Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Rapuh -TAMAT

seandai nya indonesia bs seperti jepang....pasti bnyk karya penulis yg bagus buat dibikin film,tentunya film2 semi/full porn..akan sangat indah ditontonnya.
 
Bagian 7

"Cerita ini lambat laun akan menjadi gelap.
Saya tak tahu apakah kalian akan menyukainya.
Tapi Ki Dalang sudah menentukan jalan ceritanya seperti ini.
Akan ada kesedihan, akan ada kegelisahan, dimohon yang tidak suka adegan kekerasan, jangan dipaksa membaca. Sebab, saya tidak bisa memuaskan semua orang dengan cerita saya."


*********

Suasana di tengah sawah itu cukup sepi. Tidak ada kebisingan, tidak ada keramaian, damai dengan ditemani oleh semilir angin. Lantunan orkestra gesekan dedaunan padi adalah musik alami, menjadi sebuah iringan nada dimana ada dua insan yang sedang berciuman, memagut bibir, menyesapkan birahi.

Perempuan bernama Azizah pasrah, bahkan menyerahkan dirinya secara utuh kepada seorang Arief. Dasar, Arief bukan lelaki bodoh yang akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Bahkan, meskipun tahu Azizah seorang ODHA, tetapi dia tahu batasan yang harus dilakukan. Azizah ini seksi, itu yang bisa menjadi penilaiannya. Wajahnya cantik, tak perlu seorang juri Miss Universe untuk bisa mengatakannya, dan benar apa kata Suyoto, buah dada Azizah memang tak ada yang bisa mengalahkan. Bulat, mulus dengan urat-urat kehijauan. Kedua benda itu sekarang sedang diremas-remas oleh Arief.

Kedua selakangan mereka saling berhimpit meskipun masih dalam keadaan tertutup. Kedua mata Azizah sudah tak bisa lagi fokus kepada yang lain selain Arief. Matanya menatap sayu saat lidah Arief bergerilya menjamah dua bongkah payudara yang dia banggakan itu. Entah sejak kapan pakaian atasnya sudah terangkat, bahkan cup BH-nya sudah terlepas. Arief menyihirnya, mengacaukan fokusnya, apalagi putingnya yang mengacung itu tersapu oleh guratan kasar lidah lelaki itu.

"Aaahhhkk!!" rintih Azizah.

Dia takjub. Dengan sapuan lidah Arief, dia gemetar. Tak pernah seumur hidupnya mengalami pengalaman seeksotis ini. Lagi! itu perintahnya di dalam hati. Arief mengabulkan. Dua kali sapuan, Azizah merintih lagi. Kali ini Arief menggila, dia bergantian melahap puting susu perempuan ini, kiri dan kanan. Azizah meronta di atas pangkuan Arief, meremas kepala lelaki ini.

"Enak, Paak...." tak perlu berbohong, Azizah telah mendeklarasikan betapa nikmat sapuan lidah pemuda ini.

"Pantas sekali banyak yang tertarik kepadamu. Susumu indah, Zah," puji Arief.

"Oh, Pak Arief. Tubuhku milikmu, Pak. Aku rela melakukan apapun untukmu," kata Azizah.

Arief menatap mata Azizah. Ketulusan Azizah tak perlu diragukan. Sudah banyak hal yang dilakukan Arief untuk perempuan ini. Sudah selayaknya Azizah membalasnya. Sayang, kalau bukan penyakit menular ini, pasti dia akan dengan senang hati melayani Arief.

"Tubuhmu indah, Zah. Aku ingin sekali bercinta denganmu, tapi kau tahu sendiri keadaannya," kata Arief.

Azizah mengangguk. "Bapak mau terapi obat ARV dengan Azizah?"

"Aku ingin sekali, tapi aku masih lebih ingin kau lakukan dulu kepada si ustadz itu."

Ada raut wajah kecewa di wajah Azizah. Arief mengelus pipi janda itu. "Kau bisa bersabar sampai saat itu tiba?"

Azizah menggeleng. Dia tak akan kuat untuk bisa bersabar. "Aku sepertinya sudah jatuh cinta ama Pak Arief. Kalau aku bersabar, aku takut mengecewakan bapak. Aku rela memberikan apapun untuk bapak. Entah kenapa aku bersedih tak bisa memberikannya."

Arief tersenyum. Kedua tangannya masih meremas-remas buah dada Azizah dan memainkan putingnya. Lagi-lagi Azizah gemetar dipermainkan seperti itu. Apakah istrinya pernah diperlakukan seperti ini? Ini bukan permainan seorang lelaki biasa. Arief sangat lembut memainkan buah dadanya, kedua tangan Azizah pun ikut memegang kedua tangan Arief, seirama memainkan payudaranya.

"Aku ingin kau tinggal di dekatku. Ikut aku ke kota," ajak Arief.

Azizah mengangguk. Dia lalu turun dari pangkuan Arief. Setelah itu dengan cekatan dia melepaskan resleting celana lelaki itu, menariknya sedikit untuk memberikan kebebasan kepada tongkat perkasanya. Azizah sudah berlutut di hadapannya membiarkan celananya terkena tanah, hanya sekedar untuk melihat bagaimana kejantanan berurat. Benda pusaka itu muncul saat celana dalam warna putih Arief diloloskan. Kepala jamurnya keras, batangnya berurat, tegak mengacung menunjuk ke wajahnya.

Mata Azizah melotot menyaksikan betapa jantannya Arief. Dia memberikan salam perkenalan dengan kecupan kepada benda yang suatu saat ingin dia rasakan membasahi rahimnya itu. Biarlah dia berkorban hingga saat itu tiba, yang jelas batang ini harus dipuaskan. Azizah mencium ujung kepala jamur, memainkan lidahnya, mengecup batangnya beberapa kali, menghirup aroma khasnya. Ini bau Arief. Bau yang sedap. Dia terhipnotis olehnya.

"Bapak janji ya? Suatu saat basahi rahimku," pinta Azizah.

"Aku janji," jawab Arief.

"Oh... bapak."

Azizah lalu mendekat lagi kepada Arief, kini dia tempatkan batang keras itu ke tengah payudaranya. Dengan bantuan tangannya, dia tekan batang tersebut, merangsangnya, mengocoknya lembut. Arief tak kuasa. Dia lemas diperlakuan seperti itu. Oh, toket itu sungguh sempurna. Azizah meludahi batangnya, dingin, tetapi hangat saat kedua bukit kembar itu kembali mengocoknya.

Barangkali Arief tak pernah menyangka akan mendapatkan tits job seenak ini. Kedua pasang mata mereka saling berpandangan, wajah Azizah yang cantik tersenyum, dia benar-benar ingin memuaskan Arief.

"Enak, Pak?" tanya Azizah.

"Enak," jawab Arief jujur.

"Bapak mau aku hisap?" tanya Azizah.

"Kau tak keberatan aku muntahkan di mulutmu?"

Azizah mengangguk, "Lakukan pak. Perkosa mulutku ini."

Arief lalu berdiri, dia memegang batangnya lalu diarahkan ke mulut Azizah. Azizah memegangi pinggang Arief, sementara kedua tangan Arief berada di kepalanya. Arief tak ingin menyia-nyiakannya. Dia menggerakkan maju mundur pinggulnya, sementara di bawah suara mulut Azizah sangat berisik.

Perempuan ini benar-benar berusaha agar batang perkasa itu bisa masuk penuh, tetapi selalu gagal. Hanya separuh saja bisa memasuki mulutnya. Arief makin cepat menggerakkan pinggulnya, Azizah mengimbanginya dengan gerakan lidah memutar, merangsang syaraf-syaraf kenikmatan ke seluruh tubuhnya.

Satu tangan Azizah mulai beraksi, dia meremas-remas kedua bola Arief. Arief bingung bagaimana tangan itu bisa membuat bulu kuduknya meremang. Mulut Azizah saja sebenarnya sudah cukup nikmat, suaminya sudah mengajari cara blowjob yang baik, ditambah aksi remasan ke biji, membuat Arief tak kuasa lagi ingin keluar.

"Aku mau crot di mulutmu," ucap Arief.

Azizah memejamkan mata. Ia ingin menikmati sensasi pancutan sperma lelaki yang dia kagumi ini. Tak butuh waktu lama, Arief menegang dan menekan pinggulnya kuat-kuat. Dari lubang pusakanya, memancarlah cairan kental. Arief tak tahu lagi berapa liter yang sudah dia keluarkan di dalam mulut Azizah. Dia diamkan beberapa saat sampai batangnya tidak berkedut-kedut lagi, setelah itu ia tarik perlahan keluar dari mulut Azizah.

Perempuan itu tersenyum menyaksikan bagaimana wajah Arief yang puas. Padahal sudah keluar, tetapi batang itu tetap keras dan perkasa. Azizah langsung menelan sperma lelaki ini. Dia tak peduli dengan rasanya, pahit, ataupun asin. Yang jelas dia sangat senang bisa melakukannya. Arief masih takjub melihat Azizah, janda ini benar-benar telaten sekali menjilati lubang kencingnya agar tak ketinggalan setetes pun.

"Terima kasih, Zah," kata Arief.

"Kapan pun, Bapak ingin saya bersedia melakukannya lagi," kata Azizah.

"Lain kali, kita bercinta, kalau aku bawa pengaman," kata Arief.

Azizah berdiri lalu memeluk Arief. "Oh, bapak. Aku sayang banget ama bapak. Aku akan berikan tubuhku buat bapak."

Kedua insan ini berpelukan dengan separuh telanjang di gubuk tengah sawah. Tak ada saksi mata yang melihat mereka selain burung-burung pencuri padi dan serangga-serangga yang lewat. Cukup dengan Azizah hari ini, pikir Arief. Tujuannya telah tercapai. Dia ingin membawa perempua ini untuk melaksanakan aksinya.

* * *​

Dendam kepada ustadz Thalib ini tidak lain didasari dengan betapa kedok seorang ustadz yang sangat mulia saat Arief pertama kali mengenalnya. Arief, bukanlah pemuda biasa. Dia lebih buruk dari apa yang ada di pikiran orang-orang. Bapaknya lebih buruk. Itulah kenapa beberapa bulan yang lalu saat bapaknya menyuruhnya kepada suatu hal, dia tidak gagal dan Arief tidak pernah gagal dalam melakukan pekerjaannya.

Ah, rumah tangganya gagal. Itu pengecualian.

Sebelum berangkat, Arief harus mempersiapkan banyak hal. Semuanya ada di dalam kopor besar berwarna hitam yang ada di bagasi pickupnya. Suroso menatapnya tanpa ekspresi saat hendak berangkat. Dia tahu putranya sudah lama tidak pernah melakukan hal ini, apa mungkin bisa?

"Sudah lama kau tidak melakukannya. Berapa tahun?" tanya Suroso.

"Semenjak aku mengenal Jannah," jawab Arief.

Suroso mengangguk-angguk sambil memejamkan matanya.

"Haruskah dengan syarat ini bapak mau menolongku?" tanya Arief sekali lagi.

"Kau bisa saja tidak melakukannya, tetapi mereka orang yang boleh dibilang pernah berbuat buruk kepada ibumu," jawab Suroso.

"Lalu kenapa bukan bapak sendiri yang melakukannya?"

"Bapak sudah tidak seperti dulu. Kedua tangan bapak akan gemetar hebat kalau membawa benda-benda berat. Maka dari itu kamu yang harus melakukannya. Sebenarnya, juga kalau bukan karena kecelakaan kerja itu, bapak tidak akan memintamu. Ah, sayang kau bilang sudah tidak ingin lagi melakukannya, kau ingin bertaubat. Kau jauhi bapak," kata Suroso.

"Ini yang terakhir," kata Arief.

"Jujur aku sudah senang dengan perubahanmu. Kau pantas mendapatkan yang lebih baik dari Jannah."

Arief tak menanggapi. Dia keluar dari rumah, masuk ke dalam mobil pickup, setelah itu pergi. Suroso hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Sebenarnya ada rasa penyesalan menyuruh putranya berbuat seperti itu lagi. Agaknya masa-masa emasnya menjadi tukang pukul sudah lekang oleh waktu. Padahal Suroso sangat pandai dan pintar dalam menghabisi orang lain. Dan tentu saja, partner yang paling pas adalah anaknya.

Selama bertahun-tahun polisi dihebohkan dengan orang-orang yang menghilang atau pun kasus-kasus pembunuhan berantai. Salah satu yang menarik adalah kasus pembunuhan berantai yang memutilasi para korbannya. Sampai sekarang polisi tidak pernah mengetahui siapa pelakunya, bahkan satu petunjuk pun tidak. Setiap korban yang ditemukan dimutilasi dari kepala, tangan, kaki, lalu dikumpulkan jadi satu dalam sebuah karung. Lalu, si pembunuh pasti mengambil salah satu bagian tubuh yang telah dipotong kemungkinan untuk dikoleksi.

Sejak umur 12 tahun Arief membantu bapaknya. Bapaknya si tukang jagal, anaknya bagian memotong. Bapaknya yang mengatur skenario, anaknya yang membersihkan. Mereka terkadang bergantian, kalau sasarannya orang yang mudah dibunuh, maka Arief yang akan memenggal leher orang itu dalam sekali tebas. Tak peduli laki-laki ataupun perempuan, mereka tak kenal ampun. Semua itu dilakukan hanya demi uang. Satu hal yang selalu mereka jaga, yaitu tidak akan membunuh anak-anak ataupun perempuan hamil. Itu kode etiknya.

Suroso bercerita kepada Arief, dulu saat ibunya sedang melakukan ada kegiatan kampus, orang-orang yang menjadi targetnya ini melecehkan ibunya. Sebenarnya korbannya juga bukan ibunya saja, tetapi juga teman-teman ibunya juga ikut jadi korban. Mereka menaruh obat tidur ke dalam minuman ibunya, setelah itu saat ibunya tidak sadar, mereka melecehkannya. Untunglah saat itu ibunya tidak meminum banyak, sehingga efek obat biusnya tidak terlalu tinggi. Alhasil saat beberapa orang mengocok penis mereka di wajah ibunya, keburu ibunya terbangun dan berteriak.

Sontak hal itu membuat orang-orang yang berada di sekitar tempat itu terkejut dan berusaha menolong ibunya. Ibunya selamat berikut juga teman-temannya yang jadi korban. Tetapi para bajingan itu berhasil lolos. Sebenarnya ibunya Arief tidak tahu siapa pelakunya, karena saat itu gelap. Hanya saja, setelah bertahun-tahun mencari tahu siapa pelakunya, mereka pun memberitahukan kebejatan mereka secara tak sengaja pada acara reuni.

Ibunya Arief secara tak sengaja mendengar percakapan beberapa orang di kamar mandi. Orang-orang itu berceloteh tentang peristiwa yang dialaminya bertahun-tahun yang lalu. Karena penasaran ibunya pun menunggu siapa saja orang yang akan keluar dari toilet. Wajah-wajah mereka pun akhirnya diingat dan ibunya menyimpan cerita itu bertahun-tahun. Sampai suatu ketika saat ibunya berjuang melawan maut karena kanker, dia pun bercerita tentang kejadian itu. Pesan ibunya kepada Suroso adalah jangan mendendam. Biarkan tuhan yang membalas.

Kali ini memang benar Suroso tidaklah mendendam, dia tidak akan membalas, tetapi tuhan yang membalas lewat tangan anaknya.

* * *

Gemercik air hujan terdengar riuh. Beberapa kubangan di jalan pun mencoba disibakkan oleh roda kendaraan yang melintas. Arief keluar dari mobil sambil memakai mantel hujan berwarna gelap. Pickupnya diparkir di pinggir jalan tak jauh dari sebuah rumah gedong. Yang jelas, orang yang tinggal di rumah itu adalah orang kaya. Arief membuka kopernya di bagasi mobil, setelah itu dia mengeluarkan sebuah senapan air gun. Air gunnya menggunakan angin kompresor yang bisa memuntahkan peluru tanpa menggunakan mesiu. Tujuannya jelas untuk merusak kamera CCTV yang ada di sekitar lokasi. Dia melihat beberapa yang mengawasi rumah tersebut sejak pertama kali tiba. Dengan cekatan Arief menembak tiga kamera tersebut hingga tak berfungsi. Satu lagi keunggulan senjata air gun ini, tidak berisik.

Setelah air gun selesai, dia mengambil sebilah kapak dari kopornya. Setelah itu berjalan menuju ke pagar rumah. Pagar rumahnya, tentu saja dikunci dari dalam. Namun, Arief tidak kehilangan akal. Cukup mudah untuk memanjat pagar tersebut. Rumah besar, tanpa CCTV dan tanpa penjaga atau pun anjing. Arief dengan mudah masuk ke dalam rumah.

Pekerjaan ini sebenarnya perlu kehati-hatian. Maka dari itulah Arief memakai masker dan menutupi kepalanya dengan hoodie dari mantel hujan yang dia kenakan. Begitu masuk ke dalam rumah ada seorang perempuan, seorang pembantu terkejut melihat Arief.

"Siapaaaahh....kkhh," belum sempat selesai bicara sebilah pisau sudah menggorok leher perempuan itu. Adegan berikutnya sudah bisa dipastikan, perempuan tersebut kejang-kejang di atas lantai dengan darah bercucuran sambil memegangi lehernya.

Arief melihat seorang perempuan lagi sedang menonton televisi. Arief langsung mengayunkan kapaknya ke tempurung kepalanya, perempuan itu meninggal di tempat saat itu juga tanpa tahu kenapa dia harus dibunuh.

Kembali lagi Arief berjalan menyisiri ruangan, membuka satu per satu pintu. Saat menemukan pintu yang di dalamnya ada anak kecil yang sedang tertidur, dia kunci pintu itu agar anak tersebut tidak keluar. Arief pun beranjak ke lantai dua. Dia melakukannya tanpa rasa takut ataupun panik. Saat masuk ke sebuah kamar dia melihat seorang wanita sedang berbaring di ranjang sambil bermain ponsel. Masih dengan kapaknya, Arief langsung melempar benda itu hingga menghantam kepala wanita tersebut.

Telinganya lalu mendengar suara gemericik air di dalam kamar mandi. Arief melihat layar ponselnya, untuk memastikan seorang lelaki yang menjadi targetnya. Kalau targetnya sudah keciduk, dia akan langsung pergi. Arief bergegas mendekati kamar mandi, setelah itu dia buka pintu kamar mandi. Tampak seorang lelaki sedang sibuk mencuci rambutnya dengan air hangat yang ada di shower. Dia tak menyadari Arief sedang berdiri di belakangnya.

"Setyo Wahono," panggil Arief.

Lelaki itu terkejut lalu berbalik. "Si-siapa kau?"

"Kau benar telah melecehkan Laras?" tanya Arief.

"Laras? Siapa?"

"Kau tak ingat perbuatanmu waktu masih mahasiswa dulu? Sudah berapa korbanmu sampai kau lupa siapa mereka?"

Setyo menelan ludah. Dalam keadaan telanjang, terpojok dan diintimidasi, siapapun tidak akan ada yang suka dengan apa yang dialaminya sekarang. Terlebih lagi, dia merasa nyawanya akan melayang.

"A-aku tidak tahu," kata Setyo.

"Tahu atau tidak itu tidak jadi soal. Aku tetap akan menghabisimu sekarang," kata Arief.

"T-tolong, ampuun. ampuun!!" ucap Setyo sambil berlutut. "Itu bukan ideku. Aku hanya ikut-ikut mengerjai. Si Poltak itu, itu ide Si Poltak. Dia terlalu banyak nonton bokep sampai berfantasi yang aneh-aneh. Tapi sungguh, aku tidak pernah memperkosa seorang pun, Poltak dan kawan-kawan yang melakukannya, bukan aku!"

"Jangan khawatir, bagian mereka sudah ada!" ucap Arief.

Dia menjambak rambut etyo, setelah itu menusuk-nusukkan pisau yang tadi dia bawa ke leher, wajah, dada, punggung dan perut. Setyo menggelepar-gelepar hingga tak sadarkan diri. Tugas Arief satu sudah selesai. Masih ada empat orang lagi yang harus dia habisi.

Ada alasan kenapa dia tidak ingin membunuh ustadz Thalib saja kalau dia bisa melakukan semua ini. Sebab, dia tidak ingin lagi melakukan hal ini. Dia sudah berjanji kepada dirinya sendiri akan membalas ustadz Thalib dengan cara yang lebih kejam dari sekedar dibunuh. Empat target ini adalah yang terakhir. Setelah itu dia tak perlu lagi risau.

Kali ini Arief tidak memutilasi korbannya seperti yang sudah-sudah. Tujuannya jelas, menghabisi orang, setelah itu pergi. Sebelum dia pergi dari rumah, dia mengambil pesawat telepon yang ada di kamar Setyo tepat di samping perempuan yang sudah tewas dengan kapak menancap di kepalanya. Dia pencet nomor polisi.

"Ya, Halo? Dengan 110 ada yang bisa dibantu?" sapa seorang di telepon.

"Keluarga di rumah ini saya habisi, kirimkan bantuan," jawab Arief. Setelah itu dia langsung menutup teleponnya. Arief mengambil kapaknya dari kepala wanita yang ada di atas tempat tidur, setelah itu dia pergi meninggalkan rumah itu tanpa beban sama sekali.

Hujan menghapus jejak darah yang ada pada sepatunya. Kapak tersebut kembali tersimpan di dalam kopor, berikut juga pisau-pisau yang dia gunakan tadi.

Di dalam mobil Arief meneteskan air mata. Dia sudah tak ingin lagi melakukan ini. Sebenarnya, semenjak dia mengenal Jannah, dia sudah berjanji akan menjadi orang baik. Tidak lagi melakukan kejatahan seperti yang dilakukan oleh bapaknya. Terlebih lagi ustadz Thalib terus memberinya semangat untuk berbuat baik. Sayang sekali, dia hanya dimanfaatkan. Siapa yang tidak marah dengan itu semua?

Hati Arief menjerit. Dia dalam kondisi rapuh. Tak ada pilihan bagi orang seperti dia. Siapa yang mampu mengobatinya?

==========================
tubikonticrot
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd