Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sekarang Sedang Jatuh Cinta (Side story 10)

Untung blm ngapa2in
Nanti ngapa-ngapain kok.
masa' iya ceritanya bakal seperti ini.,
"gaby pergi, feni yang ngisi"
Feni emang minta di isi hehe.
Wkwkwk Yusa kena karma karena sudah ngerusak anak orang.
Seneng banget lo...
Gaby kayaknya udah tahu sesuatu nih tentang Yusa, jangan-jangan udah ketahuan semua tingkah dia di Season 1
Ckck seuudzon
Soalnya Gaby maen di mercusuar sih :pandaketawa::pandaketawa::pandaketawa:

Alias

Banyak yang update ya
Ckck bener-bener emang papasambung macem-macem sama pacarnya yuasa.
Terimakasih ya feni, hehe
Hehe
 
Side Story 8: Gaby, kamu ngapain?!


"Nanti malem siapa aja yg ikut?" Diani bertanya pada orang-orang yg saat ini berada di apartementku.
"Aku gak, gak bisa pulang malem" Gaby menjawab cepat sambil masih berkutat dengan handphonenya.
"aku gak, besok kan latihan lagi buat konser" jawab Feni yang sedang memperhatikan Gaby.
"Aku sih mau ikut." timpal Frieska.
"serius kak? Tumben banget" Diani terlihat senang.
"tapi kalo ada Yusa aku gak jadi deh hahaha" tambah Frieska sambil tertawa.
"Ih kak mpries!" Diani nampak kesal.

Aku tertawa kecil melihat tingkah mereka. Nanti malam kami berencana untuk makan di sebuah kedai ramen di wilayah Fatmawati yang katanya enak sekali. Namun sepertinya malam ini hanya aku, Diani dan Frieska saja yang akan pergi kesana. Julie tidak ada karena dia ada keperluan sehingga ia pulang ke rumah ibunya.

"Btw, kalian ngapain sih ngumpul disini?!" tanyaku ketika melihat mereka semua sedang bersantai di apartementku.
"pelit banget sih!" Frieska menatapku sinis.
"eh bukan gitu kak…" Aku takut melihat Frieska seperti itu.
"kamu gak suka ya ada aku?" Gaby melirik kearahku.
"eh suka kok suka…" balasku panik.
"sok galak, tapi cupu!" Feni meledekku.

Mereka semua tertawa melihat tingkahku yang malah takut oleh penjajah kamar ini. Kue ini sudah hampir jadi, kue yang ku buat dengan metode Frosting ini pasti akan disukai. Karena kue ini manis dan memiliki tekstur yang lembut dan enak. Aku tak menyangka Frieska cukup cekatan di dapur, ia sejak tadi membantuku menyiapkan cemilan. Ia mengerti apa yang aku ingin buat dan tau apa yang harus ia lakukan untuk membantuku. Benar-benar seorang gadis impianmu.

"Hehe" Frieska menggigit daun telingaku pelan.
"kak, ngapain?!" aku bertanya sambil berbisik.
"mumpung mereka semua lagi sibuk sendiri…" Frieska kembali berbisik.

Tangan lembutnya meremasi bagian luar selangkanganku, aku mencoba menahan desahanku agar tidak dicurigai yang lain. Sesaat kemudian penisku sudah berada di luar sarangnya, menikmati remasan yang diberikan Frieska.

"burungnya Yusa udah 2 minggu ya gak dibuat muntah?" Frieska berbisik sambil mengigit bibirnya.
"mau dimuntahin dimana? Hehe" Frieska mengocok penisku sambil mengurutnya.

Tangannya yang begitu lembut membuatku kewalahan, Frieska memang sangat ahli memanjakan pria. Dia benar-benar gadis idaman dan berpengalaman.

"Sshh Kak…" Aku memejamkan mata akibat kocokannya.
"ssttt… jangan berisik" Bisiknya ditelingaku yang begitu menaikan gairah.

Kocokannya yang kadang cepat, lalu lambat, membuatku kewalahan. Kocokan yang diiringi remasan, lalu berubah menjadi memijat dan kembali menjadi elusan itu menghasilkan sensasi nikmat yang luar biasa. Membuatku tak tahan.

"Kak." Aku menatap Frieska yang tersenyum nakal kearahku.
"iya dek? Mau ngajak ngewe?" Iya menatapku tajam dan tersenyum dengan bibir lebarnya.
"eh… i.. Iya…" Aku menjawab pelan, kocokannya semakin nikmat.
"yuk…" Frieska mengedipkan sebelah matanya, ia kembali memasukan penisku dan merapikan celanaku.

Ia menarik tanganku dan kami berdua berjalan ke pintu keluar, aku hanya menuruti kemana kak Frieska akan membawaku.

"kita berdua mau beli chocochips sama strawberry ya. Karena garnishnya kurang" Frieska berkata pada mereka, actingnya sangat hebat.
"IKUT!!" Feni melompat dari sofa untuk ikut.
"Gak usah, kalau bawa kamu nanti belanja kita jadi kebanyakan dan kelamaan, lagipula kita cuma ke supermarket di seberang" Frieska menahan kepala Feni dan memutar tubuhnya untuk kembali berjalan ke sofa.
"Kalian mau nitip apa?" Frieska bertanya kembali.
"Ice cream!" jawab Diani cepat.
"Aku mau teh!" jawab Feni.
"Aku samain aja kyak kamu" jawab Gaby sambil memalingkan pandangannya kearahku.
"oke, aku beliin teh kotak aja ya" kataku pada Gaby yang dibalas anggukan.

Tiba-tiba lampu di ruanganku mati, listrik di apartement ku padam. Tak lama kemudian suara diluar menjadi riuh. Aku bergegas berlari keluar diikuti para gadis yang sedang asik di kamarku. Lantai tempat kamarku berada memang sepi karena hanya ada 3 kamar disini. Aku bergegas turun menggunakan tangga darurat untuk mengecek apa yang terjadi, mereka semua mengikuti dari belakang.

"Kak takut!" Diani memelukku dari samping.
"Sempet-sempetnya lo…" Frieska melepaskan pelukan Diani dari tubuhku.

Ku genggam tangan Gaby yang langsung ia sambut dengan erat. Aku tau dia saat ini khawatir, terlukis jelas diwajahnya. Ku coba menenangkannya dengan menggenggam tangannya lembut berharap itu bisa menenangkannya tanpa perlu mengatakan apapun.
Tak lama berselang kami telah sampai di lantai dasar gedung ini. Lobbynya amat sepi dan tak ada yang menjaga, security yang selalu standby di dekat pintu masuk pun tak terlihat batang hidungnya.

"Halo! Kak Dinda?!" teriakku.
"Pak Rohmat?! Mas Andi?!" Aku masih mencoba mencari jawaban sambil berjalan pelan menuju pintu keluar, kutuntun keempat gadis itu berjalan di belakangku.

ARRRRGHHHHH!!!

Terdengar geraman yang cukup kencang dari arah belakang kami yang sontak membuat kami semua menoleh kebelakang. Namun tidak ada siapa siapa disana.

"Kak itu suara apa?" tanya Feni ketakutan.
"Gak tau, tenang ya. Pegang tanganku" kata Gaby pada Feni.

GRUUUUGGHHH!!!!!
AAAARGHHH!!!


Kembali terdengar suara yang aneh, kali ini suara itu datang dari arah depan pintu keluar. Kami menghentikan langkah akibat suara itu, diluar suasana amat riuh dan banyak suara saling bercampur yang semakin membuat kami bingung dan takut. Namun kami memutuskan untuk tetap keluar mencari info dan bantuan. Sesampainya diluar kami benar-benar dikejutkan oleh pemandangan didepan kami. Mobil terbakar, mayat-mayat manusia yang tergeletak, orang-orang berlarian, suara sirine, ambulan bercampur menjadi satu. Suasana ini seperti lokasi kericuhan, bahkan perang. Kami masih mencari orang untuk menjadi tmepat bertanya. Kami berjalan pelan-pelan sambil melihat keadaan.

"Eh itu orang!" Feni berteriak ketika melihat sesosok pria yang berjalan dengan gontai di dekat perempatan.

Feni meninggalkan kami berempat dan bergegas mendekati pria itu untuk bertanya, Gaby mencoba menahan Feni namun ia sudah terlanjur berlari menghampiri pria itu. Kami berjalan pelan kearah Feni sambil menunggu info yang ia dapatkan.

"ARRRRRGGGHHHH!!!! TOLONG AAAAAAHHH!!!" Feni tiba-tiba berteriak dengan kencang yang membuat kami semua langsung menoleh kearahnya panik.

Pria tadi sedang menindih tubuh Feni dan menggigit lehernya, leher Feni robek dan bersimbah darah. Ia terus merintih, ia berteriak meminta tolong kepada kami.

"FENI!!" Aku ingin bergegas menolong Feni namun Gaby menahanku.
"Yusa! Ini kyak di film-film. Aku yakin ini wabah zombie!" Gaby berkata dengan begitu yakin.
"Iya betul, aku yakin banget!" tambah Frieska.
"Trus kita gimana? Kak Feni gimana?!" tanya Diani ketakutan.
"Aaaargh!!! Gak ada cara lain selain kita tinggal Feni!" Gaby nampak begitu marah karena tidak bisa menolong Feni, air mata mengalir dimatanya.
"Fen… maaf" Frieska menoleh kearah Feni dengan wajah yang sedih.

Kami semua kembali berlari ke dalam apartement. Kami berniat untuk menuju basement dan mengambil mobilku. Ketika di pintu menuju basement, kami melihat tempat itu begitu gelap dan sepi. Kami mengurungkan niat untuk turun kesana.

"kita gak tau ada apa dibawah sana. Jadi gini aja. Kalian balik keatas naik tangga ini, ambil apa aja yang sekiranya perlu. Terutama senter dan kunci mobil Yusa. Biar aku sama Yusa nyari alat yang bisa kita pakai untuk jaga diri. Kyaknya emang cuma kami berdua yang bisa mempertahankan diri kalau mendadak diserang zombie." Frieska menyusun rencana untuk kami.
"setuju." jawab Gaby dan Diani lalu menuju ke keatas.
"ayok!" Frieska menarik tanganku.

Aku dan Kak Frieksa berjalan menaiki tangga darurat apartement ini. Ia mengajak ku naik ke lantai 3, entah apa yang ingin dia lakukan disini. Aku hanya mengikutinya berjalan menuju kolam renang. Aku bingung karena ia terus menarik tanganku sambil tersenyum.

"Kak… kok kolam berenang?" tanyaku kebingungan.
"kenapa? Mau disini? Jangan deh gak aman" kata Frieska padaku.
"trus mau kemana?" tanyaku kembali.

Frieska tak menggubris dan terus menarik tanganku. Ia mengajakku ke sebuah ruangan, setelah ia menengok ke kanan dan ke kiri. Ia mengajakku masuk keruangan ini. Ruang ganti pria.

"kak… ngapain?" tanyaku yang sedikit bingung.
"lanjutin yang tadi. Mumpung sepi" tambah Frieska sambil membuka kancing kemejanya satu persatu.
"Stop!" Aku menghentikan Frieska saat kancingnya baru terbuka bagian atas.
"kenapa?" Frieska nampak kebingungan.

Aku langsung mendekatinya dan membuka sisa kancingnya perlahan-lahan, menampakan kulitnya yang mulus dan payudara besarnya yang masih terbungkus Bra coklat yang juga berukuran besar itu. Darahku berdesir hanya karena melihat perut putihnya itu. Kucopot branya tanpa melepas kemejanya. Frieska mengerti, ia mengeluarkan kuncir rambut dan mengikat rambutnya membentuk ponytail.

"hehe sekretaris nakal atau mahasiswa nakal nih?" tanya Frieska sambil melepas celanaku.
"kakak nakal yang ada wabah zombie tapi malah… ouuuuh…" Frieska menghisap penisku tiba-tiba hingga aku tak mampu menyelesaikan kalimatku.

Tubuhku belingsatan menahan agar tak segera keluar. Bibirnya yang tebal dan lebar membuat penisku mudah ia puaskan. Ia tau bahwa aku tak kuat menahan blowjob darinya. Ia menyudahinya dan langsung menidurkanku di bangku. Ia melepas celana jeansnya, celana dalam dan langsung menduduki penisku. Ia menampung liurnya dan membasahi penisku dan vaginanya. Tubuhnya yang padat berisi itu bersiap untuk menari diatasku.

"Kalo tiba-tiba ada zombie yg nyerang. Lucu ya mati lagi ML" kata Frieska tertawa kecil sambil perlahan lahan ia menancapkan penisku kedalam vaginanya.

"ouuuuuhhhh…." desah kami bersamaan dengan bersatunya tubuh kami.

Frieska menggerakan pinggulnya maju mundur. Aku memandang tubuh sekalnya yang bergoyang dengan seksi dari bawah. Tangannya mencengkram pahaku untuk menopang tubuhnya yang terus bergoyang. Kutarik tubuhnya dan kucium bibirnya dengan penuh nafsu.

"nngghhh… ssshh… " Frieska membalas cumbuan dan lidah kami bertarung didalam sana.

Benang saliva menjuntai diantara bibir kami, membuat siapapun yang melihat pasti bernafsu. Kini pinggul Frieska naik turun membuat penisku menghujam vaginanya dari bawah. Payudaranya yang lebih besar dari Julie itu naik turun, guncangannya akan membuat siapapun yang melihat menelan ludah. Kedua tanganku meremas dadanya kuat kuat sambil pinggulku ikut menghujam vaginanya.

"Oooohhhhh….. Yesss…. Ooohhhhhh fuck…… " Frieska meracau keenakan.

Frieska menggerakan pinggulnya dengan cepat, sesekali pinggulnya membuat gerakan memuar dan mengulek. Ia terus menggaruk gatal di vaginanya dengan penisku.

" UUUUUUGGGHHHHHH….. DEEEEKK…….." Frieska mendesah panjang diiringi kedutan pada vaginanya.

Kudorong tubuhnya rebahan diatas bangku. Kuhujam vaginanya dengan tempo berantakan. Frieska mencakar pahaku saat orgasmenya sampai. Tubuhnya menegang. Vaginanya meremas penisku, nikmat sekali sensasi orgasme dari Frieska. Lendir vaginanya membanjiri penisku dan sebagian meleleh dari sela-sela lubangnya.

"YAAMPUN KAK!" Diani mengejutkanku.

Frieska memejamkan matanya tak peduli, tubuhnya melemas dan nafasnya berantakan ketika penisku kucabut dari vaginanya. Kudekati Diani dan kutarik masuk.

"Kakak ngapain?!" Diani masih tak percaya apa yang dia lihat.
"Kak? Mmmmphhh!!" Diani terkejut ketika bibirnya kusumpal dengan bibirku.

Aku mencumbu bibir Diani dengan kasar, kuremasi dadanya dari luar kaos yang ia gunakan. Kubuka kaosnya dengan paksa, Diani tidak melakukan perlawanan yang berarti namun dia juga tidak membalas permainanku. Ku absen wajahnya dengan ciuman dan jilatan, tak ada bagian tubuhnya yang luput dari jamahan tanganku. Kugigiti lehernya menyisakan beberapa bekas disana. Payudaranya yang berukukuran sedang itu kuremas remas, putingnya kupelintir hingga mengeras. Putingnya ku jilati bergantian, kuhisap seperti bayi dan kutekan dengan lidahku. Diani menggelinjang dan mencapai orgasme pertamanya.

"Kak….." Diani begitu takut namun matanya yang sayu membuatku tak menghentikan perlakuanku.

Kutunggingkan tubuh telanjangnya. Kunyalakan shower agar memberikan sensasi yang lebih menaikan gairah. Tubuhnya yang basah oleh air dan peluh membuatku tak tahan, kudekap tubuhnya dari belakang dan menciumi punggungnya.

"AAAARRGGGHHHH" Diani mengerang kesakitan karena keperawanannya kurebut.

Kuremasi dadanya dan kumiringkan kepalanya lalu kembali kucumbu bibirnya. Saat ku rasa ia sudah terbiasa, kucoba kembali menggoyang pinggulku. Diani sedikit merintih, namun aku terus menggoyang dengan pelan karena aku tau sebentar lagi ia akan merasakan nikmat setelah sakit akibat pecahnya keperawanannya. Tanganku yang berpegangan pada pinggulnya sesekali beralih ke pantatnya dan meremasnya. Pinggulku terus menerus menghujam vaginanya dari belakang. Diani menopang tubuhnya dengan tangan di tembok. Aku kembali mendekapnya dan mulutku terus mencumbu bagian tubuhnya yg bisa ku cumbu.

"Kak Yusa… enak…" Diani berkata sambil memejamkan matanya.
"terus?" tanyaku padanya.
"iyaaahh… terus…" pintanya.

Kugerakan pinggulku maju mundur, penisku memompa vaginanya yang sangat sempit. Vaginanya yang rapat begitu nikmat mencengkram penisku. Aku yang kesetanan akibat kenikmatan yang Diani berikan langsung memompa vaginanya kasar. Peraduan tubuh kami berdua benar-benar berisik dan menggairahkan.

"Kaakkk… teruuuus…. Oooooooohhhh enaaak…" Diani meracau tak karuan.

Desahannya membuatku lebih bersemangat. Aku ingin dia mendesah tanpa henti. Penisku beberapa kali menyodok hingga menyentuh dinding rahimnya. Ku genjot terus vagina Diani dengan tempo yang berantakan, aku tak peduli apakah ia enak atau kesakitan. Karena aku hanya ingin menikmati vagina sempitnya. Diani mengejan dan aku merasakan cairan hangat membasahi penisku didalam vaginanya. Kudekap erat tubuh Diani yang hampir terjatuh akibat orgasme yang membuatnya lemas.

"kaaakk… ngggghhhh udaaah…. Uugggghhh…. Ngiluuuu…." Diani mendesah tak karuan.

Mendengar permintaan Diani membuatku menggenjot vaginanya lebih keras. Dadanya tak henti-hentinya ku remas dan pelintir. Diani pasrah menerima perlakuanku yang terus menyetubuhi vaginanya yang masih sangat sensitif.

"Kaaaaaaaaakk……. Aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh……." Diani orgasme yang kesekian kalinya.

Vaginanya yang menyedot penisku membuat pertahananku jebol.

"Diiiii enak bangeeett oohhhhh……" Desahku panjang.

Spermaku mengisi penuh vagina Diani, bercampur dengan cairan cintanya didalam sana. Spermaku meleleh ketika ku cabut penisku dari vaginanya, vagina yang memerah itu menyemprotkan cairan bening beberapa kali. Melihat Diani squirting membuatku tersenyum bangga. Diani roboh di dalam ruang shower ini. Ia tidak bergerak namun sepertinya ia tidak sampai pingsan.

"Kak Mpries" panggilku sambil mendekati Frieska.
"hhhh iya?" balasnya.
"lagi" pintaku sambil mengarahkan penisku ke vagina gadis sunda ini.
"eeehh udaaah" tolak Frieska yang tak ku gubris.

Kugenjot kembali tubuh sekal Frieska. Pantatnya yang sekal beradu dengan pinggulku membuat suara kecipak yang menggairahkan. Frieska yang kusetubuhi dalam posisi nungging ini memperlihatkan pantat sekalnya yang menggoda untuk kuremas.

"Saaaaa uuuhhh…" Frieska mendesah.

Wajahnya yang cantik bercampur peluh menatapku sayu. Desahannya semakin tak karuan saat genjotanku semakin bersemangat.

"penuuuh… enaaak…. Teruuusss…. Entooot…. Ouuuuhhhhh" Frieska membuatku semakin bergairah.
"YUSA!!" Aku mendengar suara Gaby.

Frieska terkejut hingga memancing orgasmenya, sedangkan penisku menyusut bersama diriku yang ketakutan. Gaby menatapku tajam. Pisau dan senter ditangannya ia pegang erat. Ia mendekatiku perlahan tanpa melepaskan pandangannya. Aku mundur ketakutan hingga menyentuh tembok. Gaby sudah amat dekat denganku, pisau yang terhunus dan senter ditangannya ia letakan di bangku. Rambutnya yang panjang ia gelung keatas.

"pegang" katanya menyuruhku memegang rambutnya.

Gaby berjongkok didepanku dan langsung menghisap penisku. Kepalanya maju mundur mengulum penisku. Kulumannya begitu nikmat membuatku setengah mati untuk tidak jebol. Ia menjilati bagian bawah penisku dan kembali mengulumnya. Aku merem melek menahan perlakuan Gaby pada penisku.

"AAARRRRRGGGHHHHHHH!!!!!!" Tiba-tiba Gaby menggigit penisku.

Kucoba melepaskan diri dari Gaby namun ia semakin kuat menggigitku. Aku yang menahan sakit melihat ia yang berubah memucat. Ia terus menggigitku hingga aku tak dapat lagi merasakan tubuh bagian bawahku.
_______________________________

"AAAAAAAAA JANGAN!!!!!!!!" Teriakku panik.

Aku melihat sekeliling, ternyata aku berada di kamarku. Ku intip kedalam celanaku dan merasa lega saat mendapati si adik kecil masih berada disana. Aku merebahkan kembali tubuhku dan menenangkan diri.

"pasti gara-gara film horror semalem!" kataku kesal kemudian kembali tidur.

-Side Story End-
 
Terakhir diubah:
Side Story 8: Gaby, kamu ngapain?!
Terinspirasi dari cerita When Worlds Down karya suhu Alshawn dan 55 Days karya suhu Metalgearzeke. Karena suka banget dengan konsepnya dan world buildingnya serta ceritanya yang seru bikin penasaran. Jadi iseng deh nulis soal zombie :capek:
 
Waduh mimpi buruk doang
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd