Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sekarang Sedang Jatuh Cinta (Side story 10)

Part 11 : Andaikan ku dapat ungkapkan cinta ini.

*Julie's POV*

Kak Yusa dan Kak Gaby berlari kencang meninggalkan restaurant, punggung mereka perlahan-lahan mulai hilang dari pandangan. Aku masih berpura-pura kesakitan akibat terjatuh. Fajar, orang yang akan bertunangan dengan kak Gaby itu sekarang sedang memegangiku dan membantuku berjalan. Ia nampak mengurungkan niatnya untuk mengejar kak Gaby dan membantuku untuk duduk di sebuah bangku dekat pintu. Suasana restaurant yang gaduh ini mulai berangsur reda, aku dapat melihat tante Vany yang masih berusaha meredakan amarah para tamu. Ia berdiri di tengah ruangan dan menyatakan bertanggung jawab untuk ini semua, ia berkata siap mengganti kerugian yang diderita oleh keluarga Fajar. Aku terkagum melihat betapa kerennya tante Vany saat ini, Om Edward hanya diam di bangkunya dengan wajah yang terlihat masih geram.

"Kamu gapapa kakinya?" Tanya Fajar padaku, ia berlutut di depanku untuk mengecek kakiku.
"Oh iya, udah mendingan kok." Balasku kembali melihat ke arahnya.
"Well, syukurlah kalau gitu… kamu namanya siapa?" Tanya Fajar padaku.
"Julie…" balasku singkat.
"Oooh, nama yang bagus… kamu ikut acara ini?" Tanyanya lagi.
"Iya…" aku berusaha menutupi bahwa aku menyelinap.
"Oooh gitu. Coba aku cek ya, aku pernah belajar ini di perancis untuk pertolongan pertama." Fajar menarik kakiku kiriku yang sebenarnya tak sakit, ia melepaskan sepatu hak tinggiku dan mulai memijat pergelangannya.

Pijatan tangannya benar-benar enak, aku tak mampu menghentikannya karena pijatan yang enak ini. Ia kemudian melepas sepatu kananku lalu memijat kaki kananku juga. Ia memijat-mijat pergelanganku dan memutarnya sedikit, sedikit geli namun begitu lega. Rasanya pegal di kaki akibat kegiatan-kegiatanku langsung sirna berkatnya.

"Aku tau kamu bohong…" Fajar bangkit berdiri dan tersenyum padaku.
"Ehhh bohong apa?" Tanyaku berlagak terkejut.
"Karena aku merhatiin semua tamu yang hadir dan aku gak liat kamu sama sekali…" katanya lagi.
"Jadi siapa kamu?" Tanyanya sekali lagi padaku.
"Aku… aku…" aku memutar otak berusaha mengelak.

Namun suara langkah kaki seseorang berjalan mendekati kami, ia berjalan sambil tersenyum ke arah Fajar dan aku lalu mengajakku pergi. Ia adalah Head Chef restaurant ini, ia mengajakku ke belakang menuju dapur. Ia sengaja melakukannya untuk menyelamatkanku.

"Nona, boleh ikut saya sebentar?" Ajak Head Chef itu, aku menoleh ke arah Fajar dan memberikannya lambaian pelan lalu mengikuti Head Chef.

Sesampainya di dapur, para koki dan pelayan yang sedang berada di dapur menyambutku gembira. Mereka bertepuk tangan dan menyapaku, ku balas sapaan mereka dengan senyuman lembut lalu memeluk Head Chef yang umurnya jauh di atasku ini gembira.

"Pak Doni apa kabar!" Aku masih memeluknya gembira, ia memeluk tubuh pendek ku hingga mengangkatnya.
"Baik Non Julie… Non Julie sendiri apa kabar? udah lama banget ya…" balas Head Chef yang bernama asli Doni itu padaku.
"Baik pak, iya udah lama semenjak Pak Doni gak kerja sama mama lagi…" balasku padanya.

Setelah melepas rindu dan sedikit bercerita, seorang pelayan memberikan minum padaku. Aku mengenal beberapa karyawan senior restaurant ini yang sejak lama menjadi bawahan Pak Doni dan ia adalah bawahan ibuku. Aku bersyukur bahwa acara ini diadakan di restaurant rekanan bisnis ibuku dan hampir seluruh karyawannya adalah bekas anak buah ibuku. Dulu saat ibu dan ayahku berpisah, ibu membawa hak asuh anak-anaknya dan berusaha hidup sendiri dengan uang yang ia miliki. Ia membuka cafe kecil di daerah pinggir Jakarta, ibuku memulai usahanya dan menyewa beberapa karyawan dengan modal dari tabungan dan uang perceraiannya. Karyawan-karyawan ini sangat setia dengan ibuku, mereka bertahan untuk bekerja di cafe yang tak terlalu ramai namun juga tak sepi itu. Sampai akhirnya suatu hari ibu harus menutup cafenya karena modalnya akan dijadikan usaha lain yang lebih menguntungkan, namun ibuku tak tega dengan mereka. Untung saja rekan bisnisnya membangun sebuah restaurant tak lama setelah penutupan cafe milik ibu sehingga karyawan cafe ini dapat bekerja di restaurant baru itu. Restaurant itu lah yang sekarang kita kenal dengan Olympia.



"Makasih ya Pak Doni udah bantu aku." Kataku berterima kasih padanya.
"Tenang non, kita akan bantu apa saja buat putrinya bu Vero. Hutang kita ke bu Vero gak akan pernah terbayar." Ia menepuk pundakku lembut.
"Terakhir kalau gitu, bantuin aku buat selesain acara ini ya pak. Baru aku pergi setelah acara ini selesai." Pintaku sekali lagi.
"Siap non, tunggu di sini saja." Katanya mengiyakan permintaanku.
"Tapi saya boleh nanya satu hal gak non?" Tanya Pak Doni padaku.
"Apa pak? Tanya aja." Kataku mendengarkan pertanyaannya.
"Kenapa non Julie bantu Yusa sampai kyak gini?" Tanyanya padaku, pertanyaannya sontak membuatku terkejut.
"Eh itu… karena dia temen aku pak, kak Gaby juga temen aku. Aku mau bantu hubungan mereka." Jelasku pada pak Doni.
"Karena aku mau kak Yusa bahagia…" kata-kata itu terlintas di kepalaku.
"Oh gitu non… iya sih gak mungkin kalau non Julie suka sama Yusa malah bantuin Yusa buat batalin tunangan non Gaby haha." Pak Doni tertawa kecil.

Aku terdiam mendengarkan kata-kata pak Doni. Dadaku terasa begitu sesak, tanpa sadar aku berlari keluar dari Olympia dan berlari tanpa arah. Tubuhku bergerak sendiri entah kemana, melangkahkan kakiku tanpa tau tujuan. Langkahku berhenti karena kelelahan, lari menggunakan sepatu hak tinggi memang sangat menguras tenaga. Aku mengambil nafas panjang sambil duduk di sebuah pagar batu yg tidak terlalu tinggi, aku menoleh sekelilingku untuk mencari tau dimana diriku saat ini.

"Kenapa aku disini?" Julie menatap bangunan 9 lantai yg ada di belakangnya.
"Kenapa aku berlari sambil menangis? Kenapa jantungku berdegup kencang? Kenapa sakit sekali rasanya?" Pikirku memegang dadaku.

Kutinggalkan apartement kak Yusa dan kembali berjalan, tak tentu arah saat warga dunia seharusnya sedang terlelap. Kulangkahkan kakiku kemanapun tanpa tujuan, meski lelah sekalipun aku tetep melanjutkan langkahku. Aku hanya ingin mencari ketenangan dan menghilangkan sakit dadaku. Kaki sudah tak lagi menggunakan sepatu hak tinggiku yg sejak tadi patah karena tersangkut. Beberapa kali terjatuh juga tak menghentikan langkahku ini, aku hanya ingin sendiri.
__________________________________

Pagi hari menjelang, aku memasuki bangunan di depanku. Menyapa Costumer Service yg menatapku aneh karena begitu lusuh dan berantakan. Tanpa berfikir aku menaiki lift menuju lantai 9. Lift itu membawaku naik keatas dan berhenti di lantai tujuanku, setelah keluar dari lift aku melihat 3 buah pintu kamar.

"Pintu ini sudah tidak akan pernah terbuka lagi untukku maupun kak Yusa, semua ikatan yg kami punya sudah tak lagi terjaga dan putus begitu saja" aku menatap pintu kamar Feni.
"Kamar ini, masih memiliki ikatan meskipun tipis. Namun aku tau semuanya tak seperti dulu, semua karena kecerobohan ku dan kak Yusa." Ku lihat kamar Diani yg kini hanya ku tempati seorang diri, sebentar lagi akupun akan pindah tanpa memberitahu lokasiku pada Yusa.
"Tempat penuh kenangan ini, sebentar lagi akan kosong seluruhnya…" aku mendekat menuju pintu kamar Yusa.

Kakiku lemas, tubuhku terduduk di depan pintunya. Tangisanku tak bisa terbendung, aku ingin mencurahkan seluruh isi hatiku namun aku adalah seorang gadis penakut. Gadis yg sok kuat, sok keren dan ingin menjadi orang yg netral. Berusaha untuk membantu semua orang namun melupakan bahwa aku pun hanyalah seorang manusia, seorang gadis biasa yg ingin di sayang. Gadis yg terlalu lama melakukan hal sebebasnya dan semaunya sampai tak sadar bahwa ia telah menyerahkan seluruhnya untuk laki laki yg paling ia inginkan di dunia ini.

"Namun semua sudah terlambat, semuanya hampir berakhir." Kuusap air matanya sendiri.
"Andaikan ku dapat ungkapkan cinta ini…" aku bergumam kecil mengingat sepenggal lirik lagu yg biasa kunyanyikan di panggung.

Aku berdiri di depan pintu kamar kak Yusa. Ku tarik nafas panjang dan mengeluarkan handphonenya. Ia membuka aplikasi notes yg kuberi nama "rencana besar".

  1. Menyingkirkan kak Feni.
  2. Menyingkirkan Diani.
  3. Menyingkirkan Julie.
  4. Bantu kak Yusa dan Kak Gaby.
  5. Menyingkirkan kak Della.
  6. Hidup bahagia.

Aku memberi tanda checklist di nomor 3 dan 4, kini hanya rencana nomor 5 dan 6 yg belum ku beri tanda checklist. Aku menekan sebuah nomor sambil berjalan menjauh dari pintu. Ku telepon sekitar 3 kali sampai orang itu mengangkat teleponku.

"Halo?" Kata suara dari seberang telepon.
"Kak, besok jadi ketemu kak Yusa?" Tanyaku pada Kak Della, orang yg ku telepon.
"Oh iya jadi, kenapa?" Tanya Della kembali.
"Besok setelah mereka pulang kuliah ya. Sekalian bantu kak Yusa pindahan." Jawabku.
"Pindah?!" Kak Della nampak terkejut mendengar perkataanku.
"Nanti aku jelasin di voice notes. Makasih ya Kak, bye!" Aku mematikan telepon dan kembali ke pintu kamar Kak Yusa.

Kuberi checklist pada rencana nomor 5 dan nomor 6. Aku mengambil nafas panjang, menyiapkan senyum dan wajahku yg seperti biasa.

"Bangun bangun!" Aku membanting pintu depan dan berteriak membangunkan penghuni kamari ini di pagi hari.
"Hoaaam!" Kak Yusa yg tertidur di sofa mencoba membuka matanya dan menguceknya.
"Bangun!" Aku kembali berteriak.

Aku tersenyum melihat kak Gaby yg juga tampak masih mengantuk karena kelelahan semalam, mereka berdua terlihat begitu serasi bagaikan seorang pasangan suami istri baru.



"Selama kalian berdua… selama kak Yusa bahagia, aku sudah hidup bahagia" kataku dalam hati sambil melihat Kak Yusa yg terlihat begitu bahagia menyambut kak Gaby.

-Bersambung-
 
gimana gimana, sorry ya baru bisa nulis lagi haha.

btw cerita di forum ini ternyata makin banyak ya. tapi banyak yg nyangkut juga ceritanya haha.
gw lagi suka cerita holy grail sama cerita the island.
tapi cerita Last Chapter juga bagus penulisannya...
 
gimana gimana, sorry ya baru bisa nulis lagi haha.

btw cerita di forum ini ternyata makin banyak ya. tapi banyak yg nyangkut juga ceritanya haha.
gw lagi suka cerita holy grail sama cerita the island.
tapi cerita Last Chapter juga bagus penulisannya...
Gpp hu, setidaknya cerita ini masih berlanjut hehe salah satu cerita yg saya tunggu di forum ini
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd