Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sekarang Sedang Jatuh Cinta (Side story 10)

Season 2 si Yusa kena Karma aja...
 
B **** **
Mobil plat B dua huruf di belakang
Kalau bukan mobil tua yg blm pernah pindah tangan, ya berarti kurang kerjaan amat silang nomor biar bisa mempertahanin plat B dua huruf
 
B **** **
Mobil plat B dua huruf di belakang
Kalau bukan mobil tua yg blm pernah pindah tangan, ya berarti kurang kerjaan amat silang nomor biar bisa mempertahanin plat B dua huruf
Bapaknya Yusa orang kaya, plat bisa mesen
 
Akhirnya muncul juga season 2.... Hehe langsung menarik nih suhu..
 
Season 2 part 2: ku Yakin Kita Bisa.


Aku membuka mataku. Rasa sakit di tangan, tubuh dan wajahku masih terasa. Aku mengingat kembali apa yg terjadi semalam. Entah mengapa meskipun kemarin hariku benar-benar buruk, namun pagi ini aku bisa terbangun dalam keadaan segar dan serasa tanpa beban.

Matahari itu adalah aku~

Bayangan Feni muncul di kepalaku, suara dan sepenggal lirik yang ia nyanyikan itu terlintas di kepalaku.

"Aduduh!" Aku kesakitan saat mencoba meregangkan tubuhku.

Aku bangkit dari tempat tidurku untuk menuju kamar mandi. Aku harus kembali ke kampus untuk meminta surat pengajuan Internship kembali lalu mencari restaurant yang mau menerimaku. Jadi agendaku hari ini adalah menuju ke kampus dan mencari lowongan magang. Aku melihat ke sekeliling kamarku, kamarku begitu rapi dibanding biasanya. Saat aku melihat ke sisi lain tempat tidur, aku menemukan sesuatu yang janggal. Saat aku sudah dekat, ternyata itu adalah Feni yang tertidur dibawah dengan beralaskan 2 bed cover tebal dan memakai sebuah selimut.

"Feni bangun, kenapa tidur disini?!" tanyaku kaget.

Seperti biasa, agak susah membangunkannya. Sepertinya ia menemaniku dari semalam. Aku jadi tidak tega untuk membangunkannya. Kuangkat tubuh mungilnya itu dan kutidurkan diatas kasur. Lucu sekali melihatnya tidur meringkuk diatas kasur. Aku memandangi Feni yang tertidur, wajahnya saat tidur begitu cantik.

"aku pergi dulu ya." kataku sambil mengusap kepalanya pelan.
"jangan" balasnya, sepertinya ia mengigau.
"jangan tinggalin Feni" Tambahnya lagi.
"eh, aku mau mandi mau ke kampus haha" balasku tertawa melihat Feni yang mengigau.

Aku meninggalkannya yang masih terlelap dan bergegas mandi. Membasuh penat, debu dan darah yang menempel ditubuhku sejak kemarin. Luka-luka di tubuhku berdenyut ngilu terkena air, namun luka di hatiku lebih sakit lagi. Pancuran shower yang membasahi tubuhku membuatku kembali teringat akan kejadian kemarin, kembali mengingat rasanya terjatuh dan terpuruk amat sangat.
__________________________

Selesai mandi, aku menyiapkan sarapan yang mudah untukku dan Feni. Hanya dua potong roti dan dua buah telur dadar untuk kami berdua. Karena aku berniat mengajaknya ke kampusku lalu pergi makan siang sebagai rasa terima kasih untuk semalam. Selesai menyiapkan sarapan aku kembali ke kamarku diatas untuk membangunkan Feni. Ia masih terlelap dengan pulasnya saat aku sampai dikamar lalu duduk di tepi tempat tidur.

"Bangun" Aku mencoba membangunkannya pelan.
"hhmm…" ia hanya menggeram.
"Bangun Fen. Udah jam 11 loh" aku mencoba membangunkannya lagi.
"masih ngantuk~" balasnya tetap memejamkan matanya.

Lucu sekali melihatnya tertidur seperti anak kecil. Padahal dia adalah seorang gadis berumur 20 tahun yang tinggal merantau sendirian di Jakarta. Kalau dilihat dari statusnya, amat tidak cocok sekali dengan keadaannya sekarang. Aku mencoba mengguncangkan tubuhnya, namun ia masih terpejam. Kucoba mengguncangkan kembali agar ia terbangun, namun ia tetap memejamkan matanya.

"bangun heeei" Aku masih mencoba membangunkannya.

Saat aku masih mencoba membangunkannya, tak sengaja aku melihat bibirnya sedikit menyungging. Sepertinya dia sudah bangun dan hanya berpura-pura tertidur saja.

"bangun, kasian banget sih bumi. Udah jam segini tapi mataharinya masih tidur aja" kataku sambil meliriknya.

Aku dapat melihat Feni yang sedikit tersenyum mendengar kata-kataku. Namun saat aku menoleh kearahnya, ia kembali berpura-pura tertidur pulas.

"hariku suram deh, mataharinya belom bangun nih." kataku lagi.
"mataharinya belom bangun juga nih? Padahal tadinya mau aku ajak makan all you can eat" Tambahku.
"AKU UDAH BANGUN!" Feni langsung melompat dari tidurnya.

Aku tertawa melihatnya yang langsung bangun saat mendengar kata all you can eat. Ia tertawa kecil dan wajahnya memerah karena malu tidak dapat menahan godaan ku.

"hehe curang ih kak Yusa" Feni menggembungkan pipinya kesal.
"tolong jangan lucu-lucu. Nanti kalau sayang ribet" Balasku sambil mencubit pipinya.
"hihihihi. Emangnya gak sayang?" Balasnya meledek.
"sayang kok. Sama Gaby" balasku meledek.
"huuuu dasar Kak Yusa!" Feni melemparku dengan bantal.
"udah sana mandi. Jangan lama-lama ya nanti Sekre keburu tutup. Oh iya kamu gak ngerti ya soalnya disuruh kuliah gak pernah mau!" balasku menyindirnya.
"iya nanti aku kuliah" balasnya dingin, sepertinya ia marah.
"jangan marah dong." sepertinya sindiranku terlalu keras untuknya.
"gak" balas Feni singkat.
"eh maaf" Aku mendekati Feni yang duduk terdiam di pinggir tempat tidur.
"minta maafnya gini." kata Feni melirik padaku, "Feni sayang, maafin aku ya. Aku rela jadi pacar kamu kalau kamu maafin aku"
" Yeeeee kenapa begitu!" balasku kesal.
"hhhh iya deh." aku menghela nafas, "Feni sayang. Maafin aku ya." kataku sambil menatapnya lembut.
"aku rela…" Feni menghentikan kata-kataku.
"yang itu cuma becanda kok. Aku gak mau ngerusak hubungan kakak sama Kak Gaby" Balas Feni.

Feni bangkit dari tempat tidurku. Ia yang mengenakan piyama biru muda dengan motif beruang kecil itu begitu lucu seperti seorang anak kecil. Gemas sekali Feni saat ini.

"kak, temenin aku ke kamar." Feni menarik tanganku.
"loh ngapain, aku tunggu disini aja" tolakku.
"aku gak mau kakak jauh-jauh" balasnya sambil tersenyum memohon padaku.

Setelah kami sarapan terlebih dahulu, Aku menuruti Feni dan mengikutinya ke kamarnya. Aku menunggu didalam kamarnya sambil memainkan HPku. Aku tau pasti Feni akan mandi sangat lama, wajarlah seorang cewek. Sedari kemarin aku belum mengecek HPku sama sekali. Ternyata banyak pesan dan panggilan telepon yang masuk ke handphoneku.

Diani
Kak dimana?
Udah ketemu kak Feni?
Kak?
Jangan bikin khawatir
Missed call


Kubaca pesan dari Diani, sepertinya ia begitu khawatir. Namun pesannya berhenti setelah Feni menemuiku, mungkin ia sudah mendapat kabar dari Feni.

Julie
Kak Yusaaaaa
Haloooooo
Gapapa kan????
Balessss
P
P
P
P
Missed call
Missed call
Missed call
Kak???
Syukur deh kalo udah dirumah


Julie seperti biasa dengan kebawelannya yang khas. Aku tersenyum kecil melihatnya yang diam diam perhatian.

Gaby
Maaf ya aku batalin janji tadi.
Kamu udah tidur ya? Sleep well, gbu.


Aku membaca pesan dari Gaby. Hanya ada dua pesan darinya.

Apakah dia tidak mengetahui kejadian semalam?
Ataukah dia sudah diceritakan seluruhnya oleh Feni?.


Kucoba menelpon Gaby. Tak berapa lama ia langsung mengangkatnya.

"halo sayang" kataku padanya.
"halo" balasnya, aku tersenyum mendengar suara yang sangat kurindukan.
"pagi sayang" kataku lagi, sebenarnya aku bingung harus bilang apa.
"pagi. Kenapa?" tanyanya padaku.
"gapapa, aku cuma mau nelpon kamu aja" kataku pelan.
"ooh aku kira ada apa. Kamu gak magang?" tanyanya padaku.
"ah itu. Sebenernya semalem itu aku…" aku mencoba menceritakan kejadian semalam.
"Ah sorry ya Sa. Aku ada urusan sebentar, nanti telpon lagi ya" katanya memotongku.
"oh oke, maaf ya aku gak tau kamu lagi ada urusan. Nanti ketemu yuk" Ajakku.
"hmmm. Nanti aku kabarin lagi deh ya. Maaf Sa" balasnya padaku.
"oke, bye sayang, love you" kusudahi perbincangan kami.
"iya, bye." Gaby mematikan telponnya.

Aku menghela nafas berat. Sebenarnya aku ingin sekali berbincang dengan Gaby, pacarku. Namun sepertinya saat ini ia sedang sibuk dengan kegiatannya. Aku ingin sekali berkeluh kesah dan menceritakan kegundahanku padanya. Tapi aku tidak ingin mengganggunya saat ini. Mendengar suaranya saja sudah cukup membuatku lebih semangat hari ini.

"siapa kak?" tanya Feni sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Gaby." balasku singkat.
"Oh kak Gaby, cie cie cie" Feni meledekku sambil bersiap-siap.
"tadi ngobrol bentar, cuma kyaknya dia lagi sibuk ngurusin kuliah deh" jelasku pada Feni.
"oh gitu." balas Feni singkat sambil memakai make up.

Singkat cerita, aku dan Feni bergegas pergi ke kampusku dan mengurus semua berkas untuk mengajukan magang menggunakan motor vario bobrok yang sudah lama tidak kugunakan. Feni menemaniku menaruh lamaran magang di beberapa restaurant lalu kami berdua pergi makan ke suatu mall di kawasan Jakarta Selatan. Kami berdua makan all you can eat seperti yang aku janjikan. Feni makan dengan lahap dan sangat banyak, aku bingung kenapa tubuhnya bisa tetap kurus meskipun sudah makan sangat banyak setiap hari. Bahkan aku yang seorang laki laki saja kalah dengannya saat makan all you can eat.

Bingo bingo akhirnya kita berjumpa lagi~
Bingo bingo~


"sebentar ya Fen ada telfon" aku meminta izin untuk mengangkat telfon.

Aku berjalan ke lorong tempat tangga darurat yang sepi untuk mengangkat telfon dari ibuku. Tumben sekali ibuku menelfon siang siang gini. Sepertinya ini sesuatu yang penting.

"Halo ma?" aku mengangkat telfon dari ibuku.
"Halo Sa. Gimana, sehat?" tanya ibuku padaku.
"sehat kok ma, sekarang aja Yusa lagi makan" balasku sedikit berbohong, karena saat ini badanku penuh luka dan lebam.
"bagus deh." balas mamaku lembut.
"Halo." aku mendengar suara ayahku dari seberang telfon.
"iya pa" balasku.
"kamu dipecat dari restaurantnya Tante Brenda?" tanya ayahku to the point.

Aku terkejut mendengar pertanyaan ayahku. Ia dan ibuku pasti sudah mengetahui semua kejadian semalam. Sepertinya tidak ada gunanya lagi menutupinya.

"iya pa. Karena Yusa ngelakuin kesalahan" balasku mencoba menjelaskan.
"Kamu berhenti aja jadi koki." kata ayahku yang membuatku terkejut, "kamu baru magang aja udah dipecat, ngelakuin banyak kesalahan. Gimana nanti kalau udah jadi Chef atau punya restaurant sendiri?"

Aku tersentak, kata-kata dari ayahku begitu menohok di hatiku. Aku tak menyangka kata-kata itu akan keluar dari mulut ayahku. Aku tau sejak awal ia menentangku untuk menjadi Chef dan menyarankan untuk mengurus hotelnya. Namun aku tidak menyangka ia mengatakan hal ini padaku.

"papa udah bilang kamu urus aja hotel papa. Masih magang aja berantakan. Kamu juga gak lulus-lulus, nilai juga gak bagus bagus banget." tambah ayahku.
"kok papa ngomong gitu? Papa gak bisa ngomong gitu!" balasku kesal.
"papa yang biayain kamu, papa yang kasih kamu fasilitas, papa juga yang biarkan kamu milih jalan kamu sendiri. Sekarang kamu bilang papa gak berhak?" balas ayahku dengan nada pelan, namun aku tau ini adalah tanda bahwa dia juga marah.
"tapi pa, Yusa ngejar mimpi Yusa. Yusa tau kalau Yusa pasti bisa kyak mama" balasku lebih mengatur emosiku.

Aku menghela nafas, telpon dari ayahku sangat merusak momen dan moodku yang baru membaik.

"Papa mau kamu ngurus hotel papa" Ayahku berkata dengan tegas.
"tapi pa…" bantahku.
"Papa liat kamu ini terlalu terbuai dengan apa yang papa kasih, kamu kebanyakan pacaran juga sama Gaby. Kamu gak ke kontrol Sa" ayahku menghela nafas berat, "papa ambil lagi mobil dan kartu kreditmu, kamu terlalu banyak main-main."
"Pa… sebenernya…" suaraku bergetar, "sebenernya mobil Yusa ilang… di maling di resto"
"..." ayahku tidak membalas kata-kataku.
"pa?" aku mencoba memanggilnya kembali.
"fasilitas yang papa kasih bisa kembali asal kamu mau urus hotel papa." balas ayahku.
"atau tetap jadi koki tapi mobil, CC, dan uang jajanmu papa turunin. Kamu pikirin dulu aja" tambah ayahku lalu mematikan telponnya.

Aku memandangi layar Handphoneku, Gaby yang sedang tertawa sebagai Homescreenku jadi terlihat sedang menertawakanku. Aku tertawa kecil, betapa mudahnya duniaku berantakan hanya dalam 2 hari saja.

"Hahahaha…." aku kembali tertawa memikirkan semua yang terjadi dua hari ini.

Namun air mataku mengalir membasahi pipi. Meskipun aku tertawa dan berfikir ini lucu, namun hatiku menangis. Hatiku tak bisa berbohong meskipun aku berusaha menutupinya. Aku menangis di sudut lorong ini.
Seseorang mendekapku, ia mengusap kepalaku begitu lembut. Ia terus mendekapku hingga tangisku perlahan-lahan berhenti. Ia terus mendekapku dengan hangat dan mengusap rambutku.

"maaf… aku gagal jadi matahari buat kak Yusa" Feni berkata padaku, matanya menatapku lembut.
"bukan salah kamu Fen." balasku pelan.
"kak, cerita yuk" Feni membangunkan tubuhku yang terduduk di lantai.

Kami kembali ke tempat makan dan mengambil barang-barang kami, lalu kami berlalu pergi menuju ke sebuah kedai kopi milenial berlogo putri duyung itu. Kami bercerita banyak hal, terutama diriku yang meluapkan setiap keluh kesahku. Mulai dari kuliah, kerja, percintaan hingga mimpi-mimpi ku tentang masa depan ku ceritakan semuanya pada Feni. Ia mendengarkanku dengan seksama, sesekali ia memberi celotehan yang lucu dan tiba-tiba ia bisa memberikan masukan yang bijaksana. Aku tidak menyangka gadis yang terlihat seperti anak-anak ini memiliki sifat yang dewasa. Aku merasa lega memiliki Feni didekatku saat ini.
Cukul lama kami bercerita dan mengobrol hingga senja mulai mengintip dari sela-sela jendela, memberikan warna jingga yang begitu cantik menerangi ruangan ini. Cahaya berwarna jingga kemerahan itu menerangi wajah Feni yang sedang menatap matahari senja diluar, senyumannya merekah melihat keindahan matahari itu.

"lucu ya… matahari senja yang begitu cantik sedang dikagumi oleh matahari yang sama cantiknya" kataku memecah keheningan.
"eeeh?!" Feni terkejut mendengar kata-kataku, wajahnya bersemu merah.
"dih gesrek!" ledekku pada Feni.
"gak!!" Balasnya sambil menunduk.
"tapi aku seneng. Karena aku gak perlu nunggu pagi menjelang dan ketakutan di malam yang gelap, karena ada matahari yang selalu disampingku." kataku sambil tersenyum pada Feni, aku benar-benar berterima kasih telah dipertemukan dengan Feni.

Feni membuang muka dan kembali menatap mentari senja. Ia seperti melamunkan sesuatu namun tidak bisa mengungkapkannya. Aku ingin dia menceritakannya padaku, namun aku tidak ingin memintanya untuk bercerita. Biar dia sendiri yang membuka dirinya padaku.

"kak…" Feni kembali memalingkan wajahnya padaku, ia menghela nafas berat.
"menurut kakak, aku harus gimana?" tanya Feni padaku.
"maksud kamu?" tanyaku kembali.
"aku dan Michelle lagi dalam penilaian untuk jadi center selanjutnya menggantikan Ci Yupi…" wajah Feni berubah serius dan menatapku tajam.
"loh bagus dong!" balasku terkejut dan ikut senang.
"tapi aku bingung. Aku mau jadi center, itu impian aku dari dulu. Aku yang sejak dulu di remehkan bisa ngebuktiin ke orang-orang kalau aku mampu." Feni bercerita dengan nada yang sedih.
"tapi aku gak mau sahabat aku kecewa, karena aku tau betapa ambisiusnya Chelle. Aku juga tau betapa layaknya dia untuk jadi center team J, sedangkan aku…" Feni mulai menitikan air mata sambil bercerita padaku.
"Fen… mungkin aku gak ngerti gimana kalian, cara kerja idol dan sebagainya. Tapi yang aku tau, dimanapun itu seseorang harus percaya sama mimpinya." Kataku pada Feni.

Kuusap air mata dari pipi Feni, pipinya yang bersemu merah semakin terlihat cantik akibat pantulan dari cahaya senja. Senyumnya yang sedikit merekah, bibirnya yang kemerahan, wajahnya yang imut dan matanya yang berbinar menangkap perhatianku. Pandanganku tak lepas dari wajahnya.

"cantik banget" pujiku pelan.
"Ih aku lagi serius!!" Feni mencubit punggung tanganku.
"hahaha maaf… kok kamu malah mikir gitu sih? Padahal tadi kamu bilang aku harus tetep pegang teguh mimpiku walaupun tawaran dari papa begitu menggoda. Sekarang malah kamu yang mau relain mimpi kamu karena kamu gak yakin" jelasku padanya.
"matahari ku lagi jadi Midnight Sun ya? Gak cerah nih hahaha" ledekku padanya.
"Kak Yusa mah!" Feni menggembungkan pipinya.
"tapi kak, aku gak enak sama Chelle. Karena kita tau sifat dia gimana kan, aku takut malah jadi jauh sama Chelle" tambahnya.

Feni memang orang yang baik dan tulus. Ia selalu memikirkan orang lain dibanding dirinya sendiri, ia yang rela menjadi pendamping dan pendorong orang lain dibanding untuk dirinya sendiri. Namun aku tau, ini saatnya ia menjadi matahari yang lebih bersinar. Ini saatnya untuk Feni menjadi matahari yang bukan hanya membantu kehidupan tapi juga menjadi pusat tata surya.

"aku cuma pernah menjanjikan sesuatu yang besar sekali dalam hidupku, janji itu akhirnya tidak bisa kutepati dan bikin aku jadi trauma dengan janji." kataku pada Feni, ia mendengarkanku dengan serius.
"tapi kali ini aku mau buat janji sama kamu. Aku mau kita berjanji, kamu menjadi center dan meraih mimpimu dan aku berjuang jadi koki untuk buktiin ke papa kalau aku bisa." tambahku, ku acungkan jari kelingkingku kearah Feni.

Feni nampak ragu, namun wajahnya kembali cerah. Tak lama kemudian ia mengacungkan jari kelingkingnya dan melingkarkannya di jari kelingkingku. Kami berdua mengikat sebuah janji serius yang kami berdua pasti mampu untuk memenuhinya.

"ku yakin kita bisa~" aku menyanyikan sebait reef dari lagu kedua setlist Idol No Yoake, Minna-san Ga Isshou Ni.
"ihhhh ngeledek aku kan gara-gara kemarin nyanyi juga!" Feni kembali menggembungkan pipinya kesal.
"hahahahaha lucu banget dedek!" Ledekku padanya diiringi tawa kami berdua.
____________________________

"kamu sama Feni kyaknya lagi berduaan terus? Seru banget." Kata Gaby dari balik telepon.
"ya kan tetanggaan, dia juga kebetulan bisa nemenin aku ke kampus tadi." balasku menjelaskan.
"tapi naik motor boncengan peluk-pelukan? Aku aja gak pernah kamu ajak gitu" balasnya.
"emangnya kamu mau? Kamu juga aku hubungin susah, aku ajak ketemu juga susah." balasku lagi.
"iya deh salah aku. Maaf ya" balas Gaby dingin.
"ih bukan gitu… kenapa kamu jadi gak percaya sama aku sih?" tanyaku bingung.
"siapa yang percaya sama cowok yang…" ia menghentikan kata-katanya.
"yang apa?" balasku bingung.
"eh gapapa. Udah dulu ya" balasnya singkat lalu mematikan teleponnya.

Aku melempar Handphoneku sembarangan di kasurku. Ku rebahkan tubuhku sambil memejamkan mata. Aku merasa sepertinya masalahku masih belum akan selesai, pikiranku membuatku menghela nafas panjang. Sepertinya aku butuh istirahat saat ini.

OlympiaKitchen@Gm*il.com
Internship


Silahkan datang pada hari Senin, ** ** 2019 untuk mengikuti tes dan seleksi mengikuti internship di restaurant kami.

Aku terkejut melihat email yang masuk, aku tak menyangka bahwa lamaranku mendapatkan follow up. Sepertinya rekomendasi yang diberikan oleh Head Chef begitu membantuku. Aku bergegas berlari keluar dari kamar apartementku menuju kamar Feni yang ternyata belum dikunci.

"FENN!!!" aku berteriak sambil memeluk Feni yang sedang asik menonton drama korea.
"Eeeehhh ada apa kak???" tanyanya bingung.
"aku disuruh datang untuk tes di olympia!" kataku kegirangan.
"serius?! Wah alhamdulillah!" balas Feni.
"Yeay olympia deket pula dari sini! Bisa jalan kaki!" balasku lagi senang.
"Iya iya tapi lepasin dong!" kata Feni sambil terbatuk batuk sesak akibat pelukanku.
"hehe maaf" balasku.

Feni kembali menonton drama korea sambil tisuran diatas kasurnya. Ia memintaku kembali ke kamar dan menutup pintu. Ia ingin fokus menonton drama koreanya dan tak ingin di ganggu. Aku bergegas kembali ke kamar dan bersiap untuk tidur. Tidak sabar menunggu hari senin dan kembali melanjutkan magangku yang tertunda.

Aku tau ini awalnya, karena bila telah berdamai dengan masalah dan ingin mendapatkan sesuatu yang baik harus dimulai dengan hal baik terlebih dahulu. Ini semua berkat Feni, terima kasih ya Feni hehe.

-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Gaby kayaknya udah tahu sesuatu nih tentang Yusa, jangan-jangan udah ketahuan semua tingkah dia di Season 1
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd