Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Portraiture [My Erogeneous Zone] (Chapter.58+59 + Mulustrasi UPDATED 22 APRIL 2024, Chapter.60 on progress))

Karakter mana yang lebih cocok jadi personal assistant Jay untuk saat ini?

  • Kartika

  • Anin


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Di dalam kampus, saat jeda istirahat makan siang. Salah satu dosen Jay berusaha mencarinya dan ingin bertemu dengannya.

"Oh, Jay... Tunggu sebentar...!"

Jay menoleh kearah belakang mencari suara seseorang yang memanggilnya, "Oh... Iya bu, Vania..."



"Begini... Nilai mata kuliah kamu sering turun akhir-akhir ini... Apa sesuatu sedang terjadi?"

"Eh? Ah? Benarkah?"

"Reaksi apa itu, Jay? Kamu juga sering membolos dari kelas juga, kamu tidak ingin lulus apa? Apa kamu sedang memiliki masalah? Ada sesuatu yang membuatmu tidak nyaman belakangan ini? Jadi ibu memikirkan akan mengunjungi rumahmu setelah ini untuk mencari tahunya..." ucap bu Vania yang biasa dipanggil murid yang lain dengan panggil Vania itu karena lebih mirip seorang kakak dalam panggilan keluarga berdarah chinese, dibandingkan umurnya.

"Eh? Apa bu? Ibu mau ke rumah?"

"Tapi bu, sayatinggal di kosan saat ini..."

"Ibu tahu itu, tapi karena kamu tidak memiliki teman sekamar. Jadi ibu khawatir denganmu, maka dari itu ibu ingin melihat tempatmu tinggal."

Mereka berdua pada akhirnya pergi menuju kosan Jay yang dekat dengan kampus mereka tanpa Jay bisa menolaknya. Bu Vania masuk kedalam kamar Jay dan duduk diatas kursi belajarnya sambil menatap susunan kamar Jay.

"Hmmm... Kamu sepertinya sangat pandai bersih-bersih yah..." ucapnya kagum setelah melihat kamar Jay yang tertata rapi.

"Ibu tidak sepenuhnya percaya sama saya, ya? Ini bu, minum tehnya..." ucap Jay menyodorkan segelas teh dingin kepada dosennya itu.

"Oh terima kasih ya... Oh iya, kamu paham kan? Ujian tidak serumit itu kalau kamu bersiap belajar untuk ujiannya dan melatihnya setiap hari. Kamu bisa melakukannya kalau kamu mencobanya. Sekarang ibu jadi kepikiran, kembali sewaktu ibu juga masih seorang mahasiswa seperti dirimu... Hei... Apa kamu dengerin ibu!?"

"I~iya bu...! Tentu saja...! Kenapa ibu sangat memperhatikanku segitunya, bu Vania? Ibu mengkhawatirkan kesehatanku atau mengirimkanku minuman untukku. Juga hari ini... Aku berpikir jika ibu seperti itukah dengan murid yang lainnya...?"

"T~tentu saja! Ibu tidak boleh mempermainkan murid kesayangan ibu!"

"Sudah kuduga... Ibu tahu kan, saya ditinggalkan ibu saya (Bohong ding... Ibu kandungku iya, tapi tidak dengan ibu tiriku...), jadi saya mungkin terlalu bergantung pada kebaikan ibu untuk mengurus saya..." ucap Jay mencoba memasang wajah memelas.

"!!! U~ummmm, Jay. Apa kamu ingat semua tentang ibumu?"

"Enggak! Ibu meninggalkanku sewaktu kecil, bahkan tidak ada satupun fotonya berada dirumah. Aku tidak tahu bagaimana wajahnya..." Jay mencoba memasang cerita karangannya agar menarik simpati bu Vania.

"I~ibu paham... Ibu yang buruk, bisa meninggalkan anaknya seperti itu."

"Maka dari itu, saya terbiasa untuk menyendiri tapi saya tidak merasa kesepian juga. Bagi saya ini harga yang harus saya bayar karena setiap orang pasti memiliki alasannya masing-masing..."

"Kamu benar-benar mengagumkan diumur kamu ini, Jay... Glek... Glek... Glek..." balas bu Vania sambil meneguk teh yang diberikan Jay kepadanya. Dirinya tidak melihat bahwa Jay tersenyum girang melihatnya meminum teh pemberiannya.

"Ah... tidak juga, bu! (Hehehehe...)"

[Alasan dibalik kenapa bu Vania sangat memperhatikan Jay adalah ketika Jay pertama kali mendaftar masuk kampusnya, bu Vania selalu teringat akan wajah seorang pria yang pernah dicintainya...]

Bu Vania perlahan mengantuk dan kehilangan kesadarannya setelah meminum teh pemberian Jay itu. Satu jam kemudian...

"(Ah...? Apa aku tertidur...?) HNGHHHHH! MMMPHHH!" bu Vania kaget karena begitu dia mendapatkan kesadarannya, dia mengetahui kedua tangannya terikat oleh tali dan juga mulutnya tertutup plester hitam. Kemejanya yang kancingnya terbuka 3 kancing memperlihatkan toketnya yang menyembul, dan perasaan dingin dibawah tubuhnya karena roknya sudah dilolosi oleh Jay menyisakan celana dalamnya saja.



Jay sedang asyik berbaring menginspeksi lubang memek bu Vania dibawah tubuhnya. "Oh? Ibu akhirnya terbangun juga..."

"MMM!? MMMPH!?"

"Saya menambahkan sebuah obat bius di dalam minuman teh yang ibu minum tadi, saya mendapatkan obat ini dari seorang teman saya yang menjalankan bisnis obat-obatan. Benda ini benar-benar bekerja secara ajaib, bukan?"

"Aku selalu ingin mencoba obat pemberian teman saya ini kepada ibu yang sudah masuk radarku, tapi aku tidak berpikir bahwa aku akan mendapat kesempatan secepat ini..." aji dengan asyiknya mengobel memek bu Vania dengan jari-jarinya.

"NNH! MMMN! (Apa yang dia bicarakan!? Lebih penting lagi, lepasin tangan ibu!) NNM! MMMH!" bu Vania mencoba meronta akan tetapi pergelangan tangannya terikat membuatnya sedikit putus asa dengan apa yang Jay lakukan kepadanya.

"Itu tidak mudah melakukannya loh, bu! Ibu cukup berat juga rupanya, hahaha..." Jay mulai meremas toket bu Vania dan mencubit kedua putingnya bersamaan.

"MMMH! MMMMHHHH! FUUUUUUU! FUUU! MFUUUUUHH! (Ada apa ini!? Kenapa juga aku jadi...!!? STOP! IBU... IBU...!! KAMU TIDAK BOLEH MENJAMAHKU DISANA...!!!)" bu Vania ingin sekali berontak ketika Jay mengobel memeknya dan terlebih lagi Jay mulai mendekatkan wajahnya kemudian menjilatinya.



"MMMM! MMMPH! UKHHHHHH! (KENAPA!? TUBUHKU BISA SANGAT TERANGSANG BEGINI... INI SANGAT ANEH!!)"

"SLRRRPPP... SLRUUPPP... SLRRRRPPP... MMMPHHH..." Jay tampak aktif menjilati memek bu Vania dan menyapunya dengan lidahnya. Sedangkan bu Vania tampak kewalahan menerima serangan lidah dari Jay.

"Ibu merasa nikmat, bukan? Ibu mau tahu? Itu karena obat yang ibu minum memang seharusnya membuat ibu menjadi sensitif..."

"Fuuuh! Fffuuu! (Itu karena obat itu...? Kalau begitu, aku bisa saja keluar setiap saat sekarang...)MMMPHHH! HNGHHHHH!" tubuh bu Vania bergetar hebat dan kemudian menembakkan cairan orgasmenya ke udara sesaat setelah Jay memalingkan wajahnya agar tidak terkena semprotannya.

CRRRRRTTTTTT...CRRRRRTTTTTT...CRRRRRTTTTTT...

CRRRRRTTTTTT...CRRRRRTTTTTT...CRRRRRTTTTTT...

"Ah sayang sekali... Kasurku jadi basah karena cairan pipis ibu ini... Ibu harus dihukum yah...!" Jay menurunkan celana panjangnya dan mengeluarkan kontolnya yang sudah berdiri keras karenanya.

Bu Vania yang kaget melihat ukuran kontol Jay ketika menatapnya langsung, berusaha menggelengkan kepalanya hingga plester yang menutup mulutnya itu mulai mengendur dan membuka.

"FWAAAAAHH!? JAAAAAAAAAY...!!! HENTIKAAAAAANNN...!!! IBU... ADALAH IBUMU...!!! IBU KANDUNGMU...!!!"



"!?"

"(Aku mengatakannya... meskipun aku berjanji kepada mantan suamiku untuk tidak pernah mengungkapkannya. Tidak, lebih dari itu, ini lebih baik apabila dia membenciku...)"

"...Hah? Tidak menyangka ibu sampai mengarang cerita seperti itu..." Jay terus berusaha mempenetrasinya meski mendengar itu barusan.

"KAMU SALAH! IBU TIDAK MENGARANG ATAU MEMBUAL...! AAAAAH!!!"

"Uuuuuuuuh! Liang memek milik ibu hangat sekali...!"

"TIDAAAAAAAAAAKKKK!!!"

PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...

PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...

"Lihat ini, bu. Penisku kesulitan untuk masuk kedalam memek ibu ini... Akan tetapi perlahan ketika mulai masuk, memek itu berusaha menjepit dan meremasnya juga...!"

"JANGAN! GAK BOLEH! CABUT CEPAT! AUUUUHHH!! BAGAIMANA BISA KAMU MELAKUKAN SESUATU YANG BURUK SEPERTI INI KEPADA IBUMU...!? AAAHHH!! PLEASE, Jay! CABUUUUUUUUTTTT!" bu Vania merasakan kontol Jay yang besar itu mulai mengaduk-aduk memeknya.

"AH! AAH! AHN! JANGAN! JANGAAAAN! AAH! AUUH!!"

"Ahhhh... Itu keselip..." kontol Jay terlepas ketika dirinya tidak sengaja berusaha mendominasi memek bu Vania.

In-Shot-20230810-053129512.gif


"HAAAA... HAAA... JANGAN LAGII... AAAAAAHHHH!!!" bu Vania kembali mengerang ketika Jay memasukkan batang kontolnya dengan sedikit memaksa hingga kepala kontol Jay mentok bersentuhan dengan mulut rahim bu Vania di dalam memeknya.

Jay mendekatkan wajahnya ingin mencumbunya, akan tetapi bu Vania membuang wajahnya menyamping. Jay tidak mempermasalahkannya dan menariknya kembali dan akhirnya kedua bibir mereka bertemu dan saling terkait. Bu Vania denga tangan terikat itu tidak bisa berbuat banyak ketika Jay memaksanya dan terus menyetubuhinya dengan kasar.

PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...

PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...

"MHHH! NNN! NHAAA! AHNN! AAH! UUUUHH! HAAA! HAAA! NHAAAA! MPPHH! MMMH!"

"BU...! BU...! AKU...!!!" gerakan pinggul Jay makin tidak karuan ketika menghujamkan kontolnya.

"T~TUNGGU... JAAAAAY... AAAH!!?" bu Vania merasakan denyutan kontol Jay dan Jay mengehentakkan kontolnya keras dan dalam ketika bersiap menembakkan spermanya.

CROOOOOOOOOOTTTT... CROOOOOOOOOOTTTT...

"KAMU ENGGAK BOLEH KELUAR DIDALAAAAM!!! GAK BOLEEEEEEHHHH!!! AAAAH... MESKIPUN IBU SUDAH BILANG PADAMU... AAAAH!!!"

"Maaf, bu... Itu terasa nikmat sekali liang memek milik ibu...!"

"Mmmphh!" Jay menyumpal mulut bu Vania dengan ciumannya agar tidak mengoceh lagi.

[Satu jam berselang, bu Vania dan Jay terus bercinta dengan hebatnya. Posisi bu Vania yang terikat pada kasur Jay membuatnya hanya bisa tidur telentang maupun menungging saja.]

"AH! AH! AHN! UUUH! HUUUH! AHN! AAAGH! AH! AAH! TIDAAAK! AAAHN! AHHH! MMPH! MMMM! AAAH! AAAAH! (Tubuhku menjadi sangat panas dan terangsang, meskipun aku sedang diperkosa oleh anakku sendiri... Benar-benar obat yang mengerikan...!)"

"AH! AAH! Jay, JANGAN LAGIIII!!! JANGAN MEMPERMAINKANKU SEPERTI INI...! AUUUH! AAAH! KASAR BANGET...! AH! AAH! (Ini bukanlah salahku... Tidak peduli seberapa nikmat ini, ini bukan salahku)!!!"

"Bu, ayo kita orgasme bersama kali ini... Mmph... Mmmh..."

"Mphh... Mmm... K~kita tidak... kita tidak bisa melakukan itu, Aaaaah..."

"Tenang saja, bu! Ayolah, kita lakukan bersama-sama... HNGGGGHHHH!!" Jay kembali mengerang dan menembakkan spermanya kedalam rahim bu Vania.

"JAAAAAY, GAK BOLEEEEEEHHHH!! AAAAHHH!!!"

CROOOOOTTTTT...CROOOOOTTTTT...CROOOOOTTTTT...

"(AKU TIDAK INGIN... AKU TIDAK INGIN ORGASME, TAPIIIII...!) JANGAAAAAAAAAAAANNNN!!!"

"AH! AAAH! AAAH! UUUUH! UH! UH! UUU! UHH! UHHH! UUUH! UUUH!" bu Vania menungging sambil menangis terlihat dari air matanya yang mengalir turun membasahi pipinya.

Jay melihatnya dan kemudian berusaha melepaskan ikatan tali tangan bu Vania pada kasur miliknya. "Jangan menangis, ma..."

"Ja...y...?"

In-Shot-20240118-160719166.gif


[Hari berganti dan bu Vania berusaha melupakan apa yang terjadi dan mengajar seperti biasanya. Kali ini dia mengajar di dalam kelas yang Jay ikuti. Bu Vania memakai pakaian cukup ketat seperti hendak menggoda para murid laki-laki disana...]

"(Aku... merasa seperti mereka menatapku lebih sering dari biasanya... Mereka tidak mengetahuinya, bukan? Aku... akan membuatmu membayar ini, Jay! Kamu akan mendapatkan hukumannya nanti...!)" bu Vania dipaksa memakai vibrator dibalik pakaian kerjanya, vibrator dengan keadaan menyala itu diselipkan pada stokingnya dan juga di dalam memeknya.



Sehari sebelumnya ketika Jay memperkosa bu Vania di dalam kamarnya...

"Aku tidak sengaja menemukan dokumen lama pernikahan papa dan mama. Kemungkinan dari rekan papa, aku memaksanya dan mengetahui bahwa mama melakukan operasi plastik dan berusaha menjalani hidup mama yang baru. Terlebih mama dulunya meninggalkan papa untuk pria lain, aku tidak tahu detailnya tapi melihat mama bekerja di kampus ini ada kemungkinan mama sudah meninggalkan pria yang pernah mama pilih seperti ketika mama bersama papa, mama meninggalkannya juga."

"Selama ini, aku memang ingin bertemu dengan mama sampai aku tidak bisa mengontrol diriku sendiri. Jadi aku membuat kesepakatan dengan papa, aku akan kuliah jika papa memberitahukanku dimana aku bisa bertemu dengan mama. Maka dari itu aku mendaftar di kampus ini berkat bantuan papa, akan tetapi... Aku juga tidak ingin merusak kebahagiaan papa yang sudah menikahi wanita lain sekarang karena aku tahu papa mencintai wanita itu setelah sekian lama menutup dirinya karena perbuatan mama...!"

"Sampai saat itu, aku hanya bisa membayangkan memiliki ibu saja. Aku sangat terkejut ketika mendaftar kesana, mama jauh melebihi imajinasiku. Entah apa alasan mama meninggalkan papa, aku tahu mama adalah kriteria idaman wanita bagiku. Diajari setiap hari oleh sosok wanita idamanku membuatku sangat terangsang setiap saat. Karena itulah nilai pelajaranku sering turun saat ini..."

"(Anak ini... anak yang pernah aku tinggalkan. Dia melihatku sebagai seorang wanita sedari awal... Yah memang, kita sudah berpisah sejak dia masih kecil... jadi ketika dia tiba-tiba muncul didepanku menjadi sebesar ini, aku... tapi...) Jay... Mama harus menebusnya untukmu. Mama akan melakukan apapun dalam kekuasaan mama disini, tapi jangan pernah lagi melakukan apa yang sudah kamu lakukan hari ini..."

"Kalau begitu, aku boleh melakukan apapun yang aku inginkan malam ini, bukan?"

"Eh?"

"AAAAAAAHHHH!!! I~INI BUKAN YANG MAMA MAKSUD... JAAAAAAAYYY... AAGGGHHHH!!!" Jay kembali mempenetrasi bu Vania dengan senangnya.

"Eh? Aku pikir itu karena efek obat yang mama minum ini... tapi sebenarnya ini cuma obat tidur doang sih, kok reaksinya bisa aneh sama mama?" lanjut Jay.

[Bu Vania selesai mengajar di dalam kelasnya dan bersiap kembali ke ruang dosen dengan mencoba berjalan pelan ketika vibrator itu terus menyerangnya...]

"(Aku tidak bisa terus-terusan begini... Untuk kebaikan dan masa depan Jay...) Kyaaaaaaahhh! A~apaa!?" sebuah tangan misterius menarik lengan bu Vania dan masuk kedalam kamar mandi pria.

"Jay!?"

"Aku pikir ini sudah waktunya mama menggunakan kamar mandi sekarang, benar bukan?"

"T~TAPI INI KAMAR MANDI PRIA...!"

"Mama bilang akan menebusnya, bukan? Mama akan melakukan apapun..."

"Yah... tapi mama juga bilang kan mama tidak akan melakukan hal seperti ini lagi!"

"Seperti apa? Hm?"

"UUUUUUUUUHHH... K~KAMULAH YANG MEMINTA MAMA MELAKUKAN INI..." bu Vania menarik celana dalamnya sedikit turun dan satu tangannya mengangkat rok pendeknya memperlihatkan vibrator yang bergetar dan membuat memeknya berdenyut mengikuti irama.

"Semua orang menatap mama! Mama sangat malu, kamu tahu! Hei, apa kamu mendengarkan mama? Apa kamu tidak merasakan apapun ketika membuat mama melakukan hal seperti ini!?"

"Mama selalu baik dan juga ketat, jadi aku tidak bisa merasa cukup hanya melihat mama merasa malu atau menangis." Jay berusaha menarik vibrator itu keluar dari dalam memek mama Vania.

"Pikirkanlah ini apa pantas ketika kamu ingin menggoda gadis yang kamu sukai? Aaah! Kamu ini... bukan lagi anak sekolahan... AAAH!!!" mama Vania mendesah ketika Jay berhasil menarik keluar vibrator itu dari dalam memeknya.

"Lihat ini, maa! Basah sekali bukan...!" Jay bermain-main dengan vibrator itu dan menunjukkan didepan wajah mama Vania.

"J~JAUHKAN ITU, Jay! MAMA TIDAK MAU MELIHATNYA...!" mama Vania membuang wajahnya ketika Jay menyodorkan vibrator itu didepan matanya.

"Jadi, mama merasa keenakan, bukan?"

"AAAHHH!!!" mama Vania kembali mendesah ketika Jay memainkan vibrator itu kembali dan menggelitik klitorisnya dengan getaran vibrator ditangannya itu.

"JANGAN, Jay! MAMA BISA PIPIS...!!!"

"Justru malah bagus, maa...! Hahahaha..."

"AH! AH! AH! HENTIKAN ITU, JAY! DAN JANGAN MENATAP MAMA SEPERTI ITU...!!! AAAAHHH! JANGAAAAAANNN!!"

CRRRRRRRRR...CRRRRRRRRR...CRRRRRRRRR...CRRRRRRRRR...

In-Shot-20240422-151551805.gif


Mama Vania akhirnya pipis dihadapan Jay dengan bantuannya yang membuka lebar bibir memeknya. Semprotan pipisnya mengalir deras jatuh pada lubang kloset tempatnya duduk ketika Jay berusaha menggodanya.

"AUUUHHH... Pipis mama menyemprot kemana-mana tuh..." ucap Jay lalu memasukkan vibrator itu kembali kedalam memek mama Vania setelah dia selesai dengan orgasmenya.

"... Kamu nakal banget sih, Jay...!"

"INI GILIRANKU SEKARANG...!" Jay membuka zipper celananya dan mengeluarkan kontolnya yang mulai berdiri tegak didepan mama Vania.

"(Aku berhutang kepadanya, jadi aku tidak bisa tidak menurutinya...) Mmmphhh! Nnnh! nnnh!" mama Vania mulai berjongkok dan mengocok kontol Jay perlahan sebelum mengulumnya.

"Mmmh! Mmmn! Mmmph! Mfuuuuh! Mmmhhh!" mama Vania mulai menggerakkan kepalanya naik turun dengan dibantu oleh dorongan tangan Jay ketika Jay menekan kepalanya.

Karena mereka sedang berada di dalam toilet kampus, Jay sadar tidak boleh terlalu lama kalau tidak ingin ada yang memergoki mereka.

"(Apa itu berarti ku...?)" mama Vania meski aktif mengulum kontol Jay juga pikirannya melayang sementara waktu.

"Aku mau keluar sekarang, ma!! Jepit diantara payudara mama dong!!"

"(AKU...)" mama Vania hanya bisa menurutinya dan membuka satu kancing dibagian tengah dan memasukkan kontol Jay diantara toketnya yang terbungkus kemeja ketat itu. Mama Vania berusaha sebisanya untuk bisa membuat Jay ejakulasi saat ini.

CROOOOOTTT...CROOOOOTTT...CROOOOOTTT...

Sperma Jay berhamburan membasahi wajah mama Vania, mama Vania juga berusaha menjilati sisa sperma yang masih menempel pada ujung kontol Jay.

"(Miliknya ini... masih sangat...) AH!? AH! AAH! Jay!? JANGAN DIPANTAT MAMA! JANGAN! AAAAAH!" Jay memainkan vibrator itu tepat pada lubang anus mama Vania dan dalam sekejap vibrator berbentuk telur itu masuk kedalam anus mama Vania.

"Tapi aku ingin memasukkan penisku sekarang dan..." Jay memasukkan vobrator itu dengan jari tengahnya dan juga bermain sebentar dengan menggelitik lubang anus mama Vania yang membuatnya tampak bergetar nikmat merasakan jari Jay di dalam anusnya.

"AH! AHN! JAAAAAY! BODOOOOOH!"

"Cepat masukin, ma!" Jay yang duduk diatas kloset kemudian menarik tubuh mama Vania mendekat dan mama Vania tidak punya pilihan lain selain menurutinya.

"K~kita tidak bisa, jika mama mendesah disini... Haaa... Haaa..."

"Sudah terlambat untuk itu, ma... Hahahaha!"

"SHEEEEEHHH... Jay... NNNHH! AAAAAHHHH! KAMU INI ANAK NAKAL... NNNNNHHH...!!!" mama Vania menggenggam batang kontol Jay dan memastikannya masuk pada lubang yang tepat yaitu memeknya.

"Maa, aku suka sama payudara mama ini..." Jay membenamkan wajahnya pada toket mamanya itu.

"Dasar... Kamu seperti bayi saja, ahhh... Ahh!"

"Aaah! Aku bisa merasakan getaran vibratornya di dalam sana, ma...!" kontol Jay sesekali bersentuhan dengan vibrator yang berada di dalam lubang berbeda yaitu anus mama Vania setiap kali Jay memaju mundurkan kontolnya.

"AAAH! AH! ENGGAK, JAY! ITU SANGAT MEMALUKAN...!"

"Enggak ma! Ini nikmat sekali..."

"Haaa! Auuh! Stop bermain dengan payudara mama... Ahh!"

"Kenapa tidak? Aku menyedotnya seperti seorang bayi, aku berpikir jika apa ada susu yang keluar dari sana? Mmmph! Mmmph!"

"AAAHN! K~KAMU... KAMU TIDAK... MENYEDOTNYA SEPERTI INI DULU... AAAHHH!" mama Vania berusaha melepaskan tangan Jay dari toketnya dengan mendorong pergelangan tangannya.

Klek... sesuai dugaan, karena jam makan siang sehingga banyak siswa berkeliaran lalu lalang didepan kamar mandi dan beberapa ada yang masuk tepat disaat Jay melancarkan aksinya pada mama Vania.

"Gimana? Jadi aku berpikir... bahwa bu Vania benar-benar seksi sekali hari ini..."

"Iya bro... Bu Vania tidak jauh lah umurnya dari nyokap gue, tapi jujur aja, gue suka sama dia meski lebih tua."

"Mulai dah... Kamu sama fetish wanita lebih tua, hahaha..."

Mendengar itu, Jay mulai kembali meremas toket mama Vania dengan cukup keras hingga membuatnya ingin mendesah dan sadar harus menutup mulutnya.

"(Awwwww, jaaaaaay...)" bisik mama Vania pada Jay yang masih duduk diatas pangkuannya.

"Apa mama tahu? Banyak sekali cowok disini yang menyukai mama loh...!"

"Jay, dikampus... Mama ini dosen kamuuu...! (Aaah!!!)"

"Bukankah itu terlambat untuk mempedulikan hal itu!? Mama sendiri menggila ketika disodok dengan penis anak mama sendiri di dalam toilet pria kampus ini...!!!" Jay mulai menggenjot memek mama Vania kembali dengan irama perlahan.

"HNGHHHH!!!" mama Vania tidak menyangka bahwa Jay cukup berani melakukan ini kepadanya meski tahu bisa saja ada seseorang yang memergoki mereka berbuat mesum di lingkungan kampus.

"Mama hanya milikku...! Mama adalah wanitaku dan milikku sepenuhnya! Biarkan mereka cemburu dan bisa membayangkannya saja...!"

Plok...Plok...Plok...Plok...

Plok...Plok...Plok...Plok...

"(J~jangan kencang-kencang... Nnnh! Mmmn!) Mfuuu! Nggghhhh!" mama Vania berusaha keras menutup mulutnya agar tidak terdengar keluar meski dibalik pintu ada mahasiswa kampus mereka sedang berdiri sedang kencing pada urinoir.

"Mmn! Fuuh! Mmm! Mgfff!! (Cepatlah dan pergi dari sini...! Aku mulai tidak bisa menahan desahanku sendiri...!! Aku sangat menjijikkan, tapi... tapi...) Uuuuhhh! Nfuuu!" mama Vania tidak tahan lagi menahan desahannya dengan telapak tangannya ketika Jay mendoggynya sambil meremas kedua toketnya dari belakang punggungnya.

"(TAPI... INI TIDAK ADA GUNANYA, BERCINTA DENGAN Jay MEMBUATKU... SANGAT BAHAGIA...) Fuu! Fuuu! Fuuu! Fuuuuh! Mmmn! Mmpphhh!"

"Keluar denganku, maa! dan desah dengan cukup keras jadi seluruh kampus bisa mendengarmu...!" ucap Jay menggodanya dengan ide gilanya.

"ENGGAK! MAMA TIDAK BISA MELAKUKAN ITU, Jay...!! MMPHHH! MMHH!" mama Vania tidak memiliki pilihan selain menyumpal mulut Jay agar dirinya juga tidak perlu menutup mulutnya untuk menahan desahannya.

"NNNHHHH...!!!"

CRRRROOOOOOTTT... CRRRROOOOOOTTT...

CRRRROOOOOOTTT... CRRRROOOOOOTTT...

Dengan sedikit menarik lehernya ketika menyumpal mulut Jay, mama Vania merasakan Jay sedang ejakulasi di dalam memeknya saat ini. Jay memeluknya juga dengan erat seperti tidak ingin kehilangan dirinya.

"...!!!" seseorang yang menggunakan toilet itu merasakan ada sesuatu yang aneh sepintas. Dirinya seperti mendengar desahan ringan keluar dari balik pintu sebuah kamar mandi.

"Oi, lu kenapa? Ayo pergi, sebentar lagi ada kelas kan...!"

"Seseorang sedang berak sepertinya. Ayo kita siram air kepadanya...!"

"Hei, udahlah... Apa lu anak sd yang masih ngelakuin itu? hahahaha!"

"Dia sepertinya terdengar kesakitan, pasti keras banget tuh. Hahahahaha!!!"

[Beberapa hari berlalu, Jay mulai meninggalkan kosnya dan tinggal bersama dengan mama Vania. Dalam satu syarat bahwa aku diperbolehkan tinggal disana sambil menyelesaikan kuliah. Mama Vania juga terlihat senang... Sebenarnya... Mama Vania terlihat benar-benar sangat seksi dan bergairah akhir-akhir ini... Aku berharap aku bisa menunjukkannya kepada teman-temanku di kampus betapa mesumnya mama kandungku ini...]



"Mmmph! Mmph! Slrrrppp! Slrrrrp! Slrhpp!"

"Shhhh, mama... Ini masih pagi..." Jay bersandar pada bantalnya dan menatap mama Vania sedang menungging mengulum kontolnya di pagi hari sebelum dia bersiap untuk pergi ke kampus.

"Tapi... kamu tertidur ditengah-tengah sebelum kita menyelesaikannya tadi malam, Jay... Mama benar-benar kesepian... Please... Masukin k~kontol kamu, Jay." balasnya sambil mengocok memeknya sendiri itu kemudian merebahkan tubuhnya dan mengangkang lebar membuka liang memeknya kepada Jay.

"Dasar... Mama tidak ada harapan..." Jay mengusap kepala kontolnya diantara belahan memek mama Vania.

"UWAAAAAAHHH! MAAA~ MAAAA!!!"

"Jangan panggil "mama"..! AAAAAAH! Ahn! Jangan panggil diriku "mama"! Aaah! Ini seperti membuatku merasa kita melakukan sesuatu yang benar-benar buruk...!!" mama Vania memeluk tubuh Jay dan kakinya semakin terdorong sejajar dengan kasurnya ketika Jay menindihnya.

"Kita tidak melakukan sesuatu yang salah. Mama hanya berusaha menebus kesalahan mama kepadaku dengan menggunakan tubuh mama. Lihatlah, mama mulai mengeluarkan asi lagi sewaktu aku memencet puting mama seperti ini...!"

"NNNH!!!"

"Aku tahu... Mama melakukannya untukku... Ini sangat nikmat, maa. Aku bisa merasakan kembali air susu ini setelah sekian lama..."

"Dasaaaaarrr... Kamu ini seperti bayi saja... AAAAH!? AAAH! INI TERASA SANGAT BERBEDA SAMA SEKALI! CARAMU MENYEDOTNYA SANGAT NAKAL, Jay...!!!"

"UUUUUHHH... MAAA, AKU MAU KELUAR!"

"AAAAH! Jay!? OKEEEE! KELUARIN SEMUANYA!" balasnya sambil memeluk Jay dalam dekapannya itu.

"AAAAH!! MAAAAA!!"

"BANJIRI MEMEK MAMA DENGAN SPERMA KAMUUUUUUUU!!!"

CRRRROOOOTTTT...CRRRROOOOTTTT...CRRRROOOOTTTT...

[Weekend datang dan baik Jay dan mama Vania sedang di rumah tidak ada kegiatan...]

Jay menelepon papanya yang saat ini sedang bersama mama karina karena mama karina menyusulnya bekerja untuk memberitahukan kehamilannya (dengan Jay). "Ya, Jay... Alasan dibalik perceraian papa dan mama kamu adalah kesalahan papa dan sekarang papa mulai paham kenapa kamu menelepon papa mendadak begini... Apa kamu mendengarnya langsung dari mama? Mama kamu tuh, ummm... sedikit terlalu intim sama papa. Ini bukan alasan kok, tapi papa akhirnya menjauhkan diri dari mama kamu dengan wanita lain. Bukan seperti yang kamu bayangkan juga, mama kamu memang sedari awal selalu membuat papa khawatir tidak bisa memuaskannya..."

"Hah? Gitu doang alasannya sampai membuat anaknya salah sangka? Alasan yang buruk..."

[Jay menyelesaikan percakapannya dan menutup panggilan teleponnya...]

"(Terlalu intim, ya? Jika mama mendatangi papa seperti ini setiap haru, tentu saja papa bakal kewalahan. Aku sih gak khawatir, aku cukup senang mama bisa melayaniku seperti ini...)" Jay tersenyum dan mengelus kepala mama Vania yang sedang berjongkok mengulum kontolnya dengan kedua tangannya terikat tali dibelakang punggungnya.

Bersambung...

Part.59 Young Jay (V-2)

"Maaf, pak. Saya benar-bernar minta maaf kepada bapak... Anak saya tidak sengaja memotret foto seperti ini dari teman sekelasnya, saya juga tidak percaya bahwa foto ini berada di dalam memori kameranya." ucap mama Vania kepada pimpinan fakultas tempat Jay mengambil prodi.



"Membicarakan itu, apa yang saudara Jay lakukan selain mengambil foto sambil mengintip. Dia juga mencoba mengambil satu dari pakaian dalam salah seorang gadis yang mengikuti kelas olahraga. Maka dari itu ketika saya melihatnya dan mendapati foto-foto itu..."

"Jay! Jay, kamu..." mama Vania yang bertindak sebagai walinya dan juga dosennya ketika di dalam kampus tampak tidak percaya dengan apa yang dilakukan Jay.

"Bu Vania, ibu tahu bukan bahwa kampus kita adalah kampus ternama, jadi kami tidak bisa memaafkannya begitu saja dan juga kami tidak ingin melibatkan kepolisian akan kasus seperti ini. Meskipun begitu, dalam kasus ini, Jay bisa saja akan dikeluarkan..."

"OH TIDAK, JANGAN PAK!!"

"Baik anak ini dan juga keluarga kami sudah melewati masa sulit untuknya sendiri, maaf pak dia memang nakal akan tetapi lingkungannya yang membuatnya seperti itu. Saya akan melakukan apapun semampu saya untuk merubahnya, jadi tolong pertimbangkan terlebih dahulu untuk tidak mengeluarkannya...!!" mama Vania mencoba memperbaiki kesalahan Jay dengan bernegosiasi dengan pimpinan fakultas.

"Baiklah jika ibu memaksa... Itu tidak seperti saya tidak bersimpati kepada ibu, hmmm... bagaimana kalau ibu bertanggung jawab penuh atas apa yang Jay perbuat sebagai gantinya, bu? Ibu tahu maksud saya bukan?" pimpinan fakultas itu mendekati mama Vania dan menggenggam tangannya.

"Maaa...?"

"T~tenang saja. Jangan menunggu mama, pulang saja sekarang, Jay..."

"Itu tidak mungkin, dia akan tetap berada disini sekarang, bu..." ucap pimpinan fakultas kepada Jay.

"EH!? AH!?" mama Vania ditarik untuk duduk diatas pangkuan pimpinan fakultas dan Jay harus menatapnya.

"Hei, Jay... Tetap buka mata kamu dan lihat apa yang harus mama kamu lakukan untuk mempertanggungjawabkan perbuatan kamu yang bodoh itu..." pimpinan fakultas itu mulai menyibak rok dan celana dalam mama Vania dan meremas toketnya didepan Jay.

"!? PAK!! JANGAN... JANGAN DIDEPAN ANAK SAYA! JANGAN! JANGAN LIHAT KESINI, Jay! AAAHH!!!"



Pimpinan fakultas yang bernama pak budi itu kemudian menarik celana dalam mama Vania hingga lolos sepenuhnya. Tubuh mama Vania dibaringkan diatas meja kayu tempatnya menerima mereka sebagai tamu dan mendorong pantat mama Vania hingga terangkat 90 derajat mengarah keatas.

"Lihat ini, Jay. Disinilah kamu dilahirkan, pintu masuk yang kecil ini dan juga klitoris, benda sebesar biji kacang ini, adalah tempat dimana seorang wanita merasakan kenikmatan tiada tara." pak budi tersenyum bisa melakukan itu kepada bu Vania yang juga merupakan dosen idola para mahasiswa dan juga dosen-dosen tua sepertinya.

"JANGAN! PLEASE STOP, PAAAAAAAAKKK!!!" mama Vania menutup wajahnya dengan telapak tangannya dan menggoyangkan wajahnya ke kiri dan kanan tampak malu.

"Jangan lupa, ada banyak alasan kenapa alat kelamin wanita bisa mengeluarkan cairan bening dan lengket seperti ini... Dan juga, lihat yang keluar dari dalam memek mama kamu ini, banyak sekali jumlahnya... Mama kamu ini tak diragukan lagi sangat jarang sekali bercinta rupanya..." ucap pak budi sambil membuka lebar bibir memek mama Vania dan menjilatinya dihadapannya.

"APA YANG ANDA KATAKAN, PAK!? SAYA... AAAAHHH!!!"

"Kalau begitu, apa kehidupan pernikahan anda memuaskan atau bahagia?"

"PAK, JANGAN DI DEPAN ANAK SAYA!! JANGAN!!!"

"Kalau ibu menjadi seperti ini ketika melakukan ini, lalu ibu pasti sangat mesum kan..."

"S~SAYA TIDAK...! AH! AAH! AHN! JANGAAAAAN!!!"

"Mph! Mmph! Slrppp! Slllrrrrrpp! Mphhh!"

"TOLONG, PAK... SUDAH STOP...!!!"

"Haaaaaappp... mmmph..." pak budi mengigit klitoris mama Vania dan jari telunjuknya mulai mengocok liang memek mama Vania dan membuatnya makin mendesah tidak karuan.



Setelahnya pak budi menurunkan zipper celana panjangnya dan mengeluarkan kontolnya yang sudah ereksi dengan keras itu.

"Saya akan memasukkannya ke dalam sini ya, bu Vania...!" pak budi berusaha menekan kontol tuanya masuk kedalam memek bu Vania.

"JANGAN PAK... AAAAHHH! NHHH! AH! AAAAAH! AAAAAHH!!!" pak budi menindih tubuh mama Vania diatas meja dengan gaya mot.

"KUUUUUUHHH! SEMPIT SEKALI BU! SAYA TIDAK MENYANGKA MEMEK IBU SUDAH PERNAH MELAHIRKAN SEORANG ANAK...!"

"AH! AH! AAH! PAAAK! PENIS BAPAK SANGAT BESAR, AHHH! AAAAAH, JANGAAAAN! NHAA! HAAAAAA! AHH! JANGAAAAAN!"

"(Woahhh... Mama berhubungan badan dengan pak budi... dan juga, pak budi menyedot puting mama...)" Jay hanya terdiam menonton mereka melihat mama Vania menerima hukuman sebagai ganti dirinya.

"AH! AH! PAK! ITU... TITIK LEMAH SAYA! ITU... MEMBUAT SAYA TERANGSANG! AAAH!"

"APAKAH IBU MENYUKAI KONTOL SAYA?"

"HAAA... HAAA... M~MENAKJUBKAN, PAK!!!"

"APAKAH JAUH LEBIH BAIK DARIPADA SUAMI IBU SENDIRI?"

"AAAH... IYAAAAH, PAK! ITU LEBIH NIKMAT DARIPADA... SUAMIKU SENDIRI...!! AAAAHHH! K~KONTOL BAPAK SANGAT NIKMAT, PAK!! SAYA SUKA KONTOL BAPAK!!"

"Lihat kearah Jay, meskipun ibunya sedang diperkosa didepan matanya sendiri..."

Mama Vania menoleh kearah Jay dan melihat Jay sedang mengocok kontolnya sendiri menonton mama Vania diperkosa oleh pak budi.

"HAA! HAAA! MAAFIN MAMA, JAY! MAMA MINTA MAAF... SUDAH MENJADI MAMA YANG MESUM, YANG HANYA MENYUKAI KONTOL...!!!"

"AH! AAH! MAAAA!"

"AAH! AAAH! JANGAN KASAR, PAAAAKK! AAAAH! GHUUUU! HAA! HAAA! NHHH! AAAH! PAAAAAAKKK!"

PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...

PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...

"Maaa... Maaaa, aku... Nghhhhh..." Jay mendekati wajah mama Vania sambil terus mengocok kontolnya.

"Ughhhh... Saya juga mau selesai ini, bu. Akan saya keluarkan sebentar lagi, dan Jay juga terlihat sudah berada pada batasnya juga..."

"AAAAAH, OHH JAAAAAY... KAMU NGOCOKNYA KENCANG SEKALI, APA KAMU INGIN EJAKULASI? TIDAK, KAN? BAIKLAH, Jay... KITA LAKUKAN BERSAMA-SAMA, KITA KELUARIN BERSAMAAN, JAY!"

In-Shot-20230106-221246382.gif


PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...

PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...

"AAAH, AKU KELUAR MAA...!!!"

"SAYA JUGA, BU VANIA... TERIMA INI... HNGHHHHH!!!"

CROOOOOOOTTTT...CROOOOOOOTTTT...CROOOOOOOTTTT...

CROOOOOOOTTTT...CROOOOOOOTTTT...CROOOOOOOTTTT...

Kedua pria itu bersaman ejakulasi di dalam memek dan wajah mama Vania.

Permainan mereka berlanjut dengan mama Vania membuka seluruh pakaiannya dan mulai melayani baik Jay dan pak budi bersamaan.

"Pak... Saya juga ingin bergabung dan bermain dengan bu Vania juga..."

"Kalau begitu, kamu akan berjanji untuk tidak melakukan hal memalukan seperti itu lagi, Jay?"

"B~baik pak... Saya berjanji!"

"Apa bapak benar-benar bisa mempercayaimu?" lanjutnya sambil memegang kontolnya mengganti lubang tempat kontolnya masuk dari dalam memek mama Vania dan bersiap menggantinya dengan lubang anus mama Vania.

"EH!? PAK, JANGAN...!! JANGAN DI DALAM... SITU!! HGHHHHH!!!" mama Vania merasakan pak budi bersiap mempenetrasi anusnya untuk memberikan ruang kepada Jay untuk mempenetrasi memek mama Vania.

"Kalau begitu, masukkan di dalam lubang memek mama kamu ini dan buktikan perkataanmu, Jay...!" ucap pak budi mempersilahkan Jay bergabung dengannya dan kedua tangannya berusaha membuka bibir memek mama Vania lebar menyambut kontol Jay.

"PAAAAK, APAPUN TAPI JANGAN SEPERTI INI...!!!"

"Maaa, maafin ya maa..."

In-Shot-20230203-163337031.gif


"STOP, JAY! GAK BOLEHHHHH!! KAMU UDAH JANJI KAN?! JANGAN MASUKIIIIINNNN!!! AAAAAAHHH!!!" mama Vania yang duduk diatas pangkuan pak budi dan mengangkang tepat didepan Jay, tak dapat dihentikan dirinya mendapat double penetration dari mereka berdua.

"Bu Vania, ini bisa dibilang sebagai manifestasi dari hasrat seksual Jay yang tersimpan dalam dirinya. Ini tanggung jawab ibu sebagai ibunya untuk melayaninya dengan menggunakan tubuhmu sendiri, bu Vania..."

"AHN! AAH! JANGAAAN! AH! AH! AAAUUH! A~APA... KAMU BISA MERASA PUAS DENGAN TUBUH MAMA, Jay...? HAAA... HAAA... HAH..." mama Vania yang saling bertatapan dengan Jay menatap mata anaknya itu dengan dalam.

"MAAA... AKU TIDAK AKAN PERNAH BERBUAT NAKAL LAGI, MAAAA!!!" Jay mulai menaikkan tempo tusukan kontolnya dan berusaha memuaskan hasratnya dan hasrat mama Vania juga.

PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...

"NNNNHHHUUUUU! JANJI YAH, JAAAAAAY! NGHHHHHHH!!!"

Tubuh mama Vania terdorong ketika pak budi mencoba berdiri dan sekarang giliran Jay yang tertindih diatas lantai dengan kontol mereka tetap menancap pada lubang mama Vania masing-masing.

"PWAAAAA! NNNM! FUUUU! MMMNN! AAAH! AAH!"

"M~MEMEK MAMA... NIKMAT SEKALI, MAAA... AAAH!"

"AH! DAN KONTOL KAMU JUGA KERAS, JAY... AH! AAH! ITU NIKMAT JUGA...! INI AKAN MENJADI RAHASIA KITA... JANGAN BILANG PAPA SOAL INI...! AAAAAAAAHHH!!"

PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...

PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...

10 menit berselang...

"Aku ingin keluar di dalam mama, boleh...? Mmph... Slrrrppp..." ucap Jay sambil menyusu kepadanya.

"E~enggak! Enggak boleh! Jangan, Jay! Mama bisa hamil nanti!"

"Tidak apa-apa, Jay! Bapak juga sudah keluar di dalam tadi... Dia tidak akan hamil karenamu, jadi jangan khawatir. Keluarkan saja semua sperma milikmu di dalam rahim ibumu ini..." ucap pak budi tersenyum membayangkan ibu dan anak ini.

"AAAAH! PAAAAAK! BAPAK TIDAK BISA... YAKIN AKAN ITU... AAAAH!"

"T~terima kasih, pak budi...!!!"

"T~TUNGGGUUUUU!!! AAAHHHH!!"

"Baiklah, kalau begitu. Mari kita lakukan bersama-sama, Jay!"

PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...

PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...

"Ahh! Aah! Aku keluarin ya maa! AKU KELUAAAAAAAAARRR!!!"

"JANGAAAAAAANN!!! AAAAAAHHHH!!!"

CROOOOOOTTTT...CROOOOOOTTTT...CROOOOOOTTTT...

CROOOOOOTTTT...CROOOOOOTTTT...CROOOOOOTTTT...

"AAAAAAAHHH!! S~SPERMA KALIAN... TUMPAH DAN... SALING BERCAMPUR di dalam TUBUHKU...!!!"

In-Shot-20230203-163202407.gif


Setelahnya, pak budi dan Jay sama-sama menarik keluar kontolnya dari dalam kedua lubang mama Vania.

"Fotonya sudah kamu hapus bukan, Jay? Oh lihat, jam sudah jam berapa ini?"

"Sudah pak...!"

"Kamu jangan coba-coba lagi melakukan hal yang bisa membuat mama kamu cemas. Ini perjanjian bukan hanya antara guru dan murid, tapi juga antara pria..!!!"

"YA, PAK! AKU BERJANJI, PAK!"

Jay dan pak budi berjabat tangan disamping tubuh mama Vania yang terbaring diatas sofa dengan sperma berhamburan keluar dari kedua lubang memek dan anusnya.

[Jay memang perlahan mulai mengurangi aktivitas nakalnya yang dia dapatkan dari berteman dengan seseorang bernama aji. Jay berhenti mengintip dan mencuri pakaian dalam wanita, meskipun begitu target Jay berubah menjadi tubuh mama Vania setiap harinya. Meskipun mama Vania ingin sekali menghentikannya, akan tetapi mama Vania sadar hasrat seksual Jay yang menggebu-gebu ini berasal dari dirinya sendiri yang sering merasa tidak bisa terpuaskan oleh pria.]



"Hei, Jay... Udah stoppppp! Papa bakalan marah nanti... Nhaaaa!! Enggak, Jay! Stop! Aaaah! Jaaaaaaay... Mama... hukum kamu nanti yaaaaah...! Aaaaahhh!" mama Vania tidak menyangka bahwa anak kandungnya ini bahkan bisa menjadi seperti sekarang ini karena masa lalunya. Kini mama Vania harus menanggung akibatnya dan juga harus bisa mengubah Jay menjadi normal kembali meski harus menggunakan tubuhnya sendiri.

Bersambung...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd