Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI - TAMAT REAL : Zinah Hati Dengan Sepupu Sendiri.

Status
Please reply by conversation.

Kinky_Fuckery

Semprot Kecil
Daftar
29 Dec 2018
Post
91
Like diterima
53
Lokasi
Pinggiran bukit Vrendavan
Bimabet
Om Swastiastu

Salam sejahtera
Salam perdamaian
Salam persatuan
Dan salam perselangkangan :D

Pertama-tama terimakasih buat Tuhan YME karena telah menganugerahkan kebodohan dan kemesuman ane, untuk dibagikan kepada para netizen-netizen lucknut forum 46.

Dengan tidak merasa hormat sedikitpun dan tidak ada rasa penyesalan setitikpun. Serta pula tidak mengurangi secuil kesombongan yang terdapat dalam diri saya.

*Buset tengil amat yak.

Saya mengundang suhu-suhu semua untuk masuk ke dunia...

***
No Incest No life.
My Incest My Adventure.
Incest FOR ALL !!!
***


Ehm.. Ehmm.. *clear throat

Okay, that's sound must be weird outside fandom. Incest masih terdengar agak tabu dan gila dimasyarakat Indon. Bahkan mungkin pelakunya akan langsung dibakar massa, terus abunya dipake buat pakan ternak lele.

*Lebhayyy....

Actually, nubie demi-demi sangat bersyukur bisa tau ada forum model beginian. I swear that fourty six is my real Utopia.

Dunia dimana ane bisa mengespresikan alter ego/sisi pengecutnya ane yang lain sebagai seorang manusia, yang tidak akan mungkin dapat terealisasikan dalam dunia nyata.

Langsung saja, netizen pasti udah berpikiran julid kenapa ane bisa suka sama sepupu sendiri, dan bahkan lebih sintingnya lagi, kok tega gitu tertarik sama ibunya dia.

(sepupu + tante jadi TO)

Sempat tergelitik, setelah ane daftar di forum ini sekitar kurang lebihnya satu bulanan. Bermain-main sf HTH (Hearth to Hearth) membaca dari satu trit ke trit yang lain.

Menemukan suatu topik bahasan super sensitif, akan polemik betapa 'gila' kisah hidup incestnya seorang member. Dimana pada postingan tersebut banyak sekali komentar netizen yang seolah-olah tidak percaya, terhadap si ts yang sudah rela menceritakan kisah incestnya.

(gue masih mending suka sama sepupu, disana malah ada yang lebih parah, karena udah sagne sama nyokapnya sendiri. And then ts tersebut dibully habis-habisan sama netizen 46)

*doi memang pantas di bully sih
2696336214e47013293514490ddb973bac59fd97.gif




Back to the topic.

Oke, terserah kalo misalkan pada akhirnya suhu-suhu sekalian berpendapat, jika isi dari seluruh trit ini hanyalah sebuah...

•Omong kosong.

Bullshit. •
•Fiktif.
Tidak nyata.•
•Cerpen.

Mengarang bebas. •

•Or something like that•


Karena jujur sejujur-jujurnya, i dunnoo kalian percaya apa enggak. Ane cuma ingin menunjukkan kalo :

"Ini lho peristiwa incest itu beneran ada dikehidupan masyarakat, bukan cuma cerita urban doang. Is not imagination but this is real. Definitely, its fucking real the story of my life, dude"

Dan ane juga gagal paham, kenapa dari seabrek-abreknya jumlah homosapien di muka bumi ini.

Kenapa mesti ane ? kenapa Tuhan iseng menggariskan takdir tersebut, lalu menjatuhkannya kepada ane? bukan ke tetangga ane kek? temen kerja ane ? guru TK ane ? atau kang batagor yang sering mangkal di depan komplek ane? Seriously.


WHY ME ?

Oh Shit, mungkin gara-gara iman tipis setipis bulu kucing sphynx ini, nggak bisa menahan kebinalan hormon testosteron ane, buat ngeggasak keluarga sendiri.

Noh, buat yang belum tahu bulu kucing Sphynx kayak gimana.

images-14.jpg


img


unnamed-1.jpg



Udah mirip kucing kena kangker alias kagak ada jembutnya.
smilies-fb5ohtyfyn16.gif






Kita sudahi sesi oot ts, dan membedah semuanya dari awal....
____


A. Sayangnya Manusia Itu berbeda

Perkenalkan nama asli ane Fauzi Rahmawan (anti samaran-samaran club).

Ane seorang imigran gelap dari surga. Yang diselendupkan ayah sama ibu, lewat jalur kehangatan, atas ranjang yang bergoyang.

Waktu itu ane masih kelas 3 SMP, masa dimana seorang anak remaja culun sedang sibuk mencari-cari jati dirinya. Kalian pasti pernah mengalami fase ketika munculnya ada rasa ketertarikan dengan lawan jenis, tapi masih dalam tahap ragu-ragu.

Perasaan yang serba ngambang antara cinta monyet? atau cinta simpanse ? atau bahkan cinta gorila? I mean, semuanya di sini masih belum jelas titik benang merahnya.

Yang hijau bisa jadi merah, yang biru bisa jadi ungu. Dan yang tampak malah menjadi abu-abu.

Purbetas.

Itulah yang ane rasain ketika liburan sekolah tiba. Sepupu perempuan ane (katakanlah nama dia weni). Weni kala itu masih kelas 1 SMP (kita cuma beda 2 tahun), dia berlibur ke rumah ane bersama keluarganya.

Weni yang ceria dan joyful abis sering maen bareng sama ane, karena umur kita masih seumuran. Jadi tidak perlu meminta bantuan alam kita pasti bakalan gampang banget cepet akrab.

Jujur ane waktu itu udah sempet suka sama dia. Tapi suka disini bukan berarti cinta atau ngebet horny kepengen eue-an sama dia ya, gan.

Suka biasa aja gitu masih belom aneh-aneh (orang masih bocil).

Suka karena dia cantik, karena dia baik, karena dia menarik dan punya sense of humor yang sejalan sama ane.

Hal itu secara tidak sadar telah mendorong hormon dopamin, untuk bermetabolisme ganas di kepala ane.

Intinya sih, ane menyukai Weni cuma sebatas teman bermain ketika waktu liburan sekolah tiba. Libur dua minggu full bikin ane mati gabut gak ada hiburan, jadinya seru aja kalo misalkan di rumah ada yang bisa diajakin main.

Kebetulan juga waktu itu abang ane lagi kuliah diluar kota, jadi benar-benar nggak ada temen sama sekali buat hepi-hepi.

(Eh btw abang aku main forum 46 juga gak, ya? kalo misalkan yes PM aku ya bang, jangan jadi PK ;))

Habis liburan sekolah berakhir, kami masih sering kontek-kontekan lewat Facebook.

(Tempet tinggal Weni lintas propinsi. Jadi bisa ketemuan ya pas liburan sekolah doang).

Saling komen updetan status and like foto profil masing-masing, sudah menjadi rutinitas kami berdua sehari-harinya.

Weni hadir sebagai pewarna baru untuk mewarnai kehidupan pucuk SMP yang telah usai.

•SKIP•

Masuk ke masa putih abu-abu, ane tampil sebagai remaja SMA yang bisa dibilang populer. Punya muka ganteng + hobi nge-band dan main basket, bikin ane jadi inceran banyak senior-senior cewe di sekolah.

Bukan bermaksud sombong, tapi kalo faktanya memang begitu aku bisa apa?

(ciusan, dulu akuh sering dipepetin tante-tante komplek, soalnya banyak yang bilang, kalo aku itu mirip kembaran Zacky gitaris A7X :o )

images-15.jpg



(Iya sih, mirip. Mirip senyumnya doang)

Hehe...enggak...enggak, cuma bercanda kok guys. :D

Ane gak ganteng. Ane cuma terkenal supel dan mudah bergaul jadinya punya banyak temen.

Sekarang posisinya ane kelas 1 SMA dan Weni kelas 2 SMP. Nah mungkin karena kesannya waktu itu ane cukup populer di sekolah, sehingga postingan FB ane isinya kebanyakan dipake oot sama ciwik-ciwik rempong.

Entah sekedar teman sekelas atau kakak kelas banyak buaanget yang ikut koment ketika ane upload foto/ bikin status (masa muda ane banyak diantriin fans:army: )

Weni jadi seperti ada ketertarikan sama ane, hampir satu-persatu teman sekelas ane diajak chatingan lewat FB sama dia.

She looks like :

"Apa benar si Fauzi sekeren itu disekolah nya ? ah mas sih? aku ra percoyo".

Pernah kan? gak ada hujan, gak ada angin, tiba-tiba temen kalian ada yang nanya kayak gini:

"Eh zi, lu kenal sama si weni gak?"

"Weni mana?"

"Nggak tau, ngaku-ngakunya sih weni sepupu lu gituu, kemaren kita chating di FB"

Ya ya ya, Ane tau dia mulai kepo sama kehidupan pribadi ane, kebanyakan temen ane yang cewek (yang sepertinya juga suka sama ane) diajak chatingan sama dia.

Semacam ada konpirasi disini, semacam ajang chating tersebut digunakan untuk pertukaran informasi antara 'Weni' dan 'cewek yang ngejar gue' buat sama-sama ngorek informasi pribadi kembaran Zacky, si Gitaris tamvan ini. :malu:

(weni tanya-tanya kebiasaan ane sehari-hari di kelas itu kayak apa. Lewat temen cewek ane yang kayaknya diem-diem juga naksir sama ane).

•SKIP•

Tanggal mudik yang sudah ditentukan pun tiba, kali ini giliran keluarga kami yang menyambangi rumah mereka ketika liburan kenaikan kelas.

(ayah si weni itu, adeknya nyokap ane)
Dan para keluarga besar dari ipar (ibu si Weni) juga ikutan pada dateng, karena tempat tinggalnya deket-deketan jadi sekalian ngumpul disana merayakan Idul Fitri.

Gini gan, keluarga besar dari ipar kebanyakan masih tinggal satu kabupaten, karena rumah si Weni yang paling jembar (luas). Mangkanya sering digunakan sebagai tempat event untuk acara kumpul bersama.

(Keluarga ane mudik dari kota A ke kota B, dimana semua sanak keluarga besar mereka berada disana).

Ane masih inget banget waktu itu momennya lebaran, terus kita habis sholat ied gitu, masih pake setelan muslim (sarung+koko) siap-siap mamam ketupat opor.

Tingkah laku Weni sedikit berubah, dia jadi kayak sok dewasa dan tebar pesona di depan ane (keliatan dari cara bicara dan ketawanya yang agak-agak dipaksakan).

Karena pada saat itu keluarga besar lagi pada ngumpul, jadi ramai banget tuh suasananya. Banyak juga sepupu-sepupu seumuran ane yang lain, kumpul-kumpul di rumah Weni.

Tapi hanya dia yang paling hyper-aktif. Weni mulai ngedeketin ane, terus tiba-tiba ngajak bercanda dan selfi bareng, lalu hasil fotonya dia jadiin social climber.

Ngerti maksudnya social climber?

Itu loh dia berpose dengan gaya mesra-mesraan ala-ala abg tempo doloe (pose digendong tapi sambil ngerangkul).

Jadi gak usah peka juga, ane tahu kesannya Weni ini kayak mau 'pamer', udah punya sepupu yang adorable macam ane.

Walaupun memang niat awalnya cuma buat ngebercandain temen-temen SMP-nya dia doang.

(Hmmm sakit nih orang.)

Tapi bak gayung disambut, karena ane nya juga kegatelan, ya suka-suka aja sih dia bikin drama kayak gitu. :hammer:

Waktu berlalu sangat cepat, selang setahun ada peristiwa besar disini. Weni broken home. orangtuanya cerai dan Weni ngikut sama bokapnya (bokapnya itu adek ibu ane).

Setelah debat harta gono gini, akhirnya sepakat rumah mereka dijual dan duitnya dibagi rata.

(ibu si weni emang yang punya hak atas rumah itu, jadi kesannya malah kayak ngusir).

Nyokap ane sewot adik cowoknya diperlakukan seperti gembel

(ditambah penyebab perceraian usut punya usut karena istrinya maen sama cowok laen).

Kesel abis, nyokap akhirnya nyuruh mamang ane (mamang = paman) buat tinggal bersama di rumah kita.

(diantara saudara-saudaranya yang lain, nyokap memang paling deket sama mamang ane itu).

Kebetulan terdapat satu kamar kosong di lantai atas, yang dulunya milik kamar abang ane. Karena abang ane kuliah diluar kota, jadi kamar tersebut untuk sementara dipake buat mamang dan Weni tidur. Intinya mereka menetap di rumah ane untuk beberapa saat.

Weni saat itu terpaksa melanjutkan sekolah SMA-nya di kota ane. Nggak tanggung-tanggung kita bahkan satu sekolahan. Kebayangkan ilfeelnya seperti apa?

(Berangkat bareng, pulangnya juga harus bareng iuuuuh ribet ! )

Oh iya. Buat yang pada belom tahu, mamang ane itu orangnya super duper asik, bahkan lebih asik daripada bokap ane sendiri.

(bokap ane malah crispy a.k.a garing)
hubungan ane sama mamang ini deket banget, dia lebih nganggep ane sebagai 'temen' ketimbang jadi keponakannya..

(Jauh sebelum dia numpang di rumah ane. Ane memang udah deket sama dia)

Alasan kenapa kita bisa seakrab itu, karena dulu di rumah ane ada PS2, jadi kita sering maen winning eleven sampe larut malam.

Terus kalo weekend ada proyek buat ketemu sama clientnya. Ane suka dijadiiin supir pribadi mamang, buat pergi kemana-mana.

Bahkan dia juga yang memperdalam ilmu-ilmu kecabulan ane. Paling asik pas kita ngobrolin tentang "what is ngewe" salah satu topik bahasan, yang gak akan ada habis-habisnya untuk diobrollkan hahaha.

(Orangnya humoris dan kalo nge-joke, suka disangkut-sangkutin sama segala sesuatu seputar selangkangan, absurd deh pokoknya..)

Baru saja, menetap 3 atau 4 minggu di sana, mamang dapat panggilan kerja di luar pulau jawa.

(kerja di bagian perminyakan, jadi sayang banget kalau dilepas).

Karena nggak mungkin juga si Weni ngikut terus sama sang ayah, yang notebenya seorang duda. Sehingga dengan berat hati mamang menitipkan Weni kepada nyokap ane.

Faktor 'takut gak keurus' dan lemahnya sarana serta prasarana pendidikan di luar pulau jawa, menjadi alasan alangkah lebih baiknya jika Weni tetap tinggal bersama kami, lalu berpisah dengan ayahnya.

(Kalo tinggal sama nyokap ane, si weni pasti keurus, tapi kalo ngikut sama mamang nya udah pasti balangsak:hammer:).

Skip skip...

Semenjak ayahnya berangkat memenuhi panggilan kerja, Weni jadi agak sedikit pendiam, murung, jarang bicara dan jarang keluar kamar juga. Mungkin kala itu dia merasa seperti sebatang kara.

Ditinggal cerai ibunya nikah sama cowok lain. Dan sekarang bokapnya malah nguli ditempat yang amat teramat jauh.
( nelongso cah arek e
weeping-milk-bottle-emoticon.gif
).

Tapi nyokap ane selalu berusaha ngebaekin Weni terus-terusan. Bahkan setiap ada apa-apa, selalu ane yang disuruh mengalah.

"Fauzi...... ngalah nak, kamu itu lebih tua dari dia. Kasian anak perempuan jauh dari bapaknya. Jadi jangan digangguin terus nanti dia banyak pikiran"

Kata nyokap tiba-tiba, kalau misalkan kita lagi berantem. Terus dia ngerem diri di dalam kamarnya.

(Weni kalo lagi marah, gak bisa menunjukan emosinya. Gak pernah bentak-bentak. Gak pernah pake nada tinggi. Dia lebih banyak diem terus mengunci diri di kamar)

•SKIP•

Udah agak sedikit lupa, tapi ane masih inget waktu itu hari senin, saat dimana seluruh pelajar indonesia akan heboh disibukan mencari-cari kelengkapan atribut untuk upacara pagi.

"Bundaaaaaa liat topi aku gak ?" Weni sering manggil nyokap ane dengan sebutan 'bunda'.

"Nggak wen, emangnya kamu taruh dimana?" teriak nyokap dari lantai bawah.

"Nggak tau, perasaan kemaren malem udah aku siapin sih, tapi sekarang kok malah nggak ada"balas Weni.

FYI rumah ane ini tingkat, kamar ane sama Weni ada lantai atas, dan kamar ortu di lantai bawah. Selagi hendak memakai baju seragam di dalam kamar, ane ngedenger dari arah kamar Weni (sebelahan) yang ribut mencari topinya.

"Mas sampean nggak liat topiku ta?" Tiba-tiba dia mendatangi pintu kamar ane.

"Enggak" kata ane, menenteng tas siap-siap mau berangkat.

"Aduhh....Aduhhh.....gimana dong, nanti kan upacara"

Ane mengangkat bahu.

"Salah kamu sendiri gak telaten nyimpennya"

"Ihhh, nanti kalo aku di hukum gimana?" rengek Weni.

Ane mengangkat bahu lagi.

"Ya salah kamu sendiri lah wen, kenapa coba naruhnya sembarangan. Udah ayo berangkat, nanti kesiangan"

"Nggak mauuuu bantu cariin dulu~~".

Alhasil ane masuk ke kamar dia, ngubek-ngubek setiap sudut kamarnya namun hasilnya masih saja nihil.

"Ada nggak?" tanya nyokap bersender di pintu kamar, ngeliat keponakan sama anaknya lagi ngacak-ngacak isi lemari.

"Enggak ada, lupa naroh kayaknya" jawab Weni sambil garuk-garuk kepala.

Nyokap berdecak pinggang.

"Kakak...... pinjemin napa topi kamu dulu. Kamu kan udah kelas 3, udah jadi senior nggak papa kalo kena strap juga, udah kebal" cetus nyokap seenak jidat.

(Weni kelas 1 SMA dan kita satu sekolahan).

"Ya allah, ini udah jam berapa ? buruan berangkat nanti kalian telat baru tau rasa loh !!" ceriwis nyokap.

Oke, mungkin semuanya akan terlihat fine-fine saja, jika ada kebaikan seorang kakak yang berkorban untuk sang adik.

Tapi perlu di ingat, ane itu anak paling bungsu, dalam kata lain ane sudah terbiasa untuk dimanja, apa-apa dulu ane selalu menang.

Abang ane otomatis selalu mengalah setiap kali ane nangis menjerit-jerit minta sesuatu..

Dan kini setelah kedatangan Weni dikeluarga kecil kita. Giliran ane yang ngerasain gimana kerasnya menjadi seorang kakak.

Yang mana sudah seharusnya bisa mengalah demi kebahagiaan sang adik kecil.

Ane pun dengan berat hati meminjamkan topi tersebut dan berangkat ke sekolah pasrah bila harus dihukum.

Diperjalanan naik motor, membonceng the little shit. Ane bawaannya udah gondok terus sedari tadi.

(Wajar ane masih anak SMA + bungsu, pola pikirnya belum begitu dewasa).

"Temen kamu nggak ada yang punya topi dua mas? barang kali aja ada yang mau minjemin?" kata Weni.

"Nggak ada kayaknya" jawab ane, menarik pedal gas pelan-pelan.

"Maaf ya" ia melingkarkan tangannya di pinggang ane, memeluk dari arah belakang.

"Hmm.." ane balas berdehem.

"Kamu marah?"

"Tadi iya, tapi sekarang udah enggak" jawab ane ngasal.

"Mas kira-kira koperasi udah buka belum ya, jam segini?"

Pagi-pagi sebelum upacara, koperasi sekolahan ane memang belum selalu dibuka. Jadi opsi beli topi baru, nggak bakalan ada di dalam kamus besar milik ane.

"Belum lah, kan agak siangan. Udah lagian pake aja punya masnya gak usah beli, buang-buang duit tau gak !" ucap ane agak enggas..

"Ihhhh, mas jangan bentak-bentak Weni lapo sih ! aku tuh suka takut kalo kamu marah-marah gitu"

Dia semakin mempererat pegangannya.

"......." ane diem gak nyahut.

"Maaf mas, aku murid pindahan. Dan baru masuk juga, baru dua minggu, malu sama temen-temen yang lain kalo sampe kena strap"

Ane bisa mencium bau shampo Weni tertiup angin, menusuk lembut ke hidung. Sambil pura-pura ngambek, ane malah gak kuat nahan-nahan supaya gak ketawa.

(Weni ini orang nya nggak enakan, kalo ada salah sedikit minta maafnya bisa sampe seharian).

•SKIP•

Sesampainya di parkiran sekolah, ane ketemu sama temen dari anak kelas 3 IPS. Weni turun dari motor terus ane suruh buat jalan duluan aja, biar dia gak denger percakapan ane sama temen senior itu.

Buat yang pada belum tau, tradisi buruk anak kelas 3 SMA pada masa itu ialah cabut dari yang namanya upacara pagi. Parahnya suka maksa dan ngajakin temen-temen kelas yang mereka anggap pentolan.

(Cieeee mantan pentolan:ha: )

Berdiri panas-panasan setengah jam-an emang paling malesin, kita biasanya naruh tas di kelas. Lalu berbondong-bondong lompatin tembok di belakang kantin.

Buat ngopi dan ngerokok di salah satu tongkrongan warung yang ada di luar sekolah. Bertemu dengan anak-anak kelas lainya pula, yang sama-sama punya hobi cabut. Intinya yang pergi kesana cah-cah dugal semua :bata:

Males juga sih gabung sama mereka, apalagi kalo ada masalah sama sekolah lain, gak sekali dua kali ane dipaksa-paksa suruh ikut tawuran.

#gatelisasi

(Gak ikut malah disangka nggak setia kawan, no nongkrong no friends begitulah istilahnya)

Oke ane gak mau cerita lebih, takutnya malah ada PK dari salah satu temen tongkrongan. :)

Saat itu kejadiannya lagi apes, guru olahraga ane sepertinya dapet laporan dari warga sekitar, jadi semua yang ada disana kena ciduk.

Kena marah habis-habisan, mungkin kalo ane ikut upacara terus gak bawa topi, hukumannya paling cuma di strap (bediri beda barisan). Impactnya hanya dapet malu sesaat doang.

Tapi kalo cabut terus sambil ngudud (dan ini ane lakuin berkali-kali), hukuman nya jadi tambah parah. Yaitu dapet surat sp peringatan.

Nah, karena ane orangnya gak mau bikin orang tua kepikiran, jadi surat itu ane umpetin gak ane kasih ke ortu :army:

skip...

Pulang ke rumah semuanya biasa aja, Weni juga diem kayak nggak tau apa-apa. Tapi hari-hari berikutnya bokap ane tau akan hal itu.

Ujung-ujungnya ane kena semprot dari ortu , nyokap dan bokap emang gak pernah maen tangan. Tapi rasanya kesel aja kalo tiap detiknya ane di omelin terus-terusan.

Ane coba tanya ke mereka dapet laporan dari mana kok bisa maen tuduh sembarangan.

(Alibi ane buat ngeles, secara tuh surat udah ane umpetin jadi gak bakal ada yang tau).

Setiap ditanyai nyokap selalu jawab :

"Tadi sore mama ketemu sama ibunya temen kamu pas pengajian di mushola, dia udah ceritain semuanya"

"Temen yang mana? siapa namanya?" telisik ane.

"Yang itulah ada anaknya bu martono, tukang warung di sebelah, dia adik kelas kamu kan? tadi bu martono cerita kamu juga dapet surat SP"

"Anaknya bu martono mah emang nakal, kalo kakak gak pern--"

"Astaghfirullah Fauzi ! kamu itu yah kalo lagi dinasihatin orang tua jangan banyak memeli (balik nanya)"

And....bla-bla-bla. Ane tetep dapet semprot. Emang susah punya nyokap setengah dictactor.:aduh:

Ane coba pikir-pikir lagi, nyokap nyewa intel dari mana kok bisa tau setiap kebiasaan buruk ane disekolah.

(Semuanya dia tahu, hebat teu indung aing ? :angel:)

Lama berpikir, mengira-ngira siapa yang sudah tega mengadu sama orang tua ane, dan diam-diam mencari tahu, ane pun tersadar.

Ternyata pelakunya adalah sepupu ane sendiri....



Ane tahu, Weni gak bermaksud jahat untuk bisa cepu kayak begitu. Mungkin dia merasa nggak enak karena sudah diterima di keluarga ane, jadi segala upaya ia lakukan untuk membalas kebaikan ortu ane.

(Menyadarkan ane = balas budi)

Tapi dasar bocah gembleng, bukanya tahu malu udah dinasehati sama yang lebih muda, ane malah jadiin si Weni ini sebagai bahan cerceran ane. Setiap ada kesempatan buat jahatin dia, ane nggak pernah segan untuk melewatkan momen tersebut.

Entahlah, layaknya embun pagi yang melebur di udara, atau mentega hangat yang mecair diatas nampan penggorengan.

Semua rasa suka dan kagum ane sama dia menguap seketika tanpa bekas.

Contoh :

• Bila Weni melakukan satu kesalahan kecil saja, suka ane gede-gedein. (padahal belum tentu salah juga).

Misalnya, waktu itu pas hari Minggu, kedua ortu ane pergi ke pasar pagi-pagi, meninggalkan ane dan Weni berdua saja di rumah.

Kesempatan emas buat nyercer si Weni, karena dekengnganya lagi gak ada.

(Nyokap ane dekengnganya
14.gif
)

Nah pagi itu si Weni tumben-tumbenan tuh bangunnya agak kesiangan, ane hapal banget dia ini orangnya rajin. Dan kalo dia bangun sampe kesiangan begini, berarti itu tanda-tandanya dia lagi dapet.

Sehabis sarapan ane duduk di kursi ruang tengah sambil mainin HP, dia turun dari arah tangga, dengan rambut super acak-acakan. Bibir pucat, lalu gerakan badannya terkesan ogah-ogahan.

Fix ini mah lagi dapet beneran.

(Agan-agan yang punya adek cewek dirumah, pasti tau banget gimana akbstraknya bentuk mereka saat habis bangun tidur).

"Bunda sama Om udah berangkat mas? " tanya Weni ngulet, meregangkan setiap otot-otot tubuh kakunya.

"Udah, baru aja berangkat.." Jawab ane, sambil mijit-mijit HP.

Terus dia berjalan ke teras rumah, mengambil handuk dari tempat jemuran . Balik lagi kerumah masuk kamar mandi.

Lamaaaaa banget disana.

Kemudian selang tak beberapa lama, Weni akhirnya keluar dari kamar mandi, bajunya ternyata udah diganti salin.

(alasan ganti baju, mungkin kotor kena mens).

Ane lirik sekilas, dengan rambut sedikit basah dan bau shamponya yang khas memang selalu menarik perhatian. Dia tiduran meringkuk disoffa sembari memegangi perutnya.

Ekspresi wajah Weni benar-benar menahan nyeri. Hanya sebentar ia tiduran dihadapan ane sampai ia bangun kembali.

(Dia tidur di soffa, ane duduk di kursi, posisi antara soffa dan kursi bersebelahan)

"Mas, kamu udah sarapan? temenin yuk? "

"Udah dari tadi bareng ibu sama bapak juga, tinggal kamu doang yang belum sarapan. Sana makan sendiri aja "
jawab ane menunjuk meja makan.

"Oh gitu, ya udah aku makan dulu ya..."
Ane bales mengangguk. Sepenuhnya menghiraukan kehadiran Weni.

skip skip.

Lagi seru-serunya SMS-an, ane kebelet bangett pipis, lalu melangkahkan kaki menuju kamar mandi, melewati meja makan tempat Weni yang sedang duduk menikmati sarapannya.

Setelah dikamar mandi, ane liat ada ember kering yang isinya baju kotor si Weni.

Sempet ane goyang-goyang embernya pake kaki, keliatan ada softek di atas tumpukan baju kotornya. Bersimbah darah cuy.
devil-milk-bottle-emoticon.gif


(Softeknya ditutupi pake baju kotor dia).

Langsung saja karena ane juga geli kalo liat darah, gue bentak si Weni.

(jarak antara kamar mandi sama meja makan lumayan dekat, jadi dari pintu wc, weni udah bisa liat ane).

"Wen ! buang sekarang gak ! Darah najis itu nggak boleh disatuin sama baju kotor" teriak ane cari-cari masalah biar kita bisa berdebat.

Seperti yang ane bilang, karena nyokap lagi gak ada, inilah satu-satunya cara agar Weni emosi lalu mau berantem sama ane, dan ujung-ujungnya ane bisa keluarin semua unek-unek sama dia.

Weni merenjat kaget, acara makannya tiba-tiba terhenti. Mungkin ia malu karena sepupu laki-lakinya ngeliat bekas soptek milik dia sendiri.

"Iya mas sebentar, taruh disitu dulu aja. Abis sarapan biar Weni beresin" dia terbata-bata menatap ane yang lagi berdiri di depan pintu kamar mandi.

(Oke, gue tahu ini jahat, tapi ini beneran yang gue lakuin sama dia.)

"Nggak ! buang sekarang ! " perintah ane.

"Bentar ya mas, makan dulu perut aku perih soalnya."

"S-E-K-A-R-A-N-G !!!"

Embernya ane ambil, terus ane lempar agak keras gitu ke arah dia sambil masih bentak-bentak juga.

(Enggak sampe kena si weni sih, cuma buat gertak doang ane lempar ke deket kakinya)

Brak... softek sama baju dia berjatuhan dilantai.

"Darah mens itu kotor bego, buang sekarang ! numpang sih numpang, tapi tahu diri sedikit napa. Jangan mau enaknya doang !"

bentak ane, seraya berjalan ke soffa menghidupkan TV.

Dia menghentikan makannya, lalu memungut baju-baju kotornya. Softeknya Weni dia masukkin ke kantong kresek terus dia buang ke tong sampah yang ada di depan rumah.

Dia balik lagi ke dalam bawa baju kotornya ke kamar mandi, dan ane mendengar suara gemiricik air disertai kucekan dari arah kamar mandi. Baju kotornya langsung dicuci ternyata saudara-saudara.
smoking2-onion-head-emoticon.gif


Ane tau, Weni lagi palang merah dan itu bikin mayoritas setiap perempuan males gerak.

Mungkin dia bermaksud untuk sarapan dulu sebentar, habis itu baru dia beresin pekerjaannya.

Tapi karena mens membuat perut dia sakit, jadi uring-uringan gitu deh si Weni.

Lantas apa kalian tahu, yang akan terjadi selanjutnya?

Doi buang muka? tidak.

Doi bales marah? tidak juga.

Kita adu mulut terus cakar-cakaran? hahay enggak lah.






Weni ternyata cuma bisa menangis....

Sepupu gue nangis, anjrriiiiit.
angry-soldier-baby-emoticon.gif



Oh my god, gue speechless banget kalo sampe dia nangis kayak gitu, awalnya gue cuma pengen mancing aja, supaya dia balik marah sama ane dan kita bisa berantem, eh taunya enggak. Dia terlalu takut untuk melawan. Dia sadar posisinya di rumah cuma numpang, mangkanya nurut disuruh-suruh apapun juga.

Sehabis menjemur baju kotor, Weni berjalan sambil nangis menuju meja makan. Dan sama sekali gak ada suaranya. Hanya sebuah isakan yang begitu dalam.

Ane mencuri pandang, melihat dari kejauhan. Weni melanjutkan sarapan, sambil tetap nangis tersedu-sedu. Bibirnya bergetar-getar kemudian mengunyah lalu menelan makanannya. Air matanya pun tak luput ikut menetes pelan-pelan.

(Bayangin aja anak kecil nangis lagi disuapin ibunya, tapi sembari terus disuruh makan, dan anak kecil itu ngunyah nya kayak terpaksa biar nggak kena marah. Nah seperti gitu deh weni saat itu)

Kasihan gan, sumpah
crazy-monkey-emoticon-090.gif
crazy-monkey-emoticon-064.gif


Disitu ane sadar, kalo perempuan lagi menstruasi pasti emosinya gak bisa terkontrol.

Namun berbeda dengan Weni. Alih-alih meluapkan amarah lewat berteriak atau membentak seseorang. Weni malah membiarkan letupan-letupan marahnya terbungkam dalam tangis yang membasahi pipi. She is very strong man.

Ane akui itu dari hati yang paling dalam.

•SKIP•

Setelah insiden kecil tersebut, hari-hari yang kami lalui menjadi penuh kekosongan.

Tidak ada Weni yang selalu ceria seperti biasanya, tidak ada Weni yang selalu cerita-cerita curhatan tentang masalah pelajaran ataupun hal-hal yang terjadi dalam kesehariannya.

Kami tinggal satu atap, tapi terasa begitu asing dan berbeda. Baik ane maupun dia jadi jarang mengobrol, komunikasi kami sedikit terganggu kala itu.

(bener gan, di rumah ane jarang ngobrol sama dia, dan gak berani nyapa juga takut kesalahan lagi. Terus Weni juga sama, sorotan matanya selalu berusaha menghindar jika berpapasan di rumah).

Kita memang setiap hari berangkat dan pulang bareng, jadi hanya itu kesempatan ane buat memperbaiki hubungan ini seperti sedia kala.

Sore-sore, ketika membonceng Weni diperjalanan pulang sekolah, ane mencoba bicara tentang apa saja untuk menutupi keheningan, atau untuk mencairkan suasana, kemudian menunggu responya dengan napas yang ane kurangi, tapi nyatanya Weni tetap diam seribu bahasa.

Pikiran melayang-layang entah kemana, dan fokus jalanan di depan menjadi berkurang.

Sampe lah, ane ngerem mendadak, karena hampir saja motor yang ane tumpangi, nutul (nabrak) mobil angkot pas dihadapan ane.

Otomatis badan Weni lebih condong kedepan dan payudaranya menempel lembut di punggung ane.

"Eh maaf Wen, barusan itu angkotnya berhenti sembarangan" kata ane, menyeimbangkan stang motor " kamu nggak papa?" kata ane lagi.

"Iya, nggak papa kok, cuma kaget aja " balas Weni memundurkan posisi duduknya, benar-benar sebuah gesture yang menandakan kalo dia kurang nyaman dibonceng sama ane.

(Asli gue juga sebenarnya pengen cepet-cepet sampe rumah, udah gak tahan sama situasi canggung kayak begini).

Karena waktu SMA ane sering pake tas selempang, maka Weni menyilangkan kedua tanganya di depan dada. Dengan maksud kalo ane modus ngerem-ngerem mendadak lagi, payudaranya gak langsung nempel ke punggung.

Dan itu bagi ane cukup berbahaya, marahan sih marahan. Tapi jangan sampai membahayakan diri juga kan?


"Pegangan wen, takut ada apa-apa" ucap ane.

Biasanya weni nggak pernah malu untuk meluk badan ane, tapi sekarang dia sama sekali tidak ingin tangannya menyentuh tubuh sepupunya yang galak ini.

"Pegangan Wen...." rayu ane kedua kalinya.

Dan akhirnya Weni nurut, walau hanya sebatas pegangan pada baju seragam, tangan kecilnya mencengkeram pinggiran seragam SMA kucel ane. Yang terlihat jelas sekali dia masih takut-takut kalo kena damprat dari ane lagi.

Sebenernya masih banyak hal kecil yang suka ane gede-gedein agar bisa jadi alasan untuk memarahi weni.

(ane tipikal lelaki picik yang nggak mau marahin seseorang tanpa alasan :hammer: )

Seperti halnya kalo Weni keluar dari kelas agak lamaan sedikit aja (pernah pas dia piket), dan ane nungguin selama-lamanya diparkiran paling cuma 15 menitan doang.

Tapi respon ketika diperjalanan naek motor, sering ane ceramahin dia pakai kata-kata yang pedes.

Seolah pengorbanan menunggu di parkiran tadi, worth it untuk ditukar dengan melukai perasaannya.

"Kamu buta ya? gak liat apa aku dari tadi nungguin lama disini"

"Pulang sendiri aja sono naik angkot"

"Beli motor lah, miskin amat sih punya bapak kerja di perminyakan juga"

".........." (kalo ini ane tinggal duluan pulang jadi gak sempet ngomong apa-apa :D )

Atau untuk hal se-sepele pas kita nonton tv bareng di rumah, terus nggak sengaja rebutan remot, ane suka bentak-bentak Weni pakai kata-kata kebon binatang.

Fix..... Sepupu biadap :D

Skip..skip

Ane lupa-lupa ingat, sepintas ingatan ini ketika malam minggu tiba dan saat itu lagi ngetrend-ngetrendnya film Twilight.

(kalo di kita judulnya GGS : ganteng-ganteng asu)

Nah, ane mau pinjam laptop si weni buat nonton film itu (biasa lah, anak cewek koleksi filmnya banyak).

Dan dari malam minggu, apa kalian tau hal konyol apa yang gue dapati dari seorang anak pelajar SMA? Weni ternyata masih sibuk belajar di dalam kamarnya.

(Doi rajin gan, mau malam apa aja pasti belajar. Beda sama ane, yang belajar kalo udah di oprak-oprak nyokap. Sekalinya pegang buku pelajaran, paling cuma diliatin gambar-gambarnya doang :hammer: ).

"Wen, mas boleh pinjem laptop kamu gak? aku belum nonton sampe tamat"

Kata ane membuka pintu kamarnya pelan-pelan.

"Film apa?"

"Twilight, tadi siang ke pause gara-gara disuruh ibu nganter ke kondangan"

"Oh........Twilight, ambil aja" balas Weni, asik dengan soal yang sedang ia kerjakan.

Ane masuk ke dalam kamarnya, mengambil laptop yang diletakan tepat di samping meja belajar, dimana weni sedang fokus membolak-balikan lembar demi lembar buku pelajaran.

Niatnya, ane mau bawa laptop dia buat nonton di kamar ane aja. Secara gitu kamar kita samping-sampingan, dari pada ganggu dia belajar jadi mending nonton di kamar sendiri.

Tapi entah mengapa, malam itu ane merasa pengen deket-deket dia terus. Pendek kata ane merasa bersalah udah sering ngejahatin Weni. Jadi untuk malam ini ane pengen pengen pengen banget ngajak baikan.

Berbaikan gak perlhiu sambil minta maaf, mulut ane anti sama hal-hal berbau penyesalan.

Karena ane tau pada dasarnya Weni itu pemaaf, jadi tinggal diam dan menunggu waktu saja, sampai semuanya mengalir seperti sedia kala.

Tanpa menunggu izin darinya, ane taruh laptopnya di atas kasur, dan langsung tidur selolonjoran menatap layar, menonton film yang sedang diputar .

Seprai Weni yang tadinya rapih, kini mulai acak-acakan karena ane tidur tepat di atasnya. Dengan Volume suara yang sedikit ane kecilkan agar tidak menggangu konsentrasi dia belajar.

1 jam... 2 jam... berlalu, dari satu seri Twilight pindah ke seri Twilight yang lain, tidak terasa ane malah ikut menemani Weni belajar sampe larut malam.

Kulihat Weni sudah mulai ngantuk, posisi duduknya tidak tenang, tidak bisa diam. Bolak balik ia menguap dan menyilangkan kakinya.

"Wen udah deh, besok lagi aja belajarnya. Nggak usah rajin-rajin, orang nggak akan jadi presiden ini".

Satu ucapan yang pas untuk membuat dia rela bangkit dari kursi, lalu menutup buku-buku tebalnya, dan ikut tidur selonjoran menonton film bersama ane hmmmm.

"Di kelas aku ada cowok yang kalo jalan, suka niruin gaya nya Edward Cullen loh mas" cetus Weni tiba-tiba menunjuk, salah satu pemeran Twilight. Pertanda bahwa ia sudah tidak takut lagi sama ane.

"Jagoan ya, dikelas ?" bales ane.

"Nggak ah biasa aja, cuma kebanyakan gaya doang tuh orang. Padahal anak PMR hehe".

Dulu di sekolah ane, extrakurikuler palang merah remaja, merupakan ekskul yang terkenal sebagai tempat berkumpulnya anak-anak culun.

"Emang orang aslinya kayak gimana?" kata ane, mengejar cerita Weni.

"Dia pake kacamata kedodoran, terus rambutnya diponi gitu. Dan celananya gombrang-gombrang, udah mirip Nobita tapi versi lebih lemah"

*plakkk ane tepok jidat.

Ini sih gue banget pas smp :hammer:

"Masa sih ada yang model begitu?"

"ho'oh ada mas"

Tatapan ane, lambat laun kian terbagi. Tidak fokus lagi menatap layar laptop, melainkan asik menatap bibir mungilnya dan mata bulatnya, yang entah mengapa bikin ane rada-rada gemes.

Lama kelamaan topik obrolan mulai berganti, bahkan Weni mulai berani nyerempet-nyerempet menanyakan nama pacar.

"Siapa Lusi?" tanyanya, langsung pada pokok yang ingin dia tahu " Lusiana Tania" Ia memperjelas namanya.

"Perempuan" jawab ane.

"Aku serius..."

"Aku manusia" timpal ane.

"Tolong jawab yang jujur?"

"Oh maaf, nggak bisa. Aku bukan jujur. Aku Fauzi"

"Mas ihhhhh serius......" nada suaranya melembut.

Aing tertawa.

"Pacar aku, kenapa emangnya? kok tumben nanya nya bikin ilfeel " ujar ane, sambil menahan sisa ketawa.

"Anak IPS itu kan?"

"Iya, kenapa ?"

"Nggak kenapa-kenapa. Cuma heran aja, bisa ya dia doyan sama kamu hehe" ucap Weni, sembari tertawa begitu renyah.

Pernah gak kalian lihat madu cair yang dihangatkan ? pernah nyoba? rasanya enak banget kan ? bikin hangat.

Itulah sensasi yang ane rasain saat itu. Ketika mata Weni, yang sewarna madu cair, kembali menatap ane dengan hangat.

Layaknya dua orang pasangan habis bertengkar hebat, kemudian memutuskan untuk berhenti bicara satu sama lain. Namun setelah beberapa hari, hanya karena suatu kedekatan kecil saja, semua rasa canggung tersebut mencair dengan sendirinya.

Keasikan menonton lalu bersenda gurau, tertawa lepas bersama-sama, kami tidak sadar kalo jam sudah menunjukkan waktunya tidur. Dan suara keras dari lantai atas membuat nyokap ane teriak-teriak dari bawah tangga.

"Heh udah ya, jangan malem-malem ! ibu paling nggak suka punya anak bangunnya pada kesiangan gara-gara begadang. Nanti kalo kalian belum tidur juga, ibu banting laptopnya ! " seperti biasa beliau sangat enerjik saudara-saudara.

"Iya bu, bentar lagi juga udahan !" balas ane tak kalah teriak kencang.

Selang tak beberapa lama, ane shutdown laptop Weni dan ane balikin ke posisinya di meja belajar. Tapi sambil setengah mengantuk ane malah izin buat tiduran dulu di kasur Weni.

"Wen, aku numpang tidur disini sebentar ya, nanti pindah kok" kata ane.

"Iya mas, tapi kalo mau keluar lampunya tolong dimatiin, terus pintunya jangan lupa tutup ya~~" ucap weni memeluk guling, lalu tidur membelakangi ane.

(Suer waktu itu gue udah ngantuk banget, jadi mager mau bangun dari kasur dia. Padahal kamar kita sebelahan).

Skip-skip.

Tapi ternyata setelah tiduran sebentar ane malah ketiduran beneran gan :D . Dengan kondisi setengah sadar alias merem-merem ayam.

Ane liat nyokap dateng dari arah pintu, lalu menekan tombol saklar dan menutup pintu kamar pelan-pelan.
Gelap gulita.

(Kebiasaan nyokap, suka ngecek ke lantai atas, buat memastikan para 'endog'nya yang unyu-unyu udah pada tidur apa belom).

Udah gitu doang?

Iya lah.


Alih-alih membangunkan kami dan menyuruh untuk tidur dikamarnya masing-masing. Nyokap malah mematikan lampu kamar, kemudian menutup pintu rapat-rapat.

Bagaimana bisa nyokap membiarkan dua anak remaja, yang sudah mulai memasuki masa dewasa ini tidur bersama satu ranjang? Bagaimana jika benar, malam itu ane khilaf ? Dan bagaimana andai kata kalo ane sampai berbuat hal yang diluar batas?

Hey, please deh. Nyokap ane nggak akan berpikiran sampai sejauh itu. Dia tahu kedekatan yang terjalin diantara kami berdua.

Dia yakin sekali, kalo ane pasti bisa menjaga kehormatan Weni sebagai seorang wanita. Maka bagi beliau, melihat kami tidur satu ranjang bersama, masih dikategorikan suatu hal yang wajar.

(beda lagi ceritanya kalo kita ke gap tidur bareng sambil nggak pakai baju, mungkin gue udah digorok sama nyokap ditempat itu juga :hammer: ).

Ya, kalo tidur barengan doang mah, apa yang harus ditakutin coba ? kita kan saudaraan ma meen.

(Bahkan udah seperti kakak-beradik).

skip...skip...

Sori waktu itu ane lupa udah jam berapa, karena semuanya juga samar-samar. Ane tiba-tiba saja kebangun dari tidur.

Melihat kesekitar, setengah percaya tidak percaya, kemudian menatap lekat-lekat apa yang sekarang ada di hadapan gue ini.

Hanya ada pungggung kurus Weni, yang terlihat sepintas dari kilatan cahaya rongga-rongga ventilasi kamar.

(Posisinya Weni tidur membelakangi ane gan. Jadi ane bisa jelas ngeliatin punggung dia).

Dibalik baju piyama tidurnya yang tipis, nampak jelas sekali tonjolan tulang punggungnya yang tercetak miris.

Kurus sekurus-sekurusnya. Badan weni ternyata bener-bener kurus. Entah karena banyak pikiran atau karena hal lain, sampai-sampai badan dia digerogoti menjadi seperti itu. Jujur gue seketika merasa iba sama dia.

Kenapa remaja sebelia Weni, harus siap menghadapi problematika permasalahan hidup yang sangat pelik? keluarganya yang terpecah belah. Hidup seorang diri tanpa ayah dan ibu.

Ayahnya kerja di tempat yang amat jauh. Jarang nelpon, jarang tanya-tanya kabar pula. Lalu ibunya? si jalang sialan itu udah hilang kontak sejak menikah lagi.

Bagaimana bisa tubuh yang didalamnya terdapat tulang belulang sekecil itu, bisa menanggung beban yang amat teramat berat?

Kalo dipikir-pikir, weni seperti menjadi pembantu dirumah ane. Walaupun tanpa disuruh dan atas keinginannya pribadi.

Hampir setiap pekerjaan rumah kini weni yang mengerjakan. Pagi-pagi disaat yang lain sedang asik tertidur. Tak jarang malah dia seorang diri.Berjalan tertatih-tatih mencuci baju-baju kotor keluarga kami.

Menanak nasi untuk kami makan.

Menjemur pakaian untuk kami kenakan.

Kenapa hal sekecil itu bisa luput dari penglihatan mata ane? kenapa ane tega kemarin-kemarin sering membuat dia menangis?

(Ya ampun, asli gue baru ngeh kalo hampir separuh tugas beres-beres rumah, dia semua yang ngerjain).

Dia sadar posisinya di keluarga kami cuma numpang, disuruh-suruh ini itu juga nurut. Dia melakukan hal tersebut. Karena di dalam hati kecilnya dia tahu. Dia tahu kalau dirinya dibuang dan sebatang kara.

Dia perlu bekerja ekstra, agar keluarga kami menyadari keberadaan nya. Agar keluarga kami mengakui kehadirannya.

Tidak tahu dapat dorongan dari mana, ane seketika langsung memajukan badan ini, menghampiri dia dari arah belakang. Tangan ane bergerak merangkul Weni secara perlahan.

Diam beberapa detik, menikmati pelukan yang ane berikan kepadanya.

Kemudian giliran kaki ane yang naik ke atas pangkal paha dia. Memeluk Weni seakan-akan menghisap rasa sakit yang dia dapatkan.

I feel be like :

"Wen, sini.... sini cantik biar aku peluk. Sini kalo kamu ingin berbagi rasa sakit. Ayo sini, biar sama aku aja.....Aku ini kakak kamu"

(Beneran gan, gue meluk dia karena gue merasa sayang banget sama dia, gue merasa kalo dia selama ini udah hidup susah. Kenapa mesti ane tambah lagi penderitaan nya, tau gini dari kermaren-kemaren gak bakalan gue bully).

Pelukan ane, lambat laun semakin erat. Semakin dalam pula rasa kasihan ane sama dia. Dan kehangatan serta desakan dari tubuh ane, membuat Weni terbangun.

"Mas? kamu belum tidur ?"

Ane diem seribu basa. Antara malu dan tengsin menjadi satu, karena sudah berani meluk Weni pas lagi tidur.

(nggak ada perasaan horny atau semacamnya. Pure murni gue meluk dia karena kepengen aja, gue juga gak ngerti kenapa bisa begitu).

"Belum" jawab ane. "Kamu besok mau aku beliin apa?"

(Serius wkwkw ane tiba-tiba nanya gitu, nanya dia minta dibeliin apa, ane ujug-ujug pengen banget ngasih Weni sesuatu).

"Maksudnya?"

"Iya, besok kamu minta dibeliin apa? biar masnya belikan".

"Nggak usah, Weni nggak mau apa-apa " balasnya dengan suara parau.

Ane udah agak lupa percakapannya seperti apa, yang jelas malam/ dini hari tersebut kami mengobrol begitu intim. Sambil pelukan, sambil maaf-maafan kalo ane udah ada salah sama dia.

Dan kalian tahu? apa yang membuat jantung ane pengen meledak, pada detik selanjutnya?

Weni membalikkan posisi tidurnya, lalu ndusel-ndusel kearah pelukan ane.

Tocilnya nempel boss.
25.gif


Dia mulai nangis. Mulai cerita kalo kangen sama ayah ibunya. Mulai nggak betah juga tinggal di rumah ini karena sering ane marah-marahin.

Sumpah asli, ane nyesek pas dia nangis menceritakan semua keluh kesahnya, terutama pas mama ane ngejelekin mantan ibunya, tepat di hadapan dia tempo hari.

(pernah karena nyokap ane orangnya emosian, jadi suka asal ceplos gitu. Dan mungkin gak bermaksud buat nyakitin perasaan Weni. Hanya sebatas unek-unek nyokap sama mantan ibunya dia).

Setelah itu, karena udah gak tahan. Tangan ane tanpa diperintah sekalipun langsung mengelus-elus rambutnya dengan lembut. Kemudian ane cium ubun-ubun dia sekuat-kuatnya. Dan ane minta maaf secara tulus kepada Weni.

Dengan nada suara pelaaan sekali. Bagai orang sekarat penuh penyesalan, bagai angin yang berdesir lembut. Begini kurang lebihnya kata-kata ane kala itu.

"Wen, maaf ya. Maaaf banget kalau hampir setiap hari aku udah sering membuat kamu nangis. Tapi kamu juga harus tahu, kakak gak pernah bermaksud untuk seperti itu. Kakak sebenernya sayang sama kamu, tapi setiap kali kakak terpaksa bentak-bentak kamu, terus kamu nangis. Jujur kakak nggak kuat. Kakak gak kuat kalo sampe benci sama orang yang udah kakak anggap seperti adik kandung sendiri. Jadi tolong wen jangan nangis lagi. Tolong bayangin gimana rasanya menjadi seorang kakak".

Ada sedikit lelehan air mata di pipinya sesaat setelah ia medengar kalimat tersebut.

Acara pelukan pun berlanjut, bahkan menjadi lebih dekat dan lebih erat dari sebelumnya (semacam pillow talk gitu lah :o ).

Ane tahu, Weni juga mulai nyaman di dekapan ane, apalagi setelah saling mengutarakan unek-unek masing-masing, perasaan kita menjadi 'plong'. Tidak ada beban sedikitpun.

Sampailah kita mendengarkan suaraa adzan subuh yang terdengar sayup-sayup, lalu Weni izin buat bangun. Dia melepas pelukan ane secara perlahan.

(Mungkin waktu itu ane kebangun jam 3an, karena gak lama setelah selesai sesi curhat, ane bisa denger suara adzan).

Weni keluar dari kamar untuk ngambil wudhu, ane pun tergerak secara refleks mengikuti langkah kakinya menuruni tangga.

__

Dari kejadian inilah aku mengerti.
Kenapa ada orang bilang, kalo kita sebagai manusia tidak boleh menyimpan rasa sayang berlebih. Melebihi rasa sayang kita kepada Tuhan.

Kenapa? karena rasa sayangnya manusia itu berbeda. Dimana rasa sayang berlebih bisa membuat seorang hamba menjadi lupa diri. Lupa pijakan dan lupa sandaran pula.

Lalu pada akhirnya, akan tersesat dalam sebuah ilusi tak berkelanjutan, yang sering orang-orang namakan dengan sebutan cinta.

Ya, Senaif itulah aku, yang bisa-bisanya jatuh cinta dan menaruh rasa sama sepupu sendiri.

Umur 17 tahun mungkin terlalu cepat untuk seolah tahu soal cinta, tapi gak ada umur yang terlalu muda untuk jatuh cinta, kan?



****
 
Terakhir diubah:
Ujuucett...

Kapan kelarnya eneng baca om? :mati:

Simpen dolo ah, siapa tau tees berbaik ati mau bacain secara langsung! :pandaketawa:

Dahal benernya pen mejeng di pejwan :horey:
 
Jadi penasaran incestnya dimana? :bingung:

Baca ulang deh becok, tees agi rungsing keknya gegara gak nafsu makan :bata:
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd