Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sekarang Sedang Jatuh Cinta (Side story 10)

Terima kasih banyak untuk yang selalu setia menunggu, membaca dan comment di cerita ini. Terima kasih untuk sumbangsih ide dan masukannya, juga kesediaan menunggu author malas ini untuk melanjutkan ceritanya. Rasa terima kasih yang begitu besar ini semoga tersampaikan untuk kalian semua. Dengan berakhirnya Season 1...

Saya nyatakan.

SEASON 2 DIMULAI DARI POST SESUDAH INI.
 
Terakhir diubah:
S2 Part 1: Langit Bersih Tanda Sebuah Harapan.



"nanti malem jadi?" seseorang bertanya untuk memastikan padaku.
"jadi lah" jawabku.
"yah aku ada urusan mendadak. Maaf ya" katanya lagi.
"oh gitu, okedeh gapapa." Balasku sedikit kecewa, namun aku tau dia bukan orang yang mudah membatalkan janji sehingga aku tau itu pasti hal yang sangat penting.

Ku matikan telfon itu dan kembali melanjutkan pekerjaanku. Aku yg sudah memasuki semester akhir ini mulai disibukan oleh magang. Namun kampusku tidak mengizinkanku untuk magang di Restaurant milik ibuku maupun hotel ayahku, sehingga kini aku magang di sebuah restaurant milik rekan bisnis ibuku.

"Yusa!" Head Chef memanggil namaku.
"Iya Chef!" Balasku sigap.
"Siapa yg ngijinin lo ngangkat telfon ditengah jam kerja?!" ia kembali memarahiku.
"Maaf Chef!" Balasku takut.
"Hari ini lo jadi Waiter, gak ada lo nyentuh peralatan Chef di dapur." Head Chef memberikan hukuman padaku.
"tapi Chef?!" Aku mencoba untuk menawar hukumanku.

Aku adalah seorang Chef, tapi ia menyuruhku untuk menjadi waitress hanya karena menelfon. Aku tidak terima karena aku merasa ilmu dari Chef berpengalaman yg seharusnya aku dapatkan malah tidak bisa aku dapat.

"Waiter atau minggu depan lo baru boleh nginjekin kaki lagi di resto ini?" Chef memberikan ku pilihan.
"Baik Chef…" aku tidak bisa membayangkan bila aku ditendang dari dapur ini seminggu, internshipku akan bertambah lebih lama lagi.

Aku mau tidak mau harus mematuhi perintah Head Chefku. Aku memulai tugas baruku, melayani tamu dan mengantarkan makanan. Superviser mengajarkanku bagaimana menjadi waiter yg baik, ia mengajarkanku dasar-dasar secara singkat namun mudah di mengerti. setidaknya aku harus menghapal 30 jenis makanan dan minuman yg disajikan dan artinya agar bila pelanggan tidak mengerti waiter dapat menjelaskannya. Aku diajarkan table manner, cara menyajikan makanan dan berbagai keahlian lainnya. Ternyata sulit juga menjadi seorang waiter.

"Mas makanan saya belom dateng ya" Seorang pelanggan memanggilku.
"ah iya sebentar saya cek dulu ya" Balasku tetap ramah.

Aku bergegas berjalan ke tempat makanan keluar, berniat untuk menanyakan makanan pelanggan itu.

"Mas! Sauce nya kok sedikit banget ya?!" pelanggan lain memanggilku.
"ah. Coba saya tanyakan ke kokinya ya pak" balasku kembali sambil mengambil makanan itu.

Kembali ku berjalan menuju dapur untuk melayani keluhan costumer. Sambil membawa makanan yang mendapat keluhan dan nampan untuk membawa makanan selanjutnya, aku berjalan melewati meja-meja pelanggan menuju dapur.

"Mas!! Saya mau pesan lagi dong!" kembali pelanggan melambaikan tangannya memanggilku.

Aku berjalan mendekati meja pelanggan tersebut untuk mendengarkan keluhannya. Namun karena terburu-buru sehingga kaki kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Tubuhku jatuh ke lantai restaurant ini, piring di tanganku, jatuh, pecah dan makanan diatasnya tumpah. Lantai restaurant ini menjadi kotor juga baju putihku yang juga ikutan kotor.

"Yusa!" mas Heri, salah satu waiter membantuku berdiri.

Wajahku berubah memerah menahan sakit dan malu, mas Heri memerintahkanku untuk ke belakang dan mengambil alat kebersihan. Aku mengikuti perintah mas Heri dan bergegas kebelakang. Aku dapat melihat para pelanggan dan Waiter lain menatapku. Entah apa yang ada dipikiran mereka saat ini, aku hanya berani menundukan kepalaku.

"Yusa. Abis lo kasih itu kain pel ke Heri, lo ganti baju trus pulang" perintah Head Chef padaku.
"ta… tap…" aku terkejut mendengar perintah Head Chef, namun aku tau kesalahanku begitu fatal hari ini.
"Baik… Baik Chef" balasku pelan.

Aku melanjutkan langkahku menuju ruang kebersihan untuk mengambil alat pel.

"Arrrgh!!" Aku merasakan nyeri di tanganku ketika akan membuka pintu.

Aku melihat tanganku yang bersimbah darah akibat terkena pecahan piring, namun rasa sakitnya baru terasa sekarang. Darah itu terus mengalir dari luka di tanganku, pecahan beling itu masih menancap disana. Aku mencabut pecahan beling itu dengan cepat agar rasa sakitnya tidak semakin menjadi.

"Aaaaaarghhh!!" erangku ketika beling itu tercabut.

Ku buang beling itu dan bergegas mengambil P3K untuk membersihkan lukaku, ku balut luka itu dengan sapu tangan yang ada di kantung celanaku. Setelahnya aku kembali menuju ruang kebersihan dan membawa alat pel keluar.

"oh iya Sa." Head Chef kembali berkata padaku.
"iya Chef?" tanyaku.
"mulai besok lo gak usah balik lagi. Lusa lu balik kesini ambil surat rekomendasi, biar lo gampang nyari intern di tempat lain" tambahnya.

Mendengar perkataannya bagaikan sebuah, sambaran petir. Hatiku hancur berkeping-keping. Patah hati yang begitu dalam, aku terdiam beberapa saat mencerna kata-kata dari Head Chefku. Tanpa sadar air mata mengalir dari mataku.

"Ba… baik" balasku pelan, menahan rasa sakit di dadaku.

Aku bergegas mengantarkan alat pel itu pada mas Heri. membantunya membersihkan sisa sisa kecerobohanku dan meminta izin untuk pamit. Mas Heri menepuk pundakku pelan, ia tidak menyampaikan satu patah katapun karena ia tau tak ada gunanya memberikan ceramah dan semangat pada orang yang sedang hancur hatinya.

"sampai bertemu di lain waktu Sa." kata mas Heri.

Aku mengangguk dan kembali ke belakang. Bergegas menuju locker untuk mengambil tas dan kunci kendaraanku. Aku kembali melewati dapur dan berpapasan dengan Head Chef.

"makasih banyak Chef" kataku pelan.
"lo boleh dendam sama gw. Tapi gw cuma mau bilang, gw kasih lo recommend karena gw tau lo punya bakat." balasnya padaku.
"makasih banyak Chef, itu lebih dari cukup" balasku.
"gw pengen ketemu lo lagi, sebagai saingan bisnis gw Sa" tambahnya sambil menepuk kepalaku.
"Siap Chef!" balasku, semangatku sedikit kembali mendengar kata-katanya.

Aku berjalan ke parkiran, menuju mobilku. Restaurant yang cukup ramai, di daerah, yang juga ramai ini memiliki parkiran yang kecil sehingga mudah sekali menemukan mobilku disini. Namun, aku, sudah berkeliling beberapa kali hanya untuk menemukan mobil pengunjung dan mobil karyawan lain. Aku berkeliling dan berpindah ke toko dan restaurant lain di sebelah bangunan ini, mencari keberadaan mobilku.

"nyari apa mas?" Tanya sang tukang parkir padaku.
"mas gak liat mobil saya?" tanyaku kebingungan.
"mobilnya kyak gimana ya mas?" tanya sang tukang parkir.
"****** warna Merah, platnya B **** **." jelasku.
"wah saya gak liat mobil itu mas dari tadi" balasnya sambil berlalu.
"Gak mungkin mas gak liat, saya kan kerja disini dari pagi jadi dari resto ini sepi pasti mobil saya udah ada!" emosiku yang sejak tadi tersimpan kini meluap melihat gelagat mencurigakan sang tukang parkir.
"Loh saya emang gak liat, mungkin bukan saya yang jaga tadi!" balasnya tak kalah kencang.
"GW PARKIR DISINI TADI PAGI JUGA LO YANG JAGA!" Bentakku terpancing emosi.
"KOK LO NGEGAS!", Balasnya didepan wajahku.
"ANJING LO!" Balasku sambil memukulnya.

Aku memukul tukang parkir itu dengan tangan kiriku, membuatnya terpental mundur dan langsung ku seruduk dengan pundakku hingga terjatuh. Kupukul wajahnya beberapa kali sebelum ia membalas ku dengan pukulan di wajahku. Ada yang menarik pundakku dan memukul perutku, lalu tukang parkir dan orang itu memukuli ku beberapa kali.

"STOP!!"
"JANGAN BERANTEM WOY"
"UDAH BANG UDAH!"

Beberapa tukang ojek online dan warga yang melintas melerai kami yang sudah sama-sama lebam. Beberapa costumer dan waiter keluar dari restaurant itu, melihat apa yang terjadi di luar restaurant. Head Chef dan beberapa Chef keluar dari pintu samping restaurant itu, melerai kami. Setelah mendengar penjelasanku dan si tukang parkir, Head Chef membisikiku kalau tukang parkir ini adalah kepala preman di sini. Aku bisa mati kalau tidak di lerai orang karena teman-temannya pasti ikut menghajarku. Head Chef berunding dengan tukang parkir itu dan meminta maaf. Head Chef menjelaskan kalau memang tadi si tukang parkir sempat pergi dan parkiran ini diserahkan ke anak buahnya, ia berjanji untuk membantu mencarikannya namun ia tidak menjamin akan mendapatkan hasil.
Aku yang muak bergegas pergi meninggalkan restaurant ini. Emosiku sudah tidak terbendung, ku buang kunci mobilku entah kemana. Aku bergegas mencari taksi namun tak kunjung dapat, mungkin mereka mengira aku adalah orang mabuk yang habis terlibat perkelahian. Aku yang sudah amat kelelahan memutuskan berjalan pulang ke apartementku sambil mencoba memesan taksi online.

"mas dimana?" aku mengirimkan pesan pada sang supir.

Tidak ada jawaban, aku menunggu di pinggir jalan kawasan PIK ini. Mencoba menunggu taksi online pesananku datang.

PIP PIP

Suara dari handphone. Aku bergegas mengecek HPku, ternyata batreku tinggal 5%. Membuat taksi online ini menjadi harapan terakhirku.

Ting!

Muncul notif dari aplikasi taksi online. Sepertinya sang pengemudi sudah dekat.

Terima kasih Telah menggunakan layanan kami, anda dikenakan tarif Rp. 82.000 melalui OVI pay.

"BANGSAT!" Aku tertipu driver online.

Aku melihat isi dompetku sendiri, hanya ada selembar uang 20 ribu didalam sana. Aku tidak tau lagi bagaimana caranya untuk pulang. Aku duduk dipinggir jalanan entah dimana, didepan sebuah toko yang sudah tutup. Entah sudah berapa lama aku duduk terdiam disini, entah apa yang sedang ku pikirkan dan kutunggu. Aku hanya ingin beristirahat, sebentar saja.
____________________________

Sebuah lampu mobil yang begitu silau menerangiku, aku memicingkan mata akibat lampu mobil ini. Seseorang turun dari mobil itu dan berlari kearahku. Aku tak dapat melihatnya karena silau lampu mobil ini, seseorang itu langsung memelukku sambil menangis.

"Kak Yusa ngapain disini huhu… mukanya bonyok. Tangannya berdarah… kakak gapapa kan?!" Tanyanya sambil terisak.
"Feni?" tanyaku bingung.
"kakak sampai jam 2 lewat belom pulang, semua nyariin kakak tapi gak ada jawaban. Aku pikir kakak kenapa-kenapa huhuhu" Ia masih menangis sejadi-jadinya.
"Aku cari kakak di Resto, kata mereka kakak udah pulang. Udah sepi juga disana. Aku cari-cari kakak muter-muter disekitar sini huhuhuhu" tangisnya semakin kencang
"KAKAK BENERAN KENAPA-KENAPA!! AYO KITA CEPET-CEPET PULANG" Feni memapahku masuk ke mobil online yang ia naiki.

Setelah Feni berunding dengan sang sopir, akhirnya sang sopir mau mengantarkan kami kembali ke apartement. Feni menyuruhku untuk rebahan di pahanya, ia mengusap lembut kepalaku. Aku bisa melihat kekhawatiran namun juga rasa lega di wajahnya, tangisannya sudah mulai berhenti. Ia mengusap kepalaku lembut hingga aku tertidur di pahanya.

___________________________

Sesampainya di kamarku, Feni bergegas membersihkan luka di tangan dan wajahku. Ia mengobati luka-luka di wajahku dan membalutnya dengan perban. Ia tidak menanyakan apa-apa padaku dan akupun tidak berniat menceritakan apa-apa padanya saat ini.

"Kak istirahat ya. Udah makan?" tanya Feni padaku.

Aku hanya membalasnya dengan anggukan pelan. Ia mengajakku ke kamar, aku membaringkan tubuhku di kasur dan Feni duduk di sisi tempat tidurku.

"tidur ya kak" Feni kembali tersenyum dan menyelimutiku.
"sana pulang. Makasih" kataku pada Feni, aku menginginkan waktu untuk sendiri.
"gak. Kalo kakak udah tidur, baru aku pulang" balasku padanya.

Feni masih duduk disampingku. Ia menatapku lembut sambil sesekali tersenyum, namun aku masih dapat melihat kekhawatiran diwajahnya itu.

"tenang, besok aku udah membaik kok" kataku meyakinkan Feni.
"besok pagi kak Yusa udah gak boleh galau lagi." kata Feni padaku.
"langit bersih tanda sebuah harapan~" Feni menyanyikan sebait lirik dari lagu Idol No Yoake.
"Matahari itu adalah… Aku" tambahnya sambil menunjuk dirinya sendiri.
"kalau hari kakak gelap dan berkabut. Badai dan hujan begitu deras, inget selalu ada Feni yang siap jadi matahari buat Kak Yusa." tambahnya tersenyum.

Kata-kata Feni membuatku membaik, Kata-katanya membuat rasa kesalku sedikit menghilang.

Chu!

Feni mencium bibirku lembut lalu meninggalkanku pergi. Namun diujung tangga ia kembali menoleh kearahku.

"Bobo!" katanya padaku sebelum berlalu turun.

Senyumku sedikit merekah akibat tingkah Feni. Ia benar-benar seperti sesosok matahari, yang akan selalu siap menerangi harimu dengan keceriaannya dan menghangatkan hari-harimu dengan tingkahnya. Meskipun dia benar-benar bisa menghangatkan hari hariku. Haha.
Aku mencoba memejamkan mata. Rasa letih di tubuh, hati dan jiwaku membuatku dalam waktu singkat terlelap tidur.

-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Hmm,... saya paham. Di season 2 ini, isinya cuma Yusa yang kena azab, ya kan.

Alias

Sukses dan tetap semangat buat season 2 nya suhu
(udah nungguin lama rilisnya, awas aja kalo jelek)
Hehe.. bercanda :pandapeace::pandapeace:
 
Mobil merah udah nongol 2 kali di trit yang berbeda. Apakah cocoklogi diijinkan dimari?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd