________________________

Aku telah kembali ke kamarku, kembali merebahkan diri diatas kasurku setelah istirahat dikamar Diani untuk beberapa saat. Setelah menidurkan Diani di kasurnya dan memakaikan selimut, aku kembali ke kamarku untuk tidur. Sebenarnya tujuan awalku hanya ingin mengobrol, tapi sepertinya hal lain yang terjadi. Ada sedikit penyesalan di dalam hatiku karena telah merusak Diani. Namun sepertinya itu bukan masalah karena Diani yang juga menginginkannya.

"Kak…" sebuah suara mengejutkanku.

Aku melihat Feni yang sedang berdiri di ujung tangga dengan piyamanya. Ia berjalan pelan kearahku.

"Kamu ngapain Fen? Udah malem ini" tanyaku padanya.
"Kenapa kamu ngelakuin itu? Kenapa kamu gak mikir sebelumnya..." Katanya padaku, air mata mengalir dari pipinya.
"Tapi Fen, dia yang mau…" balasku kebingungan.
"Kamu janji kalau Michelle yang pertama dan terakhir. Tapi kamu ngerusak cewek lain yang gak kamu sayang…" Ia duduk di tepi kasurku.

Aku menatap Feni yang begitu marah, namun juga sedih dan kecewa. Aku menyadari kebodohanku, membuatku tak berani menatap Feni.

"Udah terlanjur, jangan lagi ya. Please." Pinta Feni padaku.
"Ia Fen, aku janji" balasku padanya.
"Aku pegang janji kakak!" Katanya sambil mencubit hidungku.
"Yuk bobo!" Feni masuk ke dalam selimutku dan tidur di sebelahku.
"Kamu tidur disini terus, sempit!" Balasku pura-pura marah.
"Biarin!" Balasnya meledek.

Kembali, sejak hari itu Feni selalu tidur di kamarku. Seperti seorang adik yang tak ingin melepaskan kembali kakaknya yang telah jatuh ke dalam jurang putus asa. Ia terus berada di sampingku menjadi matahari.

-bersambung-
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Hello, the most coolest animal in the world is back!

Siapa yang kangen Yusa?
Siapa yang kangen Feni?
Siapa yang kangen Gaby?

Mari doakan saya dan dukung saya untuk membagi 2 otak agar SSJC dan KIAS tetap berjalan beriringan. Ganbatte!!

Jadi, apa kabar?

Kangen nih!

Mulai dari part 5, konflik akan mulai terjadi. Cerita ini gak akan panjang namun akan menjadi konklusi akhir. Dengan siapa nantinya Yusa akan berakhir? Mari kita simak bersama yeay!

Happy reading all :banzai:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd