Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT [Remake] Naughty Wife Sarah

Part 4.a







(ilustrasi Sarah)​















POV Tejo





Semakin lama, aku makin terobsesiku terhadap Tanteku sendiri. Semakin hari aku bawaannya ngaceng terus
ketika melihat Tante Sarah, terlebih lagi sikapnya dia yang sepertinya mengundang? Belum lagi hubungannya
dengan Anton yang selalu membuatku penasaran banget, apa aja sih yang dilakukan mereka didalam kamar?


Hari sudah 3 hari ini aku menemani Tante Sarah. Oom Heru memintaku untuk menemani Tante Sarah
sekaligus membantu mengurus Doni anaknya. Entah kenapa Oom Heru dan Tante Sarah tidak memiliki
pembantu, padahal mereka mampu membayar asisten rumah tangga atau baby sitter.

Tiga hari ini akupun juga sering kali mencuri pandang pada baju tidur yang dikenakan Tante Sarah.
Badannya yang sedang dilanda demam itu membuatnya selalu melepas 3 kancing baju tidurnya.



"Tante ini emang sengaja atau gimana sih?
“Gak tahu apa Tejo tersiksa terus ngeliat pemandangan indah gunung Tante?
"
batin Tejo dalam hatinya.

Tejo pun disela-sela menyelesaikan tugasnya, selalu diakhiri dengan mastrubasi.
Membayangkan meremas-remas gunungan kembar milik Tantenya itu.



"Aaaahh.. Tante Sarah!!!!"








***








Badan Sarah terasa segar setelah mandi dengan air hangat. Dirasakannya kondisi badannya sudah mulai
enteng. Panas badannya sudah menurun dan pening di kepalanya pun telah menghilang. Ya, sebenarnya
dia sudah merasa cukup sehat tapi dia toh beringsut lagi di balik selimut.



“Kapan lagi bisa malas-malasan seperti ini?”
pikirnya senang.



Sambil tiduran dipencetnya remote televisi mencari-cari channel yang menayangkan infotainment.
Setelah memilih 1 channel, diraihnya sebuah apel dari meja kecil di samping ranjangnya.



“Hari ini muas-muasin manjain diri aah...”
ucapnya dalam hati.



Sementara itu Tejo baru saja selesai menyapu seisi rumah. Di dekatnya, Doni yang sebelumnya
anteng mulai merengek-rengek. Tejo pun paham, botol susu yang sudah disiapkan sejak tadi segera
diberikannya. Pokoknya hari ini Tejo benar-benar seperti ibu rumah tangga menggantikan Sarah.
Setelah menyapu dia mengerjakan pekerjaan lainnya dengan sigap. Dan bila Doni rewel, Tejo juga
sudah tak canggung lagi memomongnya.






***






Hari kini menjelang siang. Doni yang sebelumnya aktif bermain ditemani oleh Tejo sudah
tampak kelelahan. Tejo pun menggendongnya dan masuk ke kamar Sarah. Diketuknya pintu
kamar Sarah yang tidak tertutup.






“Ya?”
sahut Sarah yang masih bermalas-malasan di ranjang.



“Tante nggak tidur ya?”

tanya Tejo setelah masuk.



“Nggak Jo, tidur terus-terusan malah tambah pening...”
jawab Sarah.


Dihadiahinya Tejo dengan senyuman manis karna dia sudah membantu mengurusi rumah dan Doni.



“Sudah beres semua ya Jo?"
"Duh kamu hebat deehh!"
"Bisa diandalkan!”

pujinya.



“Iya Tante..."
"Ini Doninya udah ngantuk lagi" ,

"Biar tidur dulu...”

jawab Tejo yang kege-eran.




Hatinya melambung mendapat senyuman dari Tantenya itu. Takut salah tingkah,
Tejo segera melangkah ke ruang sebelah hendak menidurkan Doni di box bayi.





“Eh, sini aja Jo, biar tidur di samping Tante.”
“Biar Tante kelonin...”





Sarah menggelar kain perlak di sampingnya dan ditutupinya lagi dengan kain
yang empuk. Disuruhnya Tejo membaringkan Doni di atasnya.





“Kamu ambilin bantalnya di box bayi."
pinta Sarah lagi.



“Ya Tante...”
jawab Tejo.





Setelah Tejo menyerahkan bantal Doni Sarah pun mengeloni Doni dengan sayang.






“Makasih ya Jo, kamu istirahat gih...”
ucap Sarah lembut.







Tejo yang begitu mengagumi Tantenya itu kali ini memandangnya tanpa nafsu karna Sarah sedang
memancarkan kharisma keibuannya. Tapi, melihat ibu yang cantik begitu, Tejo pun berkhayal seandainya
istrinya nanti, ibu dari anak-anaknya kelak bisa secantik Sarah. Tejo yang sangat menghayati tanggung
jawabnya. kini berpikir untuk menyiapkan lagi susu Doni untuk sore nanti. Seperti tadi pagi, dia sudah
menyiapkan susu di awal sehingga ketika Doni rewel minta minum dia tinggal menyerahkan botol susunya.


Tapi tiba-tiba saja muncul rasa penasaran Tejo dengan air susu itu ketika mengambilnya dari lemari es.
Ditimang-timangnya botol susu itu. Ini adalah air susu Sarah yang diperah Sarah sendiri. Sebelumnya
belum pernah Tejo membayangkan seorang ibu memerah air susunya sendiri. Air susu itu adalah yang
terakhir. Hanya cukup untuk 1 botol lagi. Setelah ini jika Tantenya masih belum bisa menyusui Doni,
berarti tentu dia harus memerah susunya lagi. Wajah Tejo mulai mupeng membayangkan adegan
Sarah memerah air susunya sendiri dari payudaranya yang indah itu. Terbesit ide nakal dalam benak Tejo.


Dia penasaran seperti apa rasa susu ibu itu. Bukannya memindah air susu itu ke botol susu Doni,
Tejo malah menuangkannya ke dalam gelas untuk diminumnya sendiri.



Awalnya Tejo agak ragu dengan rencananya itu, dalam hatinya merasa konyol. Tapi persetan, pikirnya kemudian.
Ditenggak habis juga akhirnya gelas berisi air susu Tantenya itu. Tiap kali meneguk susu itu, dada Tejo berdebar
kencang. Dipandangnya gelas yang sudah licin tandas itu. Tanpa memikirkan rasa susu itu, ada semacam
perasaan puas dalam diri Tejo. Bahkan tanpa terasa batang Tejo mengeras di balik celananya.







“Waduh...”
keluhnya.



“Bisa-bisanya bangun adik kecilku ini?”
keluh Tejo pada dirinya sendiri dalam hati.







Ya terang saja batangnya itu mengeras. Jelas tidak mungkin kalau dia minum air susu Tantenya tanpa
memikirkan sumbernya, alias buah dada Tantenya yang montok itu. Tejo menggeleng-gelengkan
kepalanya dengan cepat. Sesekali tangannya menepuk-nepuk kepalanya sendiri. Dia seperti ingin
mengenyahkan bayangan yang kerap menyiksa batinnya itu. Tapi alih-alih hilang, bayangan itu malah
makin menjadi. Batangnya malah makin menegang hingga maksimal.





“Anjiir...”
makinya dalam hati.



Entah setan mana yang merasukinya, tiba-tiba Tejo bangkit menuju kamar Sarah.

Dia sendiri tidak tahu apa yang hendak dilakukannya. Kakinya seperti bergerak sendiri melangkah
memasuki kamar Tantenya itu. Di dalam kamar dijumpai Tantenya sedang duduk bersandar
di atas ranjang sambil membaca majalah. Di sampingnya Doni tampak telah tertidur pulas.





“Ada apa Jo?”
tanya Sarah.





Tejo terdiam. Wajah Sarah yang tampak segar, dengan beberapa helai rambut tipis jatuh menutupi
dahi dan wajahnya, makin tampak mempesona di mata Tejo. Sarah menyibak rambut yang jatuh menutupi
wajahnya itu. Darah Tejo makin berdesir. Tiap gerakan Sarah seperti sudah didesain untuk memanjakan mata laki-laki.

Lidah Tejo pun makin kelu....






“Ngapain aku ke sini dalam keadaan ngaceng begini???”
dalam hati dia menghardik dirinya sendiri.


“Kamu mau perkosa Tantemu sendiri memangnya, hah???"
"Buruan sana ke kamar! Coli sanaaa!!!”

hatinya menghardik kembali.




Tapi dia sudah terlanjur masuk ke kamar Sarah. Jelas tidak mungkin pergi begitu saja
mengatakan apa-apa. Makin lama dirinya diam, makin heran Sarah dibuatnya.





“Ngg..*** Tante, ga ada apa-apa...
akhirnya Tejo menjawab.





“Tapi jawaban macam apa itu?”
“Kalo ga ada apa-apa ngapain masuk?

hatinya seperti menertawai dirinya sendiri.





Tejo pun tersenyum kecut. Sarah tampak heran dengan jawaban itu, matanya melirik gelas kosong yang dibawa Tejo.




“Oh.. Tantee..!!”
“Cantik nian dirimuuu...”

puja Tejo dalam hatinya yang makin terbuai.



Sungguh dahsyat kharisma kecantikan Tantenya itu. Hanya dengan gerakan mata saja, dia sudah
bisa membuat hati Tejo blingsatan. Tapi hanya sekejap saja dirinya terbuai. Tanpa sengaja gelas yang
tadi digunakan untuk minum susu Sarah masih dipegang di tangannya. Menyadari hal itu, Tejo pun
makin bingung harus berkata apa.



Lirikan Sarah pada gelas itu seperti memberondongnya dengan pertanyaan,




“Gelas apa itu Jo?!"
"Kamu baru minum apa Jo?!”



“Sini Jo...”

sarah menyuruh Tejo mendekat.







Tangannya menepuk-nepuk sisi ranjangnya mengisyaratkan bahwa dia mempersilahkan Tejo duduk di situ.
Sarah tersenyum. Dalam hatinya bertanya ada apa dengan keponakannya itu, kok canggung seperti dulu saat
awal-awal dia baru datang. Sungguh bagi Tejo saat itu lebih baik Sarah menyuruhnya keluar kamar saja
ketimbang malah menyuruhnya mendekat. Tapi sambil melangkah dikuatkan hatinya.







“Tampaknya aku sudah tak bisa mundur lagi..."
"Maju teruuuss...”

katanya dalam hati.


“Ini, susunya habis Tante...”
ucapnya lancar setelah duduk di dekat Sarah.



“Lho... Habis ya?
“Kirain cukup buat 3 kali...”

jawab Sarah.



“Eee... Iya sih tadi sebenernya masih ada buat sekali lagi Tante.”
sahut Tejo.



“Nah, trus kemana?Tumpah ya?”
tanya Sarah.







Tejo hendak mengiyakan. Dia sudah siap berbohong tentang hal ini.
Tapi entah ken tiba-tiba muncul keberanian dalam dirinya untuk menjawab jujur.



“Tejo minum Tante...”
jawabnya polos.



Hatinya pun berdebar menanti reaksi Tantenya. Sungguh di luar dugaan,
Sarah spontan tertawa geli mendengar jawaban Tejo.









“Aduuh... Serius kamu Jo?"
"Kok bisa-bisanya kamu minum air susu Tante itu?"

"Bukannya Tante udah belikan susu buat kamu sendiri?"
"Sudah habis memangnya?”

tanya Sarah bertubi-tubi setelah tawanya reda.


Senyum lebar masih tersungging di bibir manisnya.



“Penasaran aja Tante...”
jawab Tejo cengengesan dengan muka memerah.



“Penasaran gimana?”

tanya Sarah lagi.



“Ya yang dibelikan Tante kan susu sapi...”
jawab Tejo.



“Ya iyalah..."
"Terus kamu penasaran ya rasanya ASI?"
"Duh, kamu ini ada-ada aja Jo!"

"Jatah Doni gitu loh kamu minuum...”

ujar Sarah gemas.



“Iya Tante, tadi Tejo cuma iseng aja..."
"Maaf ya Tante...”

ucap Tejo meminta maaf


Walau Tantenya itu sama sekali tidak menampakkan nada marah.



“Yah udah deh..."
"Tapi gimana nanti kalo Doni haus, hayoo?"



"Tante belum bisa nyusuin nih... masih lemesss...”

ucap Sarah manja.



“Diperah lagi aja Tante...”
jawab Tejo enteng.


“Huuu... Kamu ini... Dipikirnya enak?”

ujar Sarah sambil mengusap-usap kepala Tejo dengan cepat hingga rambutnya berantakan.



Tejo meringis saja sambil merapikan rambutnya. Hatinya senang diperlakukan seperti itu oleh Sarah.







“Badan Tante ini masih pegal."
"Terutama leher ini loh yang paling sakit kalo masuk angin..."

"Kalo merah susu kepalanya harus nunduk terus" ,
"Tante belum kuat...”

jelas Sarah.


Tangannya diangkat memijit-mijit tengkuknya.




“Mmm... Biar Tejo bantu Tante...”



Entah angin darimana yang membuat Tejo nekat mengucapkan itu tanpa ragu sedikit pun.
Sarah agak tercengang dalam hatinya melihat ponakannya yang mulai ‘nakal’ itu. Tapi dalam
hatinya malah merasa gemas dan makin ingin menggoda Tejo lebih jauh.




“Iih kamu... bantu ngapain?”
tanyanya menggoda.


Tejo tersipu tak menjawab.


“Tejoo... kamu mulai genit yah?"
"Kamu mau bantu memerah buah dada Tante iniii...?”

Sarah mencubit Tejo gemas.



“I... iyaa Tante, kan kemarin Tante sendiri yang bilang...”
Tejo meringis membela diri.



Cubitan Sarah yang tidak sakit seperti cubitan sayang baginya.
Jantungnya mulai berdebar-debar lagi, kali ini karena terlampau bersemangat.





“Kamu ini... Jo...”
ucap Sarah lembut sambil membelai-belai rambut


Tejo yang terdiam tidak berani menatapnya.



“Sebenarnya itu ide bagus Jo!"
"Tante memang butuh bantuan."


'Kalau Oom-mu ada pasti Tante udah minta ke dia..."
"Tapi kalo sama kamu?”

Sarah tidak melanjutkan ucapannya.


"Kenapa memangnya Tante?"
tanya Tejo berlagak polos.

Sarah tersenyum geli mendengarnya. Dipijitnya hidung Tejo gemas,


“Kamu ini udah gede Jo...!”
ucapnya.




Sarah sebenarnya sedang mempermainkan perasaan Tejo.

Dari tadi tangannya melancarkan ‘serangan maut’ mengusap-usap kepala Tejo, mengelus
rambutnya, mencubitnya, menepuk-nepuknya, kini bahkan memijit hidungnya. Belum lagi
ditambah senyum manis yang bertubi-tubi dilemparkan pada Tejo dari tadi.



“Kamu udah dewasa sekarang."
'Udah pernah ‘ngimpi’ kan Jo?"



"Kapan pertama kali?”

tanya Sarah serius.


“Ee...Ngimpi apa..?"
'Ooh maksud Tante mimpi basah?”

Tejo balik bertanya.



Wajahnya merah padam tak menyangka Tantenya bakal menanyakan hal itu.


“Ya iya...”
jawab Sarah.



“Udah kan?”
lanjutnya mengulang pertanyaan.

“Ya... Udah Tante...”
jawab Tejo


“Kapan pertama kali?”
tanya Sarah lagi.



“Yaa... Ga tahu Tante udah lama deh” jawab Tejo sekenanya


“Nah loh, malah sendirinya gak inget kapan!”



Tejo terdiam. Sarah juga ikut diam sejenak memikirkan kata-kata yang akan dilontarkannya lagi.





“Artinya kamu udah matang Jo..."
'Udah punya nafsu kamu...”

Sarah menerangkan dengan serius.


“Coba Tante tanya, gimana menurutmu Tante ini?”
tanyanya kemudian.


“Ee... maksudnya?
"Tante... Ya Tante orangnya baik...?”

jawab Tejo masih terbata bata belum tahu arah pembicaraan Tantenya.


“Bukan gitu...”
Sarah tertawa kecil.



“Maksudnya secara fisik..”

Bagaimana penilaian kamu sebagai laki-laki dewasa terhadap
Tante sebagai seorang wanita dewasa..."



Bagaimana kamu memandang Tante?”

tanya Sarah lagi.


“Ta... Tante cantik...?”
jawab Tejo agak ragu.


“Hanya itu?”
Sarah tersenyum.




“Mmm...”
Tejo bingung harus berkata apa lagi.




Sebenarnya dengan ditanya begitu ingin sekali ditumpahkan perasaannya saat itu juga.
Tapi dia segan dan ragu, di samping menerka-nerka apa sebenarnya maksud Tantenya itu.





“Jangan malu..."
"Hayo...?”



Sarah mengusap-usap rambut Tejo lagi seperti hendak memunculkan keberaniannya.

“S... Seksi Tante...!”
jawab Tejo sambil meringis.

“Ha?”
Sarah berlagak tak mendengar.

“Iya... Tante seksi. Cantik dan seksi!”
ucap Tejo lagi kali ini mantap.

Sarah tertawa kecil.


“Apa selama ini cuma itu yang kamu pikirkan tentang Tante?”
ucapnya.




“Tante tahu, bukannya sombong ya..”
“Tante sadar dengan kecantikan Tante."
"Dulu Oom-mu itu banyak saingannya loh..."

"Memperebutkan Tantemu ini. Hihihi...”



Tejo mangut-mangut. Sarah melanjutkan,


“Tapi kalau cuma cantik dan seksi... Mmm...”

Kalimatnya terputus.


Dia bingung bagaimana menjelaskan maksudnya.


“Sekarang gini aja..."
"Tante tanya, gimana menurutmu kulit Tante?”
tanya Sarah lagi.


Tejo berpikir sebentar, tapi kemudian dia tak ragu lagi.


“Putih dan mulus...”
jawabnya meringis.



Sarah tersenyum.


“Nah begitu, kalo body Tante gimana?”
kerlingnya.


“Yaaa... Itu tadi, seksi...”
sahut Tejo tak bisa menemukan kata lain.

Sarah tertawa,


“Oh iya...”
ucapnya.


Tejo jadi ikut tertawa.

“Yaa ya... sudah deh nanti Tante malah kege-eran... "
"Tapi kamu dah paham kan maksud Tante?"

"Kamu itu udah gede, naluri seksualmu pasti udah tumbuh."



"Wanita dewasa dan bagian-bagian tubuhnya menjadi sangat menarik
dan merangsang buat kamu...”

“Iya kan?”

Tante Sarah menjelaskan.




"Buktinya kemarin kamu nonton DVD porno..."
"Kamu bilang penasaran.”

“Lha iya memang begitu fitrahnya."

Sarah memberikan penjelasan yang masuk akal untuk Tejo


"Tante juga wanita dewasa."
"Bukannya ge-er" ,

"Tapi Tante tahu kok selama ini kamu mengagumi Tante."



"Kamu suka curi-curi pandang ke Tante..”
“Terutama kalo Tante lagi nyusuin si Doni..."

papar Sarah kepada Tejo.







Degg





"Shiit ketahuan ternyata"
ujar Tejo dalam hati.










"Tante nggak marah karena emang begitu normalnya."
"Kecuali kamu homo...”

jelas sarah panjang lebar.



“Buah dada memang salah satu bagian dari wanita yang
paling menarik bagi laki-laki di samping wajahnya.”



“Kalo wajah kan selalu terlihat..."


"Sementara buah dada selalu tersembunyi" ,
"Jadi memang menjadi misteri yang menyenangkan bagi laki-laki" ,
"Dan sensasinya jauh lebih besar kalo sudah bisa melihatnya.”

lanjut Sarah masih panjang lebar.




“Itulah sebabnya Tante ragu kasih kamu memerah buah dada Tante Jo...
"Tante ga berani...”

pungkasnya.



Tejo menelan ludahnya. Mendengar Sarah mengucap ‘buah dada’ berulang kali saja sudah membuat jantungnya blingsatan.



“Memangnya kenapa Tante?”
Tejo bertanya lugu.



“Halah, masih nanya juga kamu udah dijelasin juga..."
"Jo, kamu bukan hanya bakal melihat buah dada Tante telanjang"
,


"Tapi juga menyentuhnya Jo..."
"Bahkan meremas-remas..."

"Itu terlalu beresiko!”

jawab Sarah gemas.

“Tapi Tejo kan ga mungkin macem-macem Tante..."
"Kan sama Tante sendiri.”

jawab Tejo meyakinkan.


Sarah terdiam. Dipandangnya wajah Tejo yang ngenes.


“Duuh, kamu ini benar-benar kepingin yaa?”
tanya Sarah pelan.


Dibelainya lagi kepala Tejo.


“I... Iya Tante...”
jawab Tejo tercekat. Matanya memandang Sarah penuh harap.



“Kamu belum punya pacar Jo?”
Sarah mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Duh, ga kepikiran Tante..."



"Lagian sejak kenal Tante rasanya cewek lain jadi ga menarik di mata Tejo...”

jawab Tejo polos.


Waduuh, malah sudah berani merayu kamu ini..."

"Ini Tantemu Jo...!”

tawa Sarah meledak.




Tejo seketika tersipu. Dia sama sekali tidak ada maksud merayu tadi. Ucapannya benar-benar apa adanya.
Tiba-tiba mimik Sarah berubah serius, ditatapnya mata Tejo dalam-dalam.




“Jo......”
ucapnya.

“Ya Tante?”
sahut Tejo berdebar-debar.

“Gimanapun Doni memang butuh ASI..."

"Kamu... kamu bener ya janji ga macem-macem?”

tanya Sarah agak terbata.



Diam-diam dia sendiri juga mulai terangsang.



“Janji Tante!”
jawab Tejo mantap.


Sarah terdiam sesaat. Berdebar-debar Tejo dibuatnya.


“Ya udah, kamu ambil wadah sana...”
akhirnya Sarah memberi instruksi.

“Ja... Jadi Tante?”
sahut Tejo seperti tak percaya.


Dalam hatinya seketika berteriak girang seperti orang yang baru menang lotre.


“Tapi ingat loh Jo!"

"Walau kamu nanti terangsang dengan buah dada Tante" ,
"Ini demi Doni, bukan buat pelampiasan nafsu kamu."

"Kamu kontrol diri ya, ingat Oom kamu!”

ucap Sarah mengingatkan.


“Siap Tante!”
sahut Tejo sambil melesat keluar kamar mengambil wadah yang diminta Tantenya.





Sarah diam terpaku di atas ranjang. Dirinya juga berdebar membayangkan apa yang sebentar
lagi bakal terjadi. Ada perasaan grogi menyelinap, di samping nafsunya juga mulai meluap-luap.


“Aah Tejo, gak nyangka secepat ini kamu sudah bisa menjamah Tante.”
ucapnya dalam hati.


Kalau saja di dapur ada kamera tersembunyi, tentu polah Tejo yang melompat-lompat kegirangan
seperti orang yang lupa diri akan terekam. Ya, begitulah Tejo saat Sarah tak lagi melihatnya di luar kamar.
teramat sangat, bahkan ingin rasanya dia teriak, tapi urung karena tentu Sarah bakal mendengarnya.



“Yess, datang juga hari ini!”
pekiknya dalam hati.







***






Dengan membawa wadah yang dibutuhkan Tejo segera kembali ke dalam kamar.
Dilihatnya Sarah duduk pasrah di tepi ranjang. Sarah menoleh, senyumnya tersungging lagi.


“Ahh Tante...”
gumam Tejo dalam hati dengan gemas.



Tak membuang waktu Tejo segera duduk di ranjang berhadapan dengan Sarah.
Untuk sesaat keduanya tampak canggung. Tapi Sarah segera angkat bicara.



"Siap Jo...?”
ucapnya tersenyum menggoda.


“Y.. ya Tante...”
Tejo tampak grogi.

“Yang lembut ya?”
Melihat Tejo yang grogi Sarah malah makin gemas menggodanya.

“I... iya Pasti Tante!”
Tejo makin blingsatan.

“Tante tahu ini saat teristimewa bagimu...”
Sarah makin nekat menggoda.


Tejo terdiam.


“Ini pertama kalinya kamu lihat payudara secara langsung kan?’"
tanya Sarah.

Tejo mengangguk cepat.

“Nah, Tante ingin kasih yang spesial buat kamu...”
kerling Sarah.

“Sekarang Tante kasih kamu kesempatan, kamu yang buka baju Tante...”
tantangnya.



Edan. Sarah seperti lupa kata-katanya sendiri. Padahal tadi dia minta pada Tejo untuk
mengontrol diri dan tidak menganggapnya sebagai pelampiasan nafsu, tapi kini
malah dia sendiri menggodanya seperti itu. Tejo sendiri jelas terkesiap mendengar kata-kata Sarah.
Jakunnya naik turun, tapi belum juga berani bergeming.



“Nah loh, sekarang malah kamu yang malu-malu..."
"Hihihi...”

Sarah membelai pipi Tejo.



Diangkat dan ditolehkannya kepala Tejo yang dari tadi menunduk supaya menghadap
dirinya. Kemudian Sarah membuka 1 kancing paling atas piyamanya lantas diam menunggu
Tejo untuk meneruskannya. Tejo yang paham apa yang dikehendaki Tantenya mulai
memberanikan diri. Dengan gemetar tangannya mulai melolosi kancing piyama Sarah
satu demi satu. Nafasnya menderu.


Dalam hatinya geregetan sekali dia pada Tantenya. Serasa ingin langsung ditubruk dan digagahinya.
Inilah yang selalu dia bayangkan saat Anton mengunjungi Tantenya itu. Bayangan yang selalu menyiksa dirinya,
tentang bagaimana Anton menelanjangi Tantenya.


Kini peran itu dimainkan olehnya. Sekarang dia yang jadi bintangnya! Tejo berhenti
di kancing ketiga. 2 kancing paling bawah dibiarkannya tetap mengancing.
Nafasnya makin memburu. Keberanian makin muncul dalam dadanya.

Dibukanya piyama Sarah dengan menyibak bagian kerahnya dan memelorotkannya
dengan cepat dari atas melewati bahunya hingga berhenti di tengah lengannya.
Sarah tentu saja kaget.



Kyaaa...!”



Kedua payudaranya langsung melompat keluar karena dia tak mengenakan BH.

Tejo terkesiap melihat pemandangan yang begitu indahnya itu. Pemandangan yang
selama ini menghantui jiwanya, yang menjadi impian tiap laki-laki untuk memandangnya,
kini terpampang jelas di hadapannya tanpa halangan apapun. Detak jantungnya mengencang
bak dentuman meriam. Nafasnya tercekat, tenggorokannya menjadi gersang, dan yang pasti
‘adik kecil’nya langsung terbangun dengan tegangan super tinggi.


Tejo merasa betapa beruntungnya dirinya. Pengalaman pertama melihat payudara wanita,
dirinya langsung mendapat kualitas nomor satu. Payudara Sarah memang benar-benar sempurna.
Besar, namun padat dan kencang sehingga putingnya yang mungil mengacung seperti menantang
minta segera dihisap. Putih tanpa noda, mulus tanpa cacat.



Ahh...




Sarah mendesah lirih merasakan angin dingin AC menerpa kulit payudaranya yang terbuka bebas.

Bulu kuduknya berdiri seketika. Debar jantungnya juga makin keras seperti halnya Tejo.
Naluri ekshibisionisnya hari ini naik ke level yang lebih tinggi dengan mempertontonkan
kedua payudaranya dengan bebas tepat di hadapan keponakannya sendiri yang buruk rupa itu.

Awalnya Sarah mengira Tejo hanya akan menyingkap piyamanya saja. Tak disangka Tejo
telah membuka dirinya dengan cara seperti itu. Bagian pundak hingga dada Sarah kini terekspos.
Secara spontan dia menyilangkan kedua tangannya di dada.



“Kenapa dibuka dua-duanya Jo?"
"Nakal iih... Satu aja...”

ujarnya.

“Hari ini Tejo mau memeras Susu yang banyak!
jawab Tejo nakal.

“Satu aja cukup Jo...”
ucap Sarah tersenyum.


Ditariknya piyamanya supaya menutupi lagi pundaknya yang terbuka. Tejo buru-buru mencegahnya.



“Jangan Tante pliss...”
ucapnya ngenes. Dia tak ingin pemandangan itu segera berakhir.

Sarah langsung mencubit pipinya,


“Nah, mulai nakal..".

"Tante ini bukannya mau memuaskan nafsu kamu Jo."
"Hayo, tadi katanya janji mau kontrol diri?!"

"Lagian dingin kan, nanti Tante sakit lagi...”

sahutnya tegas.




Tejo tidak berani membantah. Geregetan perasaannya dengan sikap
Sarah yang main tarik ulur itu. Sarah sendiri dalam hati juga menikmati
permainannya itu. Dia tahu Tejo tentu terangsang berat saat itu.



“Kamu suka Jo?”
t
anya Sarah pelan.


“I.. Iya Tante, suka sekali...”
jawab Tejo polos.

Sarah tersenyum mendengarnya. Dielusnya lagi kepala Tejo.


“Tante tahu betapa menariknya buah dada Tante buat kamu."
"Dan Tante nggak marah, justru itu menunjukkan kalo kamu laki-laki normal."

"Walaupun niat kita menyediakan ASI buat Doni" ,
"Tante tahu bagaimanapun juga nafsu kamu pasti tetap muncul."

"Kamu pasti terangsang kan?

ujar Sarah


"Itu resiko yang Tante ambil dan Tante harap kamu ikut jaga kehormatan Tante..."
"Oke?”

ucap Sarah, mencoba memainkan peran sebagai Tante yang bijaksana.

Tejo pun mengangguk tanda menurut.


“Nah ayo dimulai Jo...”
ucap Sarah tersenyum menggoda.


Manis sekali. Tejo mulai mengulurkan tangannya.




Waktu seakan berhenti saat jemarinya menyentuh kulit payudara Sarah. Bahkan jantungnya
sendiri pun seolah berhenti berdenyut. Tejo tidak langsung menggenggam payudara itu.
Dia terlebih dulu mengelusnya dengan lembut, ingin merasakan kehalusannya.

Sarah merinding saat merasakan kulit payudaranya bergesekan dengan jemari Tejo
yang kasar. Dia membiarkan Tejo mengelus-elus payudaranya untuk beberapa saat.
Dipandangnya wajah Tejo yang tampak tegang.



“Puas-puasin deh Jo rasa penasaran kamu dengan payudara Tante...”
gumamnya dalam hati.


Sesaat kemudian, tangannya meraih tangan Tejo dan digenggamkannya pada payudaranya.


“Kok malah dielus-elus Jo, ayo mulai diperas ASI Tante...”
ucapnya.


Dia pun membimbing tangan Tejo dengan gerakan meremas.


“Begini caranya Jo...”
jelasnya.




Sarah mengajarkan gerakan mengurut dan memeras dengan 2 jari hingga air susunya
pun mulai keluar. Tejo benar-benar takjub melihat air susu yang mengucur keluar dari
puting susu Tantenya itu. Sarah melepaskan tangannya dan menyandarkan tubuhnya.
Tejo mengerti, dia pun segera meneruskan memeras payudara Sarah. Air susu Sarah
yang mulai mengucur deras ditampungnya di wadah yang telah disiapkan.




Curr... Cuurr... Cuurrr...




Sarah memejamkan matanya dan menggigit bibirnya. Bagaimanapun dia juga merasakan sensasi
dari remasan tangan Tejo pada payudaranya.



“Aah... Jo jangan terlalu kencang, sakit...”
desah Sarah manja.

“Iya Tante... Maaf...”
Tejo tersipu menyadari dirinya yang terlalu bersemangat.

“Pelan aja ya sayang...”
ucap Sarah lagi.



Lagi-lagi perasaan Tejo dilambungkan oleh godaan Sarah yang memanggilnya dengan sebutan
sayang. Makin gemas dia melumat payudara Tantenya itu dengan tangannya. Betapa menakjubkannya
gumpalan payudara itu. Bentuknya sangat sederhana tapi bisa membuat semua laki-laki mabuk kepayang,
blingsatan, hingga lupa diri.




“Duh herannya, benda ginian aja kok nggemesin banget..."

"Hiiih...! Oh... indahnyaaa...!"

ingin rasanya Tejo teriak.



Ouuuhhh...."
"Joooo, pelan...!”

Sarah mendesah panjang.



Matanya mulai sayu. Tanpa sadar Tejo terlalu keras lagi meremasnya. Lenguhan Sarah
terdengar merdu sekali di telinga Tejo. Penisnya pun makin meronta di balik celananya.



“Maaf Tante... Habis gemas..."
Tejo meringis seperti tanpa dosa.

“Kamu ini..."

"Mau memerah susu apa mau mencabuli Tante sih?”
S
arah merengut manja.


Sekali lagi Tejo takjub mendengar kata-kata “mencabuli” dari bibir Tantenya itu.


Hatinya teriak,


“Iyaa Tante, Tejo pingin mencabuli Tante sekarang jugaa!!!”
tapi tentu saja kalimat itu tidak sampai keluar dari mulutnya.



Dengan pelan Tejo meneruskan lagi memerah ASI dari payudara Sarah. Sedikit demi sedikit wadah
yang dibawanya pun mulai penuh. Sarah diam saja sambil tetap menyandarkan tubuhnya. Posisinya
terlihat seperti sedang pasrah. Kalau saja Doni terbangun dan bisa berpikir, tentu dia akan takjub
melihat pemandangan yang ganjil itu. Mamanya yang cantik jelita bersandar pasrah sementara
payudaranya yang putih mulus diremas-remas oleh tangan Tejo yang kasar dan hitam legam.
Sesekali Sarah terlihat meringis dan menggigit bibir karena Tejo masih saja kerap meremas terlalu kencang.


Tapi dirinya tidak lagi memprotesnya. Diam-diam sesungguhnya dia pun menikmatinya.
Tak lama kemudian wadah yang dibawanya pun penuh dengan air susu Sarah.
Tejo menghentikan perasannya. Diambilnya tisu dan diusapnya puting susu Sarah yang basah.



“Sudah Jo?”
tanya Sarah.


Tubuhnya menggelinjang merasakan geli di putingnya yang disapu tisu.


“Iya Tante, ni yang satu udah penuh...”


Tejo yang masih gemas pada payudara Sarah ternyata sudah menyiapkan wadah kedua.


"Lho..."
Sarah jelas tidak menyangka, tapi dirinya malah tertawa geli.


“Ya ampun Tejo, kamu bawa 2 wadah?"
"Buat apa banyak-banyak Jo, 1 aja cukup...!”

ujarnya gemas.

“Buat persediaan Tante...”
jawab Tejo meringis.


Tapi dirinya ragu juga untuk meneruskan karna tampaknya Sarah keberatan.



“Itu kan sudah bisa buat 2 kali Jo..."

"Lagian nanti kalo habis kan bisa diperah lagi...”

ucap Sarah lembut.



Tejo terdiam. Jelas sekali dia menahan sesuatu yang hendak disampaikannya.
Mungkin karena takut. Sarah yang mengamati raut muka Tejo pun memahami.



“Kamu mau perah buat kamu sendiri ya?"

"Hayo...?”

terka-nya.

Muka Tejo memerah. Sebenarnya dia hanya ingin lebih lama lagi menikmati menjamah
payudara Tantenya itu. Tapi dirinya pun mengangguk mengiyakan.


“He eh Tante...."
"Bo.. leh kan Tante?”

tanyanya ragu.

Lagi-lagi Sarah tertawa geli.


“Kamu ini ada-ada aja Jo..."

"Tante beliin kamu susu sapi, jarang sekali kamu minum."
"Eh, sekarang kamu malah ketagihan susu Tante...”

ucapnya sambil mengacak-acak rambut Tejo karena gemas.


Tejo hanya meringis saja. Dirinya masih belum berani bicara.


“Ya udah deh Tante kasih...”
akhirnya Sarah memutuskan.


“Tapi, secukupnya saja ya?”
k
erlingnya.

Tejo pun sumringah,


“Baik Tante...”
sahutnya cepat.




Sarah tersenyum geli. Tubuhnya pun bersandar lagi mempersilahkan Tejo melanjutkan.
Tejo tidak buang waktu. Disingkapnya piyama Sarah yang menutupi payudaranya yang 1 lagi.

Sarah langsung memprotesnya,



“Nah lo, kok dibuka lagi Jo?"
"Nakal banget sih kamu...”

ujarnya pura-pura mengomel.

“Ka... Katanya boleh 1 lagi Tante...?”
jawab Tejo ngeles.


“Kan biar imbang Tante..."
"Kalo ga pindah susu nanti yang 1 kosong" ,

"Yang 1 penuh kan jadi berat sebelah...”

lanjutnya.


Sarah langsung tertawa geli mendengar logika Tejo yang lugu itu.


“Huuu...! Sok tahu kamu Jo...!”
dicubitnya pipi Tejo dengan gemas.


“Ya udah deh terserah kamu..."
"Dasar genit!”

lanjutnya.


Bagaimanapun juga pada akhirnya Sarah membiarkan saja apa mau Tejo.




Tidak heran memang kalau Tejo terobsesi menelanjangi seluruh dada Tantenya itu.
Payudara tentu jauh lebih indah bila tampil sepasang ketimbang hanya sebelah.
Tejo hanya mesam-mesem saja melihat tingkah Tantenya yang sok jual mahal itu.
Dia pun mulai nekat. Sebelum mulai memeras, dia menyingkap lagi bagian atas piyama
Sarah yang masih menutupi bahunya. Dengan 1 gerakan, bahu Sarah pun terbuka lagi.

Sarah langsung bergidik merasakan angin AC yang kembali menerpa tubuhnya.



“Iiih Tejo!!!”
protesnya.

“Biar leluasa Tante...”
Tejo berdalih.


“Dingiin Joo...”
keluh Sarah.


“AC-nya dikecilin aja Tante.”
usul Tejo.



Tanpa minta persetujuan Sarah dia sendiri langsung meraih remote AC dan menekan tombol
untuk menaikkan suhu. Sarah terdiam menyaksikan ulah keponakannya yang mulai nakal itu.
Piyamanya yang masih terbuka separuh dan menggantung di lengannya pun ia lolosi hingga
terlepas sepenuhnya. Kemudian piyama itu dilemparkannya ke wajah Tejo dengan gemas.


“Niih... Puaas??"
"Puaaass???”

Serunya menirukan Tukul Arwana.


Tejo jelas terkesiap melihat Tantenya yang kini bertelanjang dada. Dia tak berani menjawab, hanya menelan ludah berkali-kali.


“Gila... Betapa mulus dan betapa sempurnanya...”
puja Tejo dalam hatinya.


Ingin sekali dijelajahi dan dielusnya seluruh tubuh Tantenya itu. Darah Sarah juga makin berdesir
kencang di dalam dadanya. Dia sendiri tak menyangka akan berbuat sejauh itu. Tapi ada semacam
perasaan lega dan puas sekali dalam dirinya saat itu. Terjadi keheningan sesaat yang membuat
mereka berdua merasa canggung satu sama lain.

Akhirnya karena tidak tahan Sarah pun angkat bicara.




“Hayo dimulai lagi..."
"Kok malah bengong?"

"Kalo kamu cuma mau melototi tubuh Tante, tak usah yaa!"
"Tante pakai lagi lho piyamanya!”

ujarnya.


Tejo tersentak.


“I... Iya Tante!”
jawabnya.



Dengan sigap Tejo mulai memerah payudara Sarah yang satunya. ASI murni nan jernih pun mulai
mengucur deras dari puting susu Sarah yang bersandar terdiam. Dirasakannya Tejo masih saja
kerap meremas payudaranya dengan kasar. Tapi dia enggan memprotesnya lagi.

Lagipula dirinya juga mulai merasakan keenakan dari sensasi itu.




Aaahh...
desahnya lirih.



Mendengar itu Tejo spontan memperlunak remasannya.


“Sakit Tante?"
"Tejo terlalu kencang ya?”

tanyanya prihatin.


“Ehng... Nggak Jo, terusin aja...”
jawab Sarah dengan muka memerah.




Ada perasaan malu menyelinap. Desahan tadi keluar spontan saja, tak diduganya Tejo ternyata memperhatikan.

Adegan pemerahan susu itu pun berlanjut. Suasana kamar menjadi hening karena tak satupun
di antara mereka yang bersuara. Yang ada hanya suara derasnya kucuran air susu Sarah yang
tertampung dalam wadah. Baik Sarah maupun Tejo, sama-sama saling meresapi fantasi dan kenikmatannya
masing-masing. Lama kelamaan Tejo pun makin tidak konsentrasi dengan pekerjaan memerahnya.

Perahan pada payudara Sarah untuk mengeluarkan ASInya membutuhkan gerakan mengurut yang konsisten.


Sementara gerakan tangan Tejo sendiri makin bervariasi, dari meremas, mengelus, bahkan
memelintir-melintir puting susu Sarah dengan gemas. Jelas air susu Sarah tidak keluar lagi.
Tejo bukannya tidak menyadari hal itu, namun dia tidak peduli. Padahal wadah yang dibawanya
baru terisi separuh.


Sarah sebenarnya juga merasakan bahwa gerakan tangan Tejo mulai ‘ngaco’. Tapi dia sendiri malah mendiamkannya.
Ada kepuasan tersendiri dari membiarkan perasaan Tejo melampiaskan rasa gemas dan penasaran pada payudaranya.
Dia sendiri juga sedang melampiaskan kecenderungan ekshibisionisnya, dan kejadian hari ini sungguh memuaskan dirinya.

Perasaan itu terus bergejolak, terus memuncak dan makin memuncak, makin memuncak, hingga akhirnya...




Aaahhh... hhh...




Tubuh Sarah menggelinjang hebat. Dirinya mengalami orgasme hanya dengan rangsangan
di buah dadanya. Cairan cintanya memancar dengan deras di dalam rahimnya hingga membanjirinya.

Tejo tersentak. Remasannya spontan terhenti. Disaksikannya tubuh Tantenya yang melemas seakan
seluruh tulang dalam tubuhnya dilolosi satu persatu. Tejo tidak menyadari bahwa Tantenya itu
sedang mengalami orgasme. Dirinya pun khawatir, wajahnya memucat merasa telah melakukan kesalahan.




“T... Tante gapapa?"
"Tante capek ya?"

"Maafin Tejo Tante...”
u
capnya gugup.

“Nggak Jo, Tante gapapa kok...”
jawab Sarah sambil tersenyum.



Wajahnya terlihat sendu. Matanya yang sayu menatap Tejo. Dielusnya lembut tangan Tejo yang
barusan memeras payudaranya. Tejo terkesima memandang wajah Sarah yang sayu namun
memancarkan ‘kharisma’ keayuan tersendiri. Dirinya pun tak sanggup berkata.



“Jo...”
gumam Sarah lirih.

“Iya Tante?”
jawab Tejo.

“Kalo udah, udah ya...”
ucap Sarah tersenyum.


Dielusnya pipi tejo dengan perasaan sayang. Tejo pun tersipu.



“Jangan keterusan Jo" ,
"Ga bakal ada habisnya kamu mainin buah dada Tante."

"Kamu menyiksa diri sendiri kan..."
"Udah sana buruan dibuang, biar plong.”

lanjut Sarah bijaksana.


Muka Tejo makin memerah mendengarnya. Tantenya ternyata mengerti betul apa yang dirasakannya.
Gejolak dalam dadanya. Dia pun perlahan bangkit.



“Iya Tante...”
j
awabnya lirih.

“Sana di kamar mandi Tante aja..."
"Tapi disiram ya?”

ucap Sarah.



Tejo menurut. Ditaruhnya kedua wadah yang berisi air susu Sarah di atas meja dan dirinya
segera ngeloyor ke kamar mandi. Sarah melihat ke 2 wadah itu. Satunya penuh dan satunya
hanya terisi separuh. Dia pun hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala. Puas sekali dirinya
sudah menyuguhkan dirinya pada keponakannya sendiri yang baru berumur belasan itu.

Dia terdiam sejenak, namun kemudian pikirannya mulai membayangkan Tejo yang sedang coli
di kamar mandinya. Darahnya pun berdesir kembali. Tanpa mengenakan piyamanya lagi ia pun
bangkit menuju kamar mandi. Penasaran dia ingin menonton pertunjukan Tejo yang sedang
menguras amunisinya di situ.

Tejo yang sedang berkonsentrasi mengocok batangnya sama sekali tidak menyangka Sarah
muncul dengan bertelanjang dada. Tantenya itu hanya berdiri di pintu kamar mandi,
menatapnya sambil tersenyum manis. Namun karena mungkin setan sudah menguasai
kepalanya, hal itu sama sekali tidak mengusik Tejo. Justru pemandangan Tantenya yang
telanjang dada itu makin memicu kocokannya.



Aahh... Tanteee...”
desahnya sambil menatap tubuh telanjang Sarah.



Perasaan Sarah bergolak lagi melihat bagaimana Tejo onani sambil melihat tubuh telanjangnya.
Dirinya merasa seksi sekali dengan begitu. Terlebih lagi dia benar-benar takjub melihat ukuran
penis Tejo. Sungguh tidak disangka penis keponakannya itu berukuran super. Tangan Tejo
sendiri bahkan terlihat tidak cukup untuk menggenggamnya. Panjangnya mungkin
2 kali genggaman tangan Tejo. Mata sarah berbinar memandang batang berurat itu
diurut maju mundur dengan tangan kecil Tejo.


Kepalanya jamurnya yang mengkilat terlihat merah padam seakan semua darah di tubuh
Tejo berkumpul di situ. Timbul kerinduan luar biasa dalam dirinya pada ‘batang ajaib’ milik
laki-laki itu. Bayangan penis-penis semua pria yang pernah menidurinya pun berseliweran
dalam benaknya. Wajah Sarah memerah menyadari Tejo yang sedang memandanginya.
Keponakannya itu tentu menyadari matanya tadi terpaku pada penis miliknya.


Senyum manisnya pun mengembang dan dihadiahkan pada Tejo seakan mengatakan,


“Kereen Jo... Kamu punya barang bagus!”



Dihadiahi senyuman maut itu Tejo pun tak kuasa menahan laharnya yang sudah di ujung. Kocokannya dipercepat, dan...




Crooooottzz... !




Sperma Tejo muncrat berkali-kali membasahi dinding kamar mandi Sarah. Lagi-lagi Sarah dibuat takjub
melihat kekuatan orgasme Tejo. Padahal antara Tejo berdiri dan dinding kamar mandinya berjarak
ebih dari 1 meter. Namun sperma Tejo mampu muncrat begitu jauh hingga mencapai dinding itu.
Tak setetes pun yang jatuh mendarat di lantai kecuali yang sisa-sisa akhir saja. Dihitungnya ada 5 kali semburan
yang bertubi-tubi pada dinding kamar mandinya. Semuanya berwarna putih dan kental.

Benar-benar orgasme yang luar biasa. Sarah sampai ikut berdebar melihatnya.
Dia pun menyadari bahwa hari ini dirinya telah menghadiahi Tejo dengan sesuatu
yang sangat luar biasa istimewa. Bangga sekali dirinya memikirkan hal itu.



“Tejoo... Tejoo... Cepet cari pacar gih!”
candanya.



Tejo hanya tersipu tanpa menjawab. Dia sibuk menyiram spermanya hingga bersih.
Sarah pun beranjak meninggalkannya. Dirasakannya tubuhnya mulai panas dingin lagi,
mungkin gara-gara nafsunya yang bergejolak. Piyamanya dikenakan lagi sebelum dia
kemudian beringsut kembali di balik selimutnya.






***











Hari Berikutnya.




Keesokan harinya. Sarah masih meminta Tejo untuk jangan kemana-mana dulu. Meskipun urusan Doni
sudah bisa ditanganinya sendiri, dia belum mau ditinggal sendirian di rumah. Tejo masih sering dimintai
tolong mengambilkan ini-itu saat Sarah mengurusi Doni. Dari menyiapkan air hangat, handuk, popok,
bedak, dan lain-lain. Sarah masih mudah kecapekan kalau semua itu harus ditanganinya sendiri.



Di samping itu, urusan kebersihan rumah juga masih dibebankan kepada Tejo. Menjelang siang saat
semua sudah beres, Sarah bersantai-santai menemani Doni bermain-main di ruang tengah. Tejo yang
baru selesai mandi ikut duduk di situ namun tidak berkata apa-apa. Dirinya seperti menunggu-nunggu
kejutan apa lagi yang akan dia dapatkan dari Tantenya yang seksi itu. Wajah Sarah tampak cerah dan segar.

Agaknya kondisinya benar-benar sudah pulih seperti sedia kala. Tak bosan-bosannya Tejo memandangi dan mengaguminya.



Sarapan gih Jo...”
karena merasa diamati oleh Tejo, Sarah pun angkat bicara.


“Iya Tante...”
Tejo mengiyakan tapi enggan beranjak.

“Habis sarapan kamu belajar ya Jo?"

"Yah baca-baca dikit lah..."
"Kamu kan udah 3 hari ini gak belajar"

ucap Sarah lagi.



Tejo manggut-manggut saja.




Berduaan dengan Tantenya yang membuat pikirannya sering melayang dan susah konsentrasi.
Walau bagaimanapun, Tejo tetap tak berani membantah Sarah. Dia pun beranjak. Saat sarapan
Tejo tak banyak makan. Dirinya seperti tak bernafsu. Atau lebih tepatnya, ‘nafsu’ lainnya lebih berbicara ketimbang nafsu makan.




“Kenapa Jo?”
Sarah menangkap ekpresi wajah Tejo yang sedang kebingungan.

“Engga kenapa-kenapa Tan.”
ucapnya.



“Jo..itulah sebabnya kemarin Tante ragu ngasih kamu buah dada Tante!”
lanjut Sarah.



Tejo terkaget, seakan Tante Sarah tau apa yang ada dipikiran dan perasaan gelisahnya saat ini.


“Yang kayak begitu memang sebenarnya ga baik buat kamu."
“Apalagi kalau baru pertama kalinya merasakan.”


"Kalo bayangan-bayangan porno sudah masuk ke otak..”
“Susah banget ngilanginnya,akibatnya ya itu kamu jadi susah konsentrasi... "

“Pikiran-pikiran kamu yang harusnya dicurahkan ke hal-hal baik malah teralih ke hal-hal yang mesum...”
“Kalo saja kemarin bukan karna demi Doni...”

“Tante pasti tegas sama kamu.”

Sarah terus menyerocos panjang lebar.




Tejo tersipu mendengarnya, walaupun sudah tidak surprise lagi dengan kalimat Tantenya itu.



“Hehe iya Tante..."
"Nah itu sekarang sudah bisa nyusuin Doni" ,

"Berarti ga ada acara memerah susu lagi dong Tante?”

ucap Tejo nakal.


“Idiih kamu ini baru dibilangin malah udah genit!”
Sahut Sarah seraya mencubit lengan Tejo.

Tejo menghindar sambil meringis.


“Trus yang kemarin masih sisa loh Tante...”
ucapnya.


“Kamu minum aja..."
"Katanya doyan?”

jawab Sarah sekenanya.


“Ya udah Tejo minum ya...”



Tejo beranjak ke ruang makan mengambil air susu Sarah yang tersisa di dalam lemari es.

Setelah menuangkannya dalam gelas, dia pun balik lagi duduk menemani Sarah yang masih
menyusui Doni di ruang tengah. Tejo meringis mesum padanya, tapi Sarah berlagak tak
memperhatikannya. Untuk sesaat keduanya duduk tanpa memulai obrolan. Pikiran Tejo juga
sudah sibuk berfantasi.



Wah ini peristiwa unik.”
pikirnya.



Dia, Sarah dan Doni duduk berkumpul.

Baik Tejo maupun Doni sama-sama minum ASI dari Sarah, bedanya Doni minum langsung
dari sumbernya, sedangkan Tejo minum dari gelas. Sarah juga tampak canggung dengan keadaan itu.
Diliriknya Tejo yang sedang minum. Ternyata Tejo juga sedang memandangi wajahnya, hingga kedua mata mereka pun bertemu.


“Enak Jo?”
tanya Sarah spontan.


Tejo yang ditanya malah cengengesan.

“Yang penting bukan rasanya Tante...”
jawabnya nakal.

Sarah merengut mendengarnya.


“Dasar kamu...”


Diambilnya bantal kursi dan dilemparkan pada Tejo gemas.



Tiba-tiba mereka dikejutkan suara bel. Sesaat keduanya terdiam bertanya-tanya.



“Kalo Heru mestinya baru balik beberahari lagi...”
gumam Sarah dalam hati.


“Jo, bukain pintu sana!”
perintahnya kesal karena Tejo tak juga beranjak.


Sambil senyam-senyum dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal Tejo bangkit
menuju pintu depan. Tak disangka ternyata teman-temannyalah yang datang.
Luki cs, berlima seperti biasa. Melihat Tejo sendiri yang membukakan pintu,
mereka langsung menyeru nyaris bersamaan dengan suara cempreng,



“Oi Jo!! Kenapa gak ada kabar 3 hari??!”



Bukannya menjawab Tejo malah menghardik,


“Apa-apaan sih langsung teriak aja" ,
"Anak Tante lagi mau tidur tuh!"



"Lagian kok jam segini pada kesini?”
"Bolos ya kalian?”

selidiknya.

“Hari ini kan hari libur bro!”
jawab Luki cs cengengesan.



“Eh?! Emang sekarang hari apa?”
pikir Tejo.





Tak lama Sarah pun menghampiri ke depan.




Ooh Luki dan geng..."

"Ayo masuk masuk!
seru Sarah dari dalam.



Kebetulan Doni baru saja selesai menyusu dan kini sedang terkantuk-kantuk dalam
gendongan Sarah. sahabat Tejo itu nyengir kuda lebar saat bertemu Sarah.




Ya, sama seperti Tejo mereka juga sangat memuja-muja kecantikan Sarah.
Dan di antara mereka saat sedang masuk kedalam, ada yang terlihat semakin terpana...



Saat Sarah tersenyum manis.











Luki..




***



Bersambung...
 
Part 4.b







(ilustrasi Sarah)​















"Siang Tante.
Mereka mengucap salam serempak.

“Ini Tante" ,
"Tejo dah 3 hari ga ada kabar.”

“Kirain sakit atau apa.”

Luki menjelaskan maksud kedatangannya.

Sarah tersenyum,


“Bukan Tejo yang sakit tapi Tante.”
jelasnya.

“Ooo.”
Mereka manggut-manggut bersamaan.


“Ya, dia jadi jagain dan gantiin Tante ngurusin rumah.”
"Tante kan sendirian ga ada pembantu.”

Sarah melanjutkan sambil tersenyum melirik Tejo.


Tejo yang merasa dirinya dibanggakan itu tersipu.



“Ambilin minum sana Jo buat teman-temanmu.”
ucap Sarah pada Tejo.



“Wah ga usah repot-repot Tante.”
Beni menyahut basa-basi.

“Cuman nuang aja kok."

"Di luar lagi panas-panasnya kan, pasti pada haus kan?”

jawab Sarah.



Setelah minuman dingin datang, mereka langsung menyerbunya. Obrolan pun seterusnya
berlangsung hangat. Walau Sarah ikut nimbrung, teman-teman Tejo sama sekali tak keberatan
dengan keberadaannya. Sarah memang sosok yang ramah dan supel. Hal itu sangat mempesona
mereka. Bahkan dalam beberapa kedatangan mereka sebelum ini, sudah menjadi tujuan mereka
untuk dapat bertemu Sarah. Hari ini pun tak terkecuali.

Dalam obrolan itu, Sarah menyinggung-nyinggung tentang pacar. Untuk menggoda Tejo dia
bertanya pada teman-temannya benarkah keponakannya itu belum punya pacar. Semua temannya
membenarkan sambil tertawa-tawa. Tejo tampak bersungut-sungut karna kesal dan malu.
Melihat itu, Sarah malah makin menggodanya.

Luki juga ikut menimpali,



“Tiap hari udah tinggal bareng Tante cantik" ,
"Ya gak kepikiran cari pacar tuh!”



Sarah tertawa tersanjung mendengarnya.


“Emang paling jago nggombal kamu ya Luk.”
“Ajarin dong Tejo ini.”

sahut Sarah melirik Tejo.




Obrolan pun terus berlangsung cair dengan tema ini. Dari obrolan itu Sarah baru mengetahui
ternyata Luki sudah pernah menghamili gadis seusia Sarah. Secara umur, Luki memang lebih tua
beberapa tahun dari Tejo. Harusnya kini dia sudah kerja, tapi karna bengal dan bodoh dia jadi
sering tinggal kelas dulunya. Walau surprise, Sarah menanggapinya biasa-biasa saja.

Luki menjelaskan gadis yang dihamilinya itu melakukan *********an.


Karna usia kehamilannya yang masih muda, proses *********an berjalan lancar dan tidak membahayakan.
Meski Luki mengaku menyesal namun teman-temannya mengatakan bahwa seminggu setelah diputus
oleh gadis itu, Luki sudah menggandeng pacar baru.


Sarah geleng-geleng kepala mendengarnya,



“Wajah pas-pasan gitu aja bisa jadi playboy kamu ya?”
ledeknya.


“Yee. muka boleh pas-pasan Tante" ,
"Tapi ‘perkakas’ lainnya maksimal!”

sahut Luki jumawa.




Semua tertawa mendengarnya karna paham apa yang dimaksud Luki. Sarah yang sudah
pernah melihat ‘perkakas’ milik Tejo melirik keponakannya itu sambil tersenyum penuh arti.
Tatapan mereka bertemu, Tejo tersenyum juga seperti memahami pikiran Sarah.
Ya, Sarah memang memikirkan bahwa dengan kemaluannya yang besar,
Tejo pasti bisa memuaskan pacar-pacarnya nanti.

Sungguh ganjil. Sarah yang seorang wanita dewasa dan Ibu dari 1 anak, turut serta dalam
perbincangan dengan para cowok yang menjurus. Tapi Toh, Sarah tidak merasa risih dan
tidak ambil pusing. Saat minuman habis, Tejo mengambil 1 botol air dari lemari es
untuk menambahnya.



“Ah segarnya, panas-panas gini minum minuman dingin.”
Mereka langsung menenggak gelasnya yang telah diisi lagi oleh Tejo.




“Doni kok ga minum Tante?”
celetuk Boim nakal.

“Ye maunya liat Tante nyusuin."
"Udah dari tadi udah kenyang!”

cibir Sarah.

“He he he. "

"Kalo udah kenyang trus langsung bobo ya Tante?”

kali ini Eno yang menimpali.


Sarah seperti baru sadar Doni sudah terlelap di gendongannya.


"Iya nih, wah bentar ya Tante taruh dulu di boxnya.”
Sarah mohon diri dan ngeloyor masuk kamar.

“Tapi bukannya Doni sudah mau 7 bulan ya?" ,
"Kok masih minum ASI Tante?”

tanya Luki setelah Sarah kembali duduk di tengah-tengah mereka.

“Lha memangnya kenapa Luk kalo udah mau 7 bulan?”

Sarah balik bertanya.

“Bukannya bayi harus disusui sampe 6 bulan aja Tante?”
tanya Luki lagi.

“Sok tau kamu."

"6 bulan itu wajib ASI ga boleh yang lain."


"Kalo udah lewat 6 bulan baru boleh dikasih yang lain" ,
"Tapi bukan berarti ASInya harus berhenti."

"Ya boleh-boleh saja dikasih ASI terus Luk.”

jelas Sarah.



“Oo.”
Mereka itu manggut-manggut bersamaan.



Tanpa sadar topik perbicangan mereka berganti menjadi membahas ASI.



“Memang yang paling baik itu ASI ya Tante?”
tanya Tejo.

“Ya iya kalo bayi masih usia segitu paling bagus ya ASI.”
jawab Sarah.


“Sebenarnya yang namanya mamalia itu ya alamiahnya hanya minum susu pada induknya."
"Itu sudah cukup. Seperti anak kucing ya minum susu kucing, anak anjing minum susu anjing.”

lanjut Sarah.


Tejo dan yang lainnya diam mendengarkan.


“Nah begitu juga mestinya manusia."
"Anak manusia ya minum susu Ibunya saja itu sudah cukup."


"Jadi mungkin ga perlu tuh susu sapi, susu kambing, apalagi susu kuda liar segala macam.Hihihi.”

Sarah menjelaskan sambil tertawa.


“Yah manusia itu kreatif sih Tante.”
Eno dan Beni nyeletuk.

“Iya, karna manusia kreatif jadi ga puas, cari yang lain. Hihihi.”
jawab Sarah.

“Tapi kalo udah gede masih pingin minum susu masak minum ASI terus Tante?”
tanya Boim.


“Ya kalau ada ASI kenapa nggak?"
"Kalo nggak ada juga ga masalah.”
“Karna alamiahnya memang hanya perlu air susu induknya aja.”

jelas Sarah.

“Kalau ada ASI gimana maksudnya Tante?”
Eno masih penasaran.


“Ya, maksudnya kalo anak makin dewasa produksi ASI memang akan berkurang."
"Dan normalnya, seperti binatang juga, kalo anak sudah gede ya nanti berhenti minum susu. "
"Nah, tapi kalau mau minum susu dan ada ASI kenapa nggak?"
"Ada itu kan ga harus dari Ibunya sendiri?"


"Kayak Tejo ini. "
"Dia minum susu Tante.”


Sarah menjelaskan panjang lebar, kemudian tertawa kecil melirik Tejo.




“Haah! Tejo minum susu Tante?”
Eno dan lainnya jelas surprise mendengar hal itu.





Sementara Tejo sendiri hanya diam sambil mesam-mesem.



“Wiih enak dong Tante."
"Kita-kita juga mau tuh!”

sahut Luki semangat.


Yang lainnya spontan mengangguk.

“Ha ha ha. Sayangnya udah habis ya Jo?”
Sarah spontan tertawa dan melirik Tejo.

Tejo mengangguk nyengir sambil mengangkat gelasnya yang telah kosong.


“Hah, sudah habis gimana?”
tanya Boim.

“Iya, yang diminum Tejo itu gelas terakhir."
"Tante belum perah lagi.”

jawab Sarah sambil tertawa kecil.


“Besok kesini lagi, nanti Tante perahin spesial buat kalian.”
kerlingnya.




Kelima orang itu pun mulai blingsatan dan mupeng. Sarah tersenyum tebar pesona.
Lagi-lagi naluri eksibisionisnya muncul. Dan melihat teman-teman Tejo mulai mupeng
sungguh menyenangkan hatinya.




“Oh, jadi yang di gelas Tejo itu air susu Tante?”
tanya Beni seperti masih tak percaya.


“Kalo yang diperah habis, tapi yang di pabriknya masih banyak kan Tante?”
timpal Luki yang paling berani kalau soal menjurus-menjurus begitu.


“Iya, apa kita ga ngambil jatah Doni Tante?”
celetuk lugu Yadi yang dari tadi hanya diam.




Tejo diam mengamati bagaimana reaksi Tantenya tiap teman-temannya bertanya.



“Maksudnya yang di dalam buah dada Tante?"
"Ya melimpah dong" ,

"Tante kan masih dalam periode menyusui.”

jawab Sarah enteng.


Mendengar kata-kata ‘buah dada’ dari mulut Sarah membuat Luki cs makin berdebar dan terobsesi.




“Kalau masih dalam periode menyusui memang produksi ASI bisa ga terbatas."
"Gak tegantung jumlah anak."

"Meski anak Tante cuma 1, asal disedot terus buah dada Tante bisa tetap mengeluarkan ASI.”

Sarah menerangkan lebih lanjut.


“Nah itu Tante, kenapa harus diperah. "
"Kita sedot aja langsung dari sumbernya!”

sahut Luki mesum.




Kali ini Tejo benar-benar kaget. Begitu juga dengan temannya yang lain. Sungguh mereka tidak menyangka
Luki akan berbicara senekat dan sevulgar itu pada Sarah. Tejo yang paling khawatir Tantenya akan marah
dan mendamprat Luki karna kurang ajar. Tapi ternyata bukannya marah,

Sarah malah tertawa melihat wajah Luki yang kelihatan ‘ngarep’ banget itu.




“Idiih, jadi bayi gede dong!”
sahut Sarah geli.

“Ya bukan dong Tante."
"Kan tadi Tante sendiri yang bilang"
,

"Kalo udah gede mau minum ASI kenapa nggak?”
timpal Luki.



“Iya kalo minum dari gelas!"
"Tapi kalo nenen langsung ke Tante itu bayi gede namanya!”

cibir Sarah.

“He he he.”
Luki hanya cengengesan saja mendengarkan Sarah.



Dirinya makin yakin Tante Tejo itu hanya main tarik ulur saja. Kalau Sarah tersinggung dan menolak
semestinya sejak awal sudah menolak atau bahkan memarahi Luki. Tapi yang terjadi tidak demikian.
Luki pun makin nekat. Diliriknya teman-temannya termasuk Tejo.


Mereka ternyata hanya diam mengkeret. Ya, mereka terutama Tejo tentu saja berdebar-debar hebat.
Harap-harap cemas. Tejo sendiri di satu sisi ingin mendamprat kekurangajaran Luki pada Tantenya,
tapi di sisi lain dia juga berharap Luki menyelesaikan ‘misinya’ yang mewakili harapan dari mereka semua.




“Jadi. Gimana Tante?”




Walau nekat agak ngeper juga Luki di hadapan Sarah yang tampak superior. Tapi ternyata dilihatnya
muka Sarah mulai memerah. Entah karena malu atau mulai terangsang, tapi yang jelas tidak terlihat marah.




“Udah ah Luk. Jangan macem-macem!"
"Kamu bikin teman-temanmu malu tau gak tuh?”

ujar Sarah sambil melirik yang lain.


“Ah temen-temen juga mau kok Tante. "
"Kita penasaran aja rasanya gimana."
"Iya nggak?"

"Gimana sih kalian jangan malu-malu gitu sama Tante Sarah.”

jawab Luki memprovokasi teman-temannya.




Mereka spontan mengangguk pelan. Tejo dan Sarah saling bertatapan, Sarah seakan-akan
minta persetujuan Tejo, sementara Tejo sendiri menatap Sarah dengan tatapan sayu.
Sarah tidak mengerti apa maksud tatapan tejo.



“Luk...dengan Tejo aja Tante khawatir."
"Apalagi sama kamu Luk!"

"Dan juga barusan ketahuan ternyata kamu sendiri udah pernah menghamili perempuan!”

Sarah mencoba bersikap tegas supaya tak terlihat salah tingkah.



“Nah, kemarin juga kamu ketahuan bawa-bawa film porno."
"Kamu yang lebih tua mestinya bisa jadi contoh yang baik dong?”

lanjutnya.

“Tapi Tante. Walaupun kemarin aku yang bawa tapi sebenernya itu permintaan temen-temen semua.”
jawab Luki membela diri.


“Iya, Tante juga ga mau ngungkit-ungkit itu lagi" ,
"Tapi intinya Tante Cuma mau bilang, kalian semua udah dewasa, udah punya nafsu."


"Ini bukan cuma masalah minum susu aja."
"Kalau Tante sampe kasih payudara Tante buat kalian hisap" ,
"Salah-salah kalian malah lepas kontrol dan mencabuli Tante!”

sahut Sarah.

“Yaa. Nggak bakalan dong Tante!"
"Kita nggak mungkin berani, kan ada Tejo juga di sini.."

"Kita juga takut masuk penjara."
"Gak kebayang deh Tante!

Luki mencoba meyakinkan.


“Menyusu sama wanita secantik Tante udah pasti membuat jiwa laki-laki kami bergolak" ,
"Tante juga maklum kan?"


"Tapi kami janji ga bakal macem-macem selain minum susu Tante aja.”

Luki terus membujuk Sarah. Nada bicaranya mulai terdengar ngenes.



Sarah mulai bimbang. Dan lagi Luki kemudian memprovokasi teman-temannya untuk ikut berjanji.
Tejo juga ikut-ikutan memintanya. Dia sudah membuktikan dirinya yang kemarin tidak berbuat
kurang ajar terhadapnya. Intinya Luki terus meyakinkan bahwa ini keinginan mereka semua
dan mereka terus berjanji bahwa mereka tidak akan berbuat tidak senonoh pada dirinya.

Lama kelamaan akhirnya Sarah pun mulai luluh.




“Duh kok jadi inget fantasi Gangbang kemarin ya?”
“Ughh.. kenapa jadi tertantang gini deh.”
“Nakal Sarah!! Kamu nakal!!”

batinnya





“Ya udah deh kalo ini memang keinginan kalian semua" ,
"Tante akan kasih."


"Tante gak mau dibilang pelit, tapi Tante harus yakin juga dengan kalian."
"Tante ga ingin terjadi apa-apa karena memang resikonya besar memberikan buah dada Tante buat kalian. "



"Ngerti ya?”

ucapnya lembut.


Kelima orang itu serempak mengangguk senang.



“Kamu juga Jo."
"Sekarang Tante kasih yang lebih buat kamu di hadapan temen-temen kamu."


"Tante selama ini percaya dan ga pernah kecewa sama kamu.”

Secara khusus Sarah mewanti-wanti Tejo.


“Nah, kamu ga bakal mengkhianati kepercayaan Tante dan Oom kamu kan?”
lanjutnya sambil mengelus rambut Tejo.

“Iya Tante, Tejo janji.”
jawab Tejo lirih.



“Nah sekarang..”




Tiba-tiba Sarah bangkit dari duduknya dan beralih hendak duduk di tengah-tengah para laki-laki itu.
Tepatnya di antara Luki dan Beni. Di sebelah Beni ada Boim dan Eno. Sementara Tejo dan Yadi duduk
di kursi yang terpisah. Luki dan Beni jelas berdebar makin kencang saat Sarah tiba-tiba duduk menyela
di antara mereka. Beni spontan bergeser memberi ruang pada Sarah. Wangi parfum Sarah yang
tidak terlalu tajam makin membuat jantungnya blingsatan.

Kerongkongannya mengering sehingga tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.
Sarah tersenyum meliriknya dan kemudian beralih ke Luki.




“Luki, kamu yang minta pertama jadi kamu yang memulai."
"Tante mau kamu kasih contoh buat temen-temen kamu. Ok?”

ucapnya lembut.


Luki mengangguk-angguk cepat,


“I.. Iya Tante!”
jawabnya terbata.




Sarah kemudian memandangi mereka satu-persatu. Dirinya tersenyum melihat muka-muka
mereka yang ngenes penuh harap. Sarah sendiri sebenarnya sangat merasa grogi.
Sekali lagi, naluri ekshibisionisnya akan terlampiaskan 1 level lebih tinggi dari yang sudah-sudah.
Tangannya gemetar mulai melolosi kancing bajunya satu persatu. Melihat tangan sarah yang gemetar,

Luki berinisiatif membantunya. Sarah tidak menolak, justru dihadiahinya Luki dengan senyum manis.




“Udah Luk, ga usah dibuka semua!”
ujarnya mencegah Luki melolosi semua kancing bajunya.


Namun Luki tidak menggubrisnya.


“Dibuka semua aja Tante biar lega.”
sahutnya.




Sarah menghela napas namun tidak mencegahnya lebih jauh. Saat semua kancingnya telah terbuka,
Sarah menyingkap sebelah payudaranya hingga terlihat penuh. Dirinya memang tidak mengenakan
bra sehingga tak ada penghalang lagi antara mata para laki-laki itu dengan kulit payudaranya yang
putih mulus. Mereka seketika terkesiap melihat pemandangan yang mereka idam-idamkan selama ini.


Dada mereka seakan mau pecah seiring dengan makin kencangnya debaran dalam jantungnya.
Dengan berani Luki menyingkap payudaranya yang sebelah lagi hingga kedua buah dada
Sarah kini terpampang jelas di hadapan mereka. Tejo dan teman-temannya serasa ingin bersorak
menyanjung Luki atas inisiatifnya yang berani itu.



Aah Luki!!!”



Protes sarah manja. Namun dirinya tidak menutupkan bajunya kembali melainkan hanya
menyilangkan tangannya di dada. Bagi mereka, gerakan itu justru terlihat sangat seksi dan menggairahkan.


Luki pun merasa gemas dengan tingkah Sarah.



“Tante telanjang dada saja, biar lega."
"Kami kan berenam, masak hanya mau disuguhi 1 buah dada?”

ucapnya nakal.


Gemas melihat Luki yang makin berani, Sarah mencubitnya cukup keras hingga Luki meringis
kesakitan. Tejo dan temannya yang lain terkekeh melihat adegan itu.


“Rasain lu.”
ledek Boim dan Eno.



Walaupun begitu Sarah toh tetap melepas juga bajunya. Memang hawanya terasa menjadi
sumpek dan gerah dengan dirinya yang dikelilingi 6 laki-laki seperti itu. Dunia seakan berhenti
bagi mereka saat Sarah membuka bajunya.

Andai ada remote control ajaib, ingin rasanya menekan tombol slow motion untuk adegan itu.




“Nah, satu-satu ya antri yang tertib.”
kerling Sarah.


“Kalian duduk di kursi lain ya biar Tante lega."
"Gerah kan kalo berdempetan gini?”


Lanjutnya mengomando Beni, Boim, dan Eno di sebelahnya.


“Ba. Baik Tante.”
jawab mereka serempak dengan muka memerah.



Mereka pun segera beranjak, meninggalkan Sarah dan Luki duduk berdua di sofa panjang itu.
Luki tidak mau buang waktu lagi, tangannya meraih payudara Sarah dan mengangkatnya.
Dalam sekejap mulutnya hinggap di puting susu Sarah dan menyedotnya dengan rakus bagai
orang di padang pasir yang menemukan oase. Sarah spontan melenguh saking kuatnya
Luki menghisap putingnya yang sensitif itu.



Aahhh Luk. pelan aja!!!”
ringis Sarah.



Lenguhan itu terdengar begitu seksi di telinga Luki. Hisapannya justru menjadi makin kuat,
kedua tangannya merangkul tubuh Sarah seakan takut Sarah akan melepaskan diri darinya.
Didorongnya punggung Sarah hingga tubuhnya makin merapat padanya.
Sarah memejamkan mata dan menggigit bibirnya.

Dia mencoba menguasai dirinya yang juga bergejolak seiring dengan dirasakannya air susunya
mengalir deras berpindah dari dalam buah dadanya ke mulut Luki. Tidak lama Sarah berhasil
menguasai dirinya. Jantungnya mulai berdetak normal, nafasnya tak lagi memburu.


Begitu juga dengan Luki yang mulai memperlambat hisapannya namun tetap stabil.
Luki mengelus lembut punggung Sarah yang mulus. Belum pernah dirasakan oleh
tangannya kulit selembut kulit Sarah. Elusan itu membuat Sarah makin rileks sehingga
Sarah sama sekali tidak memprotesnya. Dirinya pun melakukan hal yang sama pada punggung Luki.

Tejo dan temannya yang lain terdiam takjub menyaksikan pemandangan itu. Temannya yang paling
senior itu kini telah nyaris sempurna menjamah tubuh wanita yang selama ini mereka puja. Tante Sarah yang jelita.
Tak sabar mereka menunggu gilirannya masing-masing. Waktu terasa berjalan sangat lambat bagi mereka.
Tejo lah yang perasaannya paling campur aduk di antara mereka. Ada semacam rasa cemburu pada Luki.


Perasaannya tak menentu memandang ekspresi wajah Sarah yang sayu. Sesekali Tantenya itu
memandang ke arah mereka, menatap Tejo dan yang lainnya sambil tersenyum manis.
Perasaan tejo menjadi makin tak karuan sementara teman-temannya yang lain malah
makin mupeng. Sarah sendiri merasa sangat senang dengan hal itu. Dirinya benar-benar
puas bertelanjang dada ria di hadapan mereka. Terlebih membiarkan Luki menghisap
payudaranya dan yang lain mupeng menunggu giliran benar-benar membuat dirinya melambung.

Inilah hakikat diriku yang sebenarnya, seorang eksibisionis. gumamnya dalam hati.

Hisapan Luki pun makin mengendur. Dia sudah merasa kenyang tapi enggan meninggalkan
payudara Sarah. Hisapannya mulai putus-putus. Kadang dia melepaskan hisapannya dan
memandang puting nan indah itu sebelum kemudian melumatnya lagi.

Sarah menyadari hal itu. Mulut Luki masih mengatup di putingnya tapi tidak benar-benar
menghisapnya. Dirinya pun mendorong Luki menjauh.




“Udah Luk."
"Gantian sama yang lain.”

ucapnya pelan.


Luki hanya menatap nanar seperti tidak terima. Sarah pun tersenyum, dicubitnya hidung Luki gemas,



“Hayo kontrol diri."
"Ingat janji kamu."
"Tante senang kamu memberi contoh buat teman-teman kamu.”



Luki pun takluk. Dirinya beringsut memberi kesempatan pada temannya yang lain.
Tejo tak membuang kesempatan.



“Tejo dulu Tante.”
pintanya.



Sarah tersenyum padanya, dia tahu keponakannya itu tentu yang paling tidak sabar.
Bahkan semestinya tadi Tejo mendapat giliran pertama. Tapi Sarah ternyata berniat
membuatnya penasaran lebih jauh,



“Kamu terakhir aja ya Jo?”
ucapnya lembut.


Spontan Tejo kecewa mendengarnya.


“Kamu kan di sini sama Tante, teman-temanmu kan nanti harus pulang Jo.”
lanjut Sarah mencoba memberi pengertian.





Walau kesal, Tejo tak membantah. Sarah kemudian menarik satu teman Tejo karna semuanya
berlagak malu-malu. Tak satupun yang berani mengajukan diri. Eno yang beruntung mendapat
giliran kedua....


“Kamu siapa?”
tanya Sarah lembut.

“Eno Tante.”

“Nah Eno. Tadi Tante kelamaan kasih Luki" ,
"Mulai kamu gilirannya 2 menit-2 menit saja yah?”

ucap Sarah sambil tersenyum dan menatap yang lain.



Luki meringis malu, sementara yang lain mengangguk-angguk pelan tanpa menjawab.
Sarah kembali beralih pada Eno yang sudah tidak sabar. Diraihnya kepala Eno, dibelainya
lembut dan diarahkan pada payudaranya. Eno mulai dengan pelan. Tidak seperti Luki yang
menyedot seperti kesetanan sebelumnya. Eno menghisap dengan agak ragu, dirinya
agak terkejut ketika air susu Sarah berhasil dihisapnya dan dirasakan di mulutnya.

Eno pun membiasakan diri dengan hal itu, kemudian mulai menghisap dengan lancar.


Kali ini Sarah menyandarkan tubuhnya di sofa sehingga Eno tak bisa memeluknya seperti
Luki tadi. Sebagai gantinya tangan Eno meraih payudara Sarah yang satunya dan membelai-belainya.
Sarah merasa hal itu di luar batas, tapi dibiarkannya Eno sejenak. Baru saat Eno mulai meremas-remasnya,
Sarah dengan tegas menghentikannya.


"Eno kalau kamu mau hisap yang satunya ga usah diremas-remas gitu.”
ujar Sarah tegas.



Eno pun meringis malu. Tapi tanpa membuang waktu dia segera melanjutkan dengan
berpindah payudara. Tangannya masih meremas-remas pelan tapi pada payudara yang
sama sehingga seakan membantu dalam memperlancar aliran air susu Sarah masuk ke mulutnya.


Sarah pun membiarkannya. Dibelainya kepala Eno supaya dia merasa rileks dan tak terburu-buru.
Namun Sarah tetap tegas pada aturan 2 menit. Saat waktunya tiba, dia segera mendorong Eno supaya berhenti.



“Udah No. Gantian.”
kerlingnya manis.


Eno meringis, sungguh 2 menit serasa bagai 2 detik baginya. Tapi tentu dia tak berani
meminta lebih. Dengan berat hati dia mundur mempersilahkan yang lain.

Berbeda dengan sebelumnya, kini Beni, Yadi, dan Boim berebut untuk mendapat giliran
selanjutnya. Sarah tertawa melihat tingkah mereka yang sudah tidak malu-malu lagi.
Dia pun merasa bahwa dirinyalah yang harus menentukan siapa selanjutnya.
Diraihnya tangan Boim dan ditarik mendekat.


Boim yang merasa terpilih mesam-mesem kegeeran,



“Yesss.”
pekiknya girang.

“Kamu siapa namanya?”
tanya Sarah lembut begitu Boim duduk di sampingnya.


Bo. Boim Tante...”
jawab Boim gagap karena grogi.

Sarah tertawa,


“Ga usah grogi begitu, ayo dimulai, 2 menit yaah?”
kerlingnya memberi isyarat pada Boim untuk memulai.




Tanpa menjawab lagi Boim langsung memeluk tubuh Sarah menciumi kedua buah dadanya
dengan rakus. Dikecupinya seluruh permukaan kulit buah dada Sarah dengan cepat secara
bergantian. Agaknya dia dari tadi sudah sangat gemas dengan buah dada Sarah sehingga lupa diri.

Sarah spontan tertawa dengan perilaku Boim itu...



“Aduh Boim. Boim! Stop!”
ujar Sarah di sela tawanya,



Didorongnya kepala Boim menjauh dari buah dadanya. Boim yang sadar dirinya
melanggar aturan seketika mengkeret. Buah dada Sarah yang ranum dengan kulitnya
yang mulus dan seputih salju begitu menggodanya sehingga lupa diri.

Tapi Sarah tidak marah.



“Kamu mau minum susu atau mencabuli Tante hayoo?"
"Belum-belum sudah lupa diri ya!”

dengan gemas Sarah mencubit pipi Boim.


Tentu cubitannya sama sekali tidak sakit. Boim meringis.


“Mau minum susu Tante.”
jawabnya lirih.


“Nah kalo mau minum susu yang tertib dong!"
"Kalo ga bisa tertib Tante batalin acara minum susunya sampai di sini!”

ujar Sarah tegas.

“Waduh. Jangan dong Tante!”
Beni dan Yadi serempak nyeletuk dengan wajah memelas.



Boim sendiri malah terdiam merasa bersalah.



“Pokoknya kalo ada salah satu aja dari kalian yang menunjukkan sikap ga bisa kontrol diri" ,
"Tante batalin acara minum susunya buat kalian semua!”




Merasa di atas angin Sarah pura-pura mengancam untuk mempermainkan perasaan mereka.
Semua pun terlihat merengut kesal pada Boim. Sarah tertawa melihatnya.




“Sudah. Sudah. Tante maklum kok.”
ucap Sarah sambil mengelus kepala Boim.

“Tante kasih kesempatan lagi" ,
"Tapi sebagai hukumannya jatah kamu Tante potong ya?"


"Semenit aja buat kamu!”

ujar Sarah memberi sanksi.


Boim tersenyum kecut mendengarnya. Teman-temannya tertawa,


“Rasain lu!”
ledek mereka.




Setelah itu Boim menyusu tanpa banyak tingkah pada Sarah. Bahkan sekedar mengelus kulit
Sarah pun dia tidak berani. Semenit berlalu terasa begitu cepat. Setelah itu Sarah memberi giliran
pada Yadi dan terakhir Beni. Dia selalu menanyakan nama masing-masing dari mereka dan berniat
menghafalnya. Sebelumnya memang hanya Luki yang dia ingat. Baik Yadi dan Beni yang menyusu
kemudian tidak ada yang berani macam-macam lagi.

Semua benar-benar murni hanya menyusu dari payudara Sarah tanpa embel-embel kenakalan yang lain.

Malang nian Tejo yang sudah menunggu sedari awal. Ketika gilirannya tiba, Doni terbangun
dan menangis sejadi-jadinya. Wajah Tejo langsung manyun menunjukkan rasa kecewa yang dalam.
Gilirannya bakal tertunda lagi. Terlebih Sarah malah menyuruh dirinya untuk mengecek Doni
dan menanganinya. Baru kali ini rasanya Tejo berberat hati dalam melaksanakan permintaan Tantenya.

Tapi karena senyum Tantenya yang begitu maut, hatinya luluh juga.


Tejo beranjak ke kamar untuk mengecek keadaan Doni. Terang saja Doni menangis keras,
ternyata bayi Sarah itu buang air besar di dalam popoknya. Dengan cekatan Tejo
menanganinya, dari menceboki, mencuci dan mengganti popok, dan membedakinya.
Seperti babysitter profesional saja Tejo itu. Dia memang terbiasa melihat dan membantu
Tantenya saat mengurusi Doni.


Setelah semua selesai, Tejo menimang-nimang Doni sebentar dalam gendongannya.
Berharap dia akan segera tidur lagi. Sayang harapannya tak terkabul, Doni tak kunjung
terlelap. Dia bahkan rewel tak mau lepas dari gendongan Tejo. Saat Tejo hendak
menaruhnya kembali ke dalam box, dia rewel dan nyaris menangis kembali.

Terpaksa Tejo pun menggendongnya kembali. Tejo menghela nafas. Pupus sudah
harapannya untuk mencicipi payudara Tantenya siang ini. Dengan Doni di gendongannya,
Tejo melangkah keluar kamar.





Sungguh ngenes Tejo melihat apa yang dijumpainya sekembali ke ruang tengah.








***







Saat Tejo sedang mengecek Doni




"Aah Tante aku gak tahan, boleh coli gak Tante?"
tanya Eno


"Idih! Tuh kan pada terangsang gara-gara ini" ,
"Yaudah sana di kamar mandi!"

Sarah merujuk.




Yadi, Eno, Boim, dan Beni pun langsung bergegas ke kamar mandi untuk mengeluarkan
sesuatu yang membuat kemaluan mereka cenat-cenut.




"Kamu kok gak ikutan Luk?"
"Enggak Tante."

jawabnya.


Sarah terheran, pasti dia ada maunya lagi nih. Dasar muka mesum.


"Tante.."
panggil Luki



"Apa? Mau nyusu lagi?"
entah apa yang membuat Sarah langsung berkata demikian.




"Hehehe" jawab Luki terkekeh.




Sebenarnya dari semua yang tadi mengisap payudara Sarah, kalau boleh jujur
Sarah sedikit terbuai dengan Luki. Apa yang Luki lakukan sedikit menggeilitik birahinya.
Dan saat ini Sarah pun tahu kalau dia memberikan kesempatan lagi kepada Luki, sama saja
dengan memberikan pertanda kalau Luki boleh melakukan Lebih.





"Memang nakal aku ini!!”
“Gapapalah kali ini aja godain pria mesum kayak gini."

batin Sarah.





"Yaudah, tapi peraturannya tetep sama ya Luk!"
ucap Sarah


"Asikkk"




Luki kegirangan, ya sejak pertama kali Luki bertemu dengan Sarah, sebagai seseorang
yang juga berpengalaman Luki tahu kalau Tante Sarah ini memiliki birahi cukup besar,
dengan seringnya dia melihat kedekatan Sarah dengan Anton pun, setiap kali dia main kerumah ini.
Luki tahu pasti dia juga bisa mendekati lebih Tante Sarah.




"Saat ini nikmatin ini dulu aja, nanti aku pasti bisa mendapatkan lebih darimu Tante Sarah!"
batin Sarah.






***






Yadi, Eno, Boim, dan Beni tak ada di tempat, sementara Luki sibuk mengenyot buah dada Tantenya lagi.
Luki memeluk erat Sarah dengan rapat, kedua tangannya terlihat bergerilya mengelus-elus punggung
dan pinggul Sarah, sementara tangan Sarah membelai-belai kepalanya. Agaknya setelah semua mendapat giliran,
antrian kembali ke Luki lagi.


Entah Luki yang memintanya kembali atau Tantenya itu yang memberinya kesempatan ulang.
Yang jelas di mata Tejo, Luki sama sekali tidak terlihat seperti sedang menyusu melainkan lebih s
eperti sedang bercumbu. Mulut Luki melumat-lumat puting mungil Sarah dengan rakus
hingga payudara Sarah tertarik kencang. Keduanya terpejam tidak menyadari kehadiran Tejo.


Perasaan Tejo begitu campur aduk menyaksikan wajah Tantenya yang ayu itu merah padam
dan begitu sayu dengan mata terpejam tampak sangat meresapi sekali kenikmatan yang diberikan
Luki dengan mencumbu buah dadanya. Saat tangan Luki beralih meremas-remas buah dadanya
yang satu lagi barulah Sarah merasa terusik dan menghentikan kegiatan Luki.




“Luki. Luk. Stop stop. Udah..!”
hardiknya tegas.




Luki segera berhenti sambil cengengesan tanpa merasa bersalah. Terlihat air susu Sarah
mengalir keluar dari sela bibirnya. Luki mengusapnya hingga bersih.



“Kamu itu dikasih hati minta jantung ya?”
ujar Sarah ketus.


Tejo berdehem hingga Sarah dan Luki menyadari kehadirannya. Luki hanya mesam mesem mesum sementara
Tantenya kelihatan salah tingkah.



“Kok lama Jo? Doni buang air ya?”
tanyanya Sarah.


“Yang lain kemana Tante?”
Tejo tidak menjawab malah balik bertanya.

“Yang lain pada coli tuh di kamar mandi!”
celetuk Luki vulgar.


Sarah mencubitnya gemas,


“Kamu juga coli sana!”
ujarnya.


Luki meringis namun tidak juga beranjak meski adik kecilnya sudah cenat cenut sejak tadi.


“Udah, ga ada lagi acara sama buah dada Tante lagi hari ini."
"Ini udah tinggal buat Tejo aja!”

ucap Sarah lagi sambil melirik Tejo.


“Duh yang keponakan tersayang."
"Beruntung banget kamu Jo punya Tante seksi begini!”

ucap Luki nakal.





Sarah bersiap mencubitnya lagi, tapi Luki keburu bangkit menghindar.
Dia pun beranjak ke kamar mandi sambil masih cengengesan.

Tinggalah Tejo dan Sarah sendiri di ruang tengah. Keduanya saling curi-curi pandang canggung.
Tak satupun yang memulai bicara. Mustinya kali ini Tejo mendapat giliran menyusu namun
hal itu tidak memungkinkan dengan keberadaan Doni. Tak lama kemudian Beni Boim, Eno dan Yadi
kembali di tengah-tengah mereka. Sulit melukiskan apa yang terpancar dari wajah mereka.

Yang jelas mereka baru saja mendapatkan pengalaman istimewa yang tak terlupakan.
Sarah tersenyum manis menatapi mereka satu persatu.




“Sudah?”
tanyanya lembut sambil tersenyum menggoda.

“Sudah Tante.”
jawab mereka serempak.

“Disiram bersih kan?”
kerling Sarah.

“Iya pasti Tante”
sahut mereka meyakinkan.



Tak lama kemudian Luki kembali dengan masih cengar cengir.
Sarah gemas sekali melihatnya.




"Kalo yang satu ini sih ga tau malu, muka mesum abis."
pikirnya gemas.

“Kalian ga akan bilang siapa-siapa kan tentang pengalaman hari ini?”
tanya Sarah kepada semua.


Kelima orang itu mengiyakan serempak. Sarah tersenyum percaya.


“Bagus, memang udah gak tidak lazim cowok-cowok seusia kalian masih mau minum ASI."
"Kalo orang tahu pasti akan menganggap kalian mencabuli Tante.”
"Lagian emang bener kan kalian pada terangsang dengan buah dada Tante?”

ucap Sarah panjang lebar.


Semua terdiam manggut manggut mendengarnya.


“Hal itu tak terelakkan”
“Tante maklum dan nggak marah.”

lanjut Sarah.


“Kalau kalian bisa kontrol diri seperti tadi" ,
"Besok-besok kalau kalian mau lagi Tante nggak keberatan.”

kerlingnya.




Mereka jelas girang mendengarnya. Mereka masih saja terpesona dengan keayuan
Sarah yang saat itu sama sekali tidak merasa perlu mengenakan pakaiannya kembali.
Walau ‘beban muatan’ mereka sudah dibuang, tetap saja payudara Sarah yang
menggantung indah itu menyilaukan mata mereka. Sarah tersenyum menyadari hal itu.
Justru karena itulah dia tidak ambil pusing untuk buru-buru mengenakan pakaiannya.
Dia juga masih menikmati kegiatan eksibisionisnya itu.



“Udah sana kalian segera pulang!"
"Sudah hampir sore loh!”

ujar Sarah membuyarkan fantasi mereka.

“Iya Tante. Kami sudah harus pulang.”
jawab mereka.

“Bilang apa sama Tante?”
goda Sarah.


“Te. Terima kasih Tante!”
sahut mereka tergagap karena malu lupa mengucap itu sebelumnya.


Sarah tertawa kecil sambil geleng-geleng kepala.


Dasar!.”
gumamnya.




Dia dan Tejo melepas kepulangan mereka dari teras rumah. Sungguh berani Sarah yang
masih telanjang dada itu keluar hingga ke teras. Padahal halamannya sama sekali tidak luas.
Posisinya begitu dekat dengan jalan, pun pagar rumahnya juga tidak tinggi atau rapat.
Jika ada orang lewat dengan jelas dia dapat melirik ketelanjangan Sarah.

Teman-teman Tejo pamit dengan menyalami dan mencium tangan Sarah seperti biasa.



“Pamit Tante.”
“Makasih Tante.”

ucap mereka.



Sarah menyalami mereka dengan tidak konsentrasi. Dirinya berdebar mengamati jalan,
takut-takut ada orang lewat dan melihatnya. Ya, hal ini adalah bagian dari pelampiasan
eksibisionisnya. Sementara Tejo sendiri terdiam dengan perasaan menggantung.

Sarah agak kecewa jalanan begitu sepi siang itu tanpa ada yang lewat walau seekor kucing pun.
Padahal kalaupun ada yang lewat tentu Sarah akan merunduk ngumpet atau malah lari masuk
ke dalam rumah. Tapi, yah itu adalah bagian dari sensasi eksibisionisme yang bisa memberinya
kepuasan lebih.



“Ee. Jo..”
g
umamnya lirih setelah tinggal mereka berdua.


“Ya Tante?”
jawab Tejo.

“Belikan Tante jagung dong?”
pinta Sarah mengerling.


Muka Tejo langsung memerah mendengarnya.



“Bb. Baik Tante.





***





MALAMNYA





Tejo berjalan mondar mandir di depan pintu kamar Sarah. Hatinya bimbang, sudah hampir setengah
jam dia mondar-mandir di situ tanpa mengetuk pintu. Tejo menghela napas. Akhirnya dia menghempaskan
diri di kursi. Sambil celingak celinguk dia mengeluarkan batang penisnya dari celana kolor yang dipakainya.
Batang itu telah mengeras sejak tadi. Dielus dan diurutnya pelan kejantanannya itu. Tejo tak tahu ukuran
normal kejantanan pria pada umumnya. Dikiranya batangnya itu normal-normal saja.

Padahal sebenarnya ukurannya bisa dibilang super. Sarah pun menganggapnya begitu.
Kalau saja Tejo tahu, tentu dirinya akan bangga dan percaya diri sekali dibuatnya.



Tejo terus mengurut kejantanannya itu namun tidak kebablasan menjadi onani. Batangnya itu
begitu merindukan sentuhan dan kenikmatan. Sejak kepulangan teman-temannya menjelang
sore tadi, Tantenya langsung pergi mandi dengan membawa jagung yang dibelikannya.
Hati Tejo galau sekali saat itu.


Setelah mandi yang sangat lama Sarah mengambil alih Doni darinya. Dia pun harus memulai mengerjakan
kebersihan rumah yang merupakan tugasnya. Sepanjang sore mereka pun sibuk dengan tugasnya
masing-masing. Setelah senja menyingsing, Sarah kemudian sibuk di dapur menyiapkan makan malam,
dan Tejo disuruhnya belajar lagi di kamar. Memang tadi siang teman-temannya menyampaikan ada tugas-tugas
yang harus Tejo kerjakan. Sarah mengatakan bahwa besok Tejo sudah harus beraktifitas lagi.
Jadi semua tugas-tugasnya harus diselesaikan.



Saat Tejo tengah mengerjakan tugas-tugasnya, Sarah masuk ke kamarnya dan berdiri di belakangnya.
Tangan Sarah memijit-mijit pundaknya dari belakang dan terkadang membelai lembut kepala Tejo.
Sarah menanyakan apakah dia mengalami kesulitan dalam mengerjakannya.
Tejo mengatakan sejujurnya bahwa dia sulit konsentrasi.



Sarah tersenyum mendengarnya. Dibelai-belainya terus kepala Tejo dengan penuh perasaan sayang
seperti Ibu kepada anaknya.


Seperti biasa Sarah memberikan wejangan-wejangan berkaitan kepadanya. Sarah meminta Tejo
supaya tetap fokus dan tidak terbebani dengan pikiran-pikiran negatif. Sarah tidak meminta Tejo
melupakan peristiwa tadi siang.



Sarah bahkan meyakinkan bahwa dia tidak lupa terhadapnya dan jatahnya pasti akan diberikannya.
Tapi Sarah kemudian meminta Tejo bisa mengontrol perasaan dan membagi waktu. Bahwa saat itu Tejo
musti konsentrasi dulu terhadap kewajibannya.



Sarah kemudian membawakan Tejo makan malam yang masih mengepul hangat. Keramahan Sarah
itu membuat perasaan Tejo sedikit rileks. Dia-diam hatinya tidak tega juga jika terus memikirkan hal-hal
yang kotor mengenai Tantenya itu.



Akan tetapi dasar binal, sebelum meninggalkan Tejo, Sarah malah berbisik,



“Tejo, kalo udah selesai.."
"Tante tunggu di kamar.”




Tejo terkesiap mendengarnya. Perasaannya mulai melambung lagi.
Tapi dia pun kemudian bertekad konsentrasi penuh menyelesaikan tugas-nya
demi memenuhi permintaan Tantenya,.



Sampailah kini Tejo dalam posisinya yang sekarang. Duduk di luar kamar Sarah sambil mengelus penisnya
yang terus menegang. Walau tadi dia sudah begitu tak sabar, kini dia malah grogi dan takut untuk mengetuk
pintu kamar Tantenya itu. Akhirnya, Tejo meyakinkan diri bahwa Tantenya pun sedang menunggunya di dalam kamar.
Dia mengumpulkan keberanian dan beranjak. Diketuknya pintu kamar Sarah pelan.





“Tt..Tante?”
panggilnya tercekat.

“Masuk Jo.”
sahut Sarah dari dalam.






Tejo pun membuka pintu kamar Sarah dan melangkah masuk. Dia terkesiap melihat Sarah sudah dalam keadaan
telanjang dada duduk di atas ranjang. Dari pusar hingga kakinya tertutup selimut sehingga memunculkan kesan
Sarah sudah telanjang bulat di balik selimut itu. Jantung Tejo berdebar keras melihat pemandangan itu.
Sarah mengerling dan tersenyum manis padanya.




“Sini Jo.”
panggilnya.



Dengan berbinar Tejo duduk di atas ranjang menghadap Tantenya.



“Udah selesai tugasnya?”
tanya Sarah lembut.



Tejo menjawabnya dengan anggukan. Sarah meraih kedua tangan Tejo dan diletakkan di atas dadanya.







“Kok masih aja grogi-grogi begitu sama Tante?”
goda Sarah.


Tejo jelas gelagepan, tapi tak urung diremasnya juga kedua buah dada Sarah dengan gemas.
Sarah melenguh pelan. Dibelainya pipi Tejo dengan lembut.



“Kamu minum susu dulu ya sebelum tidur?"


Tejo mengangguk.


"Tapi janji nanti langsung tidur" ,
"Besok kamu musti beraktifitas lagi loh.”
ucapnya.



“Iya Tante.”
Tejo mengiyakan.




Perlahan kepalanya didekatkan ke dada Sarah. Puting Sarah yang mungil itu mengacung menantang.
Dengan gemas Tejo mencaploknya dan mulai menyedot. Saking gemasnya Tejo tak mau tahu masalah
peraturan tadi siang. Dia menyedot buah dada Sarah sambil meremas-remas sejadi-jadinya.
Sarah menggelinjang-gelinjang tapi sama sekali tidak memprotesnya. Tejo juga memeluk tubuh
Sarah dengan erat. Tangannya mulai mengelus seluruh punggung hingga pinggul Sarah.
Rasanya tangannya tak ingin lepas dari kulit Sarah yang halus itu.


Bahkan baru sebentar saja Tejo sudah menghentikan sedotannya. Hanya sedikit air susu Sarah
yang diminumnya dia merasa sudah kenyang. Tapi tak ingin dilepasnya begitu saja buah dada
Tantenya itu. Kini dikecupinya seluruh permukaan kulit buah dada Sarah yang seputih salju.
Lidahnya mulai berani menyapu, dan bibirnya terkadang mencucupi puting susu Sarah,
menggigit dan menariknya. Dirinya kini mencumbu Tantenya dalam arti yang sebenarnya.

Persetan dengan minum susu, pikirnya.



Sarah menyadari ponakannya itu mulai ngaco dan liar. Namun dia membiarkannya untuk beberapa saat.
Barulah dia menghentikan Tejo saat dia mulai tak bisa menahan desahan dan gelinjang tubuhnya.
Dia takut Tejo akan berani berbuat lebih jauh lagi kalo tahu dirinya juga terangsang dan menikmatinya.



"Udahan Jo minum susunya?”
tanya Sarah sambil mendorong Tejo pelan.



Tejo mengambil napas panjang dan menghelanya. Matanya yang menatap Sarah dengan
sayu berbicara bahwa dirinya masih belum puas. Tangannya juga enggan melepas pelukannya pada tubuh telanjang Sarah.




“Ya udah kamu lanjutin tapi minum susu bener ya?”
jawab Sarah.



Seolah mengerti isi hati Tejo, Sarah mengijinkannya meneruskan. Tapi Tejo tak kunjung memulai kembali.
Tangannya kini beralih mengelus-elus buah dada Sarah. Dirinya sudah tak ingin minum susu lagi, tapi juga
belum puas menikmati tubuh Sarah. Tejo memang tidak pernah suka minum susu. Sarah kembali
membelai-belai pipi keponakannya yang mulai ngelunjak itu. Sejenak mereka bertatapan.
Sarah menghela napas pelan,



“Tejo. kamu udah ga mau minum susu ya?”
tanyanya.


Tejo mengangguk pelan.


“Tante, Tejo tidur sama Tante malam ini ya?"
"Plisss.”

pintanya sebelum Sarah sempat berkata kembali.


Sarah agak terkejut mendengar permintaan Tejo yang berani itu.


“Tejo udah kenyang minum susunya."
"Tapi Tejo masih pingin sama Tante...”

ucap Tejo lagi polos.


Matanya terus menatap dengan nanar. Sarah pun luluh dibuatnya.


“Ya udah, tapi kamu janji ga bakal macam-macam sama Tante ya?”
Sarah mewanti-wanti.




Tejo mengiyakan saja, wajahnya terlihat girang. Seketika dipeluknya lagi tubuh Tantenya itu.
Pipinyanya dibenamkan pada buah dada yang kenyal dan empuk. Dengan gemas dikecupnya
buah dada menggemaskan itu.



Sarah tertawa,



“Nah lo, baru aja janji ga macem-macem.”
ujarnya.



Tejo meringis,


“Masa meluk aja dibilang macem-macem Tante.”
sahutnya nakal.



“Meluk sih meluk..."
"Bibirnya kamu itu loh kemana-mana...”

ujar Sarah.




Walau pura-pura protes tapi wajahnya sama sekali tidak menampakkan kekesalan.
Dirinya pun rebah, tangannya mengisyaratkan pada Tejo untuk merebahkan diri di pelukannya.
Tejo menurut. Direbahkan kepalanya di dada Sarah. Tangannya mulai membelai-belai lagi dada Sarah.
Sarah tidak protes, dibelai-belainya rambut Tejo dengan lembut. Benar-benar seperti sepasang kekasih saja mereka itu.



"Udah Jo.."
"Ga usah diliatin terus buah dada Tante" ,
"Ga bakal ilang kok!”

Sarah menggoda Tejo yang terus terpaku pada buah dadanya.



Dengan gemas Tejo malah makin merapatkan kepalanya pada buah dada Sarah.
Tangannya juga mulai meremas-remasnya. Sarah meraih tangannya yang nakal itu
dan mengalihkan untuk memeluk pinggulnya.



“Udah sayang."
"Bobo”

bisiknya.





Sarah mulai memejamkan mata. Dibiarkan Tejo yang masih melek melampiaskan rasa penasarannya
pada tubuhnya. Dirasakannya Tejo masih saja menciumi buah dadanya. Tangannya yang tadi sudah
disingikirkan mulai naik lagi dan mengelus-elus buah dadanya. Jarinya malah kadang memijit-mijit
puting susunya. Sarah membiarkan saja semua itu, sentuhan-sentuhan Tejo pada kulitnya justru
membuatnya nyaman dan rileks hingga tertidur. Tejo yang masih jauh dari ngantuk terus
mengeksplorasi tubuh Sarah.









I don’t wanna close my eyes
I don’t wanna fall asleep
Cause i miss you babe


And i don’t wanna miss a thing.







Mungkin lagu Aerosmith itu paling cocok untuk mewakili perasaan Tejo saat itu. Tejo memejamkan
matanya tanpa bermaksud untuk tidur sama sekali. Dia memejamkan matanya untuk meresapi
keindahan yang sedang dia alami saat ini. Harumnya tubuh Sarah, lembut kulitnya,
dan semuanya. Tangannya mulai berani meraba di bawah pinggul Sarah, menyelinap
ke balik selimutnya. Betapa terkejutnya mendapati bahwa ternyata Tantenya itu memang
telanjang bulat di balik selimutnya. Dengan gemetar tangan Tejo mengarah ke bawah pusar.


Dirasakannya telapak tangannya menyentuh bulu-bulu halus di sana. Benar-benar sensasi yang
luar biasa bagi dirinya. Ingin sekali dia menyibakkan selimut Sarah dan mengeksplorasi lebih jauh bagian itu.




"Ooh Tante."
gumamnya dalam hati.



Tejo tak tahan lagi, makin hidung, bibir, dan tangannya menggerayang kemana-mana bukannya
kepuasan yang didapat melainkan malah makin tersiksa dan kerontang dia dibuatnya.
Puncak pelampiasan nafsu seksual tentu hanya dengan stimulus di kelaminnya hingga orgasme.
Itulah yang dia rasakan sedari tadi berontak dari dalam dadanya. Dengan hati-hati Tejo memelorotkan
celana kolornya dan mulai mengocok batang penisnya.


Dia melakukan dengan perlahan supaya Sarah tak terbangun. Namun sepelan-pelannya onani, tetap saja membuat Sarah terjaga.




Ya ampun Tejo nekat banget onani disebelah Tante.
gumam Sarah dalam hati.


Dia berpura-pura masih tidur sehingga Tejo meneruskan onaninya. Gemas juga Sarah dibuatnya.
Ingin rasanya dia bangun dan memergokinya. Tapi hal itu urung dilakukannya. Dia tak tega.


"Atau bagaimana kalau aku bangun lalu membantu Tejo mengocokkan batangnya?"
pikirnya nakal.




Sarah merasa geli dengan pikiran-pikirannya itu. Tapi hal itu juga urung dilakukannya.
Dia malu. Akhirnya Sarah terus berlagak tidur sementara Tejo makin hampir mencapai puncak.



Tiba-tiba Tejo bangkit. Dia perlu mengocok batangnya dengan cepat. Kalau dia tetap melakukannya
sambil tiduran pasti ranjang Sarah yang empuk akan tergoncang karenanya dan Tantenya itu pasti
bakal terbangun, begitu pikir Tejo. Sambil berdiri di samping ranjang Sarah Tejo pun makin menggencarkan
onaninya sambil mengagumi keindahan dada telanjang Sarah.



“Oooohhh Tante.”
desahnya lirih.



Ingin rasanya dia menyingkap selimut yang menutupi bagian bawah tubuh Sarah.
Tapi dia khawatir Sarah akan terbangun karenanya.



Sarah membuka mata sedikit-sedikit berusaha mengintip apa yang dilakukan Tejo.
Dirinya ikut berdebar-debar menyaksikan Tejo beronani dengan dirinya sebagai
obyek pemandangan seksualnya. Parahnya lagi, Tejo beronani tepat menghadap
dirinya. Batang penisnya yang besar dikocok-kocoknya tepat di atas tubuhnya
seakan dia hendak melakukan bukkake terhadap dirinya. Sarah makin berdebar
dibuatnya. Dia bertekad akan berpura-pura terbangun sebelum tejo mencapai orgasmenya.







“Ouuughhhh....”
tiba-tiba Tejo melenguh panjang.



Takut terlambat Sarah segera membuka matanya.



“Tejooo?”
ucapnya pura-pura terkejut.



Tapi Tejolah yang benar-benar terkejut. Apa daya laharnya sudah di pucuk senjatanya tak mungkin dihambat lagi.





Croootzzzz.





Lahar Tejo menyembur dengan dahsyat dan tak ayal lagi mengenai seluruh dada Sarah.



Aahh.!”
Sarah menjerit pelan.



Akan tetapi bukannya memalingkan dirinya, Kepalang tanggung, Tejo malah meraih tengkuk
Sarah dengan tangan kirinya, sementara tangan kananya masih tetap mengocok. Seakan-akan
dia tak mau Tantenya menghindari muntahan spermanya.




Craattzzz! Craattzzz!



Semburan kedua dan seterusnya dengan mulus mendarat di wajah Sarah.
Walau sudah terbiasa dengan Anton, Sarah kini spontan menutup matanya.




“Mmhhhh. Joo.!”
desahnya gelagapan.



Benar-benar di luar dugaan dirinya, Tejo akan nekat meng-cum shot wajahnya.
Melihat wajah cantik Sarah berlumuran spermanya membuat perasaan tejo melambung.
Sensasi orgasmenya makin bertambah dahsyat. Inilah orgasme terhebat yang pernah
dia alami sepanjang hidupnya! Yeaahh..! Ingin rasanya dia berteriak girang saat itu.



Setelah orgasmenya reda Tejo melepas genggamannya pada tengkuk Sarah.
Dia pun terduduk lemas. Sarah menjatuhkan kepalanya di atas bantalnya lagi,
dia terdiam, pandangannya menerawang ke langit-langit. Dirasakannya hangat
sperma Tejo melelehi pipinya namun dia enggan buru-buru menyekanya.




“Ah.. Tejo.. Tejo... "
"Apa yang udah kamu lakukan pada Tantemu ini?”

desahnya dalam hati.


Perasaannya benar-benar campur aduk saat itu. Dia bingung bagaimana meski bersikap.


"Haruskah dia meledak dan mendamprat Tejo?"
"Bagaimana reaksi Tejo nanti?"



Ah, dia benar-benar bingung.


Sementara Tejo sendiri juga diam terpaku. Ada sedikit penyesalan di dalam dadanya
atas apa yang baru saja dia lakukan. Dia seperti tak percaya dirinya bakal bertindak
senekat itu. Sebenarnya dia tadi sama sekali tak berniat menghujani Sarah dengan spermanya.
Tadinya dia berniat berpaling saat mencapai orgasme, atau paling tidak menadahi spermanya
dengan tangan kirinya. Tapi Sarah yang tiba-tiba terbangun membuatnya panik
dan....



"Ah, yang terjadi biarlah terjadi."
pikirnya.



Kini dia siap didamprat habis-habisan oleh Tantenya. Akan tetapi Tantenya yang tidak kunjung
mengucap sepatah kata pun membuat dirinya juga galau.







“Jo.”
akhirnya Sarah bersuara.



“Yyaa Tante.”
jawab Tejo gagap.



Sarah bangkit dan duduk bersandar.


“Ambilkan tisunya Jo.”
pintanya.



Tejo segera menurutinya. Diulurkannya kotak tisu pada Sarah. Sarah mengambil beberapa lembar
dan mulai menyeka wajahnya. Tejo tidak tinggal diam. Dia juga mengambil beberapa lembar dan
membantu membersihkan sperma yang membasahi dada Sarah. Ditatapnya wajah Tantenya.
Entah apa yang tercermin dari raut mukanya yang sayu itu.


Apakah sedih?
Merasa dilecehkan?
Marahkah?
Entahlah.

Perasaan Tejo makin galau.



“Tt. Tante, maaf Tejo tadi nggak sengaja."
"Habisnya Tejo kaget Tante tau-tau bangun.”

dengan gagap Tejo berusaha menjelaskan.


Sarah tidak menjawab. Mukanya merengut. Dicubitnya Tejo dengan gemas.


“Aduduuhh!”
Tejo mengaduh.



Cubitan Sarah agak serius dan terasa sedikit sakit. Terang saja Sarah kesal,
bagaimana bisa dibilang tidak sengaja sedangkan Tejo tadi terang-terangan memegangi tengkuknya.




“Dasar kamuu.”
ujar Sarah gemas.

“Udah. Bobo!!!”
dikucek-kuceknya rambut Tejo.




Sarah memilih untuk tidak membicarakan peristiwa barusan karna dia sendiri pun tak tahu harus
berkata apa. Dia segera rebah setelah semua sperma Tejo diseka hingga kering tak bersisa.
Ditariknya selimut sebatas bahu hingga menutupi tubuhnya. Dilihatnya Tejo masih saja duduk terdiam.







“Jo. Jangan nakal ya."
"Udah malam, tidur!!”

ujarnya tegas.


“Ta. Tante, Tejo masih boleh tidur sama Tante kan?”
jawab Tejo terbata.







Sarah menghela napas. Dia sama sekali tak berniat mengusir Tejo.
Dibukanya selimutnya, mengisyaratkan Tejo untuk masuk berbaring
di sampingnya. Tejo pun meringis senang. Serta merta dia berbaring
memeluk Sarah.


“Makasih Tante.”
gumamnya.


Sarah tersenyum melihat polah Tejo. Ditutupkan lagi selimutnya menutupi mereka berdua.
Betapa senangnya tejo tidur satu selimut bersama Tantenya yang selama ini dipuja-pujanya.
Terlebih lagi Tantenya itu dalam keadaan telanjang. Dipeluknya tubuh Sarah rapat.

Sarah juga melingkarkan tangannya di atas kepala Tejo dan membelai-belai rambutnya.
Tejo sempat merasa kecewa, harusnya tadi dia bertelanjang dada supaya kini kulitnya
bisa bersentuhan langsung dengan kemulusan kulit Sarah. Dia jelas tak mungkin melepas
bajunya sekarang, bisa-bisa Sarah mendampratnya.









“Tante...”
bisik Tejo lirih.



“Ada apa lagi Jo?”
jawab Sarah lembut.



“Tejo sayang sama Tante.”
ucap Tejo polos.









Sarah terdiam tanpa menjawab. Tak percaya dengan apa yang didengarnya. Apakah keponakannya
itu baru saja menyatakan perasaan cinta kepadanya? Pertanyaan itu mengusik batinnya.
Tapi dia tak mau ambil pusing lebih jauh. Dia sudah sangat mengantuk.
Tejo sendiri tampaknya langsung terlelap kelelahan.





Baru 3 hari Heru pergi. Masih ada beberapa hari lagi sebelum suaminya itu pulang.




Entah apa lagi yang akan terjadi nanti.











Sarah pun terlelap.









***


Bersambung...
 
Terakhir diubah:
Part 4.b







(ilustrasi Sarah)​















"Siang Tante.
Mereka mengucap salam serempak.

“Ini Tante" ,
"Tejo dah 3 hari ga ada kabar.”

“Kirain sakit atau apa.”

Luki menjelaskan maksud kedatangannya.

Sarah tersenyum,


“Bukan Tejo yang sakit tapi Tante.”
jelasnya.

“Ooo.”
Mereka manggut-manggut bersamaan.


“Ya, dia jadi jagain dan gantiin Tante ngurusin rumah.”
"Tante kan sendirian ga ada pembantu.”

Sarah melanjutkan sambil tersenyum melirik Tejo.


Tejo yang merasa dirinya dibanggakan itu tersipu.



“Ambilin minum sana Jo buat teman-temanmu.”
ucap Sarah pada Tejo.



“Wah ga usah repot-repot Tante.”
Beni menyahut basa-basi.

“Cuman nuang aja kok."

"Di luar lagi panas-panasnya kan, pasti pada haus kan?”

jawab Sarah.



Setelah minuman dingin datang, mereka langsung menyerbunya. Obrolan pun seterusnya
berlangsung hangat. Walau Sarah ikut nimbrung, teman-teman Tejo sama sekali tak keberatan
dengan keberadaannya. Sarah memang sosok yang ramah dan supel. Hal itu sangat mempesona
mereka. Bahkan dalam beberapa kedatangan mereka sebelum ini, sudah menjadi tujuan mereka
untuk dapat bertemu Sarah. Hari ini pun tak terkecuali.

Dalam obrolan itu, Sarah menyinggung-nyinggung tentang pacar. Untuk menggoda Tejo dia
bertanya pada teman-temannya benarkah keponakannya itu belum punya pacar. Semua temannya
membenarkan sambil tertawa-tawa. Tejo tampak bersungut-sungut karna kesal dan malu.
Melihat itu, Sarah malah makin menggodanya.

Luki juga ikut menimpali,



“Tiap hari udah tinggal bareng Tante cantik" ,
"Ya gak kepikiran cari pacar tuh!”



Sarah tertawa tersanjung mendengarnya.


“Emang paling jago nggombal kamu ya Luk.”
“Ajarin dong Tejo ini.”

sahut Sarah melirik Tejo.




Obrolan pun terus berlangsung cair dengan tema ini. Dari obrolan itu Sarah baru mengetahui
ternyata Luki sudah pernah menghamili gadis seusia Sarah. Secara umur, Luki memang lebih tua
beberapa tahun dari Tejo. Harusnya kini dia sudah kerja, tapi karna bengal dan bodoh dia jadi
sering tinggal kelas dulunya. Walau surprise, Sarah menanggapinya biasa-biasa saja.

Luki menjelaskan gadis yang dihamilinya itu melakukan *********an.


Karna usia kehamilannya yang masih muda, proses *********an berjalan lancar dan tidak membahayakan.
Meski Luki mengaku menyesal namun teman-temannya mengatakan bahwa seminggu setelah diputus
oleh gadis itu, Luki sudah menggandeng pacar baru.


Sarah geleng-geleng kepala mendengarnya,



“Wajah pas-pasan gitu aja bisa jadi playboy kamu ya?”
ledeknya.


“Yee. muka boleh pas-pasan Tante" ,
"Tapi ‘perkakas’ lainnya maksimal!”

sahut Luki jumawa.




Semua tertawa mendengarnya karna paham apa yang dimaksud Luki. Sarah yang sudah
pernah melihat ‘perkakas’ milik Tejo melirik keponakannya itu sambil tersenyum penuh arti.
Tatapan mereka bertemu, Tejo tersenyum juga seperti memahami pikiran Sarah.
Ya, Sarah memang memikirkan bahwa dengan kemaluannya yang besar,
Tejo pasti bisa memuaskan pacar-pacarnya nanti.

Sungguh ganjil. Sarah yang seorang wanita dewasa dan Ibu dari 1 anak, turut serta dalam
perbincangan dengan para cowok yang menjurus. Tapi Toh, Sarah tidak merasa risih dan
tidak ambil pusing. Saat minuman habis, Tejo mengambil 1 botol air dari lemari es
untuk menambahnya.



“Ah segarnya, panas-panas gini minum minuman dingin.”
Mereka langsung menenggak gelasnya yang telah diisi lagi oleh Tejo.




“Doni kok ga minum Tante?”
celetuk Boim nakal.

“Ye maunya liat Tante nyusuin."
"Udah dari tadi udah kenyang!”

cibir Sarah.

“He he he. "

"Kalo udah kenyang trus langsung bobo ya Tante?”

kali ini Eno yang menimpali.


Sarah seperti baru sadar Doni sudah terlelap di gendongannya.


"Iya nih, wah bentar ya Tante taruh dulu di boxnya.”
Sarah mohon diri dan ngeloyor masuk kamar.

“Tapi bukannya Doni sudah mau 7 bulan ya?" ,
"Kok masih minum ASI Tante?”

tanya Luki setelah Sarah kembali duduk di tengah-tengah mereka.

“Lha memangnya kenapa Luk kalo udah mau 7 bulan?”

Sarah balik bertanya.

“Bukannya bayi harus disusui sampe 6 bulan aja Tante?”
tanya Luki lagi.

“Sok tau kamu."

"6 bulan itu wajib ASI ga boleh yang lain."


"Kalo udah lewat 6 bulan baru boleh dikasih yang lain" ,
"Tapi bukan berarti ASInya harus berhenti."

"Ya boleh-boleh saja dikasih ASI terus Luk.”

jelas Sarah.



“Oo.”
Mereka itu manggut-manggut bersamaan.



Tanpa sadar topik perbicangan mereka berganti menjadi membahas ASI.



“Memang yang paling baik itu ASI ya Tante?”
tanya Tejo.

“Ya iya kalo bayi masih usia segitu paling bagus ya ASI.”
jawab Sarah.


“Sebenarnya yang namanya mamalia itu ya alamiahnya hanya minum susu pada induknya."
"Itu sudah cukup. Seperti anak kucing ya minum susu kucing, anak anjing minum susu anjing.”

lanjut Sarah.


Tejo dan yang lainnya diam mendengarkan.


“Nah begitu juga mestinya manusia."
"Anak manusia ya minum susu Ibunya saja itu sudah cukup."


"Jadi mungkin ga perlu tuh susu sapi, susu kambing, apalagi susu kuda liar segala macam.Hihihi.”

Sarah menjelaskan sambil tertawa.


“Yah manusia itu kreatif sih Tante.”
Eno dan Beni nyeletuk.

“Iya, karna manusia kreatif jadi ga puas, cari yang lain. Hihihi.”
jawab Sarah.

“Tapi kalo udah gede masih pingin minum susu masak minum ASI terus Tante?”
tanya Boim.


“Ya kalau ada ASI kenapa nggak?"
"Kalo nggak ada juga ga masalah.”
“Karna alamiahnya memang hanya perlu air susu induknya aja.”

jelas Sarah.

“Kalau ada ASI gimana maksudnya Tante?”
Eno masih penasaran.


“Ya, maksudnya kalo anak makin dewasa produksi ASI memang akan berkurang."
"Dan normalnya, seperti binatang juga, kalo anak sudah gede ya nanti berhenti minum susu. "
"Nah, tapi kalau mau minum susu dan ada ASI kenapa nggak?"
"Ada itu kan ga harus dari Ibunya sendiri?"


"Kayak Tejo ini. "
"Dia minum susu Tante.”


Sarah menjelaskan panjang lebar, kemudian tertawa kecil melirik Tejo.




“Haah! Tejo minum susu Tante?”
Eno dan lainnya jelas surprise mendengar hal itu.





Sementara Tejo sendiri hanya diam sambil mesam-mesem.



“Wiih enak dong Tante."
"Kita-kita juga mau tuh!”

sahut Luki semangat.


Yang lainnya spontan mengangguk.

“Ha ha ha. Sayangnya udah habis ya Jo?”
Sarah spontan tertawa dan melirik Tejo.

Tejo mengangguk nyengir sambil mengangkat gelasnya yang telah kosong.


“Hah, sudah habis gimana?”
tanya Boim.

“Iya, yang diminum Tejo itu gelas terakhir."
"Tante belum perah lagi.”

jawab Sarah sambil tertawa kecil.


“Besok kesini lagi, nanti Tante perahin spesial buat kalian.”
kerlingnya.




Kelima orang itu pun mulai blingsatan dan mupeng. Sarah tersenyum tebar pesona.
Lagi-lagi naluri eksibisionisnya muncul. Dan melihat teman-teman Tejo mulai mupeng
sungguh menyenangkan hatinya.




“Oh, jadi yang di gelas Tejo itu air susu Tante?”
tanya Beni seperti masih tak percaya.


“Kalo yang diperah habis, tapi yang di pabriknya masih banyak kan Tante?”
timpal Luki yang paling berani kalau soal menjurus-menjurus begitu.


“Iya, apa kita ga ngambil jatah Doni Tante?”
celetuk lugu Yadi yang dari tadi hanya diam.




Tejo diam mengamati bagaimana reaksi Tantenya tiap teman-temannya bertanya.



“Maksudnya yang di dalam buah dada Tante?"
"Ya melimpah dong" ,

"Tante kan masih dalam periode menyusui.”

jawab Sarah enteng.


Mendengar kata-kata ‘buah dada’ dari mulut Sarah membuat Luki cs makin berdebar dan terobsesi.




“Kalau masih dalam periode menyusui memang produksi ASI bisa ga terbatas."
"Gak tegantung jumlah anak."

"Meski anak Tante cuma 1, asal disedot terus buah dada Tante bisa tetap mengeluarkan ASI.”

Sarah menerangkan lebih lanjut.


“Nah itu Tante, kenapa harus diperah. "
"Kita sedot aja langsung dari sumbernya!”

sahut Luki mesum.




Kali ini Tejo benar-benar kaget. Begitu juga dengan temannya yang lain. Sungguh mereka tidak menyangka Luki akan berbicara senekat dan sevulgar itu pada Sarah. Tejo yang paling khawatir Tantenya akan marah dan mendamprat Luki karna kurang ajar. Tapi ternyata bukannya marah, Sarah malah tertawa melihat wajah Luki yang kelihatan ‘ngarep’ banget itu.




“Idiih, jadi bayi gede dong!”
sahut Sarah geli.

“Ya bukan dong Tante."
"Kan tadi Tante sendiri yang bilang"
,

"Kalo udah gede mau minum ASI kenapa nggak?”
timpal Luki.



“Iya kalo minum dari gelas!"
"Tapi kalo nenen langsung ke Tante itu bayi gede namanya!”

cibir Sarah.

“He he he.”
Luki hanya cengengesan saja mendengarkan Sarah.



Dirinya makin yakin Tante Tejo itu hanya main tarik ulur saja. Kalau Sarah tersinggung dan menolak
semestinya sejak awal sudah menolak atau bahkan memarahi Luki. Tapi yang terjadi tidak demikian.
Luki pun makin nekat. Diliriknya teman-temannya termasuk Tejo.


Mereka ternyata hanya diam mengkeret. Ya, mereka terutama Tejo tentu saja berdebar-debar hebat.
Harap-harap cemas. Tejo sendiri di satu sisi ingin mendamprat kekurangajaran Luki pada Tantenya,
tapi di sisi lain dia juga berharap Luki menyelesaikan ‘misinya’ yang mewakili harapan dari mereka semua.




“Jadi. Gimana Tante?”




Walau nekat agak ngeper juga Luki di hadapan Sarah yang tampak superior. Tapi ternyata dilihatnya
muka Sarah mulai memerah. Entah karena malu atau mulai terangsang, tapi yang jelas tidak terlihat marah.




“Udah ah Luk. Jangan macem-macem!"
"Kamu bikin teman-temanmu malu tau gak tuh?”

ujar Sarah sambil melirik yang lain.


“Ah temen-temen juga mau kok Tante. "
"Kita penasaran aja rasanya gimana."
"Iya nggak?"

"Gimana sih kalian jangan malu-malu gitu sama Tante Sarah.”

jawab Luki memprovokasi teman-temannya.




Mereka spontan mengangguk pelan. Tejo dan Sarah saling bertatapan, Sarah seakan-akan
minta persetujuan Tejo, sementara Tejo sendiri menatap Sarah dengan tatapan sayu.
Sarah tidak mengerti apa maksud tatapan tejo.



“Luk...dengan Tejo aja Tante khawatir."
"Apalagi sama kamu Luk!"

"Dan juga barusan ketahuan ternyata kamu sendiri udah pernah menghamili perempuan!”

Sarah mencoba bersikap tegas supaya tak terlihat salah tingkah.



“Nah, kemarin juga kamu ketahuan bawa-bawa film porno."
"Kamu yang lebih tua mestinya bisa jadi contoh yang baik dong?”

lanjutnya.

“Tapi Tante. Walaupun kemarin aku yang bawa tapi sebenernya itu permintaan temen-temen semua.”
jawab Luki membela diri.


“Iya, Tante juga ga mau ngungkit-ungkit itu lagi" ,
"Tapi intinya Tante Cuma mau bilang, kalian semua udah dewasa, udah punya nafsu."


"Ini bukan cuma masalah minum susu aja."
"Kalau Tante sampe kasih payudara Tante buat kalian hisap" ,
"Salah-salah kalian malah lepas kontrol dan mencabuli Tante!”

sahut Sarah.

“Yaa. Nggak bakalan dong Tante!"
"Kita nggak mungkin berani, kan ada Tejo juga di sini.."

"Kita juga takut masuk penjara."
"Gak kebayang deh Tante!

Luki mencoba meyakinkan.


“Menyusu sama wanita secantik Tante udah pasti membuat jiwa laki-laki kami bergolak" ,
"Tante juga maklum kan?"


"Tapi kami janji ga bakal macem-macem selain minum susu Tante aja.”

Luki terus membujuk Sarah. Nada bicaranya mulai terdengar ngenes.



Sarah mulai bimbang. Dan lagi Luki kemudian memprovokasi teman-temannya untuk ikut berjanji.
Tejo juga ikut-ikutan memintanya. Dia sudah membuktikan dirinya yang kemarin tidak berbuat
kurang ajar terhadapnya. Intinya Luki terus meyakinkan bahwa ini keinginan mereka semua
dan mereka terus berjanji bahwa mereka tidak akan berbuat tidak senonoh pada dirinya.

Lama kelamaan akhirnya Sarah pun mulai luluh.




“Duh kok jadi inget fantasi Gangbang kemarin ya?”
“Ughh.. kenapa jadi tertantang gini deh.”
“Nakal Sarah!! Kamu nakal!!”

batinnya





“Ya udah deh kalo ini memang keinginan kalian semua" ,
"Tante akan kasih."


"Tante gak mau dibilang pelit, tapi Tante harus yakin juga dengan kalian."
"Tante ga ingin terjadi apa-apa karena memang resikonya besar memberikan buah dada Tante buat kalian. "



"Ngerti ya?”

ucapnya lembut.


Kelima orang itu serempak mengangguk senang.



“Kamu juga Jo."
"Sekarang Tante kasih yang lebih buat kamu di hadapan temen-temen kamu."


"Tante selama ini percaya dan ga pernah kecewa sama kamu.”

Secara khusus Sarah mewanti-wanti Tejo.


“Nah, kamu ga bakal mengkhianati kepercayaan Tante dan Oom kamu kan?”
lanjutnya sambil mengelus rambut Tejo.

“Iya Tante, Tejo janji.”
jawab Tejo lirih.



“Nah sekarang..”




Tiba-tiba Sarah bangkit dari duduknya dan beralih hendak duduk di tengah-tengah para laki-laki itu.
Tepatnya di antara Luki dan Beni. Di sebelah Beni ada Boim dan Eno. Sementara Tejo dan Yadi duduk
di kursi yang terpisah. Luki dan Beni jelas berdebar makin kencang saat Sarah tiba-tiba duduk menyela
di antara mereka. Beni spontan bergeser memberi ruang pada Sarah. Wangi parfum Sarah yang
tidak terlalu tajam makin membuat jantungnya blingsatan.

Kerongkongannya mengering sehingga tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.
Sarah tersenyum meliriknya dan kemudian beralih ke Luki.




“Luki, kamu yang minta pertama jadi kamu yang memulai."
"Tante mau kamu kasih contoh buat temen-temen kamu. Ok?”

ucapnya lembut.


Luki mengangguk-angguk cepat,


“I.. Iya Tante!”
jawabnya terbata.




Sarah kemudian memandangi mereka satu-persatu. Dirinya tersenyum melihat muka-muka
mereka yang ngenes penuh harap. Sarah sendiri sebenarnya sangat merasa grogi.
Sekali lagi, naluri ekshibisionisnya akan terlampiaskan 1 level lebih tinggi dari yang sudah-sudah.
Tangannya gemetar mulai melolosi kancing bajunya satu persatu. Melihat tangan sarah yang gemetar,

Luki berinisiatif membantunya. Sarah tidak menolak, justru dihadiahinya Luki dengan senyum manis.




“Udah Luk, ga usah dibuka semua!”
ujarnya mencegah Luki melolosi semua kancing bajunya.


Namun Luki tidak menggubrisnya.


“Dibuka semua aja Tante biar lega.”
sahutnya.




Sarah menghela napas namun tidak mencegahnya lebih jauh. Saat semua kancingnya telah terbuka,
Sarah menyingkap sebelah payudaranya hingga terlihat penuh. Dirinya memang tidak mengenakan
bra sehingga tak ada penghalang lagi antara mata para laki-laki itu dengan kulit payudaranya yang
putih mulus. Mereka seketika terkesiap melihat pemandangan yang mereka idam-idamkan selama ini.


Dada mereka seakan mau pecah seiring dengan makin kencangnya debaran dalam jantungnya.
Dengan berani Luki menyingkap payudaranya yang sebelah lagi hingga kedua buah dada
Sarah kini terpampang jelas di hadapan mereka. Tejo dan teman-temannya serasa ingin bersorak
menyanjung Luki atas inisiatifnya yang berani itu.



Aah Luki!!!”



Protes sarah manja. Namun dirinya tidak menutupkan bajunya kembali melainkan hanya
menyilangkan tangannya di dada. Bagi mereka, gerakan itu justru terlihat sangat seksi dan menggairahkan.


Luki pun merasa gemas dengan tingkah Sarah.



“Tante telanjang dada saja, biar lega."
"Kami kan berenam, masak hanya mau disuguhi 1 buah dada?”

ucapnya nakal.


Gemas melihat Luki yang makin berani, Sarah mencubitnya cukup keras hingga Luki meringis
kesakitan. Tejo dan temannya yang lain terkekeh melihat adegan itu.


“Rasain lu.”
ledek Boim dan Eno.



Walaupun begitu Sarah toh tetap melepas juga bajunya. Memang hawanya terasa menjadi
sumpek dan gerah dengan dirinya yang dikelilingi 6 laki-laki seperti itu. Dunia seakan berhenti
bagi mereka saat Sarah membuka bajunya.

Andai ada remote control ajaib, ingin rasanya menekan tombol slow motion untuk adegan itu.




“Nah, satu-satu ya antri yang tertib.”
kerling Sarah.


“Kalian duduk di kursi lain ya biar Tante lega."
"Gerah kan kalo berdempetan gini?”


Lanjutnya mengomando Beni, Boim, dan Eno di sebelahnya.


“Ba. Baik Tante.”
jawab mereka serempak dengan muka memerah.



Mereka pun segera beranjak, meninggalkan Sarah dan Luki duduk berdua di sofa panjang itu.
Luki tidak mau buang waktu lagi, tangannya meraih payudara Sarah dan mengangkatnya.
Dalam sekejap mulutnya hinggap di puting susu Sarah dan menyedotnya dengan rakus bagai
orang di padang pasir yang menemukan oase. Sarah spontan melenguh saking kuatnya
Luki menghisap putingnya yang sensitif itu.



Aahhh Luk. pelan aja!!!”
ringis Sarah.



Lenguhan itu terdengar begitu seksi di telinga Luki. Hisapannya justru menjadi makin kuat,
kedua tangannya merangkul tubuh Sarah seakan takut Sarah akan melepaskan diri darinya.
Didorongnya punggung Sarah hingga tubuhnya makin merapat padanya.
Sarah memejamkan mata dan menggigit bibirnya.

Dia mencoba menguasai dirinya yang juga bergejolak seiring dengan dirasakannya air susunya
mengalir deras berpindah dari dalam buah dadanya ke mulut Luki. Tidak lama Sarah berhasil
menguasai dirinya. Jantungnya mulai berdetak normal, nafasnya tak lagi memburu.


Begitu juga dengan Luki yang mulai memperlambat hisapannya namun tetap stabil.
Luki mengelus lembut punggung Sarah yang mulus. Belum pernah dirasakan oleh
tangannya kulit selembut kulit Sarah. Elusan itu membuat Sarah makin rileks sehingga
Sarah sama sekali tidak memprotesnya. Dirinya pun melakukan hal yang sama pada punggung Luki.

Tejo dan temannya yang lain terdiam takjub menyaksikan pemandangan itu. Temannya yang paling
senior itu kini telah nyaris sempurna menjamah tubuh wanita yang selama ini mereka puja. Tante Sarah yang jelita.
Tak sabar mereka menunggu gilirannya masing-masing. Waktu terasa berjalan sangat lambat bagi mereka.
Tejo lah yang perasaannya paling campur aduk di antara mereka. Ada semacam rasa cemburu pada Luki.


Perasaannya tak menentu memandang ekspresi wajah Sarah yang sayu. Sesekali Tantenya itu
memandang ke arah mereka, menatap Tejo dan yang lainnya sambil tersenyum manis.
Perasaan tejo menjadi makin tak karuan sementara teman-temannya yang lain malah
makin mupeng. Sarah sendiri merasa sangat senang dengan hal itu. Dirinya benar-benar
puas bertelanjang dada ria di hadapan mereka. Terlebih membiarkan Luki menghisap
payudaranya dan yang lain mupeng menunggu giliran benar-benar membuat dirinya melambung.

Inilah hakikat diriku yang sebenarnya, seorang eksibisionis. gumamnya dalam hati.

Hisapan Luki pun makin mengendur. Dia sudah merasa kenyang tapi enggan meninggalkan
payudara Sarah. Hisapannya mulai putus-putus. Kadang dia melepaskan hisapannya dan
memandang puting nan indah itu sebelum kemudian melumatnya lagi.

Sarah menyadari hal itu. Mulut Luki masih mengatup di putingnya tapi tidak benar-benar
menghisapnya. Dirinya pun mendorong Luki menjauh.




“Udah Luk."
"Gantian sama yang lain.”

ucapnya pelan.


Luki hanya menatap nanar seperti tidak terima. Sarah pun tersenyum, dicubitnya hidung Luki gemas,



“Hayo kontrol diri."
"Ingat janji kamu."
"Tante senang kamu memberi contoh buat teman-teman kamu.”



Luki pun takluk. Dirinya beringsut memberi kesempatan pada temannya yang lain.
Tejo tak membuang kesempatan.



“Tejo dulu Tante.”
pintanya.



Sarah tersenyum padanya, dia tahu keponakannya itu tentu yang paling tidak sabar.
Bahkan semestinya tadi Tejo mendapat giliran pertama. Tapi Sarah ternyata berniat
membuatnya penasaran lebih jauh,



“Kamu terakhir aja ya Jo?”
ucapnya lembut.


Spontan Tejo kecewa mendengarnya.


“Kamu kan di sini sama Tante, teman-temanmu kan nanti harus pulang Jo.”
lanjut Sarah mencoba memberi pengertian.





Walau kesal, Tejo tak membantah. Sarah kemudian menarik satu teman Tejo karna semuanya
berlagak malu-malu. Tak satupun yang berani mengajukan diri. Eno yang beruntung mendapat
giliran kedua....


“Kamu siapa?”
tanya Sarah lembut.

“Eno Tante.”

“Nah Eno. Tadi Tante kelamaan kasih Luki" ,
"Mulai kamu gilirannya 2 menit-2 menit saja yah?”

ucap Sarah sambil tersenyum dan menatap yang lain.



Luki meringis malu, sementara yang lain mengangguk-angguk pelan tanpa menjawab.
Sarah kembali beralih pada Eno yang sudah tidak sabar. Diraihnya kepala Eno, dibelainya
lembut dan diarahkan pada payudaranya. Eno mulai dengan pelan. Tidak seperti Luki yang
menyedot seperti kesetanan sebelumnya. Eno menghisap dengan agak ragu, dirinya
agak terkejut ketika air susu Sarah berhasil dihisapnya dan dirasakan di mulutnya.

Eno pun membiasakan diri dengan hal itu, kemudian mulai menghisap dengan lancar.


Kali ini Sarah menyandarkan tubuhnya di sofa sehingga Eno tak bisa memeluknya seperti
Luki tadi. Sebagai gantinya tangan Eno meraih payudara Sarah yang satunya dan membelai-belainya.
Sarah merasa hal itu di luar batas, tapi dibiarkannya Eno sejenak. Baru saat Eno mulai meremas-remasnya,
Sarah dengan tegas menghentikannya.


"Eno kalau kamu mau hisap yang satunya ga usah diremas-remas gitu.”
ujar Sarah tegas.



Eno pun meringis malu. Tapi tanpa membuang waktu dia segera melanjutkan dengan
berpindah payudara. Tangannya masih meremas-remas pelan tapi pada payudara yang
sama sehingga seakan membantu dalam memperlancar aliran air susu Sarah masuk ke mulutnya.


Sarah pun membiarkannya. Dibelainya kepala Eno supaya dia merasa rileks dan tak terburu-buru.
Namun Sarah tetap tegas pada aturan 2 menit. Saat waktunya tiba, dia segera mendorong Eno supaya berhenti.



“Udah No. Gantian.”
kerlingnya manis.


Eno meringis, sungguh 2 menit serasa bagai 2 detik baginya. Tapi tentu dia tak berani
meminta lebih. Dengan berat hati dia mundur mempersilahkan yang lain.

Berbeda dengan sebelumnya, kini Beni, Yadi, dan Boim berebut untuk mendapat giliran
selanjutnya. Sarah tertawa melihat tingkah mereka yang sudah tidak malu-malu lagi.
Dia pun merasa bahwa dirinyalah yang harus menentukan siapa selanjutnya.
Diraihnya tangan Boim dan ditarik mendekat.


Boim yang merasa terpilih mesam-mesem kegeeran,



“Yesss.”
pekiknya girang.

“Kamu siapa namanya?”
tanya Sarah lembut begitu Boim duduk di sampingnya.


Bo. Boim Tante...”
jawab Boim gagap karena grogi.

Sarah tertawa,


“Ga usah grogi begitu, ayo dimulai, 2 menit yaah?”
kerlingnya memberi isyarat pada Boim untuk memulai.




Tanpa menjawab lagi Boim langsung memeluk tubuh Sarah menciumi kedua buah dadanya
dengan rakus. Dikecupinya seluruh permukaan kulit buah dada Sarah dengan cepat secara
bergantian. Agaknya dia dari tadi sudah sangat gemas dengan buah dada Sarah sehingga lupa diri.

Sarah spontan tertawa dengan perilaku Boim itu...



“Aduh Boim. Boim! Stop!”
ujar Sarah di sela tawanya,



Didorongnya kepala Boim menjauh dari buah dadanya. Boim yang sadar dirinya
melanggar aturan seketika mengkeret. Buah dada Sarah yang ranum dengan kulitnya
yang mulus dan seputih salju begitu menggodanya sehingga lupa diri.

Tapi Sarah tidak marah.



“Kamu mau minum susu atau mencabuli Tante hayoo?"
"Belum-belum sudah lupa diri ya!”

dengan gemas Sarah mencubit pipi Boim.


Tentu cubitannya sama sekali tidak sakit. Boim meringis.


“Mau minum susu Tante.”
jawabnya lirih.


“Nah kalo mau minum susu yang tertib dong!"
"Kalo ga bisa tertib Tante batalin acara minum susunya sampai di sini!”

ujar Sarah tegas.

“Waduh. Jangan dong Tante!”
Beni dan Yadi serempak nyeletuk dengan wajah memelas.



Boim sendiri malah terdiam merasa bersalah.



“Pokoknya kalo ada salah satu aja dari kalian yang menunjukkan sikap ga bisa kontrol diri" ,
"Tante batalin acara minum susunya buat kalian semua!”




Merasa di atas angin Sarah pura-pura mengancam untuk mempermainkan perasaan mereka.
Semua pun terlihat merengut kesal pada Boim. Sarah tertawa melihatnya.




“Sudah. Sudah. Tante maklum kok.”
ucap Sarah sambil mengelus kepala Boim.

“Tante kasih kesempatan lagi" ,
"Tapi sebagai hukumannya jatah kamu Tante potong ya?"


"Semenit aja buat kamu!”

ujar Sarah memberi sanksi.


Boim tersenyum kecut mendengarnya. Teman-temannya tertawa,


“Rasain lu!”
ledek mereka.




Setelah itu Boim menyusu tanpa banyak tingkah pada Sarah. Bahkan sekedar mengelus kulit
Sarah pun dia tidak berani. Semenit berlalu terasa begitu cepat. Setelah itu Sarah memberi giliran
pada Yadi dan terakhir Beni. Dia selalu menanyakan nama masing-masing dari mereka dan berniat
menghafalnya. Sebelumnya memang hanya Luki yang dia ingat. Baik Yadi dan Beni yang menyusu
kemudian tidak ada yang berani macam-macam lagi.

Semua benar-benar murni hanya menyusu dari payudara Sarah tanpa embel-embel kenakalan yang lain.

Malang nian Tejo yang sudah menunggu sedari awal. Ketika gilirannya tiba, Doni terbangun
dan menangis sejadi-jadinya. Wajah Tejo langsung manyun menunjukkan rasa kecewa yang dalam.
Gilirannya bakal tertunda lagi. Terlebih Sarah malah menyuruh dirinya untuk mengecek Doni
dan menanganinya. Baru kali ini rasanya Tejo berberat hati dalam melaksanakan permintaan Tantenya.

Tapi karena senyum Tantenya yang begitu maut, hatinya luluh juga.


Tejo beranjak ke kamar untuk mengecek keadaan Doni. Terang saja Doni menangis keras,
ternyata bayi Sarah itu buang air besar di dalam popoknya. Dengan cekatan Tejo
menanganinya, dari menceboki, mencuci dan mengganti popok, dan membedakinya.
Seperti babysitter profesional saja Tejo itu. Dia memang terbiasa melihat dan membantu
Tantenya saat mengurusi Doni.


Setelah semua selesai, Tejo menimang-nimang Doni sebentar dalam gendongannya.
Berharap dia akan segera tidur lagi. Sayang harapannya tak terkabul, Doni tak kunjung
terlelap. Dia bahkan rewel tak mau lepas dari gendongan Tejo. Saat Tejo hendak
menaruhnya kembali ke dalam box, dia rewel dan nyaris menangis kembali.

Terpaksa Tejo pun menggendongnya kembali. Tejo menghela nafas. Pupus sudah
harapannya untuk mencicipi payudara Tantenya siang ini. Dengan Doni di gendongannya,
Tejo melangkah keluar kamar.





Sungguh ngenes Tejo melihat apa yang dijumpainya sekembali ke ruang tengah.








***







Saat Tejo sedang mengecek Doni




"Aah Tante aku gak tahan, boleh coli gak Tante?"
tanya Eno


"Idih! Tuh kan pada terangsang gara-gara ini" ,
"Yaudah sana di kamar mandi!"

Sarah merujuk.




Yadi, Eno, Boim, dan Beni pun langsung bergegas ke kamar mandi untuk mengeluarkan
sesuatu yang membuat kemaluan mereka cenat-cenut.




"Kamu kok gak ikutan Luk?"
"Enggak Tante."

jawabnya.


Sarah terheran, pasti dia ada maunya lagi nih. Dasar muka mesum.


"Tante.."
panggil Luki



"Apa? Mau nyusu lagi?"
entah apa yang membuat Sarah langsung berkata demikian.




"Hehehe" jawab Luki terkekeh.




Sebenarnya dari semua yang tadi mengisap payudara Sarah, kalau boleh jujur
Sarah sedikit terbuai dengan Luki. Apa yang Luki lakukan sedikit menggeilitik birahinya.
Dan saat ini Sarah pun tahu kalau dia memberikan kesempatan lagi kepada Luki, sama saja
dengan memberikan pertanda kalau Luki boleh melakukan Lebih.





"Memang nakal aku ini!!”
“Gapapalah kali ini aja godain pria mesum kayak gini."

batin Sarah.





"Yaudah, tapi peraturannya tetep sama ya Luk!"
ucap Sarah


"Asikkk"




Luki kegirangan, ya sejak pertama kali Luki bertemu dengan Sarah, sebagai seseorang
yang juga berpengalaman Luki tahu kalau Tante Sarah ini memiliki birahi cukup besar,
dengan seringnya dia melihat kedekatan Sarah dengan Anton pun, setiap kali dia main kerumah ini.
Luki tahu pasti dia juga bisa mendekati lebih Tante Sarah.




"Saat ini nikmatin ini dulu aja, nanti aku pasti bisa mendapatkan lebih darimu Tante Sarah!"
batin Sarah.






***






Yadi, Eno, Boim, dan Beni tak ada di tempat, sementara Luki sibuk mengenyot buah dada Tantenya lagi.
Luki memeluk erat Sarah dengan rapat, kedua tangannya terlihat bergerilya mengelus-elus punggung
dan pinggul Sarah, sementara tangan Sarah membelai-belai kepalanya. Agaknya setelah semua mendapat giliran,
antrian kembali ke Luki lagi.


Entah Luki yang memintanya kembali atau Tantenya itu yang memberinya kesempatan ulang.
Yang jelas di mata Tejo, Luki sama sekali tidak terlihat seperti sedang menyusu melainkan lebih s
eperti sedang bercumbu. Mulut Luki melumat-lumat puting mungil Sarah dengan rakus
hingga payudara Sarah tertarik kencang. Keduanya terpejam tidak menyadari kehadiran Tejo.


Perasaan Tejo begitu campur aduk menyaksikan wajah Tantenya yang ayu itu merah padam
dan begitu sayu dengan mata terpejam tampak sangat meresapi sekali kenikmatan yang diberikan
Luki dengan mencumbu buah dadanya. Saat tangan Luki beralih meremas-remas buah dadanya
yang satu lagi barulah Sarah merasa terusik dan menghentikan kegiatan Luki.




“Luki. Luk. Stop stop. Udah..!”
hardiknya tegas.




Luki segera berhenti sambil cengengesan tanpa merasa bersalah. Terlihat air susu Sarah
mengalir keluar dari sela bibirnya. Luki mengusapnya hingga bersih.



“Kamu itu dikasih hati minta jantung ya?”
ujar Sarah ketus.


Tejo berdehem hingga Sarah dan Luki menyadari kehadirannya. Luki hanya mesam mesem mesum sementara Tantenya kelihatan salah tingkah.



“Kok lama Jo? Doni buang air ya?”
tanyanya Sarah.


“Yang lain kemana Tante?”
Tejo tidak menjawab malah balik bertanya.

“Yang lain pada coli tuh di kamar mandi!”
celetuk Luki vulgar.


Sarah mencubitnya gemas,


“Kamu juga coli sana!”
ujarnya.


Luki meringis namun tidak juga beranjak meski adik kecilnya sudah cenat cenut sejak tadi.


“Udah, ga ada lagi acara sama buah dada Tante lagi hari ini."
"Ini udah tinggal buat Tejo aja!”

ucap Sarah lagi sambil melirik Tejo.


“Duh yang keponakan tersayang."
"Beruntung banget kamu Jo punya Tante seksi begini!”

ucap Luki nakal.





Sarah bersiap mencubitnya lagi, tapi Luki keburu bangkit menghindar.
Dia pun beranjak ke kamar mandi sambil masih cengengesan.

Tinggalah Tejo dan Sarah sendiri di ruang tengah. Keduanya saling curi-curi pandang canggung.
Tak satupun yang memulai bicara. Mustinya kali ini Tejo mendapat giliran menyusu namun
hal itu tidak memungkinkan dengan keberadaan Doni. Tak lama kemudian Beni Boim, Eno dan Yadi
kembali di tengah-tengah mereka. Sulit melukiskan apa yang terpancar dari wajah mereka.

Yang jelas mereka baru saja mendapatkan pengalaman istimewa yang tak terlupakan.
Sarah tersenyum manis menatapi mereka satu persatu.




“Sudah?”
tanyanya lembut sambil tersenyum menggoda.

“Sudah Tante.”
jawab mereka serempak.

“Disiram bersih kan?”
kerling Sarah.

“Iya pasti Tante”
sahut mereka meyakinkan.



Tak lama kemudian Luki kembali dengan masih cengar cengir.
Sarah gemas sekali melihatnya.




"Kalo yang satu ini sih ga tau malu, muka mesum abis."
pikirnya gemas.

“Kalian ga akan bilang siapa-siapa kan tentang pengalaman hari ini?”
tanya Sarah kepada semua.


Kelima orang itu mengiyakan serempak. Sarah tersenyum percaya.


“Bagus, memang udah gak tidak lazim cowok-cowok seusia kalian masih mau minum ASI."
"Kalo orang tahu pasti akan menganggap kalian mencabuli Tante.”
"Lagian emang bener kan kalian pada terangsang dengan buah dada Tante?”

ucap Sarah panjang lebar.


Semua terdiam manggut manggut mendengarnya.


“Hal itu tak terelakkan”
“Tante maklum dan nggak marah.”

lanjut Sarah.


“Kalau kalian bisa kontrol diri seperti tadi" ,
"Besok-besok kalau kalian mau lagi Tante nggak keberatan.”

kerlingnya.




Mereka jelas girang mendengarnya. Mereka masih saja terpesona dengan keayuan
Sarah yang saat itu sama sekali tidak merasa perlu mengenakan pakaiannya kembali.
Walau ‘beban muatan’ mereka sudah dibuang, tetap saja payudara Sarah yang
menggantung indah itu menyilaukan mata mereka. Sarah tersenyum menyadari hal itu.
Justru karena itulah dia tidak ambil pusing untuk buru-buru mengenakan pakaiannya.
Dia juga masih menikmati kegiatan eksibisionisnya itu.



“Udah sana kalian segera pulang!"
"Sudah hampir sore loh!”

ujar Sarah membuyarkan fantasi mereka.

“Iya Tante. Kami sudah harus pulang.”
jawab mereka.

“Bilang apa sama Tante?”
goda Sarah.


“Te. Terima kasih Tante!”
sahut mereka tergagap karena malu lupa mengucap itu sebelumnya.


Sarah tertawa kecil sambil geleng-geleng kepala.


Dasar!.”
gumamnya.




Dia dan Tejo melepas kepulangan mereka dari teras rumah. Sungguh berani Sarah yang
masih telanjang dada itu keluar hingga ke teras. Padahal halamannya sama sekali tidak luas.
Posisinya begitu dekat dengan jalan, pun pagar rumahnya juga tidak tinggi atau rapat.
Jika ada orang lewat dengan jelas dia dapat melirik ketelanjangan Sarah.

Teman-teman Tejo pamit dengan menyalami dan mencium tangan Sarah seperti biasa.



“Pamit Tante.”
“Makasih Tante.”

ucap mereka.



Sarah menyalami mereka dengan tidak konsentrasi. Dirinya berdebar mengamati jalan,
takut-takut ada orang lewat dan melihatnya. Ya, hal ini adalah bagian dari pelampiasan
eksibisionisnya. Sementara Tejo sendiri terdiam dengan perasaan menggantung.

Sarah agak kecewa jalanan begitu sepi siang itu tanpa ada yang lewat walau seekor kucing pun.
Padahal kalaupun ada yang lewat tentu Sarah akan merunduk ngumpet atau malah lari masuk
ke dalam rumah. Tapi, yah itu adalah bagian dari sensasi eksibisionisme yang bisa memberinya
kepuasan lebih.



“Ee. Jo..”
g
umamnya lirih setelah tinggal mereka berdua.


“Ya Tante?”
jawab Tejo.

“Belikan Tante jagung dong?”
pinta Sarah mengerling.


Muka Tejo langsung memerah mendengarnya.



“Bb. Baik Tante.





***





MALAMNYA





Tejo berjalan mondar mandir di depan pintu kamar Sarah. Hatinya bimbang, sudah hampir setengah jam dia mondar-mandir di situ tanpa mengetuk pintu. Tejo menghela napas. Akhirnya dia menghempaskan diri di kursi. Sambil celingak celinguk dia mengeluarkan batang penisnya dari celana kolor yang dipakainya. Batang itu telah mengeras sejak tadi. Dielus dan diurutnya pelan kejantanannya itu. Tejo tak tahu ukuran normal kejantanan pria pada umumnya. Dikiranya batangnya itu normal-normal saja. Padahal sebenarnya ukurannya bisa dibilang super. Sarah pun menganggapnya begitu. Kalau saja Tejo tahu, tentu dirinya akan bangga dan percaya diri sekali dibuatnya.



Tejo terus mengurut kejantanannya itu namun tidak kebablasan menjadi onani. Batangnya itu begitu merindukan sentuhan dan kenikmatan. Sejak kepulangan teman-temannya menjelang sore tadi, Tantenya langsung pergi mandi dengan membawa jagung yang dibelikannya. Hati Tejo galau sekali saat itu.


Setelah mandi yang sangat lama Sarah mengambil alih Doni darinya. Dia pun harus memulai mengerjakan kebersihan rumah yang merupakan tugasnya. Sepanjang sore mereka pun sibuk dengan tugasnya masing-masing. Setelah senja menyingsing, Sarah kemudian sibuk di dapur menyiapkan makan malam, dan Tejo disuruhnya belajar lagi di kamar. Memang tadi siang teman-temannya menyampaikan ada tugas-tugas yang harus Tejo kerjakan.Sarah mengatakan bahwa besok Tejo sudah harus beraktifitas lagi. Jadi semua tugas-tugasnya harus diselesaikan.



Saat Tejo tengah mengerjakan tugas-tugasnya, Sarah masuk ke kamarnya dan berdiri di belakangnya. Tangan Sarah memijit-mijit pundaknya dari belakang dan terkadang membelai lembut kepala Tejo. Sarah menanyakan apakah dia mengalami kesulitan dalam mengerjakannya. Tejo mengatakan sejujurnya bahwa dia sulit konsentrasi.



Sarah tersenyum mendengarnya. Dibelai-belainya terus kepala Tejo dengan penuh perasaan sayang seperti Ibu kepada anaknya.


Seperti biasa Sarah memberikan wejangan-wejangan berkaitan masa pubernya. Sarah meminta Tejo supaya tetap fokus dan tidak terbebani dengan pikiran-pikiran negatif. Sarah tidak meminta Tejo melupakan peristiwa tadi siang.



Sarah bahkan meyakinkan bahwa dia tidak lupa terhadapnya dan jatahnya pasti akan diberikannya. Tapi Sarah kemudian meminta Tejo bisa mengontrol perasaan dan membagi waktu. Bahwa saat itu Tejo musti konsentrasi dulu terhadap kewajibannya.



Sarah kemudian membawakan Tejo makan malam yang masih mengepul hangat. Keramahan Sarah itu membuat perasaan Tejo sedikit rileks. Dia-diam hatinya tidak tega juga jika terus memikirkan hal-hal yang kotor mengenai Tantenya itu.



Akan tetapi dasar binal, sebelum meninggalkan Tejo, Sarah malah berbisik,



“Tejo, kalo udah selesai.."

"Tante tunggu di kamar.”




Tejo terkesiap mendengarnya. Perasaannya mulai melambung lagi. Tapi dia pun kemudian bertekad konsentrasi penuh menyelesaikan tugas-nya demi memenuhi permintaan Tantenya,.



Sampailah kini Tejo dalam posisinya yang sekarang. Duduk di luar kamar Sarah sambil mengelus penisnya yang terus menegang. Walau tadi dia sudah begitu tak sabar, kini dia malah grogi dan takut untuk mengetuk pintu kamar Tantenya itu. Akhirnya, Tejo meyakinkan diri bahwa Tantenya pun sedang menunggunya di dalam kamar. Dia mengumpulkan keberanian dan beranjak. Diketuknya pintu kamar Sarah pelan.



“Tt..Tante?” Panggilnya tercekat.

“Masuk Jo.” Sahut Sarah dari dalam.







Tejo pun membuka pintu kamar Sarah dan melangkah masuk. Dia terkesiap melihat Sarah sudah dalam keadaan telanjang dada duduk di atas ranjang. Dari pusar hingga kakinya tertutup selimut sehingga memunculkan kesan Sarah sudah telanjang bulat di balik selimut itu. Jantung Tejo berdebar keras melihat pemandangan itu. Sarah mengerling dan tersenyum manis padanya.




“Sini Jo.” Panggilnya.


Dengan berbinar Tejo duduk di atas ranjang menghadap Tantenya.


“Udah selesai tugasnya?”

tanya Sarah lembut.



Tejo menjawabnya dengan anggukan. Sarah meraih kedua tangan Tejo dan diletakkan di atas dadanya.







“Kok masih aja grogi-grogi begitu sama Tante?” Goda Sarah.


Tejo jelas gelagepan, tapi tak urung diremasnya juga kedua buah dada Sarah dengan gemas. Sarah melenguh pelan. Dibelainya pipi Tejo dengan lembut.



“Kamu minum susu dulu ya sebelum tidur" ,

"Tapi janji nanti langsung tidur" ,

"Besok kamu musti beraktifitas lagi loh.” Ucapnya.



“Iya Tante.” Tejo mengiyakan.




Perlahan kepalanya didekatkan ke dada Sarah. Puting Sarah yang mungil itu mengacung menantang. Dengan gemas Tejo mencaploknya dan mulai menyedot. Saking gemasnya Tejo tak mau tahu masalah peraturan tadi siang. Dia menyedot buah dada Sarah sambil meremas-remas sejadi-jadinya. Sarah menggelinjang-gelinjang tapi sama sekali tidak memprotesnya. Tejo juga memeluk tubuh Sarah dengan erat. Tangannya mulai mengelus seluruh punggung hingga pinggul Sarah. Rasanya tangannya tak ingin lepas dari kulit Sarah yang halus itu.


Bahkan baru sebentar saja Tejo sudah menghentikan sedotannya. Hanya sedikit air susu Sarah yang diminumnya dia merasa sudah kenyang. Tapi tak ingin dilepasnya begitu saja buah dada Tantenya itu. Kini dikecupinya seluruh permukaan kulit buah dada Sarah yang seputih salju. Lidahnya mulai berani menyapu, dan bibirnya terkadang mencucupi puting susu Sarah, menggigit dan menariknya. Dirinya kini mencumbu Tantenya dalam arti yang sebenarnya. Persetan dengan minum susu, pikirnya.



Sarah menyadari ponakannya itu mulai ngaco dan liar. Namun dia membiarkannya untuk beberapa saat. Barulah dia menghentikan Tejo saat dia mulai tak bisa menahan desahan dan gelinjang tubuhnya. Dia takut Tejo akan berani berbuat lebih jauh lagi kalo tahu dirinya juga terangsang dan menikmatinya.



"Udahan Jo minum susunya?” Tanya Sarah sambil mendorong Tejo pelan.



Tejo mengambil napas panjang dan menghelanya. Matanya yang menatap Sarah dengan sayu berbicara bahwa dirinya masih belum puas. Tangannya juga enggan melepas pelukannya pada tubuh telanjang Sarah.




“Ya udah kamu lanjutin tapi minum susu bener ya?” Jawab Sarah.



Seolah mengerti isi hati Tejo, Sarah mengijinkannya meneruskan. Tapi Tejo tak kunjung memulai kembali. Tangannya kini beralih mengelus-elus buah dada Sarah. Dirinya sudah tak ingin minum susu lagi, tapi juga belum puas menikmati tubuh Sarah. Tejo memang tidak pernah suka minum susu. Sarah kembali membelai-belai pipi keponakannya yang mulai ngelunjak itu. Sejenak mereka bertatapan. Sarah menghela napas pelan,



“Tejo. kamu udah ga mau minum susu ya?” Tanyanya.


Tejo mengangguk pelan.


“Tante, Tejo tidur sama Tante malam ini ya?"

"Plisss.”
Pintanya sebelum Sarah sempat berkata kembali.


Sarah agak terkejut mendengar permintaan Tejo yang berani itu.


“Tejo udah kenyang minum susunya."

"Tapi Tejo masih pingin sama Tante...”
Ucap Tejo lagi polos.


Matanya terus menatap dengan nanar. Sarah pun luluh dibuatnya.


“Ya udah, tapi kamu janji ga bakal macam-macam sama Tante ya?” Sarah mewanti-wanti.




Tejo mengiyakan saja, wajahnya terlihat girang. Seketika dipeluknya lagi tubuh Tantenya itu. Pipinyanya dibenamkan pada buah dada yang kenyal dan empuk. Dengan gemas dikecupnya buah dada menggemaskan itu.



Sarah tertawa,



“Nah lo, baru aja janji ga macem-macem.” Ujarnya.



Tejo meringis,


“Masa meluk aja dibilang macem-macem Tante.” Sahutnya nakal.



“Meluk sih meluk..."

"Bibirnya kamu itu loh kemana-mana...”
Ujar Sarah.




Walau pura-pura protes tapi wajahnya sama sekali tidak menampakkan kekesalan. Dirinya pun rebah, tangannya mengisyaratkan pada Tejo untuk merebahkan diri di pelukannya. Tejo menurut. Direbahkan kepalanya di dada Sarah. Tangannya mulai membelai-belai lagi dada Sarah. Sarah tidak protes, dibelai-belainya rambut Tejo dengan lembut. Benar-benar seperti sepasang kekasih saja mereka itu.



"Udah Jo.."

"Ga usah diliatin terus buah dada Tante" ,

"Ga bakal ilang kok!”
Sarah menggoda Tejo yang terus terpaku pada buah dadanya.



Dengan gemas Tejo malah makin merapatkan kepalanya pada buah dada Sarah. Tangannya juga mulai meremas-remasnya. Sarah meraih tangannya yang nakal itu dan mengalihkan untuk memeluk pinggulnya.



“Udah sayang."

"Bobo”
Bisiknya.





Sarah mulai memejamkan mata. Dibiarkan Tejo yang masih melek melampiaskan rasa penasarannya pada tubuhnya. Dirasakannya Tejo masih saja menciumi buah dadanya. Tangannya yang tadi sudah disingikirkan mulai naik lagi dan mengelus-elus buah dadanya. Jarinya malah kadang memijit-mijit puting susunya. Sarah membiarkan saja semua itu, sentuhan-sentuhan Tejo pada kulitnya justru membuatnya nyaman dan rileks hingga tertidur. Tejo yang masih jauh dari ngantuk terus mengeksplorasi tubuh Sarah.









I don’t wanna close my eyes


I don’t wanna fall asleep


Cause i miss you babe


And i don’t wanna miss a thing.








Mungkin lagu Aerosmith itu paling cocok untuk mewakili perasaan Tejo saat itu. Tejo memejamkan matanya tanpa bermaksud untuk tidur sama sekali. Dia memejamkan matanya untuk meresapi keindahan yang sedang dia alami saat ini. Harumnya tubuh Sarah, lembut kulitnya, dan semuanya. Tangannya mulai berani meraba di bawah pinggul Sarah, menyelinap ke balik selimutnya. Betapa terkejutnya mendapati bahwa ternyata Tantenya itu memang telanjang bulat di balik selimutnya. Dengan gemetar tangan Tejo mengarah ke bawah pusar.


Dirasakannya telapak tangannya menyentuh bulu-bulu halus di sana. Benar-benar sensasi yang luar biasa bagi dirinya. Ingin sekali dia menyibakkan selimut Sarah dan mengeksplorasi lebih jauh bagian itu.


"Ooh Tante." gumamnya dalam hati.



Tejo tak tahan lagi, makin hidung, bibir, dan tangannya menggerayang kemana-mana bukannya kepuasan yang didapat melainkan malah makin tersiksa dan kerontang dia dibuatnya. Puncak pelampiasan nafsu seksual tentu hanya dengan stimulus di kelaminnya hingga orgasme. Itulah yang dia rasakan sedari tadi berontak dari dalam dadanya. Dengan hati-hati Tejo memelorotkan celana kolornya dan mulai mengocok batang penisnya.


Dia melakukan dengan perlahan supaya Sarah tak terbangun. Namun sepelan-pelannya onani, tetap saja membuat Sarah terjaga.




Ya ampun Tejo nekat banget onani disebelah Tante.” Gumam Sarah dalam hati.


Dia berpura-pura masih tidur sehingga Tejo meneruskan onaninya. Gemas juga Sarah dibuatnya. Ingin rasanya dia bangun dan memergokinya. Tapi hal itu urung dilakukannya. Dia tak tega.


"Atau bagaimana kalau aku bangun lalu membantu Tejo mengocokkan batangnya?" pikirnya nakal.




Sarah merasa geli dengan pikiran-pikirannya itu. Tapi hal itu juga urung dilakukannya. Dia malu. Akhirnya Sarah terus berlagak tidur sementara Tejo makin hampir mencapai puncak.



Tiba-tiba Tejo bangkit. Dia perlu mengocok batangnya dengan cepat. Kalau dia tetap melakukannya sambil tiduran pasti ranjang Sarah yang empuk akan tergoncang karenanya dan Tantenya itu pasti bakal terbangun, begitu pikir Tejo. Sambil berdiri di samping ranjang Sarah Tejo pun makin menggencarkan onaninya sambil mengagumi keindahan dada telanjang Sarah.



“Oooohhh Tante.”
desahnya lirih.



Ingin rasanya dia menyingkap selimut yang menutupi bagian bawah tubuh Sarah.
Tapi dia khawatir Sarah akan terbangun karenanya.



Sarah membuka mata sedikit-sedikit berusaha mengintip apa yang dilakukan Tejo.
Dirinya ikut berdebar-debar menyaksikan Tejo beronani dengan dirinya sebagai
obyek pemandangan seksualnya. Parahnya lagi, Tejo beronani tepat menghadap
dirinya. Batang penisnya yang besar dikocok-kocoknya tepat di atas tubuhnya
seakan dia hendak melakukan bukkake terhadap dirinya. Sarah makin berdebar
dibuatnya. Dia bertekad akan berpura-pura terbangun sebelum tejo mencapai orgasmenya.







“Ouuughhhh....”
tiba-tiba Tejo melenguh panjang.



Takut terlambat Sarah segera membuka matanya.



“Tejooo?”
ucapnya pura-pura terkejut.



Tapi Tejolah yang benar-benar terkejut. Apa daya laharnya sudah di pucuk senjatanya tak mungkin dihambat lagi.





Croootzzzz.





Lahar Tejo menyembur dengan dahsyat dan tak ayal lagi mengenai seluruh dada Sarah.



Aahh.!”
Sarah menjerit pelan.



Akan tetapi bukannya memalingkan dirinya, Kepalang tanggung, Tejo malah meraih tengkuk
Sarah dengan tangan kirinya, sementara tangan kananya masih tetap mengocok. Seakan-akan
dia tak mau Tantenya menghindari muntahan spermanya.




Craattzzz! Craattzzz!



Semburan kedua dan seterusnya dengan mulus mendarat di wajah Sarah.
Walau sudah terbiasa dengan Anton, Sarah kini spontan menutup matanya.




“Mmhhhh. Joo.!”
desahnya gelagapan.



Benar-benar di luar dugaan dirinya, Tejo akan nekat meng-cum shot wajahnya.
Melihat wajah cantik Sarah berlumuran spermanya membuat perasaan tejo melambung.
Sensasi orgasmenya makin bertambah dahsyat. Inilah orgasme terhebat yang pernah
dia alami sepanjang hidupnya! Yeaahh..! Ingin rasanya dia berteriak girang saat itu.



Setelah orgasmenya reda Tejo melepas genggamannya pada tengkuk Sarah.
Dia pun terduduk lemas. Sarah menjatuhkan kepalanya di atas bantalnya lagi,
dia terdiam, pandangannya menerawang ke langit-langit. Dirasakannya hangat
sperma Tejo melelehi pipinya namun dia enggan buru-buru menyekanya.




“Ah.. Tejo.. Tejo... "
"Apa yang udah kamu lakukan pada Tantemu ini?”

desahnya dalam hati.


Perasaannya benar-benar campur aduk saat itu. Dia bingung bagaimana meski bersikap.


"Haruskah dia meledak dan mendamprat Tejo?"
"Bagaimana reaksi Tejo nanti?"



Ah, dia benar-benar bingung.


Sementara Tejo sendiri juga diam terpaku. Ada sedikit penyesalan di dalam dadanya
atas apa yang baru saja dia lakukan. Dia seperti tak percaya dirinya bakal bertindak
senekat itu. Sebenarnya dia tadi sama sekali tak berniat menghujani Sarah dengan spermanya.
Tadinya dia berniat berpaling saat mencapai orgasme, atau paling tidak menadahi spermanya
dengan tangan kirinya. Tapi Sarah yang tiba-tiba terbangun membuatnya panik
dan....



"Ah, yang terjadi biarlah terjadi."
pikirnya.



Kini dia siap didamprat habis-habisan oleh Tantenya. Akan tetapi Tantenya yang tidak kunjung
mengucap sepatah kata pun membuat dirinya juga galau.







“Jo.”
akhirnya Sarah bersuara.



“Yyaa Tante.”
jawab Tejo gagap.



Sarah bangkit dan duduk bersandar.


“Ambilkan tisunya Jo.”
pintanya.



Tejo segera menurutinya. Diulurkannya kotak tisu pada Sarah. Sarah mengambil beberapa lembar
dan mulai menyeka wajahnya. Tejo tidak tinggal diam. Dia juga mengambil beberapa lembar dan
membantu membersihkan sperma yang membasahi dada Sarah. Ditatapnya wajah Tantenya.
Entah apa yang tercermin dari raut mukanya yang sayu itu.


Apakah sedih?
Merasa dilecehkan?
Marahkah?
Entahlah.

Perasaan Tejo makin galau.



“Tt. Tante, maaf Tejo tadi nggak sengaja."
"Habisnya Tejo kaget Tante tau-tau bangun.”

dengan gagap Tejo berusaha menjelaskan.


Sarah tidak menjawab. Mukanya merengut. Dicubitnya Tejo dengan gemas.


“Aduduuhh!”
Tejo mengaduh.



Cubitan Sarah agak serius dan terasa sedikit sakit. Terang saja Sarah kesal,
bagaimana bisa dibilang tidak sengaja sedangkan Tejo tadi terang-terangan memegangi tengkuknya.




“Dasar kamuu.”
ujar Sarah gemas.

“Udah. Bobo!!!”
dikucek-kuceknya rambut Tejo.




Sarah memilih untuk tidak membicarakan peristiwa barusan karna dia sendiri pun tak tahu harus
berkata apa. Dia segera rebah setelah semua sperma Tejo diseka hingga kering tak bersisa.
Ditariknya selimut sebatas bahu hingga menutupi tubuhnya. Dilihatnya Tejo masih saja duduk terdiam.







“Jo. Jangan nakal ya."
"Udah malam, tidur!!”

ujarnya tegas.


“Ta. Tante, Tejo masih boleh tidur sama Tante kan?”
jawab Tejo terbata.







Sarah menghela napas. Dia sama sekali tak berniat mengusir Tejo.
Dibukanya selimutnya, mengisyaratkan Tejo untuk masuk berbaring
di sampingnya. Tejo pun meringis senang. Serta merta dia berbaring
memeluk Sarah.


“Makasih Tante.”
gumamnya.


Sarah tersenyum melihat polah Tejo. Ditutupkan lagi selimutnya menutupi mereka berdua.
Betapa senangnya tejo tidur satu selimut bersama Tantenya yang selama ini dipuja-pujanya.
Terlebih lagi Tantenya itu dalam keadaan telanjang. Dipeluknya tubuh Sarah rapat.

Sarah juga melingkarkan tangannya di atas kepala Tejo dan membelai-belai rambutnya.
Tejo sempat merasa kecewa, harusnya tadi dia bertelanjang dada supaya kini kulitnya
bisa bersentuhan langsung dengan kemulusan kulit Sarah. Dia jelas tak mungkin melepas
bajunya sekarang, bisa-bisa Sarah mendampratnya.









“Tante...”
bisik Tejo lirih.



“Ada apa lagi Jo?”
jawab Sarah lembut.



“Tejo sayang sama Tante.”
ucap Tejo polos.









Sarah terdiam tanpa menjawab. Tak percaya dengan apa yang didengarnya. Apakah keponakannya
itu baru saja menyatakan perasaan cinta kepadanya? Pertanyaan itu mengusik batinnya.
Tapi dia tak mau ambil pusing lebih jauh. Dia sudah sangat mengantuk.
Tejo sendiri tampaknya langsung terlelap kelelahan.





Baru 3 hari Heru pergi. Masih ada beberapa hari lagi sebelum suaminya itu pulang.




Entah apa lagi yang akan terjadi nanti.











Sarah pun terlelap.









***


Bersambung...
:mantap: :mantap::((:mantap::mantap::mantap::mantap::mantap::mantap::mantap::tegang::tegang::tegang::tegang::tegang::tegang::tegang::tegang::coli::coli::coli::coli::coli::coli::coli::coli::coli::coli::coli::coli:
lanjutkan imajinasimu hu:beer:
ditunggu apdet selanjutnya
 
Part 5









IMG-20190728-175739.jpg



(ilustrasi Sarah)​













POV Sarah









Hari-hari ke belakang banyak sekali kejadian-kejadian birahi yang membuat Sarah merasa tertantang dan
merasa senang melakukannya. Mulai dari kejadian-kejadian bersama keponakannya Tejo, kemudian
ke teman-temannya. Juga tadi malam, Tejo menyatakan perasaannya kepada Sarah.




"Akhir-akhir ini kenapa aku nakal banget sihh ughh.."
batin Sarah.


"Sikap kamu ini apa sih Sar??”
“Udah macam wanita murahan aja!"



"Tapi kamu emang nakal sih!"
"Doyan kon....."


"Upps ngomong apaan sih kamu Sarah!!"



Iya selain pria-pria yang sudah memadu birahi bersamanya,
lagi-lagi Sarah tergoda oleh batang-batang baru yang dilihatnya.



"Luki sama Tejo gede ya.."
tiba-tiba kalimat itu terucap dari mulut Sarah.



Aaaahh...





"Gak boleh mikir aneh-aneh ah."

"Semalem Tejo itu ngigo atau beneran ya, bilang sayang sama aku?"
"Hmm.. sepertinya aku harus menasihati Tejo."



"Lama-lama karna kelakukan ku ini bisa membahaya rumah tanggaku."

ujar Sarah dalam hati.



"Semoga tidak ada kejadian yang lebih dari kemarin deh, jangan sampe!"







Semoga...











***






Hari-hari Selanjutnya.








Hari ini Sarah memilih untuk bermalas-malasan. Seharian hanya rebahan, nonton Tv,
dan mengurus anaknya. Tejo pun sedang tak ada dirumah, dia mengatakan akan pulang
telat dikarenakan ia ada rapat panitia untuk kegiatan suatu acara.



“Permisi Tante Sarah”
terdengar suara orang dari luar rumah.



“Eh siapa itu?”
terkejut Sarah saat sedang menikmati kesantaiannya.



Sara pun menuju kedepan rumah dan begitu kagetnya karna yang datang adalah
Luki seorang diri. Sarah berpikir ada apa ini anak mesum datang seorang diri kesini?



“Iya, masuk aja Luki”
kataku kepada Luki dari balik pagar rumah.



Kemudian Luki masuk ke rumahku dengan membawa sebuah tas ransel.


“Sini duduk aja”
kataku mengajak dia duduk di ruang keluarga.


Kami pun duduk berhadapan diatas karpet.


"Ada apa Luki kamu sendirian kesini?"'
"Hayo mau ngapain?"

tanya Sarah dengan senyuman semanis mungkin.


"Gini Tan aku pengen minta diajarin sesuatu sama Tante Sarah" ,
"Ada beberapa yang aku gak bisa, karna itu aku mau minta
tolong sama Tante Sarah."


"Dan apalagi kalu diajarin sama Tante Sarah akan bagus pasti hasilnya!"

ujar Luki percaya diri.




Sarah merasa kaget dan tersanjung, malah berpikir ini mungkin hanyalah akal-akalan Luki,
supaya dia bisa menggoda Sarah, agar mengulang kejadian beberapa hari lalu,
atau berusaha untuk mendapatkan lebih dari itu. Mengingat Luki yang paling menang
banyak kemarin, dia mencicipi "Susu" Sarah dua kali.


Ya tapi bagi Sarah dia senang-senang saja kalau memang ia dapat membantu Luki menjadi lebih baik.



“Yasudah, Tante Sarah akan bantuin Luki" ,
"Jadi Luki ga usah malu-malu ya kalo mau bertanya.”
kataku sambil tersenyum.

“Iya Tante!”
jawab Luki.

"Tapi awas ya kalau Luki sampe macem-macem."
"Tante gak mau ngajarin!"

ujar Sarah lagi.


"Iya Tante Sarah yang baik hatii!!"
jawab Luki dengan antusias.



“Oya tapi gak ganggu Tante Sarah ngejagain Doni kan?”
tanya Luki lagi.



“Oh engga kok, Doni lagi tidur kok.”
“Emang kamu mau belajar apa Luk sama Tante?”



“Ini Tante..”
Ucap Luki sambil malu-malu dan ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya.



“Bahasa Inggris.”





Sarah tertawa mendengarnya.





***




Sarah pun memulai les privat ini, tapi selama Sarah mengajar, Luki seperti tidak fokus
dengan pelajaran. Matanya memang melihat buku yang dibawanya, tapi selalu ada aja
kesempatan mencuri-curi pandang ke arah dada Sarah ini.



"Ahh sudah kuduga kan, pasti ada maksud sesuatu."
"Godain ahh.."

ujar Sarah dalam hati.


“Gimana?"
"Kamu ngerti ngga sama apa yang Tante jelasin ke kamu?”

tanya Sarah menyadarkan lamunan dia.


“Eehh... iya.. ngerti kok Tante.”
jawabnya gugup.


"Hayo katanya mau diajarin sama Tante!"
“Kok gak konsen sih?”

ujar Sarah.



Lucu juga bagi Sarah melihat ekspresi seorang Luki bisa seperti itu. Tapi dia memang lebih
tua beberapa tahun dari Tejo. Yang ku tahu, kita seumur dia ini lah masa-masa hasrat
seorang anak laki–laki akan lebih tinggi-tingginya daripada masa pubernya dulu.

Jadi kuanggap wajar apabila dia semakin sangat tertarik melihat lawan jenisnya.
Tapi entah kenapa kemudian rasa ekshibionis ku merasa semakin tertantang.





"Ughh nakal banget sih kamu Sarahhhh.."
pikirnya.

“Aaahh capek juga ya Luk”
kata Sarah sambil menguap dan mengangkat kedua tangannya.



Dada Sarah pun sengaja di majukan sedikit, lalu melihat ekspresinya.
Matanya melihat payudara Sarah dengan tatapan tajam seolah matanya
dapat menembus daster yang Sarah kenakan, tapi entah kenapa Sarah menyukai tatapan itu.



“Ngomong-ngomong kamu haus ga Luk?"
"Kamu mau minum apa?”

tanya Sarah sambil kedua tanganku mengapit ke bawah seolah menjepit kedua payudara Sarah agar terlihat lebih besar.





“Mau Minum teh atau susu?”
tanya Sarah sambil tersenyum menggoda Luki.

“Eh.. su.. susu Tante Sarah”
jawab Sarah dengan ekspresi gugup sambil terbata-bata.

“Sebentar ya Tante buatin susu dulu di dapur" ,
"Kamu lanjutkan jawab soal yang tadi ya!”

jawab Sarah sambil bangun lalu pergi ke dapur.



Sarah mulai membuatkan segalas susu putih untuk Luki di dapur. Kemudian ku iseng
mengintip Luki dari dapur apakah anak itu mengerjakan tugas? Dan ternyata apa yang
kulihat sungguh tak dapat dipercaya, Luki sedang mengocok penisnya sendiri!!






***









POV Luki






Ini semua memang rencana Luki untuk datang ke rumah Tante Sarah sendirian.
Selain dia tahu hari ini Tejo tidak akan pulan cepat ke rumahnya, sebisa mungkin
Luki ingin sekali menemui Tante Sarah. Baginya, Tante Sarah adalah suatu obsesi
kenikmatan yang ingin dia kejar. Dari awal pertemuannya dengan Tante Sarah,
sampai akhirnya acara minum susu bersama, Luki sudah membulatkan tekadnya
untuk bisa memiliki sebagain diri Tante Sarah.




Dan sekarang saat Tante Sarah sudah menuju, Luki langsung mengarahkan
tangannya kebawah. Pelan-pelan Luki membuka resleting celananya.
Ia mengeluarkan "perkakas" pribadinya yang selalu dia banggakan.
Memang bentuknya cukup besar dan panjang.

Yang bisa memberikan kenikmatan dan kepuasan bagi betina yang beruntung.



“Gw bener-bener gak tahan sama tubuhnya Tante Sarah."
"Ah gila pengen gw perkosa aja rasanya Tante Sarah, mumpung gak ada Tejo."

ucap Luki dalam hati.



"Aaagrhh kenapa sih Tante Sarah bukan Tanteku."

"Gw harus dapetin kesempatan pokoknya hari ini!!"

ujar Luki lagi dalam hati.





***





Terlihat Luki sedang duduk mengocok penis hitam yang sudah ia keluarkan dari celananya.
Melihat hal tersebut Sarah pun menjadi salah tingkah, di satu sisi hasrat seksual Sarah naik
melihat kejadian tersebut,



"Apakah ini karena perbuatanku tadi menggoda Luki?"
pikir Sarah dalam hati.



Kemudian Sarah pun kembali ke Ruang keluarga sambil membawa segelas susu,
Luki yang melihat kedatanganku buru-buru menghentikan aktivitasnya sambil
memasukkan penisnya ke dalam celana.



“Sudah selesai jawab soal yang tadi?”
tanya Sarah seolah tak mengetahui apa-apa.


“Be.. belum Tante”
jawab Luki salah tingkah.




Sarah melihat tonjolan besar menggelembung dari balik celananya.

Ini susunya, diminum ya.”
sambil Sarah taruh segelas susu putih di atas meja.


Tak lama kemudian Luki meminum segalas susu yang ku buat sambil
matanya melirik ke arah dadaku.


“Hayoo kamu ngeliat apa?”
tanya Sarah dengan senyum menggoda.




Luki pun langsung tersedak mendengar pertanyaan Sarah hingga
membuat sebagian baju dan celananya basah. Melihat kejadian
itu Sarah pun tak kuasa menahan tawa, lucu sekali melihat tingkah
laku Luki.



“Hahaha yaampuun Luki kamu kenapa sihhh dari tadi?”
tanya Sarah sambil tertawa.


“Itu tadi aku keinget susu asi Tante Sarah kemarin.”
jawab Luki sambil tertunduk malu.


Sarah semakin tertawa lepas mendengar jawaban Luki.



“Bodo amat, gw kangen dadanya Tante Sarah itu!"
ujar Luki dalam hati.



“Luki Luki..."
“Pantesan aja daritadi kamu melihat ke arah dada Tante iya kan?”

tanya Sarah sambil tersenyum.



“Shit ketawan, oh biarlah!”
kata Luki dalam hati.





Luki pun terdiam dan tak berani menatap mataku.




“Emangnya kamu mau nyusu sama Tante lagi?"
"Sampe kamu ga konsentrasi belajar gitu?”

tanya Sarah halus.





“Ee.. loh mancing banget ini Tante Sarah..."

"Gas aja lah.."

kata Luki dalam hati..



“Ma.. mau Tante..”
jawab Luki gugup.


“Jadi mau ini lagi ya?”
sambil kedua tangan Sarah menyentuh kedua payudaranya.






Glekk!!







“Bener-bener deh nih yak!"
"Nakal banget Tante Sarah, duh Tejo beruntung banget lo bangsat!"
batin Luki.


“I.. iya Tante..“
jawab Luki semakin gugup.

“Kamu suka ya sama dada Tante?”
tanya Sarah cemberut menggoda.


“Su.. suka kok Tante..”
jawab Luki terbata-bata.

“Kalo kamu suka boleh kok pegang dada Tante ini”
tanpa sadar Sarah menawarkan Luki untuk memegang payudaranya,
entah apa yang sedang dipikirkan Sarah.




Mungkin karena hasrat seksual selalu tinggi, maka Sarah yang selalu horny akan perbuatan menggodanya.





"Hah?!"





Mimik wajah Luki yang terheran. Luki jadi bertanya-tanya apa bener ini Tante Sarah dengan
sengaja menawarkan untuk memegang dadanya itu? Luki tidak ragu lagi, dia merasa beruntung.
Luki semakin yakin dia mampu mendapatkan sesuatu yang lebih dari sekedar yang ditawarkan oleh Tante Sarah.



“Ehh boleh nih Tante?”
tanya Luki seolah tak percaya apa yang baru saja ia dengar.



“Iya boleh!!"
"Kemarin kan kamu gak Tante kasih."

"Sekarang cuma hari ini aja loh kesempatannya."

ujar Sarah.



Luki semakin tak percaya dengan apa yang didengarny, ia hanya bisa menelan ludah.


"Dan juga kamu udah ga konsentrasi belajarnya...."
"Sini duduk disamping Tante”

kata Sarah tersenyum.


Ya Sarah telah memantapkan hatinya untuk memberikan sedikit pelayanan kepada Luki.
Sejujurnya birahi Sarah sedikit naik, semenjak ia melihat kontol Luki. Sarah terpesona akan
bentuknya, ia berkeinginan untuk bisa melihat kontol Luki lebih dekat.



"Sejauh apa ya aku bisa menggoda Luki?”

“Dan membiarkan Luki menjamahku?"

batin Sarah, sambil ia tersenyum memandang Luki.




Luki tak akan mensia-siakan kesempatan ini.


"Mumpung gak ada Tejo, gw harus puas-puasin"
pikirnya.




Kemudian Luki berpindah posisi duduk disamping Sarah,
Sarah pegang tangan kanan Luki lalu mengarahkan tangannya
untuk menyentuh Dada kiri yang masih tertutup daster dengan lembut.




“Gimana dada Tante? Luki suka?”
tanya Sarah sambil tersenyum.




“I.. iya Tante.. “
jawab Luki lucu dan semakin gugup dengan muka yang merah padam.



“Kalo kamu suka boleh kok kamu perah "Susu" Tante ini.”
kata Sarah kepada Luki sambil tangannya mulai membantu tangan Luki meremas dadanya.




Perlahan tapi pasti tangan Luki mulai meremas payudara Sarah dengan lembut, tangan kirinya
pun mulai meremas payudara kanan Sarah. Kini kedua payudara Sarah sedang diremas gemas
oleh Luki. Kontras sekali warna kulit hitam Luki dengan kulit Sarah yang putih.


“Dada tante Sarah lembut banget, Luki suka”
ucap Luki memujiku.


Remasan Luki pada dada Sarah mulai agak kencang,.


"Ahh rasanya enak sekali!"
"Aku memang suka dadaku dijamah seperti ini."

ucap Sarah dalam hati.



Kemudian cengkraman Luki semakin kuat, remasannya pada kedua dada Sarah juga
semakin kencang seolah telapak tangannya ingin menyentuh semua bagian dada Sarah.




“Ahhh.. Luki..pelan-pelan aja!“
kata Sarah menahan gejolak nafsu.



Sementara Luki sudah terfokus ke memberikan kenikmatan pada dada Sarah.



“Luk.. pelan pelan dong remasnya.”
kata Sarah kepada Luki.




Karena makin lama remasannya semakin kencang membuat dada Sarah sedikit sakit.
Tapi Luki tetap saja tidak mendengarkan dan terus meremas.


“Luk.. ahh.. jangan keras-keras remasnya susu Tante sakit niih!”
kata Sarah lagi sambil memegang pundaknya.


“Ehh iyaa Tante.."
"Maaf ya.. habis dada Tante gede dan empuk banget hehe.."
"Luki belum pernah remas dada seindah punya Tante" ,


"Jadi maaf ya Tante..”

jawabnya cengengesan.



“Iyaa tapi jangan keras-keras dong remasnya" ,
"Tante gak kemana-mana kok..“

jawab Sarah


“Iyadeh hehe”
jawabnya singkat.



Kemudian Luki mulai meremas lagi dada Sarah perlahan. Ramasan Luki membuat Sarah
geli sekaligus nikmat, libido Sarah semakin tinggi. Luki pun juga sama, dia semakin bernafsu
terhadap Tante temannya ini. Ia ingin mendapatkan kepuasan yang semakin lebih dari Tante Sarah.



“Habis ini kamu belajar yang serius ya Luk?"
“Katanya mau diajarin?”

"Tante gak mau kamu ga konsentrasi lagi seperti tadi.”

tanya Sarah.

Iya Tante”
jawab Luki singkat tanpa menatap Sarah dan hanya fokus memainkan kedua dadanya.


“Sebenernya lo Tan yang mau gw ajarinnn..” batin Luki.


Sudah lebih 15 menit Luki meremas dada Sarah tanpa bosan, kadang dada Sarah
diremas kuat-kuat lalu diremas dengan lembut. Sementara Sarah hanya bisa mengigit
bibir menahan desahan nafsu yang keluar.



“Ehm... sudah dong Luk, ayo kita belajar lagi ahh.. ”
kata Sarah menahan birahi.



“Sebentar Tante.."
"Sebentar lagi..”

jawab Luki tidak memperdulikan Sarah.



Tangannya semakin nakal, dia mulai berani mencubit dada Sarah
dengan gemas, terkadang dia menghimpit kanan dan kiri dada.


Hmmm... Dada Tante Sarah wangi bangettt!!
“Empuk bangettt!!"

"Luki suka dada Tante Sarah!!”

kata Luki sambil membenamkan kepalanya di antara kedua dada Sarah.


Sarah hanya bisa mengelus kepala Luki yang sedang asyik menggesek-gesekan diantara dadanya.
Kemudian mata Sarah melihat tonjolan besar dibalik celananya. Sudah ereksi rupanya.
Tonjolan yang cukup besar itu sangat menundang Sarah untuk memegangnya.


Tanpa ragu Sarah pegang tonjolan itu.



“Ehh... Tante?”
tanya Luki kaget menghentikan kegiatannya.


Sarah yang memang mulai terangsang akibat remas-remasan Luki di dadanya pun,
membuat dirinya sedikit kehilangan akal sehatnya. Saat ia melihat tonjolan besar
di celana Luki, dia seakan terhipnotis untuk langsung memegangnya.




“Tante tau kok kamu sudah ngaceng kan dari tadi melihat Tante?"
"Coba sini Tante mau liat ‘perkakas’ kamu kaya gimana.”

kata Sarah mulai membuka celananya.


Luki menatap tak percaya kepada Tante temannya itu. Luki dapat melihat jelas, bahwa
Tante Sarah sudah terlihat naik birahinya. Wajahnya menggambarkan jelas, kalau
Tante Sarah sedang dalam birahi. Luki sadar ini kesempatan emas.

Luki tersenyum mesum dan kemudian ia dekatkan kepalanya kearah Tante Sarah.
Luki menoleh kearah Tante Sarah sambil berbisik,



“Luki gak nanggung ya kalau Tante Sarah suka..”

“Apalagi ketagihan..”

jawab Luki sambil tersenyum mesum.


“Sudah gapapa" ,
"Coba Tante mau lihat!!”

kata Sarah yang semakin meninggi birahinya.


Kemudian Sarah mulai membuka celana dan CD nya.
Sarah terkejut melihat dari dekat dengan jelas penis hitam yang sudah
tegak berdiri karena ukurannya sama dengan ukuran Anton selingkuhanku.


"Bagaimana bisa dia memiliki kontol sebesar ini?"
tanya Sarah dalam hati.


Lalu Sarah pegang penis hitam yang sudah berdiri ini, terlihat cairan putih mulai membasahi
kepala penis, perlahan Sarah kocok penis hitam Luki dengan lembut. Luki tersenyum puas melihat
Tante Sarah memegang kejantannya.



"Gak perlu gw godain atau pancing-pancing."
"Malah Tante Sarah duluan yang memulai..."

batin Luki.




Luki melihat jelas bagaimana tangan putih mulus Sarah perlahan memegang kejantanannya. Sangat lembut rasanya tangan Tante Sarah itu.




“Ahhh Tante Sarah..“
lenguh Luki.


“Enak ya Luk?”
tanya Sarah sambil tersenyum.


“Ahh enak bangett Tante!"
"Jago bangettt kocokan Tante!”

lenguh Luki.


Kemudian Luki melanjutkan meremas dada Sarah yang masih tertutup daster.
Perlahan tapi pasti Sarah percepat kocokan pada penis Luki yang sudah basah dengan cairannya.


“Ahh Tante Sarah”
lenguh Luki.



Sarah seperti mendapat mainan baru, kedua tangannya sudah mengocok penis Luki.
Terus dikocok penis Luki dengan intensitas cepat. Sudah 5 menit Sarah mengocok
penis Luki dengan kedua tangannya tapi herannya Luki tidak ada tanda-tanda ingin keluar.




"Ahh kuat juga stamina anak ini!"
"Mungkin jika suamiku yang ada di posisi Luki pasti sudah mencapai orgasme"

pikir Sarah.


“Ahh Tante, terus Tante...“
kata Luki menyuruh Sarah melanjutkan mengocok penisnya.


Nafas Sarah pun semakin berat, ia mulai dilanda birahi. Saat ini batang besar yang sedang
dikocoknya, sangatlah mencuri perhatiannya. Sakin fokusnya, Sarah tidak sadar bahwa
Luki mendekatkan wajahnya ke batang itu.


“Tante juga udah gak tahan kan?"
"Luki bilang apa! Tante bakalan suka!"



"Sekarang isep kontol aku!”

perintah Luki.



Mendengar ucapan itu Sarah pun kaget. Seakan terhipnotis dengan penis besar Luki
yang ada dihadapannya, terlebih lagi Luki menggunakan kata ‘kontol’ yang menurut
Sarah itu kasar sekali, namun semakinmenaikan birahinya. Sarah pun sempat ragu ketika
harus menjilat penis orang lain lagi selain suaminya dan Anton.


Apalagi yang dihadapannya sekarang adalah Luki, teman anak keponakannya.



“Tak apalah, toh hanya 'sekali' ini aja, menuntaskan birahi”
“Agar kita bisa kembali fokus belajar.” batin Sarah.


Sarah mendekatkan bibirnya kebatang itu.



Pertama Sarah cium kepala penisnya, perlahan dijilati lubang kencingnya terus ke bawah
batangnya pun dikocok sambil dijilat. Kemudian dikulum penisnya mulai dari atas,



"Akhirnya gw buat Tante Cantik ini nyepong kontol gw!"
"Lihat Tejo!! Lihat Tante binal lo ini gw apain!!!"

ujar Luki dalam hatinya.




Terlihat kepuasan pada wajah Luki. Bagaimana tidak, wanita cantik yang dia idam-idamkan
bersama teman-temannya dan Tejo, saat ini sedang bersimpuh akan mengisap kejantanan
miliknya. Dia semakin bangga akan perlakuannya bersama Tante Sarah saat ini.

Dia semakin yakin, ini akan menjadi awal sebuah jalan baru untuk Luki mendapatkan hal yang makin lebih dari Tante Sarah.



Kembali ke Sarah yang sedang berusaha memasukan kontol besar dan panjang Luki ini.
Dalam hatinya Sarah menaruh kagum kepada Luki. Bagaimana mungkin Luki bisa memiliki
kenjantanan seperti ini?



Bisa-bisa Sarah akan sering menggoda Luki untuk bisa mencicipi kejantanannya Luki lagi.





"Lagi..?"
pikir Sarah.






Ssslllrruppp..






"Ahh rasanya lebih asin dari milik suamiku",
"Baunya pun lebih menyengat seperti ada bau pesing..”
“Tapi justru membuat libido ku semakin naik!"

ucap Sarah dalam hati.


“Ahhh enak Tante teruss hisap kontol aku!!!”
kata Luki.



Tiba-tiba tangannya memegang kepala Sarah, ditahannya kepalanya supaya terus mengulum penisnya.





Ssslllrruppp.. Ssslllrruppp..




bunyi suara jilatan Sarah.



“Ahh enak banget, Tante Sarah makin cantik kalau lagi ngisep kontol gini”
puji Luki,



Sementara tangannya makin menekan kepala Sarah agar lebih dalam lagi menghisap penisnya.





Ssslllrruppp..






"Ahh.. Luk.."




Ssslllrruppp..












"Aahh..”
bunyi suara mulut Sarah beradu dengan penisnya.





"Ahh Aku seperti sudah lupa statusku sebagai istri dan seorang ibu, bahkan tante, " ,
"Dengan nakalnya menghisap penis teman keponakanku sendiri!"
ujar Sarah dalam hati.


“Aahh Tante Sarah..."
"Luki mau keluar..”
lenguh Luki.




Ssslllrruppp..





Mmmm..







"Ahh... keluarin aja Luk..”
kata Sarah.







Ssslllrruppp..



“Ahh... Tan... Luki keluaar..” erangnya semakin kuat.




Kemudian buru-buru Sarah lepas penisnya dari mulutnya,
dan....




Aaahhh....




Crooottt.. croootttt.. crootttt... crooott... crooott.....





Luki orgasme mengeluarkan cairan kental sebanyak 5x di wajah Sarah, cairan spermanya
belepotan kemana-mana, rambut dan daster pun tak luput dari cairan putihnya..


Bahkan sebagian spermanya masuk ke mulut Sarah..




"Ahh.. aku telan sebagian sperma itu!!


"Rasanya asin dan gurih, cairan putihnya lebih kental dari milik suamiku dan Anton!"
"Bisa-bisa ketagihan aku ini!!”

“Duh gawat!!"
kata Sarah dalam hati.



“Ahh.. maaf Tante..“
kata Luki terengah-engah.


“Gapapa kok Luk..”
jawab Sarah singkat.


“Tante Sarah manis, cantik banget”
puji Luki sambil melihat wajah Sarah belepotan Spermanya.



Aku pun diam saja, kemudian ku ambil tisu di atas meja lalu ku bereskan semua sperma
Luki yang berceceran di seluruh wajahku, daster dan beberapa di Karpet.



“Yaudah belajar lagi yuk!"
"Tujuan kamu kesini buat belajar kan?
"Atau emang sengaja berharap dapat lebih dari Tante?”
kata Sarah kepada Luki yang masih terdiam sehabis orgasme.

"Hehe"
jawab Luki cengengesan.




Kemudian Luki membersihkan penisnya dan kembali merapihkan diri mereka masing-masing
seolah-olah tak terjadi apa-apa. Tak terasa sudah sekarang sudah jam 4 Sore. Kemudian
terdengar seseorang masuk ke dalam rumahku dan kulihat ternyata Tejo baru pulang,
kulihat dia sedang melepas sepatunya.




“Tejo ya Tante?”
tanya Luki.

“Iya, Luk.."

"Luki... janji ya, yang kita lakukan tadi jangan sampai bocor!"


Sarah sama sekali tak ingin Tejo mengetahui kejadian barusan, didalam hati kecilnya
ia takut menyakit perasaan Tejo, kalau dia tahu apa yang dilakukan temannya terhadap
Tantenya yang disayang olehnya ini.



"Kalau sampe Tejo tau kita ngapain, maupun temen-temen kamu yang kemarin kesini" ,
"Tante gak akan kasih kalian main kesini lagi!”
tegas Sarah kepada Luki.



"Beres Tante Sarah!"
"Asal Luki dapet jatah 'Susu' Tante lagi ya!"
jawab Luki sambil tersenyum penuh kemenangan.


"Dasar ya kamu tuh bener-bener dikasih hati minta jantung!"
"Boleh aja, asal kalau situasi memungkinkan ya"
balas Sarah tersenyum mesum.



Tak bisa dipungkiri, kenakalannya dengan Luki benar-benar membangkitkan sisi
liar terbarunya. Entah kenapa dia jadi membayangkan apa jadinya kalau ada kesempatan
berdua lebih lama dengan Luki. Namun bagaimana dengan Tejo?


Tak lama kemudian..



"Tante.. Tejo pulang Tante”
kata Tejo.



“Eh Tejo... Gimana tadi kegiatannya?”
basa basi Sarah kepada Tejo.


“Wah seru banget Tante, banyak diskusi seru untuk acara yang akan dibikin nanti."
senyum Tejo.




Namun Tejo kaget ketika dia melihat ada Luki seorang diri didalam ruang tamu.




"Ngapain dia kemari?"
"Apa udah lama?"



"Jangan-jangan tadi selama aku gak ada, dia berduaan dong dengan Tante Sarah?"
ujar Tejo dalam hati.




"Eh kok itu ada sesuatu ya diwajah Tante?"


“Kok ada Luki disini?"
tanya Tejo.


“Hmm..apa itu Tante?”
“Di wajah Tante apa cairan putih tuh di atas bibir..”
tanya Tejo lagi.



DEGG..




Jantung Sarah pun hampir copot..


Ternyata masih ada sisa sperma Luki yang tersisa di wajah Sarah, buru-buru diusap dengan jari lalu Sarah jilat sperma itu




Slrrupp




“Ohh.. i.. ini.."

"Ini tadi Tante abis minum sisaan susunya Doni...”
jawab Sarah gugup.



Tejo tidak curiga dengan sikap Sarah, dia merasa tumben-tumbenan
Tante Sarah melakukan hal itu.


“Itu ngapain Luki kesini?""Sendirian lagi?”
tanya Tejo.

“Oh iya tau nih Luki!"
"Tadi tiba-tiba dateng minta diajarin belajar" ,
jawab Sarah.



“Tau lo bro nethink banget sih sama temen sendiri" ,
"Lo gak sedih apa kalau sohib lo ini gak bisa bahasa Inggris?"
canda Luki.



"Iye iye, tapi ya curiga aja gw sama lo, kan lo mesum banget jadi orang!" .
Lagian bukan urusan gw juga kalo lo gak bisa bahasa Inggris!”
ketus Tejo, dia menampak ketidaksukaannya kehadiran Luki seorang diri di rumahnya,



"Duh Tejo, kalau kamu tadi pulang lebih cepat gak kebayang sih Tante,"
ujar Sarah dalam hati.



“Yaudah ya Tante, Luki pamit" ,
"Makasih banget loh udah diajarin" ,
"Apalagi asupan bergizi supaya Luki lebih pintar.. “


“Hehehe."
ujar Luki cengengesan.

Luki hampir membuat Sarah shock,


"Ini anak bener-bener deh ahhh!!!"
“Emang apasih asupannya??"

"Sana balik, ntar dicariin emak lo."
kata Sarah.



Tejo hanya bisa diam dan berpikir penuh tanda tanya.
Apa yang sebenarnya terjadi saat dia pergi meninggalkan Tante Sarah sendirian di rumah?





“Tante, Luki bakalan kangen sama susu buatan Tante."
bisik Luki saat dia akan keluar rumahku.


“Wooo,, Maunya!!”
jawab Sarah.


“Hehe”
jawab Luki singkat






Setelah aku mengatarkan Luki keluar dan menutup pintu,
Tejo mulai melontarkan banyak pertanyaan,



“Tante gak diapa-apainkan sama Luki?"
tanya Tejo penuh dengan khawatir dan ingin tahu.

"Engga kok, kamu ini maunya Tante dimesumin mulu ya??"
Mana mungkin Sarah mengatakan yang sebenarnya terjadi kepada Tejo.

"Udah ah Tante mau ke kamar mau rebahan" ,

"Tejo jangan lupa bersihin rumah ya."
sambil Sarah berjalan menuju kamarnya.






***





Karena libido yang masih tinggi semenjak kejadian tadi siang bersama Luki, malamnya sebelum
tidur Sarah membayangkan kejadian aktifitasnya bersama Luki. Menghisap penisnya yang berwarna
hitam besar sementara Luki meremas payudara Sarah yang berukuran 36b ini.


Tak terasa vagina Sarah sudah basah...




"Gimana kalau aku ingin cari kesempatan lagi dengan Luki ya" ,


''Duh Sarah kamu mikir apa sih?"
"Masa mau bermain api dengan teman keponakan sendiri."

"Udah gila lo ya?"
ujar Sarah.



"Hmmm tapi apa gw yakin ya buat bisa gak dientot Luki?"
"Tapi kontolnya itu......."






"Bikin nagih"



Lalu Sarah memejamkan mata kemudian tertidur.




Entah apa yang akan terjadi selanjutnya antara Sarah dan Luki. Yang jelas Luki sudah
akan merencanakan aksi selanjutnya. Luki merasa Tante Sarah sudah memberikan sinyal
lampu hijau kepada Luki untuk beraksi lebih.





"Lihat saja Tante Sarah, aku pasti bisa ngentot denganmu!"
ucap Luki.




Babak baru Sarah dan Luki akan dimulai.

















Lalu bagaimana dengan Tejo?













***





Bersambung....
 
Terakhir diubah:
Part 6















(ilustrasi Sarah)​













POV Tejo






Masih ada yang mengganjal dalam perasaan Tejo atas kejadian kemarin. Tejo kepikiran
apa benar Luki tidak melakukan apapun kepada Tante Sarah? Masih terbayang dengan
diingatan Tejo, saat Luki mendapatkan kesempatan kedua menjamah
"Susu" Tante kesayangannya itu, di acara minum "Susu" bersama.


Hati Tejo tiba-tiba terasa panas...




"Aaahh perasaan apa ini??"
"Apa ini yang namanya rasa cemburu?"

ucap Tejo




Tejo tak mau ambil pusing, ia segera bersiap-siap untuk pergi. Hari ini Tejo ada janji
untuk rapat bersama teman-teman panitianya. Karna mereka akan mempersiapkan
sebuah acara event besar. Tejo bertugas di divisi acara. Tejo meyakini jika dia sibuk hari ini,
perasaan gemuruh di hatinya itu akan segera menghilang.




Tapi sebelum itu...



"Tejo, tolong ke Pasar ya.."
"Ini daftar belanjaannya di meja."

teriak Tante Sarah dari lantai bawah.



"Siap Tante."
jawab Tejo dari kamarnya.






***







POV Luki







Setelah apa yang terjadi kemarin, pagi–pagi ini Luki ingin melakukan asik terbarunya kembali.
Luki makin terobsesi oleh Sarah. Iya Tante temannya itu benar-benar membuat Luki sangat ingin
sekali melepas gairahnya yang menggebu-gebu.




“Hari ini gw harus bisa dapet lebih dari Tante Sarah!”
ujarnya.




Luki melangkahkan kakinya menuju rumah temannya itu. Langkahnya jauh lebih semangat
daripada biasanya. Sesampai didekat rumah yang berisikan bidadari cantik, pujaannya itu.
Luki terdiam sejenak. Mata si Luki langsung terbelalak melihat Tante Sarah pake daster tipis
warna cream transparan. Mungkin gak pake bra kali karena nerawang-nerawang gitu.


Sedang menyapu dan bersih-bersih di dalem halaman rumahnya.




Yang mana si daster itu pas banget dengan kulit putih keturunan sunda-cina ditambah
rambut Kuncir Kuda ngeliatin jenjangnya leher dan paha mulus top markotop.
Si Tante cantik ini memang bomseks bener, dengan tinggi 161cm berat 48kg dan toket ukuran 36b
mana body macem gitar spanyol.




"Ehhh buset, ketemu kan yang bikin kontol gw selalu semangat!"

"Tuh kan langsung ngaceng gini."
batin Luki.



Luki pun langsung menghampiri wanita yang menjadi misinya dia hari ini.




"Hai Tante Sarah!"
'Pagi-pagi udah rajin aja nih bersih-bersih rumah!
"
"Halaman rumah Luki sekalian bisa kali!"



Sambil senderan ke pager depan rumahnya ditambah dengan matanya yang jelalatan
liatin lekuk badan si Tante Sarah.



Sarah terkaget melihat kedatangan Luk, ada rasa cemas dihatinya.



"Duh mau apa lagi sih nih anak mesum!”
“Mana lagi-lagi pas banget Tejo gak ada.."
batin Sarah.



"Ehhh kamu Luk, biar rumahnya bersih."
Sarah masih berusaha menanggepinya dengan baik.



"Hhmm ada apa lagi nih tiba-tiba kesini?"

"Pasti ada maunya lagi kan?

ujar Sarah sambil lanjut nyapu dan cuek.




Luki tak mau merespon pertanyaan si Tante cantik, sebisa mungkin Luki ingin
membuat kondisi yang dimana Tante Sarah tak akan punya celah menolak
kedatangan Luki hari ini. Bagaimanapun juga tekad Luki untuk hari ini harus berhasil!





“Yee udah bersih tuh" ,

"Apa mau dibersihin biar kaya body Tante?"
"Susah kalo itu mah haha’



Sambil tiba-tiba masuk aja ke dalem halaman rumah.




"Duh kamu nih bisa aja luk" ,
"Eh eh kok main masuk-masuk aja ke rumah orang sihh."



Gerutu Sarah karena sebel dengan kelakuan si Luki yang tiba-tiba nyelonong masuk ke rumahnya.





"Yaelaah Tan.."
"Luki udah beberapa kali main kesini juga" ,

"Lagian hauss nih tantee.”

sengawurnya Luki nyeletuk sambil celingukan.



"Hmm yang lain pada kemana tante?"
"Perasaan rumah kosong terus deh."

selidik Luki untuk memeriksa keadaan rumah.


"Ya nggak gitu juga kali Luk!"
"Kan ada sopan santunyaa!"

bentak Sarah.


"Om kan lagi kerja diluar kota, gimana sih."
"Kalo si Tejo lagi ke pasar tante suruh belanja."


"Kenapa? Kamu haus beneran?"

selidik Sarah balik.


"Haus benerann lahh, masa boongan sih tante."
ujar Luki.




Dengan terpaksa Sarah menghentikan kegiatannya gara-gara si cecunguk ini.
Sarah berpikir ini anak gak boleh dibiarin makin bertingkah. Sarah gak mau kejadian
tempo hari terulang lagi. Bukan gak mau bermain api dengan Luki, tapi entah mengapa
Sarah memiliki rasa bersalah kepada Tejo..






"Yang ada haus ngerjain lo kalii tante!"
batin Luki



"Eh..iyaa pas banget nih rumah kosong kan berarti."



"Ehm gw bisa nih kerjain lagi Tante Sarah"
"Bodo amat udah konak liat yang beginian."

pikir Luki begitu.



‘’Iya Luki haus Tante.."
"Masak harus bilang 2 kali sihh’’

sambil ngedeket kearah Tante Sarah.




Luki mulai berani nepok pantat sekelnya dari belakang itu.






Plakkk!!





"Awhhhhh... Lukii!! Yang sopan dong uhh!!"
dengus Sarah.


Sambil kaget pantatnya ditepok sama cowok yang seangkatan dengan keponakannya, si Tejo.



"Ehmmm ini kan sopan Tante" ,
"Kalo kaga sopan tuh gini...’’


Dari nepok tadi, tangan si Luki mulai ngelepasin dari tepokan pantat kemudian dia remes kenceng pantat Sarah.




‘’Awhhhh Luki!!"

"Ahh bandel amat ya kamuu!!"

sambil agak ngebusung badan nya gegara di remes gemesh gitu.




‘’Nih anak mesum banget sih gila!"
"Pantat gw lagi yang digituin!!


"Udah pernah dinenenin dan disepong makin menjadi gini si Luki!’’

ujar Sarah dalam hati.




Ada rasa sedikit penyesalan di hati Sarah, tapi yasudah lah, sudah terjadi pikirnya.
Kemudian sembari habis nepok Luki mulai ngeluyur jalan kearah pintu






"Eh Tante.. Bau enak apaan nih Tante?"

"Lagi bikin kue yak?’’

ngebuka pintu rumah seenaknya gitu.



‘’Heh hehhh Luki!!"
"Kamu kok main masuk aja sih??’’

sambil Sarah jatuhin selang dan nutup selang buat nyiram air.




"Duh nih anak bandel banget siih!! Sebel banget gw!!’’
batin Sarah.



"Hmm habis gw bilang haus kaga di kasih.."
"Ya gw masuk-masuk aja sih hahaha..”

sambil ketawa Luki masuk ke dalem rumah duluan.



“Udah udah kamu tunggu disini aja napa Luki.”
kemudian Sarah lari kecil ke dapur ambilin es jeruk dari kulkas.



“Nah gituu kekk Tante! Hahaha..”
langsung di comot tuh es jeruk langsung diminum sama si Luki.






Tumpah-tumpah dikit dengan cara si Luki minum yang seenaknya itu.





‘’Ahhh enakk banget tantee maacih ya!’’


‘’Iya, udahh yahh sekarang pulang deh kamu sana."
"Tante mau beres-beres rumah lagi."
"Mumpung Doni lagi tidur.”

cerosos Sarah.


Wajah Sarah berubah cemberut, tapi yang ada dilhiat sama si Luki malah monyong-monyong kaya minta dicium.




‘’Lahh kenapa jadi gw diusir nih Tante??".
"Ye ellahhh ajarin gw bikin kue dulu dong ituuu’’




Luki merlihat ada adonan kue yang belom jadi. Dia merasa, dia mampu membuka peluang
dari moment ini. Luki pun menarik tangan Sarah ke dapur.



‘"Ehh.. ehhh.."
"Ga ahh Tante gamau Luk!!"


"Entar gagal lagi kuennya."
"Udah sih, pulang deh sana Luk!"

ujar Sarah yang bener-bener ingin mengusir Luki dari sini.


"Tante sibuk’’
ucap Sarah yang sambil ketarik tangannya dan pasrah ngikut Luki ke dapur gitu.



"Gapapaaa, gw gagal juga gw makan kok Tante!"
"Tenang aja..Hehehe."

"Lagian sibuk apaan?"

tanya Luki.


"Orang gak ngapa-ngapain juga kan?"
"Hmm sini udahh"

paksa Luki sambil tetep menahan tangan Sarah.




"Ayo Tante, gimana caranya bikinnya nih?"
Posisi si Luki dibelakang Tante Sarah, tangan nya si Luki megangin tangannya Tante Sarah dari belakang.



‘’Ihh.. kamu ini maksa banget sihh ahh!"



"Hufhhhtt!!"



"Udah yah, habis ini Tante ajarin.."
"Habis kamu itu pulang?"



Sambil bilang ke Luki sebelum mulai, karena Sarah udah sebel banget dengan kelakuan seenaknya nih anak.


Sebenarnya Sarah pun takut berduaan dengan Luki, dia takut kalau Luki akan meminta
macam-macam darinya, seperti kemarin Luki niatnya belajar malah jadinya nenen dengan
Sarah bahkan sampe disepong olehnya. Lagi pula hari ini pun Sarah sama sekali tidak mood
untuk nakal-nakalan.




"Iyaa janjii dehh.."
"Habis jadi terus makan, ya gw balik"



"Emang mau ngapain lagi disini.. hahaha?"

singkat jawaban si Luki ini.


"Gabakalan balik gw Tan!"
"Sebelum dapetin apa yang gw mau."

pikir Luki makin jadi.




Sarah pun dengan rasa terpaksa mulai mengajari Luki cara membuat adonan kue.




"Gini nih caranya.."

"Liatin.."

mulai ngajarin Luki dengan nguletin adonan sisa itu.



"Eh.. gimana tuh ajarin dong!"
"Tangan gw bener gak tuh Tante?"




Luki ngomong sambil ngedengus ke leher Tante Sarah dari belakang, ditambah tangan Luki numpuk
tangan Tante Sarah buat ngulenin adonan tersebut.



"Sumpah!! wangi banget lagi nih Tante Sarah!!"
"Mana semoknya dari belakang bikin ga nahan!"

batin si Luki




Luki mulai terangsang. Ia tidak mampu menahan kelakuannya yang dilakuinnya
sendiri ke Tante Sarah. Kejantanannya pun mulai berdiri tedak, dan oleh Luki sedikit
demi dikit ditempelin ke arah belahan pantat Tante Sarah...




"Iyaah, udah.. hmm bener gitu kok."
gumam Sarah.





"Ehhh apaan nih kok keras-keras di pantat gw..."
"Hhm mana geli banget leher gw shh nakal banget sih nih anakk"
batin Sarah.





Agak risih sedikit dan mulai kebingungan, Sarah tetep cuek dan tetep ngajarin cara
membuat adonan kue ke Luki. Sarah bener-bener tidak tahu apa sebenarnya rencana Luki.
Sarah pun juga masih berpikiran bahwa Luki tidak akan senekat itu untuk melakukan
hal yang lebih macam-macam padanya. Tapi sebagaimana kita tahu, itu pun bisa luput
dari kewaspadaan kita.





"Hmm terus ngulenin nya gimana dong?"
"Biar jadi kenyel?"





Waktu ngomong kenyel, tangan si Luki yang dari belakang itu mengenain lengannya
kesamping dada si Tante Sarah, sedangkan "perkakasnya" mulai di teken-teken ke pantatnya Sarah.




"Ehh?!.."
kaget Sarah atas langkah yang dilakukan Luki.




"Ini diteken, diremesh gituuh shh.."
"Adonannya mmhm"

masih cuek aja fokus ngajarin.

"Hmm diteken gini yak Tan?"
tanya Luki.



Saat bilang itu pun, bibir Luki sengaja dikenain ke telinga Tante Sarah dan sesekali
dikenain ke tengkuk lehernya yang jenjang itu. Sambil batang kejantanannya makin di teken,
dan mulai di gesek-gesekin naik turun ke belahan pantatnya Sarah.




"Iyaa gituuuhh,"
desih Sarah spontan.



"Ehh..ehhh.. Luki!!"
"Kamu ngapain sihh duuuhh!!!"



Sarah langsung menengok ke belakang sambil memutar badannya ke arah si Luki.




Dan saat itu pula...




Aumphhhhhhhmmm..






Hmmpphh... srlpppp..





Seketika saat menengok kebelakang, langsung bibir Sarah disamber oleh mulut Luki.



"Saatnya beraksi"
batin Luki.

"Ehmm gw lagi ngulenin roti kan Tan"
Sigap tangan si Luki langsung grepe-grepe dada Tante Sarah.


"Ahmmm…shhh.. Lukiii...mm"



Sarah cuma bisa berontak sambil mencoba dorong badan Luki ke belakang.




Smmph.. srlppphh..






"Gemeshhh gw sama lo Tante Sarah!!"



Ngomongnya si Luki pun mulai ngawur. Di otaknya udah pengen menaklukan tubuh Tante Sarah.
Tangannya Luki yang belepotan adonan kue warna putih itu, sekarang menggrepe-grepe dadanya
Tante Sarah dengan gemes.




"Hmmmmmhh..shhhh.. lepasihnnn Luki!!"



"Jangaan ahh!!"

"Tante gak mau kamu giniin.. ehshh"
ujar Sarah sambil mencoba mendorong Luki.





"Duh gila nih anakk!!"
"Beneran bisa nekat ternyata!”
“Aduh!!"
batin Sarah.


"Udah Tante Sarah nikmatin ya"
"Luki mau ngasih sesuatu yang enak buat Tante"
paparnya.



Dengan batangnya yang sudah hampir tegak sempurna, Luki mulai gesekin naik turun,
tangan kanan mulai menjelajah bukti indah Sarah.





"Eh.. gak pake daleman ya Tan?"

Jemari Luki merasakan sesuatu yang menonjol diarea dadanya Sarah.
Dan ia pun langsung memainkannya. Menggesek pelan, sedikit memberi sentilan.



"Udah..udahh Lukkkk..."
"Jangan pliss..."
"Luki stoppp... hmmm shh ahh"


Sarah berontak, tapi saat disentil pentilnya, membuat Sarah nggelinjang hebat..



"Duh kokk bisa enakkk sihhh.."

"Oh iyaa.. dia kan pernah ngehamilini anak orang..."
"Udah berpengalaman.."
batin Sarah



"Sshh.. Lukk.. Jangan...."




Sarah masih mencoba untuk menghentikan Luki. walapun keihatannya akan sia-sia.




"Jangan berhenti maksud lo Tan?"

jawab Luki.





Tingkah Luki semakin menjadi-jadi kepada Tante Sarah, Ia benar-benar ingin mendapatkan
semua kenikmatan yang ada di tubuh Tante Sarah. Dari awal dia dapat "Susu" dari Tante Sarah,
semenjak hari itu dia terobsesi dengan keindahan tubuhnya.




"Gemesh gw njir"
"Eh.. apaan nih mancung-mancung tegak?"
batin Luki





"Lo nakal yak tan?"
"Hmm gak pake daleman gini ternyata."
"Mau ngegodain laki-laki yang lewat?"

"Hmmm?"

tanya luki.



"Ahhhh shh.."
"Hmmm Lukii stooppp...!!"


"Ee …enak aja kalo ngomong!!"
"Jangan sembarangan ya kamu eshhh!!"

"Tannte em..mang sukaa gak pake bra pas dirumahh,..Aghh...”



"Ahhh.. Luki jangaan..ahhh!!"

"Puting ehmm tante duuh."


Sarah pun mencoba berontak karena kegelian. Yang ada batangnya si Luki makin kegesek sama pantatnya.


"Puting?"
"Ini namanya PENTIL Tante!"
"PENTIL!!"


Sengaja omongan Luki yang vulgar biar merasuk ke otak si tante Sarah.


"Bakal gw ajarin lo Tan!"
"Ngomong macem-macem hal begini!"
batin Luki,




Sambil menggesekan batangnya naik turun dan diteken sampe badan si Tante Sarah kepepet di meja makan.









"Lukii!!"

"Lukiii..ssh.."

"Pleasee shhh stopp dong hmm"



Sarah bener-bener memohon kepada Luki.
Merem melek Sarah sambil gigit bibir bawah geleng-geleng dibuatnya.



"Kenapa?"
"Gak ada suami dan Tejo, lo jadi nakal gini ya Tan?"


"Luki tau Tante itu binal dari waktu tante ngasih susu ASI nya Tante!!"
"Luki tau tante nakal!!"
cecar Luki ke Sarah.




Plakkk!!






Sambil nepok-nepok pantat si Tante Sarah dari belakang dan di grepe gemesh.




"Ini kok ada adonan lagi ehmm disini?"
tanya Luki sambil mencupang tengkuknya Tante Sarah.






Smmch.. Muuchhh... Ssmuachhh...






"Awhhhh.."
"Ahhh... Lukii.. shhh.."


"Jangan di tepokin gituu dong.."





Ahhghhh





"Ehmm,.. Shhh stopp Luki please!!"
"Ahh ntar meraaahh!!"
pinta Sarah



Sarah mulai panik lehernya dan tengkuknya dicupangin ganas sama si Luki.



"Duh gawat ini.."
batinya




"Kan cara bikin kue apemm gini kan?"
"Ditepok.. Ditabok.. Diremes..Diteken kan Tan?"
bales Luki.




"Ta..tapii essh.. itu bukan adonan Luki..hmm"
"Jangan digituin terus..hh..."
"Bahaya ahh!"



Dengan kepanikan, sambil pegangan meja di depan karena dipepet.



"Ehhh merah ya?"








Ehmm... Srlpphmm...






"Bikin merah yak Tan, kalo dicupang gini?"
tanya Luki sok polos.






Shmmchh... Mschhhmm.. Mmm....






"Lucu dong ehmm."

Bukannya mereda, Luki makin beringas. Si mesum Luki ini ngebikinin merah-merah leher jenjang Tante Sarah.



"LUKI!!!!"




"Berhenti...mmh..bikin merahhh leher.."

"Shhh tengkuk Tantee ahh."
pinta Sarah yang tak digubris Luki.



"Ini apa?"

"Ini namanya roti apa?"

"Pantat semok? Sekel?"


Sambil digrepe oleh Luki, jari-jari si Luki kadang ke ujung bibir memeknya si Tante Sarah dari belakang.



"Takut ngecap Tan?"
"Kan bagus hmm.."
"Bekas dicupang nyamuk gede hahahaha.."




Smmchh... Smmmchh...






Leher belakang Tante Sarah bener-bener merah...





"Ahhhhhhh.. Luki... stopp ahh.."
"Hmmm berhenti pleasee.."
"Bahayaa jangan digituiin!!"

"Na nnantii.. Tantee.. mm..ahh"

Sarah memohon dalam kebimbangannya.


"Tuh kan Luki merah kan!!"
"Udah stopp dongg.. guuhhghh"





Sarah pun nengok kebelakang dikit dan makin panik karna cupangan-cupangan
Luki mulai yang mengakibatkan efek tersendiri kepada tubuh Sarah.

Akhirnya si Luki pun jongkok dan mulai ngerjain pantat Tante Sarah dari belakang.





"Luki shhh mau ngapain kamu??"
"Shhh dibelakang situ jongkok?"

Makin panik Sarah ngeliat kelakuan si Luki.



"Duh gimana nih..."
"Njiir kelakuannya mesum...mmh..banget gila!!"
"Aduhh jadi horny kan!!"
batin si Sarah bergemuruh.



"Mau ngulenin kue apem dong.."
"Ehmm Tante Sarahhhh hahaha.."
ujar luki.





PLAK! PLAKK!! PLAKKKK!!







Luki langsung mulai mainin pake jari, sesekali ditepok tuh bongkahan pantat yang nungging kaya bebek dengan gemeshh.




"Ahhhhh Luki jangann!!’’





Waktu ditepok pantatnya lagi Sarah mulai keceplosan..






PLAK! PLAKK!! PLAKKKK!!






"Ahh...hmm.. Luk,.. Enak..ngh"



"HAHH?!

Bilang apa gw barusan?" batin Sarah



"Ehh...Stophh..."
"Shh... maksud Tantee..."



Tubuh Sarah terlanjur merespon dengan cara lain. Kepala Sarahpun ngedongak
sambil gigit bibir bawah karena mulai keenakan. Sarah berpikir keras untuk menahan
gejolak yang datang karna ulah Luki.




"Hehehe"


Luki terkekeh melihat Tante Sarah sudah mulai bereaksi seperti yang ia inginkan.


"Sebentar lagi..."
pikir Luki.




Tiba-tiba Tejo yang tadi lagi belanja kepasar, balik. Dengan posisi masih si Luki di bawah
meja makan. Ia tidak dapat melihat kedatangan Tejo, tapi sayup-sayup ia mendengar adanya
suara langkah kaki dari ruang tengah.





"Pasti Tejo nih?"

batin Luki


"Tante aku pulang!"
teriak kenceng si Tejo begitu masuk rumah dari pintu depan.







Hehhhg??




"Lukii stopp.. Tejjj..Tejooo.. pulang.."
"Stop donng please.."

"Iii....iyaa Tejo"


Dengan rasa panik sembari dibalesnya panggilan Tejo tanpa sadar oleh si Tante Sarah.



"Enak Tan?"
"Hmm keceplosan ya Tan?"

"Hahaha makin bagus dong kalo Tejo balik kesini!"
jawab Luki sambil nguyel gemesh bibir memeknya Tante Sarah dari luar.


Tejo pun jalan ke dapur..



"Tan itu kok ada sepatu orang lain didepan?"

"Punya siapa tuh?’’
tanya Tejo linglung dan agak capek keringetan,
Sambil bawa belanjaan di tangan kanan dan kiri nya, dan berhenti di deket ujung meja makan deket kulkas.


Sedangkan si Luki coba mengintip dari bawah, sambil ngerjain pantat dan memek si tantenya.



‘’Ehmm shhhh duhh Luki!!'
"Bisa gila ini pantat sama memek gw kalo diginiin terus..."


"Bisa.. nghh’

batin si Tante Sarah dan lupa ngejawab pertanyaan dari si Tejo.


Yang ada malah pura-pura ga terjadi apa-apa sambil gigit bibir bawah nahan desah pas ada Tejo.



"Tante? Halo? Kok gak dijawab? Itu tadi sepatu siapa?"
tanya Tejo lagi sambil liatin muka Tante cantiknya kebingungan.




"Yaiyalahh Tante lo yang cantik dan aduhai ini lagi keenakan!"
"Mana mungkin dia bisa konsen jawab Jo!"

batin si Luki sambil cekikikan dalam hati.


"Hmmmhhh i...itu sepatu tadi ehm.. temen tanteesh.. nitip shh"
Ngomongnya Sarah agak ditahan gitu.


Sesekali goyang-goyang kekanan kekiri gegara itu memeknya dimainin sama si Luki mesum.


"Temen nya yang mana tuh? Laki-laki ya?"
"Sepatunya, sepatu cowok aku lihat Tan."

"Ohiyaa btw ini udah selesai belanja nih Tan."

sesekali ngeliatin muka Tante Sarah yang agak aneh dan ga biasa kelakuannya.



Sekarang ini tangan si Luki mulai nakal ngegesekin kue apem tante Sarah yang kebungkus
cd warna putih pake ujung jari, diuyel-uyel pake ujung jari. Dan tangan kanannya sesekali
ngeremes-grepe gemesh bongkahan pantatnya.





"Busett mantep bener ini pantat yak! Hahaha.."
pikir si Luki makin sange sendiri.


"Ituu punya.. hmm anaknya temen Tantee."
"Tadi mamanya kesini Tejooo."

"Hmm iya makasi..aah ahhh anu itu Jo.. ta taro.. meja ajaa ya."


"Hmmm shh!!’’







Omongan Sarah agak belepotan sambil merem melek nahan desahan.
Dimana pantatnya gabisa diem goyang dikit.



‘’Duhh sialaan banget sih si Luki!!"
"Bikin gw ehmm jadi ginii!!"

"Ta tapi.. kok ehmm sensasinya aneh ya shh..."

pikiran si Sarah mulai goyah.



"Oalah gitu yaah."
"Ngomong-ngomong tante kenapa deh?"
"Dari tadi kayanya aneh bener, merem melek gitu mana keringetan lagi."

"Bentar dong Tan, entar ternyata ada yang kurang lagi belanjaannya kalo main ditinggal."
"Aku buka ya disini biar tau apa yang kurang."


Tejo meletekan belanjaan itu ke atas meja, dan mulai ambilin satu-satu dan bikin lama ia di dapur.



Sedangkan tangan si Luki mulai remes dan kaya belah duren gitu. Biar tuh pantat Tante Sarah makin ngebuka.
Terus ditarik pake jari telunjuk cdnya ke arah samping. Mulai deh dimainkan itu bibir memek Tante Sarah tanpa cd.


"Gapapa Jooo.. Ahhhh.."




"Aaghh asal kamu tahu Tejo.."
"Tantemu ini lagi dinimaktin lagi sama Lukiii!!."

batin si tante Sarah.


"Hhmm Tejo... Tante boleh minta tolong lagi?"



"Apa Tante?"

tanya Tejo.



"Tolong ajak Doni keluar ya, dia belum dijemur, gapapa sekalian kamu aja keliling komplek."

"Tapi hati-hati ya Jo."

Sebisa mungkin Sarah menjaga kondisinya saat bilang seperti itu



"Okay Tante!"
balas Tejo.




Sarah kemudian mengigit bibir bawahnya sambil nengok dikit kebawah ngeliatin si Luki yang udah makin lepas kontrol.



"Aduuuuuh gila bangeet ini gw dikerjain abis-abisann!!"
"Pantat gw!!"

"Hmm kalo udah dimainin begini lama-lama bisa keluar juga shh..."
"Binalnya..nghhhh"

"Bahayaa.. bangsattt emang Luki!!"
"Ini semua gara-gara kejadian sebelum-sebelumnyaaa!!.."




Waktu Sarah nengok ke bawah, si Luki malah nyengir mesum sambil makin asik sendiri
mainin mainan barunya di bawah meja makan. Tangannya gak luput grepe terus bongkahan
pantat yang sekel abis, uyelan dari jari-jarinya itu berubah jadi gesekan naik turun.



"Tante, Tejo keluar ya ajak jalan Doni."


"Iya Jo.. "
"Doni baik-baik ya jangan rewel diajak jalan-jalan sama Mas Tejo"

ucap Sarah sambil sedikit tersenyum.

"Hahaha.."
Tejo tertawa mendengar ia dipanggil 'Mas' oleh Sarah.



Tejo pun jalan keluar, dan saat terdengar pintu depan sudah tertutup...





"Awhhh stopp Lukkkkk!!"


"Aaaarghhhh.. udahh.. ahh sana pulang.. nghhhh..."





PLAKKK!!!




Sarah ngedongak keatas waktu ditepok pantatnya sama Luki.




"Hehehe, bener nih nyuruh Luki pulang?"
"Bukannya Tante udah sengaja nyuruh Tejo pergi supaya kita bisa lebih lama kan?"



Kemudian Luki mengangkat badan Tante Sarah dinaikin keatas meja makan.



Ga perlu basa basi begitu pas duduk dimeja, langsung dicaplok itu bibir Tante Sarah yang tebel tapi kecil sama Luki.





Auhhmmpphhhhh ehhmmm srlppp elellele ehmm





‘’Ahhh.. awhh.. Luki.. hshh.. kamuu mau ngapain siih ahh.."
ucap Sarah sambil mendesah.



Mmmmm aumphh ehmm




Belom selesai bicara bibir Sarah langsung dicaplok lagi oleh Luki.





Sarah sudah dikondisi yang tidak bisa melawan lagi dari Luki, bahkan ia tidak mau melawan.
Rangsangan saat dibawah meja oleh Luki tadi, bagaikan tombol saklar untuk menyalakan
api birahi Sarah yang binal. Dia memang sengaja membuat Tejo keluar dari rumah lagi.
Pertama ia sudah terlena oleh permainan Luki, ia tidak mau terganggung oleh Tejo dan Doni.
Kedua ntah kenapa ada perasaan yakin dari diri Sarah, bahwa iya akan mendesah selepas-lepasnya.

Dan tentu ia tak mau Tejo mendengar lolongan kenikmatan Sarah yang dihasilkan oleh temannya.



Disaat seperti ini, masih ada sedikit akal sehat Sarah untuk tidak menyakiti perasaan Tejo.
Karna ia tahu Tejo jatuh hati pada Tantenya sendiri ini. Bagaimana kalau nanti Tejo tahu,
kalau saat ini temannya sudah berhasil lebih dulu menikmati lebih banyak dari apa yang
pernah Sarah berikan kepada Tejo. Atau lebih tepatnya, temannya lebih duluan menikmati
Sarah dibanding dirinya.





"Nyusahin aja nih celana dalem."
ucap Luki sambil melepas kain penutup kecil itu dari tubuh Sarah.



"Hmmmm shhh ahh’’
batin tante Sarah mulai bergejolak antara diem-diem masih malu padahal mulai pengen.



Sekarang gantian tuh celana yang dipake Luki, buru-buru dilepas.


KONTOLnya yang daritadi kekurung sekarang lepas, ngacung gede banget di depan tante Sarah.



Sambil menciumi bibir dan wajah Tante Sarah, Luki pun menampar itu gunung indah milik Tante Sarah.




PLLAKKK !! PLAKK!!!





Smoochhh ehmmm ehm’ cipokannya turun ke leher, dicupanginnya sampe merah.


"Ahhhh Luk!!"

"Ehmm shhh’’




Gak sadar tangannya si Tante Sarah mulai ngalungin ke leher Luki.




"Ahh benda gede itu lagi..."
ucap Sarah.



Matanya Sarah gabisa lepas dari kontolnya Luki yang ngacung seusai dibuka dari celananya itu.
Ini kedua kalinya Sarah melihat batang kejantanannya Luki.


"Ehmm yang gede apaan Tan?"
"Emang ga punya nama ini Tan?"

tanya Luki.



Smmmchhh..




Disela cupang sambil diulang berkali-kali pertanyaan tersebut oleh Luki.
Lehernya bagian kanan si Tante Sarah bener-bener udah merah.


Kontolnya si Luki mulai digesekin ke bibir memeknya.
Tapi saking gedenya, sesekali ngegeseknya sampe kena perut diatasnya memek.




"Hmmmmm ituuu...shhhh... kamu gedee... hmhh.. Lukii...’’
Malu-malu kucing dibales oleh si Tante Sarah.


"Ini namanya KONTOLL!!!"
ucap Luki dengan tegas.



Sambil tangannya maju ke arah mulut si tante Sarah, terus dimonyongin pake tangan si Luki.
Kontolnya ga luput tetep gesekin kearah itil tante Sarah.



"Ngerti Tan?"

dibales dengan anggukan dan merem meleknya mata oleh Tante Sarah.


"Apan Tan!! Kok ngangguk doang??"
makin dimonyongin bibir Tante Sarah sama tangan si Luki.



"Ihh... Iyaah Kontol Luki... Gedee"
dibales gitu doang oleh Tante Sarah.





Otak tante Sarah udah mulai kemana-mana terutama tertuju gimana memeknya puas.
Tangan tante Sarah langsung ditarik Luki, dan tepok pantatnya biar agak majuan di meja makannya.




PLAKK!




Lalu dibikinnya Tante Sarah berlutut dihadapan si Luki. Langsung yang namanya KONTOL
itu ditepukin ke muka tante Sarah yang lembut, kenyel cakep itu.





"Kalo gede harus diapain yang namanya kontol emang Tan?"
tanya Luki.


"Hmm... hmm..ha.. haruus…dii.. isepp?"
sambil mukannya ditepokin sama yang namanya Kontol gede.



Mata tante Sarah gabisa diem ngeliatin itu kontol kemanapun gerak.



"Di isep? ehmm emang titit di isep?.. Hahaha"

"Kalo yang namanya KONTOL, inget ya KONTOL itu di SEPONG Tan!"

bentak Luki ke Sarah.

Bener-bener omongan vulgar itu keluar dari mulut Luki, diajarinnya biar terbiasa
dengan omongan yang vulgar ke otak si Tante Sarah. Sembari dilepetin itu kontol
ke mulut Tante Sarah, Luki ingin biar bau Kontol si Luki itu nyengat ke otak Tante Sarah.



"Iyaa.. Tante... hmmm.. sepong ko.n...kontol kamu sini.."
bicara Tante Sarah sambil belepotan.




Sarah semakin terbuai dengan cara Luki, ia merasakan sesuatu yang berdeda dari permainannya Luki.
Dan itu benar-benar meninggikan birahi Sarah.




"Sarahhhh!!! Lo kenapa jadi binal gini!!"
"Semua gegara.. ehmm,, kontol gede gini!!"
batin Sarah mulai berontak.



Sarah kemudian melirik lagi kearah Luki,




"Ya emang harus lo sepong Tan!!"



Terus-terusan ditepokin batang kontol hingga palkonnya ke mulut tante Sarah.
Lalu dijambak rambut depannya biar puas bisa ngeliatin muka sange Tante Sarah.





"Hmm mana?!
"Hmm mana sepongnya?!"

pertanyaan perintah Luki kepada Sarah.


Sarah membuka mulutnya...




Aahhhh..




Hemmmpp...




Srlupppp... Srlupphh...






"Sepongin Tan!"
"Sepongin sampe dalem masuk semua!"

perintah Luki.


Sarah semakin intense mengemut batang milik Luki..



"Ohh shit!
"Njiir enakkk bangett mulutmu Tan!"


"Uhhhs fuckkk’’




Tangan si Luki gerak cepet, kepalanya Tante Sarah pun digerakin ke samping.
Biar ia dapat melihat pipinya Sarah seperti lagi makan sosis atau bakso gitu.
Mengembung...




Hemmmmpph




Ahghhhhh..




Cloockk... clook...






Sepongan tante Sarah makin intense sampe ketenggorokan, belepotan sir liurnya di bibir Tante Sarah sampe air liur pun menetes.





"Tante Sarah kalo udah kena kontol jadi gini ya lo tan?"
"Hm? Ini namanya apaa sih?’’

sambil Luki ngelepasin kontolnya dari mulut tante Sarah,

Terus palkon nya dikasih didepan mulut tante Sarah persis.



"Ini... Ko kontoll...hmm’’

ucap Tante Sarah, sambil pake ujung jari telunjuk.



Mukanya pun udah sange. Seluruh birahi yang ada didalam diri Sarah memuncak.




"Hmmm kok kontol Tante?"
"Bukan titit... Hmm?"



Luki makin mengesekan kontolnya ke mulut Tante Sarah biar belepotan air liur Sarah.
Semakin belepotan semakin bikin si Luki sange.




‘’Iii..ini… gedeee.."
"Sshh ...bikin ketagihhann…"

ucap Sarah yang makin naik birahinya, dia sedang diambang batas logika.


Dia sedang tak bisa sepenuhnya mengontrol dirinya. Kenakalan yang sudah naik levelnya pada dirinya,
selalu mendominasi akal sehatnya disituasi seperti ini.




"Ssssh....Luk...Tante pengeen...."
dengan mukanya Tante Sarah yang manja sambil cemberut sange.





“Pengen apa Tante Sarahku yang cantik?”

tanya Luki yang dia udah tahu banget kalau wanita cantik yang sedang bersimpuh di hadapannya ini udah sange berat..




“Badjingan emang Lukiii..!!"
"Bangsattt ahh gw sangeeee"

batin Sarah.



"Pengeeen apa tanteeeee?"

Luki menegaskan pertanyaan lagi...




Tante Sarah menatap mata luki dengan pandangan sayu. Dia tahu kalau keesokan harinya pasti
akan ada hal-hal yang akan terjadi lagi antara dia dan Luki. Ini semua karna kebinalannya Sarah,
iya karna sisi liarnya Sarah yang ingin menggoda teman-temannya Tejo.



Dengan menarik nafas dan kemudian tersenyum,






“Tante Sarah mau..."














ia melirik kearah Luki





"KONTOL”






Jawab Sarah sambil kembali memasukan kontol Luki ke mulutnya.














***









"Kamu emang nakal Luk!!"
"Kamu bisa banget mancing birahi tante sampe kayak gini!!"

ucap Sarah.






Aaaahhh...






Ssssstt..







Aaahhh..








"Enakkkkk!!"
"Enakkkkk bangett Lukkkk!!!"


Oouuuhhhh...

racau Tante Sarah yang sepertinya bakal orgasme lagi buat kali ketiga.






Mungkin memang sudah takdir kalau “hal” ini harus terjadi dan harus diselesaikan dengan cara yang “benar”.

Ketika gerakan maju mundur pinggul tante Sarah semakin liar dan tak terkendali, Sarah pun gak sadar kalau
gerakannya maju terlalu jauh yang berakibat kontol Luki lepas dari jepitannya, dengan reflek Sarah pun
memundurkan kembali pinggulnya.



Dan.....



Bleeessss!





Mata tante Sarah melotot dan mulutnya terbuka lebar, wajahnya menunjukkan kaget yang luar biasa
saat dia merasakan ada benda tumpul yang keras masuk ke rahimnya.




Aooouuuhhhh... Aaakkhhhhh..



"k.. k.. kok.. bissa..enn.. nak.. bangeet siihhh..?!"

"GEDEE bangeett...!!"



"Aaawwwh.. kerrraaaassss.. kontolnya keraaaasss!"



Oooouuuwwhhhh..

teriaknya.



Ya akhirnya Luki berhasil menghipnotis tante Sarah dengan permainannya.
Semenjak cumbuan intense yang Luki berikan selama di dapur, akhirnya membuat Tante Sarah
memohon untuk diselesaikan dengan dewasa.









Dientot....





oleh Luki..






Ploookk... Ploookk... Ploookkkk...






Kira kira seperti itu lah bunyinya,

Tante Sarah pun menahan rasa nikmatnya dengan mencupang leher Luki dengan ganas,
kemudian beliau berbisik di kuping Luki,




“Lukiiii... kontol... kamu... kok, enaaakk.. bangeeeettt?!"

"Gedeee.. keraaasss.."
ujar Sarah.



"Inget kan Luki pernah bilang apa ke Tante Sarah?"

jawab Luki sambil tersenyum ke Sarah.

"Jjj..angann.hgg ny..nye..sell ka..llauugh saa...mppegh.. ketagihan..arghh!!"
ucapnya Sarah terengah-engah karna sedang menikmati sodokan kontol Luki.

Luki bahagia sekali, rencana dia hari ini terhadap Tante Sarah berjalan dengan sempurna.
Seakan takdir memang menginginkan persetubuhan ini terjadi.

Dengan tidak adanya Tejo hari ini pun, sudah menjadi pertanda bahwa rencana yang
ia miliki terhadap Tante Sarah akan berjalan dengan baik!



“Uggh memek.. tanteee.. juga.. enaakkk.. sempiiiit bangeeett..”

balas Luki sekuat tenaga.

"Udah sering dipake kan padahal?"




Ahh... Ahhmmwhhhh...




"Jawab Tante!!"

bentak Luki.



"Akhh.. Iya... udah sering dipake!!"
'.


"Tapii ini...nghhh...lebih nikmat dipake kamu!!!"





Tante Sarah pun sekarang sudah bisa mengimbangi gerakan naik turun pinggul
Luki. Luki mencabut kontolnya dan membalik posisi Tante Sarah menjadi menungging.
Tanpa basa-basi, maupun perintah Luki langsung menancapkan kejantannya.
Luki tahu kalau Tante Sarah tidak akan protes dengan apa yang akan Luki lakukan.

Luki menginginkan posisi ini. Baginya, posisi seakan-akan membuat Luki yang berkuasa
atas tubuh Tante temannya ini. Dia memegan kontrol penuh dalam perayaan birahi ini.




“Lukii... mau keluaaaarrr..."
"Tante mau keluaaaarrr.. Lukiiiiiiii.."


Aaaaaakkkkhhhh.. Aaaaaakkkkhhh


teriak tante Sarah dibarengi dengan menghujamkan pinggulnya dalam dalam ke kontol Luki.





Luki pun masih menggenjot tante Sarah. Tusukan demi tusukan ane lancarkan ke liang kenikmatan tante Sarah,




Ploookk... Ploookk... Ploookkkk...




Racauan pun keluar lagi dari mulut Sarah,




“Hmmmm.. hmmm.. memek.. tante.. keenakaaaan."




Aaakkkh..




"Eennaaaakkk.. kerraaasss.. berassaaa.."



Awwwhhh..Ooouuuhhh...


Racaunya.



“Apanyaaa..ah.. yang.. kerass dan berasa.. tanteee..?”

tanya Luki sambil berdesah nikmat dan menggodanya.





“ k.. k.. k.. KONTOOLLLLLnyaaa.."




Aaaakkhhhh..

Hmmpphhh..


Ooouuhhh..







"Ampuuunnn.. kontolnya.. beraassaaa bangeeeettt..!!”



Akhirnya Tante Sarah menjawab sesuai yang Luki harapkan.



Omongan vulgar yang keluar dari mulut tante Sarah, sangatlah merdu bagi Luki.



“Keluarin.. aja semua.. tanteee.. lepasin semua..”

saran Luki ke Tante Sarah.


“ Iyaaahhh.. iyaaahhh.."
"Ennaaakkk.. kontolyaaa enaaakkk.."

jawab Sarah.




Sarah semakin terlena oleh ulah Luki, kenikmatan yang ia rasakan dari batang
kejantannya Luki seperti gabungan dari milik Anton dan Suaminya, Heru. Sarah menggila,
ia benar-benar menyukai persetubuhan ini. Sarah merasa bahwa dia tidak merasa rugi
telah menggoda Luki dari sebelum-sebelumnya, melihat kenikmatan yang ia dapatkan, sangatlah sepadan.


“Tante mau.. diginiin teruss sama Luki??”


Luki bertanya sekali lagi dan merasa seperti ada yang mau muntah dari bawah sana.



“Maauuu.."




Aakkkhhh...




"Mauuu bangeeett.."


"Ahhhh... keraaasssa bangeeeett.."

jawabnya Sarah tanpa tertahankan.



“Apaaa?"
"Kurang jelas tante!”

kata Luki sembari menambah kecepatan gerakan pinggul yang membuat tante Sarah berteriak keras.



“TANTE SARAH.. MAUUU.. DIENTOT TERUUUSSS.."




AAHHHH..




"ENAAAAKKK..."




OOUUUUHHH..




"LUKKIIIIIII... ENTOT TANTEEE..."




OOUUHHHH...




"TANTE.. MAU.. KONTOLNYA LUKKIIII.. !!"




AAAAHHHHH..




"MAU KELUARRR. TANTE MAU KELUAR LUKK!”

teriaknya.



“Sama tantee.."
"Luki juga udah gak tahan!”

teriak Luki yang sudah gak bisa ngebendung lahar yang dia punya.


“I.. I.. YAAA.. KITA.. BAREEENG!"
ucap Sarah ditengah kenikmatan yang melandanya.





OOOHHH..



AAAHHHH..








"DI... DALAM.. LUKKKK!!!"





OOUUUHHHH..




"KELUARIN.. SEMUA.. LUKKK.."



AHHHH..

ucap tante Sarah masih dengan suara yang berteriak.



Luki mengeluarkan semua benih benih yang tertahan sejak masuk ke dalam rumah.





Crrrroooooottt... ccroooott.. crrooootttt..






Bersamaan dengan menyemburnya sperma Luki ke dalam rahimnya, tante Sarah melingkarkan
pahanya ke badan Luki dan membuat dirinya orgasme buat yang ke empat kali.




MMMMM...




OOUUHHHH..





"AHHH. ANGEEEETTT.. PEJUNYAAAA.."


"ADUUUHHH.. NIKMATTT.."




OOOOHHHH..
teriak tante Sarah yang seperti biasa ketika orgasme badannya pasti bergetar dan mengejang.



"Gila ini bener-bener gila!!"
"Luki bisa ngasih kenikmatan senikmat ini melebihi Anton dan Suamiku sendiri!!"



Luki tersenyum puas, dia merasa berhasil menaklukan Tante Sarah yang cantik ini.
Rencananya berhasil dengan sukses. Dia berhasil meniduri Tante temannya ini.



"Luki..."

panggil Sarah masih dalam posisi yang sama.

"Ya Tante?"

jawab Luki



"Terima kasih ya, ini enak banget."

jawab Sarah sambil tersenyum manis.



Hati Luki langsung berbunga-bunga mendengar perkataan sederhana dari seorang wanita cantik
seperti Tante Sarah. Baginya itu tidak hanya sekedar pujian, melainkan sebuah deklarasi untuk akan
ada petualangan yang berikutnya.

Dengan nafas yang masih tersengal Luki pun menarik kepala Tante Sarah.

Dia melumat bibir tante Sarah.,,.




Mmmmmphhmmm....




Luki mengajak Sarah untuk bersilat lidah.





Mmnghh.... Mmhhpppm...





Luki melepas pangutannya dan menatap Sarah dalam-dalam...




"Gila kamu Sarah! Apa yang udah kamu lakuinn???"

batin Sarah



Luki membelai rambut Sarah yang indah itu...




"Tante Sarah..."
"Luki masih mau lagi...."






Secara sadar, Sarah tahu bahwa ini harus diakhiri. Pikirannya masih terganggung oleh kenikmatan
yang baru saja Luki berikan. Sebagai wanita yang sudah terbiasa melakukan hubungan seks,
Sarah sangat paham betul kebutuhan apa yang Sarah inginkan untuk memenuhi kebutuhan
biologisnya itu. Dan Luki baru saja memberikan petualangan baru untuk Sarah.


Ada rasa yang sangat menggelitik perasaan terdalam Sarah.



Dia tahu bahwa Luki.......





Sarah membalikan badannya menghadap Luki, ia menggantungkan kedua tangannya
di leher Luki. Luki masih menunggu apa yang akan Sarah lakukan, atau apa yang akan Sarah ucapkan...




"Luk..."




Sarah menarik nafas perlahan..







"Lakuin..."











"Lakuin..sebelum Tejo pulang..."





Sarah mengangkang kaki indahnya dihadapan Luki.
Iya melakukannya tanpa keterpaksaan.


Sarah pun masih menginginkannya.




"Entot Tante saat Tejo gak ada di rumah."





Luki tertawa puas, dan langsung menancapkan kembali kontolnya ke liang kenikmatan
Tante Sarah pujaannya itu..



Ruangan itu penuh dengan suara desahan Sarah..









Terdengar nikmat....






"AHHH LUKI.."











Maafin Tante,
Tejo..






***




Bersambung....
 
Terakhir diubah:
Ini adalah kisah "nathalie yg di kerjain tukang bully anaknya". Dan cuman di ganti namanya.

Tapi mengingat di update sebelumnya yg mengatakan "gimana dengan tejo". Aku rasa cocok kalo di lanjutin seperti itu.
 
Ini adalah kisah "nathalie yg di kerjain tukang bully anaknya". Dan cuman di ganti namanya.

Tapi mengingat di update sebelumnya yg mengatakan "gimana dengan tejo". Aku rasa cocok kalo di lanjutin seperti itu.

iya bener hu, ada part dari cerita itu yang saya gabungan untuk mebridging dalam cerita yang ini.
seperti yang saya bilang di paling awal

setelah dibaca berulang-ulang, saya rasa ada beberapa part dari cerita-cerita itu,
jika digabungkan,

ini merujuk ke cerita-cerita yang mogok itu maksudnya hu.
nah buat saya ntah kenapa materi-materi itu masih cocok untuk jadi cerita Sarah versi imajinasi saya-nya.

dan memang cocok banget part 5-6 ini sama si Luki.

saya memang sengaja menyiapkan Tejo untuk lebih di akhir cerita.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd