Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Portraiture [My Erogeneous Zone] (Chapter.58+59 + Mulustrasi UPDATED 22 APRIL 2024, Chapter.60 on progress))

Karakter mana yang lebih cocok jadi personal assistant Jay untuk saat ini?

  • Kartika

  • Anin


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Sayang mulustrasi yg di DP ndak nongol....kamsiah hu @arkfeelspecial patut ditunggu fantasi lainnyah...
Nanti ditambahin, belum sreg sama gifnya. Sering bbc semua jd disambungin ke cerita gak klop...
 
Disclaimer = isi cerita diarahin mentrigger pengembangan karakter...

Sepulang dari acara kami malam itu, kami bertiga mampir ke sebuah restoran yang ada di salah satu mall besar untuk membeli makan dan sekalian mengunjungi salah satu spa untuk massage guna menghilangkan rasa pegal yang ada.

Setelah selesai kemudian anin dan kartika lanjut berbelanja kebutuhan dapur bersama-sama, jay juga bisa bersantai mengantar dan menemani mereka karena sudah tidak ada lagi yang bisa dikerjakan di kantor. Lalu anin dan kartika yang berpisah untuk membeli kebutuhan yang berlainan agar cepat selesai, jay pun memilih bertugas mendorong shopping cart untuk menemani Anin.

"Eh, jay... Mau beli apa buat isi dapur? Kamu suka makan apa?" anin berusaha mencari tahu sekecil apapun info yang bisa dia korek sebagai upaya dirinya mendekati jay secara personal.

"Udah apa aja asal multi fungsi, jangan yang cepet busuk biar gak nyimpen sampah kalo gak tiap hari masak. Buang sampah di villa jauh tempatnya kalo gak ada rencana keluar kompleks." balas jay santai sekaligus sedikit perhitungan.

"Tau gak? Bentar lagi aku ulang tahun loh, aku boleh beli bahan buat pesta sama kue gak? Orang rumah pasti seneng kalo ada pesta nanti..."

"Oh ya? Kapan tuh?"

"Setelah tahun baru... Tanggalnya rahasiaaaaa... Tunggu aja..." anin membalas dengan menjulurkan lidahnya kearah jay. Anin paham karismanya memang terpancar ketika dirinya berekspresi manis atau bertingkah imut.

"Berarti bulan depan? Ya terserah lu deh... Ayo lanjut belanjanya..." jay memalingkan wajahnya dari anin dan mengalihkan pembicaraan.

"Ihhh susah bener sih ngadepin nih cowok! Kudu ngapain lagi ya biar dia mau terbuka sama aku? Masa dikit-dikit kudu ngentot solusinya? Kemarin aja aku ditolak pas lagi pingin... Huft..." pikir anin sedikit kesal karena usahanya belum cukup untuk mendapat respon jay seperti yang diharapkannya.

"Lu suka buah apa nin? Gua ambil buah-buahan dulu disana ya, lu kalo mau muter ya jalan aja ntar gua samperin kalo udah kelar..."

"(Kesempatan nih...) Ah aku mau deh... anggur merah sama apel dong... Tolong yaaa..." anin berlalu menuju counter bahan kue sambil meninggalkan jay yang berjalan kearah sebaliknya.

"Aku harus buat cake sama pesta yang keren nih buat pesta besok... Aku harap jay suka meski aku harus ngasih tau event apaan yang mau aku bikin besok, gak ngarep kado juga sih asal dia mulai ngebalas perhatian aku aja udah cukup..."

Setelah selesai berbelanja dan membayar semua belanjaan itu, kami bertiga menuju parkiran untuk mengambil mobil yang kami kendarai semalam. Setelah sampai parkiran, jay langsung membuka kunci mobilnya dan membuka bagasi untuk meletakkan belanjaan mereka.

"Udah kelar... Yok balik... Gerah nih pingin cepet-cepet mandi gua..." ucap jay sambil menutup pintu bagasi dan menuju tempat duduknya kemudian menyalakan mesin mobilnya. Kedua gadis yang menunggu itu belum masuk kedalam mobil, melihat jay sudah menyalakan mobilnya mereka berebut untuk duduk di jok sebelah jay.

"Aku ihhh... Kamu kan udahan tadi... Gantian dong..." ujar kartika juga ingin duduk didepan.

"Eh cepetan dong... Ribet amat mau duduk doang, lu berdua duduk dibelakang aja gih biar gak rebutan..." balas jay setelah melihat pertengkaran kecil kedua gadis itu.

"Huftttt..." anin dan kartika cemberut satu sama lain karena gagal duduk disebelah jay. Kedua gadis itu tanpa sadar mulai menumbuhkan rasa kepada jay sehingga setiap tingkah laku kecil mereka menjadi kekanak-kanakan hanya untuk mendapat perhatian jay.

Tak berapa lama kemudian, jay mengemudikan mobilnya kembali ke villa. Jay tidak ingin memikirkan kedua gadis karena insiden barusan dan memilih memutar lagu kesukaannya sepanjang perjalanan pulang. Saking cueknya, dirinya tidak sadar diperhatikan dua pasang mata yang menatap kaca spion oleh mereka yang duduk dibelakang. Mereka tidak sama sekali mengajak jay mengobrol takut merusak konsentrasi menyetirnya apalagi mereka sama-sama melewati pesta malam yang melelahkan.

"Kenapa otakku jadi mikir yang enggak-enggak begini? Gara-gara kemarin nih, aku masih kentang tapi si kartika enak banget dapet jatah..." pikir anin dalam hati yang libidonya tiba-tiba naik.

Satu jam kemudian...

Mereka telah sampai kembali ke villa dan jay memarkirkan mobilnya, anin berinisiatif menunggu dibelakang mobil untuk mengambil barang belanjaan mereka. Jay mematikan mesin mobilnya dan bergegas menuju bagasi menurunkan belanjaan.

"Jay aku bantu yah..." anin berkata sambil mengambil tas belanjaan miliknya.

"Lu udah masuk aja... Gua yang bawain ini ke dapur ntar... Kalo mau bantu, bikinin minum aja gih..." jay mengangkat 3 tas besar belanjaan mereka dengan mudahnya.

"Oke deh... Kayak biasa ya..." anin mengalah dan membiarkan jay mengangkat belanjaan mereka kemudian menuju tempat favoritnya untuk membuatkan minuman kesukaan jay. Di sisi lain dirinya juga senang bisa mengetahui sedikit hal yang disukai jay sehingga sering membuatnya tersenyum sendiri karena bisa membuatkan sesuatu yang spesial dengan penuh kasih untuk jay.

Srek... bunyi kulkas terbuka, jay mengatur dan memilah semua belanjaan yang wajib masuk kulkas dan lemari penyimpanan lain.

"Nin... Ini bahan kue lu, gua taruh lemari atas ya..."

"Iya jay... Makasih ya... Ini minuman buat kamu... Habisin ya..." anin tersenyum memberikan minuman buatannya kepada jay.

(Jadi kepikiran... Aku masak pake bikini+celemek buat jay pasti menarik... Hihihihi... Apaan sih pikiran aku? Ngaco aja dari tadi...) anin menepuk-nepuk pipinya yang memerah karena pikirannya sendiri.

"Thanks ya nin... Gua ngadem dulu di belakang..." balas jay singkat sambil berjalan kearah kolam renang.

Sofa tempat duduk jay dengan posisi dapur hampir berseberangan sehingga meski dari jauh, anin tetap dapat memandangi jay yang menikmati minuman buatannya itu.

"Ng?? Nomer siapa nih? Halo..."

"Halo ini nomornya jay kan?"

"Iya... Ini siapa ya?"



"Halo jay... Kebetulan pas kamu angkat, ini clara... Kita udah bikin schedule kan kapan hari, aku mau confirm kalo minggu depan aku udah di bali ya, sekalian nyiapin kebutuhan pre-wed. Kamu kosong kan? Soalnya minggu ketiga, ternyata aku ada acara sendiri." suara merdu nan lembut milik clara sedikit menghipnotis siapapun yang mendengarnya.

"Oh hei akhirnya nelpon juga... Iya boleh... Gua sih standby kok, kabarin aja ya kalo udah di bali. Gua bisa jemput ntar kalo butuh akomodasi..."

"Oke jay... Makasih ya... Sampe ketemu minggu depan... Bye..." ucap clara menutup teleponnya.

[Minggu berikutnya...]

"Nin... Lu sama kartika standby disini ya, siapin perlengkapan buat foto gua. Sekarang gua mau jemput dulu modelnya, bentar lagi mau landing pesawatnya. Abis kelar semua, kalian mau main keluar silahkan. Ajakin jena juga tuh, kasian dia ditinggal lagi sama pacarnya."

Jay bergegas menuju mobilnya untuk menjemput clara, disaat yang bersamaan masuk chat sns baru. Sebuah foto terkirim masuk kedalam hpnya.

"Jay... Aku mau ngabarin kamu... Kehamilan aku udah masuk tenggat waktunya, bentar lagi aku ngelahirin anak kita. Meskipun kita tidak berjodoh karena keluargaku menentang hubungan kita dan semua tidak berjalan lancar meski kita mencoba dengan cara ini, aku bakal tetep inget kamu sebagai ayah anak kita dan ngenalin kamu sebagai ayahnya meski sekarang aku memilih melahirkan dan membesarkan anak ini sendiri tanpa bantuan orang tua aku. Nanti aku kabarin lagi ya... Jangan khawatirin aku... Love you always jay..."



Tangan jay bergemertak menggenggam hpnya ketika melihat pesan dan menyentuh foto yang baru saja dibacanya. Tampak perut sang mantan sudah mencapai puncak kehamilannya dan berfoto dengan hobby yang mereka geluti sewaktu masih bersama, mengingatkannya kembali akan kenangan pahit hampir satu tahun lalu ketika dirinya menghadapi kenyataan harus meninggalkan kekasihnya dengan membawa janin miliknya pergi karena terhalang restu orang tua kekasihnya yang menginginkan anaknya menikah dengan pria yang memiliki status dan pekerjaan yang bergengsi. Suatu rahasia yang dia simpan sendiri sampai saat ini, disatu sisi dirinya bahagia mantan kekasihnya itu bisa melewati waktu dengan baik meski tanpa kehadiran dirinya dan kandungannya tumbuh dengan sehat. Disisi lain dia tidak bisa melindungi kebahagiaannya sendiri meski dia bertekad, dia tidak ingin menghancurkan hubungan orangtua dan anak karena memilih dirinya yang terang-terangan menjadi batu sandungan menurut kedua orang tua.

[Lama termenung, jay tersadar dia tidak boleh larut dalam kebimbangannya sekarang dan teringat akan tugasnya untuk menjemput model yang dipekerjakannya akan datang sebentar lagi.]

Perjalanan berlangsung hampir satu jam lamanya baru sampai bandara, seperti biasa bali di sore hari mulai memasuki jam-jam sibuknya.

"Halo cla... Lu dimana? Gua baru sampe nih..."

"Halo juga jay... Kita lagi makan di PH kok ini, tunggu yah kita kesana sekarang." ucap clara menutup teleponnya.

Sebentar menunggu, clara dan temannya keluar melalui exit gate. Jay melambaikan kearah mereka sambil menelepon nomor clara agar terlihat siapa yang menjemput.

"Halo... Gua jay... Kita baru pertama ketemu kan... Thank you ya udah nerima tawaran dari kantor gua..." sapa jay hangat dengan pertemuan pertama mereka.

"Halo jay... Akhirnya kita bisa ketemu ya... Ini kenalin temen aku, melissa. Dia yang ngurusin wardrobe aku disini..."

"Halo aku melissa..."



"Halo juga... Gimana kita langsung nih? Oh iya, kalian nginep hotel/villa mana? Mungkin deket sama tempat tinggal gua..."

"Kita rencananya juga endors salah satu villa deket potato head kok jay... Villanya pengacara itu loh..." balas clara.

"Hmmm... Agak jauh juga dari kantor gua sih cla... Jadi gimana? Konsep pantai masih jalan? Kalo di villa gua, turun dikit udah pantai sih sepi dari turis juga gak banyak distraction. Tapi terserah lu sih, kalo kerjaan numpuk bagusnya di villa lu aja gak masalah sih. Besok gua bawa peralatan gua kesana."

"Sebenernya gak enak nolak lu jay kan ada kerjaan beda juga, tapi biar kemana-mananya enak gak bolak-balik jauh aku mikir kita ngerjain kerjaannya di villa aku aja yah... Sorryyyyyy..." balas clara mengatupkan kedua telapak tangannya kearah jay.

"It's ok cla... Barang-barang buat foto sih gak banyak kok, berarti sekarang kita ke villa lu dulu nih? Kebetulan sekalian ngecek spotnya buat cari pencahayaan foto..."

"Boleh dong pastinya... Kamu gak masalah kan mampir bentar? tanya clara mendengar respon jay.

Jay hanya menganggukkan kepala dan membuka pintu bagasi untuk memasukkan koper bawaan mereka sedangkan kedua gadis itu duduk di kursi belakang menghindari panas terik hari itu.

"Jay... Kalo boleh tau kamu disini tinggal sama siapa? Sendiri?" ujar clara memulai basa-basi agar tidak ada jarak seperti seorang profesional dengan client saja.

"Gua? Gua tinggal bareng bos gua aslinya, tapi sekarang lagi ngurus bisnisnya diluar. Besok bisa di negara A, minggu depan bisa di negara B. Makanya gua disuruh handle urusan yang di bali biar ada yang ngawasin. Sama beberapa orang yang kerja jadi talent gua sih..."

"Ohh... Talent? Berarti cewek dong ya? Wah asyik ya ada yang nemenin, pacar gak marah gitu kamu serumah sama orang luar? Penasaran aja sih, jangan marah ya..."

"Gua gak punya pacar kok, lagi males aja sih apalagi kerjaan gua kebanyakan ketemu sama cewek. Gua gak mau dicemburuin gara-gara kerjaan, buat gua mood sewaktu ngefoto tuh penting kalo mau bikin foto bagus."

"Wah iya juga yah... Aku sendiri juga kalo lagi gak mood gitu, muka pasti jelek mau diarahin kaya gimana..."

"Ya gitu deh... Kalian istirahat aja dulu, ini jam-jam mau macet parah bakalan agak lama sampenya."

[Setelah berjibaku hampir 2 jam, sampailah rombongan mereka di villa yang ditempati clara.]

"Ahhh sampe juga akhirnya... Gila yah, macetnya sama aja bisa nyaingin jakarta..." clara turun dari mobil sambil meregangkan tubuhnya.

"Ya gitu lah... Jalanan udah sempit, motor juga banyak. Makanya mobil sering jadi korban ngalah buat ngasih jalan. Seringnya orang niat liburan malah nambah stres gara-gara macet, mending stay disatu tempat gak pergi jauh-jauh..." balas jay akan pengalamannya selama tinggal lama di bali.

"Iya sih... Tapi beda aja vibenya kalo liburan di jakarta sama di bali... Koper kita udah turun semua kan? Sini aku bawa sendiri, kamu juga capek kan nyetir lama... Ayo masuk jay... Yuk mel... Kamu gampang bener molor tadi, belum tidur pasti..." ucap clara mengajak jay untuk mampir sebentar.

"Tau aja sih... Mana ada orang bad mood bisa tidur..."

"Kamu sih mikirin cowo mulu... Diputusin langsung galau..."

"Apaan sih cla... Siapa yang tau kalo bakal diselingkuhin begini?! Dasar cowok brengsek emang!!!"

Jay hanya diam saja mendengar celotehan kedua gadis itu dan mengikuti mereka masuk kedalam.

"Jay duduk dulu, aku liat ada minuman gak dikulkas..." clara pergi membuka kulkas untuk mencarikan jay minum sebagai bentuk perhatiannya karena sambutan jay sebagai pihak yang memberinya pekerjaan.

Jay duduk sambil melihat area sekeliling villa itu, mencari area yang ideal untuk foto dan pencahayaan yang pas karena belum optimal maka dia harus membawa perlengkapan lighting tambahan.

"Ini jay... Adanya soda gak apa-apa kan? Dingin kok, lumayan buat ngusir gerah. Gimana spotnya? Ada yang oke?"

"Oh thank you ya... Hmmm... Kalo dari sudut pandang gua karena posisinya deket sama bangunan lain, arah cahayanya kemungkinan cuma terfokus satu titik deket kolam renang sih. Tamannya terlalu ganggu cahaya masuk, kalo di villa gua bisa outdoor. Kita foto indoor aja sambil liat matahari besok, optimalnya gimana baru ambil kesimpulan..."

"Oh gitu? Detail juga ya kamu kerjanya... Beda emang kalo kerja sama profesional ya, aku sih biasanya difotoin sama calon ato temen sendiri makanya gak ngerti bedanya cuma asal foto aja."

"Mel... Kalo nganggur, boleh minta tolong keluarin gaun yang buat pre-wed dong? Takut kusut besok kalo gak dicek karena masuk koper tadi..."

"Okeeee.. Bentar ya sekalian ganti baju dulu..."

"Oh iya jay... Kamu kan stay disini udah lama, nanya tempat nongkrong atau buat minum boleh kan? Rada bosen kalo ke tempat mainstream, biasanya banyak orang yang ngenalin."

"Boleh... Main aja ke tempat gua biasa nongkrong, gua jamin lebih private. Nanti gua kasih akses karaoke room + vip table deh, bilang aja temennya jay pasti tahu tempat yang biasa gua pake."

"Eh gua balik dulu ya... Besok gua kabarin dateng jam berapa... Lu santai aja disini, sms aja kalo udah bangun daripada gua buru-buru tapi lu masih pengen molor kan..." jay berpamitan karena tugasnya sudah selesai.

"Ah bisa aja kamu... Tau aja cewek jaman sekarang banyak yang bangun siang... Hahahahaha... Ati-ati ya pulangnya... See you besok..." tawa clara malu karena dirinya juga termasuk suka bangun telat.

Jay kembali ke villanya setelah menjemput dan mengantar tamunya itu. Sesampainya kembali disana, jay disambut oleh jena yang sedang menunggunya tepat di pintu garasi yang berdekatan dengan dapur.

"Malem juga pulangnya jay... Udah dinner belum? Kalo belum, tadi aku sama anak-anak udah nyiapin dinner sih. Mereka udah pada makan tadi, dimakan gih kalo belum..." ucap jena dengan perhatian karena ide dari anin yang inget kalo jay pergi tanpa makan siang juga.

"Wah udah akrab aja kalian ya, sampe hapal gua belum makan sama sekali. Emang masak apaan sih?" balas jay sambil menutup pintu mobilnya.

"Karena yang lain belum tau kesukaan kamu apa, ya tadi pake aja bahan yang ada. Kamu suka home-made pizza kan?" lanjut jena bertanya sambil menemaninya masuk.



"Boleh jen... Asal jangan seafood sama bahan kacang-kacangan ya, gua alergi soalnya..."

"Okeee... Aku bakalan inget buat jaga-jaga besok kalo masak lagi buat rame-rame... Aku balik ke kamar dulu ya jay..." ucap jena berpisah di tangga yang membatasi area dapur dan lantai 2 yang menuju kamar jay. Jay berjalan membawa piring berisi potongan pizza itu ke kamarnya dan meletakkannya dimeja kerjanya.

Tok... Tok...

"Hngg? Siapa?" jay berteriak ketika sedang berganti pakaian.

"Aku... Anin..." sahut anin dari balik pintu.

Klek... "Apa nin?" jay membuka pintunya sambil mengintip.

"Aku baru denger tadi ada yang masuk dari pintu garasi, makanya aku kesini sekalian aku buatin coklat panas buat kamu... Nih jangan lupa dihabisin ya..." ucap anin sambil memberikan mug berisi coklat panas kepadanya dan kembali turun mengerjakan hal lain.

"Sial... Meski udah beberapa kali liat tubuh telanjang jay, aku masih nagih pengen liat aja pas dia ganti baju tadi... Ah kelarin urusan wardrobe dulu deh, nanti juga dia turun kan kesini ngecek barang-barang yang dibawa besok."

"Mmmmmm... Hmmmmm..." Anin bersenandung menata dress sesuai list yang ada dalam plan book yang disusun jay berdasarkan kriteria dan model yang mengenakannya karena jay bakal sibuk selama dua hari kedepan dengan seorang model yang menerima job offering darinya.

Anin tidak menyadari kehadiran seseorang dibelakangnya, dan orang itu mengulurkan tangannya kearah pundak anin dan menepuknya.

Puk...

"Kyaaaaaaaaa..." anin reflek berbalik dan melempar buku yang dipegangnya karena dia tidak mendengar suara langkah mendekat sehingga salah mengira ada hantu yang mengerjainya.

"Aduuuuhhhh... Apaan sih Nin... Sakit bego..." jay hanya sedikit menghindar dan ujung buku itu mendarat mengenai pipi sebelah kirinya dengan kencang.

"Maaf ya jay... Lagian kamu sih ngapain gak ketok pintu masuknya? Main nyelenong aja kan aku kaget sendirian disini... Sakit ya?" anin mengelus pipi kiri jay dengan tangan kanannya dengan lembut.

Jay menggenggam tangan kanan anin dan menurunkannya... "Gak apa-apa kali... Sorry gua yang harusnya gak ngagetin lu tadi, jadi gimana? Udah kelar semua buat besok?"

"Udah sih sesuai catetan yang kamu bikin dibuku tadi, ini lagi double checkin lagi... Btw tadi udah diminum coklat buatan aku?"

"..." jay sempat terdiam sebentar sebelum menjawab.

"Enak kok nin... Cocok sama rasanya pas gak terlalu manis/pahit, makasih ya... Kapan-kapan bikin lagi oke?" balas jay tentang penilaiannya.

"Yes... Akhirnya ada satu yang dia suka, besok-besok harus cari tahu lagi ah..." gumam anin dalam hatinya.

"Oh iya... Ini sekalian kalo kamu mau ngecheck silahkan, bilang aja kalo ada yang kurang atau perlu ditambahin biar nanti aku cek lagi." lanjut anin.

"Enggak ada sih... Si clara juga bawa dress buat dia sendiri, ada temennya juga yang backup jadi gua rasa catatan gua udah cukup sih. Thank you ya, kerjaan cepet beres ada lu sekarang..."

"Sama-sama... Aku balik ke kamar dulu ya sekarang... Malemmm..." anin terlihat salting saat membalas pujian jay meski jay hanya membalas dengan kata sederhana tanpa gombalan yang sering diincar membuat hati cewek klepek-klepek.

Sesampainya anin dikamar, dia memegangi dadanya yang berdegup kencang.

"Sial... Aku kayaknya udah beneran jatuh hati sama jay deh... Dipuji aja rasanya udah seneng, apalagi aku udah bocorin hari ulang tahun aku juga... Eh tapi aku juga gak boleh ngarep banyak bakal dapet hadiah, daripada berekspektasi tinggi mending nikmatin aja waktu yang ada..."

"Ehem... Ehem... Kakak ini kesambet apaan sih? Gak liat adeknya disini malah senyum-senyum sendiri? Cerita dong..." ucap fera ketika menyapa kakaknya yang sedang melamun itu.

"Sini deh dek..." anin menarik adiknya yang sedang berdiri didekat lemari dan mengajaknya duduk di kasur.

"Bentar lagi kan kakak ultah dek... Rencananya mau buat pesta buat anak kantor, enaknya buat kue apaan ya? Kakak mau kasih kejutan buat jay juga..." balas anin tersenyum membayangkannya.

"Ihhh kakak... Suka beneran sama kak jay ya? Kilat amat sih..."

"Ah udah gak usah tanya-tanya deh dek, kaya kamu gak pernah cinta-cintaan aja. Kakak mau browsing resep dulu nih..." ucap anin menutup percakapan antara mereka sambil menuju meja tempat laptopnya berada.

Keesokan harinya...

Jay yang semalaman tidak bisa tidur karena terus mengingat akan pesan yang dikirim oleh mantan kekasihnya kemarin. Meskipun dirinya berusaha tenang, tapi terlihat dari gerak-geriknya yang penuh dengan sesuatu yang mengganjal tidak seperti biasanya. Memanggil teman sparingnya dan meluapkan energinya, dirinya terus berusaha melawan agar pikirannya tidak berbalik meracuni dirinya sendiri sambil menunggu clara mengabarinya.

Tanpa sadar clara sudah menelepon jay lebih dari 5x dan tidak terbalas karena terlalu fokus dengan kegiatannya sendiri. Baru setengah jam kemudian jay water break dan duduk sambil mengambil hpnya.

"Sial... Gua gak fokus hari ini, clara udah nelepon gua daritadi..." pikir jay sambil mencoba menelepon balik clara.

Trrrr... Trrrr... Trrrr...

"Halo... Jay... Kamu kemana aja? Aku udah kelar dan siap-siap daritadi loh..." jawab clara sedikit kesal.

"Halo cla... Sorry gua abis olahraga tadi sama temen gua, gak nyadar hp gua silent dan gua taruh jauh dari tempat gua. Ini juga baru ngeliat lu kontakin gua berapa kali. Bentar gua mandi terus langsung kesana oke... Tunggu ya..."

"Oke gak masalah... Tapi gantinya kamu harus nemenin aku dinner malam ini, ditempat yang kamu mau kasih rekomendasi kemarin gimana?"

"Oke fine... Kita dinner nanti... Sejam gua mungkin baru sampe... Gua tutup dulu... Bye..." balas jay bergegas menuju kamar mandi.

"Oke... Bye..."

"Nin... Kar... Peralatan udah masuk mobil semua? Gua bentar lagi mau jalan, gua naik mandi dulu..." ucap jay bergegas menuju kamarnya untuk mandi.

"Beresssss..." balas kedua gadis itu kompak.

"Tumben jay kayak kacau gitu... Gak biasanya dia telat apalagi lupa sama yang udah dia siapin sendiri dari semalem..." tanya anin yang mendeteksi sedikit keanehan jay karena semalam dia yang terakhir bertemu dengannya.

"Entahlah... Lagi ada banyak pikiran atau dapet kabar penting dari om broto kali? Bisa aja kan dadakan..." sahut kartika kepada anin.

"Bisa jadi sih... Penting kan semua udah kita siapin tadi, sekarang bisa agak santai ngerjain yang lain. Balik yuk..." anin mengajak kartika ke dapur.

Tak sampai 15 menit, jay sudah turun kembali dan bergegas mengambil kunci mobilnya.

"Nin... Tolong tutup garasinya ntar yah, kuncinya gak gua bawa!!" teriak jay memencet remote pintu garasi dan cepat-cepat menyalakannya mobilnya.

Anin yang bergegas menuju garasi kemudian menanyakan hari ini mau dinner apa karena dia ingin memasak. "Kamu mau dinner apa jay? Nanti aku siapin..."

"Gak usah nin... Gua nanti dinner diluar sama clara, shootingnya sampe malem kayanya. Ya udah sekalian aja dinner diluar, lu sama anak-anak masak aja terserah. Jangan nungguin gua, gak tahu pasti juga kelarnya jam berapa. Gua jalan dulu ya..." jay mengendarai mobilnya sedikit mengebut meski dirinya masih berada di komplek villanya.

"Beneran ada yang aneh deh sama jay hari ini... Gak biasanya dia gitu loh..." anin bergumam sambil mengambil remote gerbang dan garasi untuk segera menutupnya selepas mobil jay sudah jauh tak terlihat.

Setelah jay sampai di villa clara, jay menurunkan semua peralatan yang dibawanya kedalam.

"Ini dia yang ditunggu... Sini jay aku bantu, koper yang ini dress kan isinya?" clara menatap jay yang berperawakan tegap memakai tshirt hitam yang terlihat kekecilan karena ototnya itu dari dekat.

"Ga usah cla, ada yang nyampur sama equipment lain disitu... Gua bisa kok, lu tunggu aja didalam..." jay tegas menolak bantuan clara dan bolak-balik dengan cekatan membawa barang-barang bawaannya kedalam.

"Oke deh... Aku siapin sesuatu yah buat minum, panas gini... Mellllll... Kita tadi udah beli minuman ringan kan? Bikin minum yuk buat jay..." ujar clara mencari melissa yang berada didalam.

[Setelah setting semua selesai, photoshoot mereka segera berlangsung.]

"Cla... Lu bisa pilih produk mana yang mau lu pake dulu, ini setting kameranya mumpung udah kelar dan cahayanya pas bagus. Kita foto deket kolam renang ya..."



"Wah kece ya produknya..." ucap clara memuji properti yang dibawa jay untuknya dan mengambil yang disukainya kemudian menuju kamarnya untuk berganti pakaian.

Setelah beberapa saat menunggu, clara keluar dari kamar dan melissa juga membantu mendokumentasikan foto produknya untuk diposting di medsos milik clara.

"Enak ya jay... Produknya adem dipakenya, banyak yang suka nih ntar... Ayok kita mulai fotonya..."

"Oke... Relax aja, foto kaya lu biasa foto aja. Kan lu kepilih soalnya fotogenic, jadi gua bebasin lu mau gimana..."

"Sipppp..."

"Liat ke kamera ya... 1...2...3..."

[Tiga jam lebih berlalu dengan cepat, sedangkan matahari mulai terlihat terbenam...]

Ckrek... Ckrek... Ckrek...

"Oke mantep cla... Gua seneng kalo modelnya kaya lu gini, produknya kefoto semua ditambah lu gak rewelan orangnya jadi cepet kelar kerjaan... Oh iya, kita jadi dinner gak? Sekalian nih gua ajakin lu ke tempat yang kemarin gua omongin gimana???"

"Ide bagus tuh jay... Kamu masih ada waktu kosong kan? Kalo kosong ya ayuk deh, tapi tunggu aku mandi dulu ya..."

"Oke, gua telepon anak-anak dulu buat kosongin tempat gua... Tapi jangan lama-lama ya, gak ada event resmi gak perlu dandan cakep banget gua rasa..."

Clara dan melissa bergegas menuju kamar mereka. Melissa yang sedari tadi hanya didalam villa hanya menambahkan makeup sedangkan clara mandi karena kegerahan.

Jay menunggu mereka setengah jam lamanya...

"Ayo jay... Kita berangkat... Eh nanti ada temennya melissa ikut gpp kan?" ucap clara yang terlihat anggun dengan outfit yang dia kenakan malam itu.

Jay mengangguk setuju dan mereka bertiga menuju mobil dan pergi ke tempat yang dijanjikan jay. Tak berapa lama mereka pun sampai...

"Yo bro... Tempat gua udah dikosongin kan?" tanya jay kepada manager pengelolanya.

"Aman bro... Keluarin stok yang biasa bro? Berapa orang?"

"Siapin aja buat 3-4 orang. Om broto masih punya stok minuman yang disimpen di gudang kan? Gua mau itu dong 1 botol..."

"Siap bro... Silahkan ke meja, gua ambilin sesuai pesanan pokoknya..." ucap sang manager pergi ke gudang penyimpanan.

"Not bad tempatnya jay. Cozy juga ya meski terpisah dari lantai dasar, ada kordennya pula. Kamu biasa ehem-ehem ya? Hahahaha..." ucap clara menggodanya

"Bukan gua sih, temen gua yang kadang kalo kelewat mabuk gak sempet balik ya tidur disini. Kadang juga emang dipake ngentot sih, pas musiknya lagi kenceng ..."

"Yah namanya kita udah sama-sama dewasa, paham lah jay masalah begituan. Aku sendiri juga sama calon aku kalo liburan berdua ada sesi ngentotnya kalo lagi pingin." balas clara blak-blakan tentang kehidupan seksnya.

"Santai aja kali... Pesen makan gih, belum pada dinner kan? Gua ke wc bentar ya..."

"Bro, tolong pesenan mereka ya. Gua turun bentar..." jay menjentikkan jarinya kearah waitres dan menuruni tangga tempat meja mereka berada.

"Halo mel... Kamu dimana? Aku udah ditempat yang kamu sms tadi nih..." isi sms yang masuk kedalam hp melissa.

"Eh temenku dateng tuh, aku suruh naik gapapa kan cla?" ucap melissa kepada clara.

"Iya gapapa kok. Lagian rame-rame juga asyik disini..."

Tak berapa lama sang teman pria itu naik dan menyapa mereka.

"Hai mel... Sorry ya telat..." ucap steven menepuk bahu temannya itu.

"Hai ven... Eh kenalin ini temen aku clara, yang aku ceritain bentar lagi bakal married..."

"Halo... Clara..." balas clara kepada steven.

"Halo juga... Kalian berdua aja disini?"

"Gak kok... Ada lagi temen kita tapi masih dibawah, sini ven sekalian dinner yuk." ajak melissa kepada sahabatnya itu.

Beruntung tempat yang direkomendasikan jay memiliki banyak menu masakan western yang cocok disandingkan dengan wine dan sejenisnya. Setelah beberapa lama menunggu, menu yang mereka pesan sudah datang dan dihidangkan sedangkan jay belum terlihat naik kembali.

Disisi lain jam hampir menunjukkan pukul 11 malam, jay masih gelisah menunggu balasan sms dari julia mantan kekasihnya yang sekarang sedang berada dirumah sakit menanti persalinannya. Dirinya sedang mood swing sebelum tahu kepastian update berita dari julia.

"Ini jay kemana ya? Lama bener gak naik-naik, coba aku telepon deh..." ucap clara sambil memperhatikan ponselnya, dan ada sebuah pesan masuk kemudian dibukanya yang bertuliskan "mata satu".

Sebuah foto yang dikirim kepada clara yang kemudian membuatnya sedikit melotot meski tubuhnya mulai terpengaruh alkohol.



"HAH INI KAN? JESSLYN?? ADEK GUA SENDIRI!!! BRENGSEK LU BERDUA ANJING... GUA CAPEK-CAPEK KERJA, LU ENAK-ENAKAN SELINGKUH DI JAKARTA HAH? GILA GUA BISA MAU NIKAH SAMA NIH BINATANG!!!" ucap clara yang mendadak emosi ditambah calon suaminya berselingkuh dengan adiknya sendiri kemudian dia meneguk sebotol wine yang tersaji berada didepannya.

"Kamu kenapa cla? Iya cla ada apa sih?" ucap melissa dan steven yang juga mulai mabuk tapi tetap sadar dan melihat kearah tangan clara foto yang dikirimkan informannya itu.

Sontak melissa memeluk clara yang sewaktu-waktu bisa meledak karena kenyataan yang baru saja dilihatnya.

"Yang sabar ya cla... Kamu terlalu baik buat dia selama ini, bahkan adek kamu sendiri berani main api dibelakang kakaknya sendiri..." melissa berusaha menjaga sahabatnya itu yang tidak berhenti minum.

"Ayo kamu minum juga mel, temenin aku habisin ini satu botol... Dasar cowok gak tahu diuntung emang... Awas aja bakal aku kasih pelajaran besok!!!"



Mereka berdua mulai hilang kendali dan steven hanya bisa duduk menjaga mereka sampai jay kembali.

Pukul 12.40 dini hari, ponsel jay berdering.

"Video call? Julia?" jay segera mengangkat panggilan itu.

"Halo jul... Kondisi kamu gimana? Bayinya gimana?" jay langsung to the point karena lelah menunggu kabar dari julia sedari tadi.

"Halo jay... Aku oke kok, bayi kita juga lahir sehat. Bentar lagi dibawa ke aku, ini aku masih dicoba ambil asinya karena dari tadi susah keluarnya. Jangan kaget liat muka aku yang gembul sekarang ini ya, DNA papanya kuat jadi anak kita lahir diatas normal berat badannya."





"......" jay hanya terdiam menatap julia.

"Eits... Kamu jelek loh kalo matanya berkaca-kaca gitu, senyum dong kan anaknya udah lahir. Kata dokternya malah mirip aku banget, sorry ya mamanya lebih dominan. Wleee..." julia masih sempat menggoda jay yang terharu dengan berita yang baru didengarnya. Sosok yang jarang orang lihat selama ini dibalik batu karang seorang jay, dan julia beruntung menjadi orang yang pertama melihatnya.

"Gua kesana ya? Gua mau ketemu kalian berdua..." lanjut jay.

"Jay... Aku bilang apa sebelumnya? Kamu mau jauh-jauh ke Taiwan? Lebih baik tunggu waktunya sebelum aku siap bawa anak kita, disini aku juga ditemenin beberapa saudara aku meski orang tuaku sendiri menolak datang. Kamu sabar dulu ya?" balas julia dengan bijak karena dirinya tidak menginginkan ada percekcokan antara jay dan keluarganya.

"Tapi jul..."

"Eits... Kamu nurut atau enggak aku bolehin ketemu sama anak kamu sama sekali? Aku juga mikirin kamu kok jay, tunggu waktunya ya. Nanti aku bakal kesana sendiri nganter si kecil."

"....." jay hanya bisa menyetujui permintaan julia dan menganggukkan kepalanya.

"Oke aku tutup dulu ya jay... Nanti aku kabarin lagi kalo anak kita udah dibawa buat nyusu pertama kali... Bye... Muachhhh..." julia menutup panggilan teleponnya.

Jay sudah bisa bernafas lega dan hatinya bahagia bercampur sedih disaat yang bersamaan. Kakinya melangkah menuju lantai atas tempat mereka berkumpul tadi.

"Sorry ya... Gua tadi ada urusan mendadak harus ninggalin kalian, ini mereka berdua udah teler?" ucap jay kepada steven.

"Yoi bro, udah setengah jam mereka tidur. Gak minum bro?" steven menawarkan minuman yang tersisa kepadanya.

"Gak bro, sante aja. Lu udah minum juga? Kebetulan ada lu, nanti kalo bawa nih cewek dua bisa ada yang bantuin gua. Lu kemari ada perlu sama siapa bro?"

"Ah gua dipanggil si melissa bro buat nemenin dia di bali, mumpung kantor juga lagi libur kan."

"Kalo gua tebak, gak ada rasa gak mungkin lu mau dateng kan?"

"Ah bisa aja lu bro... Iya sih gua dari lama suka sama melissa, cuma dianya udah keduluan deket sama cowok lain."

"Ah masih deket doang kan bro, belum sampe begituan..." ucap jay menepuk bahu steven.

"Maksudnya ML?"

"Apalagi bro, cewek jaman sekarang kalo udah deket sama cowok pastinya ada yang ngajakin ngamar. Sekarang gini, lu percaya kalo melissa masih perawan? Kalo misal gua suruh pegawai sini jangan masuk ke lantai ini terus gua tutup kordennya, lu mau ngecek sendiri? Clara aja tadi blak-blakan kalo dia sering ngentot sama calon suaminya."

"Serius lu bro?" steven tergoda dan tonjolan celananya mulai terlihat.

"Mumpung anaknya teler tuh, lu apa-apain gak berasa apalagi mereka minum dari minuman spesial gua ini. Emang lu gak mau kah?" jay memprovokasi steven.

Tanpa dikomando steven menggendong melissa dan mendudukannya di sofa, sedangkan jay memberi isyarat agar waitres tidak mengganggu mereka saat ini dan menutup kordennya dan duduk disamping clara sambil menunggu balasan berita dari julia.

"Sorry mel... Gua buka yah... Gua udah lama sayang sama lu..." steven mencium bibir melissa yang terduduk tanpa merespon.

Tangannya mengarah tepat diatas sabrina dress milik melissa dan belahan payudaranya terlihat jelas dari atas bagian yang tidak tertutup oleh kain. Mata steven tak lepas dari arah situ dan mencoba menyelipkan jemarinya masuk dan menarik payudara melissa keluar dari pelindungnya.

Setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, steven kemudian menghisap puting payudara melissa itu. Sesekali melissa meski belum sadar, terdengar suara desahannya tiap kali steven menarik puting melissa dengan bibirnya.

"Sssshhhh..."

Tak berapa lama dirinya menyibak rok panjang melissa keatas dan mengincar celana dalamnya yang berwarna putih ketika pertama kali terlihat. Steven berjongkok dihadapan melissa dan mengangkat kedua kakinya menyamping agar dirinya bisa melihat jelas vagina yang masih terbalut celana dalam yang hanya ada dalam impiannya selama ini.

"Mel... Sorry ya, gua gak tahan..." steven menarik celana dalam melissa kesamping dan kedua jempolnya ditempatkan di kedua bibir vagina melissa dan membukanya lebar.

Tampak vagina melissa ketika dibuka masih terlihat selaput daranya masih utuh, tanda bahwa melissa belum sama sekali dijamah oleh pria manapun.



"Buset... Beruntung banget gua, melissa masih perawan selama ini..." steven mencoba menjilati vagina dan memasukkan lidahnya kedalamnya.



"Ssssshhhhhhh... Ssssshhhhhh..."

"Gua gak tahan soal pikiran gua mel... Daripada lu harus ngentot sama orang lain, mending gua perawanin sekalian sekarang..." steven menurunkan celananya dan mengocok kontolnya didepan vagina melissa agar berdiri sepenuhnya.

"Sorry ya mel... Gua ambil perawan lu... Nggghhhhh..." steven mencoba menerobos selaput dara melissa meski sesekali susah masuk karena memang belum terlumasi sempurna.

"Nggggghhhhh... Blessssss..." dengan berkali-kali usaha, akhirnya steven mendapatkan perawan melissa dengan dibarengi tanda kontol steven terdapat noda darah tanda selaput dara melissa sudah koyak karena kontol steven. Selanjutnya steven meludahi batang kontolnya agar bisa melumasi lubang vagina melissa yang masih seret itu dan mulai menggenjotnya.

Dalam posisi missionary meskipun tanpa foreplay, hanya itu posisi yang menguntungkan baginya untuk menggenjot melissa dan menatap mukanya yang tertidur itu dari dekat.

"Aaaaaaaaahhh mel... Enak banget memek luuuuuu..." ucap steven menikmati setiap hujaman kontolnya yang bergerak perlahan.

Jepitan memek melissa mulai mengambil alih tak terkendali sehingga mencengkeram kontol steven lebih kencang tanpa disadari.

"Anjinggggg. Memek lu bisa ngempot gini ternyata mel, coba lu sadar kita bisa coba ganti gaya..." ucap steven meremas payudara melissa yang terpampang bebas didepannya, tampak puting melissa menegang kuat karena rangsangan tangan steven.

"Aaaahhh! Aaaahhh!" sesekali steven memperlambat tempo permainannya untuk mengatur nafas dan menahan agar tidak berejakulasi dengan cepat. Setelah sedikit mereda, steven kembali menggoyangkan pinggulnya maju mundur.

"Nggggggggghhh..." beruntung melissa belum sadar tapi tubuhnya secara sadar merespon rangsangan yang datang.

15 menit kemudian dalam posisi yang sama, steven akhirnya hendak mencapai orgasmenya.

"Oooohhhhhh... Impian banget ngecrotin memek lu mel, gua sekalian buntingin ya?" tanya steven yang tidak mungkin dijawab melissa sekarang sambil mengeluarkan hpnya untuk merekam.

"Dikit lagi melllll...!!!" steven bersiap menembakkan spermanya kedalam liang vagina melissa.

Steven mengencangkan tubuhnya dan memegang pinggul melissa, kontolnya berdenyut akan mendorong spermanya keluar dari tempat penampungannya.

"Aaaaaaaaaaahhhhh!!!"

Crrrreeeeeetttt... Crrrreeeeeetttt...

Sperma kental milik steven sukses tertanam dan mengisi rahim milik melissa, steven mendiamkan kontolnya sejenak sebelum menariknya keluar.

Plopppp...



Cairan berwarna putih itu perlahan menetes keluar dari celah vagina wanita yang belum tersadar akibat alkohol milik jay. Steven memfoto momen itu dan menjadikannya kenang-kenangan miliknya, dipeluknya tubuh melissa dan mencium pipinya.

"Makasih ya mel... Meski gua harus ngambil perawan lu tanpa ijin, tapi lu harus tau kalo gua sayang sama lu. Gua gak mau lu jadi milik orang lain..."

Steven kembali membetulkan pakaian melissa, beruntung dia tidak menelanjanginya sehingga dia bisa dengan cepat membereskan bekas perbuatannya kepada melissa.

"Srek..." bunyi steven menutup retsleting celananya.

"Fiuhhhh... Mantap banget dah... Bro makasih ya... Rejeki nomplok gua kesini..." ucap steven kepada jay yang tidak menghiraukan perbuatan steven dibelakangnya dan hanya memberikan kode oke dengan jarinya.

"Lu mau balik gak? Gimana kalo lu bawa melissa balik? Biar clara disini sama gua, lu liat tangan dia begini? Gimana gua bisa pindah tempat kalo begini?" balas jay yang mendapati tangan clara menggelayuti lengannya dan tertidur menghadap meja bar.

"Gua tau alamatnya bro, yakin nih melissa doang? Gua entotin dia lagi di villanya gak masalah kan? Oh iya, tadi gua liat clara ngamuk sewaktu minum. Dia bilang calon suaminya selingkuh sama adeknya sendiri selama dia kerja disini. Makanya dia habisin tuh botol sendirian tadi..." sahut steven sambil membopong tubuh melissa dalam gendongannya.

"Oh iya? Bajingan mana yang berani ngelakuin itu ke cewek yang bakal dinikahinnya?" jay ikut terbawa emosi karena perkataan steven.

"Oke bro. Gua balik dulu ya, nitip clara ya..." ucap steven berlalu dengan menggotong tubuh melissa dan pergi meninggalkan mereka berdua.

"Kasian amat sih ni cewek... Tadi siang dia seneng-seneng soal pernikahannya, sekarang begini karena diselingkuhin. Apa semua pernikahan emang egois begini? Gak bokap gua, gak gua, gak clara, apes bener sama yang namanya pernikahan?" pikir jay dalam hati.

"Jayyyy... Jangan tinggalin akuuuu..." gumam clara yang mengigau karena pikirannya terganggu sehingga tanpa sadar kalimat yang terucap malah kenyataan yang ada akibat perlakuan calon suaminya.

"Bro... Kamar atas dibersihin terus kan? Gua mau nginep hari ini, liat nih lengan gua gak bisa lepas gara-gara dia gantolin terus. Kasih tau besok yang dateng pagi kalo gua ada disini, jangan naek ke kamar atas ya." perintah jay kepada manager club itu.

"Beres bro... Have fun ya..." ucap sang manager pergi meninggalkan mereka berdua dan sudah mendekati waktu operasional untuk tutup.

Jay mencoba menggendong clara bangun, dengan mengaitkan kepalanya diatas lengannya setelah memutar lengannya yang sedang didekap oleh tangan clara. Setelah posisi gendongannya kuat, jay menggendong tubuh clara menuju kamar peristirahatan yang biasa digunakan oleh om broto untuk bersenang-senang secara private dengan pasangannya.

Jay sedikit iba melihat muka clara yang terdapat bekas air mata, bukti dirinya terluka dan menangis dalam ketidaksadarannya meski jay tidak memahami pasti situasi aslinya.

Sesampainya dikamar, jay menidurkan clara dikasur sedangkan dirinya duduk disampingnya menunggu agar lengannya terlepas bebas. Clara sangat manis dengan wajah tidurnya, beruntung jay dalam kondisi yang fokus akan hal lain sehingga tidak terpikirkan untuk meniduri clara meski kesempatan itu terbuka lebar.

dan sebuah foto kembali terkirim masuk kedalam ponselnya.

"Say hello to papa..."



bersambung...
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd