Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Profil Band Dome Dan Manca

Status
Thread ini sudah dikunci moderator, dan tidak bisa dibalas lagi.

kopred1

Kakak Semprot
Daftar
6 Mar 2015
Post
177
Like diterima
36
Bimabet
Permisi om Admin, Momod, Suhu, dan Semprot Mania dimana pun anda berada, seperti yang kita ketahui bersama, musik selalu menghiasi kehidupan kita, di rumah, kantor,pasar, pusat perbelanjaan, dimanapun itu.

Hidup terasa hampa tanpa musik, tak ada yang menyemangati kita dipagi hari, tak ada yang menenangkan kita di siang hari saat kita istirahat, tak ada yang membangkitkan mood kita di sore hari, setelah lelah seharian beraktivitas.

Saya sendiri suka mendengarkan berbagai musik, istilahnya kalo musik atau lagu tertentu,nyantol di kuping, bakalan ane dengerin itu, entah itu lagu lawas ataupun baru,entah itu bergenre pop, rock, metal, punk, dangdut.

Nah, disini ane ingin membagi pengetahuan tentang band-band yang ada, baik domestik ataupun mancanegara.

Band pertama yang ane share adalah SEREMPET GUDAL. Mengapa? Karena sekarang ini ane lagi demen ndengerin lagu-lagu dari band ini. :D

So, tanpa berlama-lama lagi check this out, :haha:
 



Serempet Gudal Band Nakal dari Semarang

# Aku suka susumu, Meskipun gede satu

# Aku suka anumu, Meskipun belum tumbuh bulu

Pada awal 2014, ada fenomena kehidupan remaja putri yang masih di bawah umur terjun ke dunia “esek-esek” bebas. Masyarakat menyebut mereka sebagai Kimcil. Entah akronim dari kata apa, yang jelas Kimcil sudah bukan rahasia lagi dalam realitas kehidupan.

Sementara itu, beberapa tahun belakangan negeri tetangga Malaysia beberapa kali mengklaim mereka memiliki produk budaya khas negeri itu. Padahal sejarah membuktikan, produk budaya itu adalah milik Indonesia. Lalu muncullah olok-olok Malingsia.

Nah, Kimcil dan Malingsia itu kemudian diangkat menjadi lagu dengan lirik nakal yang sarat kritik, dikemas dengan kata-kata nakal. Namun, bukan hanya kritik belaka sebab dalam satu lagu ada juga petuah kehidupan. Itulah yang dilakukan band indie dari Semarang, Serempet Gudal.

Nama Serempet Gudal sebenarnya berkesan jorok. Dua kata itu adalah kata bahasa Jawa. Serempet berarti menyerempet, sementara gudal adalah kotoran atau plak yang melekat di gigi. Dari nama grup yang nakal, produk lagu-lagunya tidak jauh dari ndugal dan bengal.

"Setiap orang pasti punya gudal. Nama itu pun kami buat dengan usulan banyak teman. Setiap orang mengusulkan satu nama, kemudian dikopyok, keluarlah nama Serempet Gudal. Semoga rezeki selalu menyerempet kami, seperti gudal yang dimiliki setiap orang," kata Erry Budi Prasetyo, sang manajer.

Ia menuturkan, semua lirik berasal dari realitas sosial dan politik yang ada di kehidupan sehari-hari. "Bila ada sesuatu yang baru, kami membuat lirik lagu. Aransemen lagu pun kami buat bersama-sama," ujarnya.

Serempet Gudal memang termasuk genre band yang sarat kritik. Band ini seolah menjadi reinkarnasi dari grup band masa lalu, seperti Pancaran Sinar Petromak (1980-an), Harapan Bangsa (1990-an), Pengantar Minum Racun, The Product Gagal (2000-an), maupun Keroncong Chaos.

Awak band ini adalah musikus cadas. Namun ketika membentuk Serempet Gudal, mereka menanggalkan semua itu dan melebur ke musik baru. Mereka adalah Dimas Xella (vokal), Tilar Febri Pepeb (vokal latar), Alto Bonci (marakas), Gembeng (perkusi), Panji (gendang), Eka Bayi (lead gitar), Enno (bass), Bondan (gitar), Abil Kawul (keyboard), dan Inu Ambon (drum).


Band itu terbentuk pada 5 Mei 2006. Awalnya mereka adalah para mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang (Udinus). Mereka bermusik ria bersama di teras kampus, membawakan aneka lagu dengan lirik lucu.

Karena memiliki keunikan khas, Serempet Gudal mendapat job tanggapan, mulai acara sunatan hingga pengantin. "Pernah sehabis pentas hanya dibayar nasi kotak dan ucapan terima kasih. Itu pun tidak masalah. Bagi kami, yang penting bisa tampil bersama," ucap Erry mengenang.

Tanpa diduga, keunikan mereka membawa berkah. Tanggapan bukan sebatas kepada perhelatan sunatan dan pengantin, tetapi sudah merambah sebagai band pembuka pada saat band-band ternama dari Ibu Kota manggung di daerah Jawa Tengah. Perhelatan resmi Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang pun mengundang Serempet Gudal.

Tidak mengherankan jika Xella dan kawan-kawan mendapat hati di kalangan anak-anak muda. Mereka memiliki fans yang menamakan diri Begundal Handal. Lagi-lagi nama yang aneh.

"Kami selalu bertemu Begundal Handal setiap Sabtu malam di Taman KB, Jalan Menteri Supeno, Semarang. Posisi kami setara, saling ledek karena benar-benar sebagai teman," ujar Erry.

Sekitar 30 lagu sudah mereka buat. Pada 2008, mereka menerbitkan minialbum Semarangan. Mereka berencana menyelesaikan album yang lebih besar pada akhir tahun ini. "Banyak penggemar itu menjadi tantangan bagi kami karena harus bisa tumbuh lebih baik dan lebih besar," tutur Xella.

Selain Kimcil dan Malingsia, lagu-lagu nakal mereka lainnya adalah “Selaput Dara”, “Andeng-andeng”, “Zeng Zeng”, “Gitting”, “Brokenpop”, “Balado Kawan Lamo”, “Dioyak Asu”, “Tamara Jalan Raya” dan “Bloody Mommy”.

Pada 13 September 2014, mereka akan pentas di Pulau Dewata yang bertempat di Lingkar Art Space Denpasar. "Bagi kami, ini merupakan capaian yang besar untuk sekelas band yang hanya bermodal semangat dan kekeluargaan," ucapnya.

Erry mengaku, tampil di panggung besar, apalagi hingga perhelatan besar di luar pulau, dulu jauh dari angan-angan. Ketika video klip mereka diunggah ke Youtube, berbagai komentar yang ada di sana sudah menjadi juri yang objektif atas karya-karya mereka.


Sumber : Sinar Harapan
 
Menurut teman saya yang kuliah di udinus dan yang sudah lulus,band tersebut para anggotanya dulu anggota tetaer kampus katanya.
Katanya lho...
Cmiiw :beer:
 
Bimabet
Oke manteman se-republik semprot, wherever you are. Setelah kemarin saya share tentang salah satu band dari kota saya, sekarang ane mau share tentang band mancanegara yang berasal dari USA.

Band ini telah eksis sebelum saya lahir,salah satu hits yang saya suka dari band ini berjudul 'Broken Heart'.Yup, band tersebut adalah WHITE LION Berikut adalah profil band tersebut :


WHITE LION


Di era 1990-an, penggemar musik mana yang tak kenal grup asal New York, Amerika Serikat (AS)* ini. Di negeri ini, nama grup yang dulu digawangi Mike Tramp (vokal), Vito Bratta (gitar),* Jame Lomenzo (bass), dan Greg D'Angelo (drum) ini* pertama kali dikenal lewat single "When The Children Cry" yang diambil dari album* kedua mereka, Pride, di tahun 1987. Dan, sejak itu pula petikan dan sayatan gitar Bratta serta lengkingan parau voal Tramp jadi begitu familiar di telinga saya ini. Nama White Lion, kemudian menjadi salah satu grup favorit saya, saat mulai serius mendengarkan musik, ketika menginjak masa SMA. Di hati saya, White Lion ketika itu mendapat tempat yang nyaris sejajar dengan Bon Jovi, Gun's N Roes, Mr. Big, Iron Maiden, dan tentu saja Iwan Fals. White Lion memang merupakan bagian dari kejayaan glam rock, hair metal, hard rock, heavy metal, apa pun namanya, di era pertengahan 1980-an hingga awal 1990-an. Masa di mana ingar-bingar distorsi gitar yang meraung-raung, dentuman bass drum yang berpadu dengan atribut ala rock star.* Rambut panjang, jaket-celana jins belel, plus bandana di kepala. Namun, ada kalanya, mereka, band-band glam rock ini bersenjatakan lagu-lagu balada. White Lion inilah salah satunya. Lagu "When The Children Cry" membuat album Pride mendapat double platinum. Lagu ini juga sempat bertengger di tangga lagu The Billboard 200 selama tahun penuh. Ketika itu, berbekal tiga album awal, Fight To Survive (1985), Pride (1987), dan Big Game (1989), White Lion termasuk salah satu grup hair metal papan atas. Di Indonesia, nama White Lion makin dikenal saat merilis album keempat, Mane Attraction, di tahun 1991. Hits-hits seperti "You're All I Need", "Till Death Do Us Part", ataupun "Broken Heart" kerap diputar di radio-radio terkemuka, ketika itu. Selintas didengar, musik-musik White Lion sepertinya sederhana. Namun, jika dicerna lebih jauh, Tramp dan kawan-kawan ternyata tak sekadar bermain musik. Mereka bermain dengan teknik yang luar biasa. Mulai ketukan drum yang gantung, dentuman bass yang tak umum, melodi serta kocokan gitar* yang dimainkan dengan teknik tinggi. Coba saja den
gar lagu "Till Death Do Us Part" dari album Mane Attraction.

Di bagian interlude, Bratta memainkan melodi yang bukan hanya begitu enak didengar, menyanyat, pas dengan suasana lagu. Melainkan juga dengan teknik gitaran yang tinggi dengan teknik tapping yang luar biasa. Pilihan sound-nya juga luar biasa, benar-benar mampu menyatu dengan nuansa yang dibangun syair lagu. Tak heran, selain Tramp yang memang menjadi front man, Bratta juga disebut-sebut sebagai ruh utama White Lion. Sebab, praktis, semua musik mereka, salah satunya ditentukan oleh gitaran-gitaran pria bermata sendu itu. Karakter Kuat Membuat lagu dengan teknik sulit menjadi sederhana memang salah satu kelebihan White Lion. Lihat saja,* lagu-lagu mereka jadi terdengar easy listening. Padahal, jika Anda coba kulik atau pelajari, susahnya bukan main. Tak heran, meski easy listening, lagu-lagu White Lion dikenal tetap memiliki karakter kuat. Tak heran juga, nyaris semua lagu balada atau slow rock mereka, selain mendapat tempat di kalangan penggemar musik rock. Selain "When The Children Cry", White Lion memang juga melahirkan hit-hits balada semacam "Broken Home", "Till Death Do Us Part", "Going Home Tonight", "Cry For Freedom", "Farewell To You", dan tentu saja masterpiece balada mereka, "You're All I Need". Tema cinta* yang jadi andalan, dibungkus dengan lirik yang kuat dan melodi garang namun manis, sehingga tak ada kesan mellow sedikit pun. Padahal, syair-syair yang kebanyakan ditulis Tramp sangat, sangat romantis. Tengok saja syair dalam refrain lagu "You're All I Need" ini. you're all I need beside me girl you're all I need to turn my world you're all I want inside my heart you're all I need when we're apart Atau lirik di lagu "Wait" yang terdapat di album Pride. Wait... just a moment before our love will die Cause I must know the reason why we say goodbye Wait.... just a moment and tell me why Cause I can show you lovin´ that you won't deny

Tak heran, seperti band-band glam rock lainnya, White Lion punya begitu banyak penggemar dari kaum hawa. Tentu saja ini tak lepas dari ketampanan wajah Tramp, sang front man.

Tapi, bukan cuma soal cinta sebenarnya yang jadi andalan White Lion. Sejak dulu, grup yang pertama kali didirikan 1983 ini memang sudah concern terhadap masalah-masalah sosial. Maka itu, selain cinta, tema-tama kehidupan juga begitu banyak menghiasi lagu-lagu White Lion. Sebut saja "Broken Home", yang bercerita tentang tingginya tingkat perceraian di AS, sehingga menyebabkan penderitaan luar biasa bagi sang anak. Atau "War Song" di album Mane Attraction yang bertutur tentang kegalauan veteran perang Vietnam. Sementara lagu "Cry Freedom" merupakan kritik penggawa White Lion terhadap kebijakan politik Apartheid yang ketika itu masih berlaku di Afrika Selatan. Bahkan, White Lion, ketika itu, di tahun 1990-an juga sudah peduli terhadap lingkungan alam. Lagu "Little Fighter" mereka dedikasikan untuk Greenpeace, kelompok pecinta lingkungan yang ketika itu kapalnya dihancurkan oleh sebuah operasi intelejen Prancis. Di luar itu, vokal Tramp yang unik juga jadi salah satu keunggulan White Lion dibanding grup-grup glam rock kala itu. Vokal Tramp memang tak biasa, tipis tapi sangat berkarakter. Namun, di lagu-lagu tertentu, Tramp bisa saja menampilkan karakter vokal yang garang, serak-serak parau, khas rocker sejati. Namun, di lagu lainnya, dia bisa bernyanyi kelewat manis seperti dalam tembang "You're All I Need" atau "Going Home Tonight". Hanya memang, patut disayangkan, di saat menjulang mereka justru langsung tenggelam. Ya, White Lion dengan formasi terbaik, Tramp, Bratta, Lomenzo dan D'Angelo, harus bubar di tahun 1991, tahun di mana mereka juga merilis album Mane Attraction. Pada tahun 2003, sebenarnya sempat terjadi wacana untuk menghidupkan kembali White Lion. Namun, Tramp menyebut, Bratta keberatan, sehingga dia hanya mengajak Lomenzo dan D'Angelo plus Warren De Martini, gitaris RATT. Namun, masalah jadi rumit lantaran Bratta mengajukan tuntutan hukum. Sebelumnya, pada tahun 1999, Tramp juga sempat merilis Remembering White Lion dengan sejumlah musisi. Lantaran tuntutan Bratta ini, Tramp sempat menggunakan nama Tramp's White Lion (TWL) pada tahun 2005, saat berusaha membangkitkan kejayaan White Lion. Namun, belakangan, dia kembali menggunakan nama White Lion dan merilis album Return of The Pride pada tahun 2008. Mereka juga sempat menggelar tur ke Indonesia. Pengaruh Bratta Memang sulit dimungkiri, sepanjang karier musik White Lion, setidaknya, hingga album Mane Attraction, pengaruh Bratta begitu kental pada musik White Lion. Betul, Tramp memang memiliki peran besar dalam penulisan lagu. Namun, saat membentuknya menjadi sebuah musik, peran Bratta yang sangat besar. Lewat sentuhan jari-jarinya lahirlah aransemen-aransemen yang penuh warna namun tetap berada dalam koridor hard rock.

Dengan gitar buntungnya yang keluaran Steinberger, gitaran Bratta memang sangat dominan di setiap lagu White Lion. Hebatnya, dia tak hanya bisa pamer teknik ***kecepatan serta sound yang meraung-raung. Namun, Bratta juga bisa bermain sangat indah dengan gitar akustik. Lagu "When The Children Cry", " Broken Home" serta "You're All I Need" adalah beberapa contohnya. Sementara di beberapa lagu, Bratta juga selalu mampu menggabungkan unsur akustik dan electric dengan sangat manis. Tak heran, pada tahun 1988 Bratta sempat didaulat sebagai gitaris terbaik oleh Majalah Guitar World untuk kategori Best New Guitarist.* Ketika itu, orang pun percaya, Bratta tak hanya pantas digelari shredder guitarist karena kecepatan bermainnya. Namun juga ciamik dalam pemilihan melodi-melodi yang harmonis dengan teknik tinggi. Saya sendiri menilai, permainan tergila Bratta ada di album Big Game. Di album ini, dia benar-benar mengeksplor kelihaiannya memainkan instrument enam dawai ini. Dengar saja lagu-lagu seperti "Going Home Tonight", "Let's Get Crazy", "Cry For Freedom" atau lagu daur ulang grup Golden Earring, "Radar Love" di mana Bratta bermain begitu liar, dengan kecepatan tangannya plus, keindahan sound yang keluar dari gitarnya. Jika Anda penggemar gitar, pasti ngeh betapa dahsyat permainan Bratta di lagu-lagu ini. Tapi, ya itu tadi, secepat apapun, segila apapun permainan Bratta, melodi-melodi yang keluar dari gitarnya tetaplah terdengar manis. Namun begitu, di album Mane Attraction, permainan Bratta sebenarnya juga tak kalah gila. Dengar saja lagu "Love Don't Come Easy" di mana dia bermain tapping begitu halus di awal lagu. Sementar pada interlude, tapping-tapping itu jadi begitu gila. Sementara pada lagu "Leave Me Alone" Bratta bermain begitu cepat, dengan kocokan yang dalam, serta aksen-aksen yang kuat, sehingga lagu ini terdengar begitu ngerock. Itu satu lagi kelebihan Bratta. Dia sering membuat fil-fil yang sulit terduga. Di album ini juga adalah lagu instrumental khusus, "Blue Monday", yang didedikasikan Bratta dan White Lion untuk mendiang pendekar blues, Stevie Ray Vaughan, yang meninggal saat White Lion mengerjakan album ini. Kembali Reuni? Hanya lagi-lagi disayangkan, setelah White Lion bubar, nama Bratta seperti hilang ditelan bumi. Padahal, ketika itu, namanya boleh dibilang sudah diperhitungkan sebagai salah satu gitaris rock terbaik sejajar dengan Paul Gilbert atau Stevie Vai yang tengah berkibar ketika itu. Rumor pun bertebaran. Ada yang menyebut, Bratta mengalami cedera serius pada tangannya, sehingga tak bisa lagi bermain gitar. Ada juga yang menyebut, dia mengalami depresi berat sehingga trauma melakukan aktivitas musik. Berbeda dengan rekan-rekan segrupnya, yang terus berkibar setelah bubarnya White Lion. Lomenzo dan D'Angelo sempat menggarap proyek Pride and Glory bersama gitaris Zakk Wylde. LoMenzo bahkan terus berkibar dengan bergabung dengan David Lee Roth *serta Megadeth. Sementara Tramp sendiri sempat membentuk grup Freak of Nature. Dia juga sempat merilis beberapa album solo dan menggelar konser solo pertama kalinya di Indonesia, di Fashion Café, di tahun 2002. Baru, pada 16 Februari 2007, Bratta untuk pertama kalinya muncul ke hadapan publik dalam sebuah talk show radio terkenal, Eddie Trunk, "Friday Night Rocks" yang ditayangkan secara live. Di acara ini, Bratta bicara banyak soal karier musiknya dan White Lion. Bratta tak membantah, bahwa dia memang sempat mengalami cedera pada tangannya. "Cedera itu membuat saya sangat menderita. Bayangkan, saat menekan senar gitar, jari-jari saya seperti tersengat setrum," ujarnya, seperti dikutip ultimate-guitar.

Namun, Bratta menuturkan, alasan utama dia menghilang selama ini adalah lantaran sibuk menemani sang ayah yang sakit keras dan berkepanjangan. Dia khawatir tak bisa berkonsentrasi jika memaksakan diri tetap aktif di musik. "Ayah saya membutuhkan saya," ujarnya, lirih. Namun begitu, ketika itu, Bratta juga menyebut tak menutup kemungkinan kembali reuni dengan White Lion formasi klasik. Hanya dia tidak tahu, kapan itu akan terjadi.


sumber: wikipedia, you tube, allmusic, heavymetalparadise, ultimate-guitar, blabbermouth, berbagai sumber Diskografi 1985 Fight To Survive 1987 Pride 1989 Big Game 1991 Mane Attraction 1999 Remembering White Lion 2008 Return of The Pride



Kompasiana/Edu Krisnadefa
 
Status
Thread ini sudah dikunci moderator, dan tidak bisa dibalas lagi.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd