Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Portraiture [My Erogeneous Zone] (Chapter.58+59 + Mulustrasi UPDATED 22 APRIL 2024, Chapter.60 on progress))

Karakter mana yang lebih cocok jadi personal assistant Jay untuk saat ini?

  • Kartika

  • Anin


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Bimabet
"Oke! Ayo kita coba gaya lainnya!"

"Kalian semua yang bisa menahan genjotan kontol jay boleh dapat jatah lagi setelahnya. Hari ini kita bisa ngulang lagi orgy party kayak kemarin." ucap cindy seperti memimpin pasukan untuk membuat jay kalah dengan menggunakan bantuan beberapa gadis bersamanya.

[Seseorang sepertinya melihat dengan mata kepalanya diumur yang menginjak menjadi wanita dewasa.]

"Jay...! Please enough already! Memek aku... panas... capek...!" bella mulai merasa letih setelah mencoba bermain dengan jay.



"Apa yang lu bilang bel? Bukannya lu sendiri yang nunggu paling belakang anak-anak untuk bisa dientotin di akhir-akhir antrian?"

"Hyaa! Ahh! Oooh!" desah bella mendapat hujaman kontol jay dengan kencang

Plakkk...Plakkk...Plakkk...Plakkk...Plakkk...

"Gua keluarin ya bel...!"

"Yap bel! Pastiin kamu sama jay sama-sama ejakulasi barengan!" seru kartika menyemangati kedua insan yang sedang beradu kelamin itu sambil merekamnya.

"Aaaahhh! Ahhhh!"

Sementara itu dari celah balik pintu...



[Baru kali ini aku ngeliat ada cowok bisa berhubungan badan dengan banyak cewek sekaligus, apalagi di penginapan yang aku kelola ini. Aduh mana ganteng lagi cowoknya...]

"Gimana bel? Kontol gua rasanya mentok nih, lu bisa ngerasainnya? Ugh.. Gua ngecrot ya beeeeeeeellll...!"

Plakkk...Plakkk...Plakkk...Plakkk...Plakkk...

Plakkk...Plakkk...Plakkk...Plakkk...Plakkk...

Crrrrroootttttttt... Crrrrrroootttttttt...

"Hah... Haah... Fiuhhh... Gua gak inget berapa kali gua ngecrot didalam memek kalian, tapi gua harus bilang kalian tipikal cewek penuh gairah dan stamina. Gua udah nidurin kalian berkali-kali tapi masih belum capek juga..." jay mengungkapkan pikirannya sembari memulihkan tenaga

[Para gadis tergeletak memulihkan tenaganya...]

"Hehehehe... Memek kalian memang amazing...! Ini kedua kalinya kita ngelakuin orgy apalagi sekarang bisa dibilang pertama kalinya kita orgy ditempat umum yah... Gua ngasih liburan kalian gak bermaksud apa-apa, tapi justru gua kaget kalian bisa kompak dan memaksa gua untuk ngelayanin nafsu kalian!!" ucap jay ikut berbaring dengan mereka.

[Seseorang yang menarik jay tadi sudah menceritakan apa yang dilihatnya itu dengan begitu jelas.]

"Ummm... Maaf ya kak, tadi sewaktu menyiapkan makan malam saya melihat apa yang kakak lakukan dengan para gadis. Saya tidak bermaksud mengintip karena tidak sengaja akan memanggil para tamu yang sedang berendam. Saya mohon maaf ya kak..." ucap devi yang ternyata menonton adegan dewasa itu kepada jay

"Devi...! Kamu diatas kah? Eh? Papa kira dia disini... Hmmm, kemana ya dia malem-malem begini? Katanya mau bantuin bersih-bersih dapur... Dasar anak muda..." ucap sang ayah mencari anaknya itu

[Devi menarik jay masuk kedalam kamar kosong yang tersisa dan menutup mulut jay agar papanya tidak mencari lebih jauh lagi. Berbahaya apabila dia ditemukan berduaan didalam kamar terlebih dia bersama dengan tamunya sendiri.]

"Dev...! Kalo kamu lagi bersihin kamar tamu, jangan buat berantakan yah. Kamu denger papa kan nak?"

Tanpa sadar devi menempelkan dadanya dengan perut jay meski tinggi badan mereka terbilang berbeda jauh.

Melihat hal itu, jay yang bahkan tidak memakai celana dalam itu mulai kembali ereksi. Perut devi tertekan oleh besarnya kontol jay. Jay mencoba meraih kedua gunung kembar milik devi meski dia tahu bisa saja devi berteriak dan memanggil pertolongan ayahnya yang berada tak jauh dari tempat mereka.

"A~apa yang kakak lakukan? Jangan! Shhhh..." devi sedikit memberontak tapi dengan suara pelan

"(Sensasi apa ini? Tidak seperti ketika aku memegang milik aku sendiri...)" pikir devi sambil sedikit melamun ketika seorang pria menjamah payudaranya.

"Come on, it's fine! Bukannya mbak sendiri terbiasa meremasnya sebagai seorang wanita?" ucap jay terus meremas payudara devi dalam jangkauannya

Jay membuka kancing piyama milik devi itu dan mengeluarkan bongkahan payudaranya dari balik bra yang dikenakannya. Jay mencoba mendekatkan mulutnya kemudian mencoba merangsangnya dengan menjilati puting devi.

"Mbak ngintipin kita sewaktu mandi! Itu kriminal loh! Aku boleh kasih tahu papa mbak?" jay menggodanya sambil terus menghisap puting devi tanpa ada penolakan darinya.

"Iihh apaan sih kak? Aku juga bisa bilang hal yang sama disini, bukannya kakak mengadakan pesta sex disini tanpa sepengetahuan kami sebagai pengelola?" balas devi

"Wah wah wah... Bisa gertak juga ya mbak dev... Jangan coba menyembunyikannya deh dengan bertingkah polos, mbak! Kalo misal ayah mbak tahu sedang terjaga dan berduaan dengan cowok gimana? Kalo mbak dengerin apa yang saya omongin, saya bakal tetap diam untuk itu!" ucap jay menurunkan celana tidur devi.

"Ahh!! (Apa aku harus menurutinya?)"

"Hei... Hei... Biarin saya lakuin apapun yang saya inginkan saat ini! Saya gak bakal maksa mbak nanti...!" jay mencoba mendudukkan devi disebuah kursi dan membuka bagian pribadi milik devi yang ternyata masih seperti anak SMA itu.



"Eh? Mbak masih perawan? Langka ya anak seumuran mbak masih ada yang belum berhubungan badan..."

"Kak... Udah cepet tutup... jangan lihat vagina aku...!" ucap devi mencoba menutupi memeknya dengan telapak tangannya



"Woah, selangkangan dan pantat mbak terlihat merah merona. Sexy juga ya! Sayang aja mbak masih perawan!"

"(Cowok ini ngeliatin vagina aku dengan teliti. Seumur-umur baru kali ini ada orang lain bisa lihat vagina aku yang pernah lihat selain aku sebagai pemilik, ya kedua orang tua aku sewaktu aku masih bayi.)"

"Hoammm... Ya sudah kalo gitu. Mbak devi silahkan pakai lagi pakaiannya, saya sebenarnya juga capek dan ngantuk. Maaf ya mbak, saya hanya ngetes mbak. Maaf kalo saya keterlaluan, besok kalo berkenan bisa kita bersikap biasa tentang malam ini? Saya juga tertarik menginterview mbak devi, jangan dipikir saya hanya tertarik untuk menyetubuhi gadis-gadis saja."

"Baik mbak. Saya kembali ke kamar untuk tidur dulu ya. Selamat malam..." ucap jay pergi meninggalkan devi yang sedang berbenah meski dirinya digerayangi sedikit oleh jay

[Sesampainya jay dikamarnya, jay masuk dan menghabiskan malamnya sedangkan devi kembali ke lantai bawah. Keesokan paginya mereka terbangun dan menyelesaikan sarapannya.]



"Jay, hari ini kita pake yah mobilnya... Kamu enggak kemana-mana kan?" ucap kartika menjulurkan tangannya meminta kunci mobilnya

"Ah enggak. Pake aja kar, jangan sore-sore ya pulangnya. Takut ujan lagi kaya kemarin, jalannya licin ntar."

"Oke beres. Yuk girls, berangkat kita...!"

"Bye jay...!" para gadis meninggalkan jay sendirian di kamar penginapan itu

Setelah beberapa menit para gadis pergi...

"Wah asyik juga sepi bisa istirahat lagi. Oh iya, nanti kira-kira devi mau gak ya interview? Salah juga gua semalem pake gak jaga jarak..." pikir jay

"Trrrr... Trrrr..." telepon interkom kamar jay menyala

"Siapa nih telpon? Ya Halo?"

"P~pagi kak. Saya devi. Apa saya mengganggu pagi kakak?"

"Halo devi. Ah enggak kok. Oh iya soal semalam, maafin saya ya seharusnya gak khilaf..."

"E~enggak apa-apa kak. Kalau boleh tahu, tamu yang sama kakak barusan pergi apakah lama? Interviewnya masih berlaku gak kak?" tanya devi

"Kamu masih mau? Boleh... Gimana kalo kamu ada waktu kosong ke taman? Saya tunggu untuk interview disana..."

"Baik, kak... Pagi ini sampai waktu makan siang saya ada waktu kosong kak... Gimana?"

"Oke, tunggu ya. Saya siap-siap dulu..."

"Iya ditunggu kak. Saya tutup dulu teleponnya. Selamat pagi." tutup devi

[Jay kemudian bangun dari tempat tidurnya dan bersiap-siap turun.]



Devi sudah menunggu jay hampir 10 menit di kursi taman belakang dekat kolam pemandian mereka. Dandanan devi dengan kebaya khas bali membuatnya terlihat sangat anggun walau sebagai pemilik dia juga rajin bekerja sebagai staff penginapan.

"Halo mbak devi. Udah lama nunggu?"

"Halo kak. Enggak kok, baru sebentar dari dapur..." balasnya dengan senyum manis

"Oh iya, boleh kita mulai? Kamu tertarik gabung jadi talent kita karena apa? Suka difoto kah?" tanya jay

"Iya kak. Aku suka dan ingin sekolah modeling sebenarnya, tapi aku harus bekerja untuk bayar uang kuliahnya. Sampe sekarang belum diijinin keluarga untuk ninggalin penginapan ini terutama papa saya yang agak kolot orangnya kecuali bisa dapet sekolah di bali saja. Kalau tinggal diluar bali akan sangat mahal untuk seseorang yang belum mempunyai pekerjaan tetap."

"Hmmm boleh juga... Saya kasih tahu benefit yang bisa saya berikan untuk talent-talent saya ya, dev. Seperti yang kamu tahu, kemarin saya datang dengan banyak gadis kan? Itu talent dari agensi saya dan juga kita punya produk fashion yang diproduksi sendiri. Jadi para talent hanya fokus sama peningkatan skill fotografi saja, dan juga kamu termasuk fotogenik kalo menurut saya pribadi."

"Hmmm... Baiklah, kita coba take foto sebentar ya buat portofolio kamu. Kita foto disini saja gimana? Background alamnya bagus juga."

"Iya kak...!" balas devi bersemangat mendengar balasan jay

[Setelah jay menyiapkan kameranya, mereka memulai sesi foto.]

"Kamu santai saja, pose normalnya yang kamu suka kayak foto buat sosial media."

"Oke, aku coba kak..."



Klik... Klik... Klik... Klik... Klik...

Klik... Klik... Klik... Klik... Klik...

Klik... Klik... Klik... Klik... Klik...

[Sesi foto berlangsung hampir satu jam lamanya. Bahkan ayah devi pun tak sengaja mendapati anaknya sangat nyaman untuk berfoto dengan arahan jay. Dirinya teringat bahwa sang anak ingin sekali mencoba menjadi model tapi dia melarangnya karena alasan pribadi.]

Ayah devi mendekati jay dan devi disela-sela sesi foto itu.

"Nak. Permisi bapak mau bertanya? Apa bapak mengganggu kegiatannya?"

"Oh iya pak, silahkan." balas jay ketika berbalik dan menurunkan kameranya.

"Papa? Ngapain?" tanya devi

"Kamu... yakin mau ngejar mimpi kamu modeling? Papa lihat kamu antusias sekali sama masnya, oh iya. Terima kasih ya mas, berkat mas bapak jadi bisa lihat anak bapak secara bebas dan apa yang dia mau..."

"Devi masih ingin pa, tapi kan papa gak bolehin devi pergi keluar bali kan...! Ini masnya kebetulan punya agensi di denpasar, devi mau coba daftar makanya devi setuju buat foto portofolio disini."

"Iya, pak. Saya memberikan kesempatan devi untuk mencoba bekerja jadi talent modeling di agensi milik saya. Devi juga gak perlu membayar sekolah diluar seperti yang dikhawatirkannya karena saya punya tim untuk kelas khusus belajar modelingnya. Bapak tidak perlu khawatir jauh dari anak bapak, setiap weekend dan waktu luang devi boleh pulang kesini untuk menemani keluarganya." jawab jay dengan santai dan memenangkan hati ayah devi itu.

"Oh iya? Bagus dong nak. Kalo kamu yakin, papa bolehin kamu mencobanya tapi dengan syarat kamu harus bisa mempunyai penghasilan sendiri untuk keperluan kamu. Papa tidak akan mengirimi kamu uang untuk sementara waktu sampai papa lihat perkembangan kamu sejauh mana."

"(Psssst... Ambil aja dev, kapan lagi papa kamu gak ngelarang kamu... Sisanya nanti aku yang urus...)" bisik jay disebelah devi

"Papa beneran ngebolehin devi pergi? Makasih ya pa, devi seneng deh. Devi sayang papa..." ucap devi sambil berjalan memeluk ayahnya itu

"Kalau begitu, besok sewaktu saya checkout dari sini apa boleh devi berangkat dengan rombongan saya, pak?" tanya jay memastikan

"Boleh saja nak. Tapi bapak titip pesan, tolong jaga devi dengan baik. Dia anak kesayangan bapak, kalo jauh gak ada anak bapak si devi ini rasanya ada yang aneh disini..."

"Bapak tenang saja, ditempat saya banyak teman perempuan seusianya seperti rombongan yang saya bawa itu mereka rata-rata seumuran dengan devi. Devi tidak mungkin akan kesepian atau tidak punya teman selama berada disana."

[Setelahnya sang ayah berpamitan mempersiapkan keperluan anaknya untuk memulai petualangan barunya. Dan sesi foto mereka sudahi untuk siang itu, jay kembali ke kamarnya.]

Tok... Tok...

Belum jay sempat membereskan peralatan kameranya, terpaksa kembali menuju pintu kemudian mengintip dari lubang pintu dan mendapati devi berdiri dibalik pintu kamar jay.

"Hmmm? Devi?"

Cklek... jay membukakan pintu kamarnya untuk devi

"Iya dev, ada apa?"

"Boleh bicara didalam kak? Aku takut nanti papa aku liat..."

"Kamu yakin gak apa-apa?"

"Hm-mmm..." sahutnya dengan mengangguk

"Masuk sini..." ucap jay mempersilahkan devi masuk ke kamarnya

"Maaf ganggu, kak..."

"Emang ada apa dev?"

"A~anu... Sebenarnya, aku suka foto tema korean magazine gitu. Agak kurang nyaman kalo foto make kebaya ini, kalo kakak mau devi boleh minta take foto sekali lagi enggak? Tapi pake ini?" ucap devi menyerahkan sesuatu kepada jay

"Hah? Kamu yakin dev? Gak terlalu terbuka buat kamu?"

"Justru selama ini aku pingin nyoba, tapi kakak tahu kan papa aku ketat banget orangnya sedangkan aku suka dengan kebebasan. Selama rasa penasaran ini belum hilang, ya bakal susah hilang kak. Sekarang mumpung ada waktu sedikit dan juga aku suka gaya arahan kakak..."

"Oke kalo gitu mau kamu. Tunggu sebentar aku siapin lighting buat disini dulu, rada gelap sih. Kamu boleh ganti dikamar mandi, tenang aku gak bakal ngintip kok."

[Devi setuju dan berganti pakaian didalam kamar mandi kamar jay.]

"(Terkadang aneh juga meski dia pria pertama yang berani menjamah aku semalam, tapi dia termasuk pria baik bahkan setelah tahu aku masih virgin dia tidak meneruskan perbuatannya. Malah sekarang aku ngerasa santai aja didekatnya walau belum kenal dekat.)" pikir devi sambil melepas kebaya yang dikenakannya

Setelah devi kembali dari kamar mandi, jay juga sudah selesai memasang lighting dikamar mereka.

"Ayo mulai dev. Coba kamu duduk disana terus lihat kamera, sama jangan lupa ekspresinya agak misterius coba!"



"Klik... Klik... Klik..."

"Klik... Klik... Klik..."

"Kamu lebih cocok ngeluarin sisi manis wajah kamu deh dev. Untuk pose selanjutnya, kamu bisa tiduran di ranjang dan agak fokusin ke arah (maaf) pantat sambil lihat kesini?"

"Gini kak?" devi mengikuti arahan gaya dari jay dengan benar

"Yup. Kamu cocok juga kok jadi model, gak sulit ngarahin posenya. Natural gitu, sayang banget kalo papa kamu gak ngeliat potensi kamu ini..."

"Klik... Klik... Klik..."

"Klik... Klik... Klik..."

"Kak... Boleh tanya?" devi menyembunyikan kedua tangannya dibelakang tubuhnya sambil malu-malu

"Apa dev?" balas jay sambil fokus menggeser layar kamera miliknya

"Kakak, maaf apa terbiasa berhubungan badan dengan model kakak seperti kemarin ditempat pemandian?" ungkap devi akan rasa penasarannya karena pertama kali melihat langsung kegiatan seperti itu yang biasanya dia dengar dari cerita teman-temannya saja.

"Oh... Jujur, gak selalu dev. Model yang aku punya gak cuma mereka, masih ada yang profesional lainnya jadi tahu batas lah. Sementara mereka yang ikut aku kesini itu talent yang memang tinggal di kantor dengan aku juga. Mereka memang terbuka dengan kehidupan pribadi mereka, jadi terkadang suka sama suka aja kalo ngelakuinnya."

"Jadi kakak tinggal bareng sama mereka? Terus kemarin malam, kakak sudah pernah lihat kondisi aku gak tertarik gitu?" tanya devi penasaran dengan mindset jay semalam

"Ya villa tempat kantor aku cukup besar buat nampung belasan orang dev, setiap cewek punya kamar masing-masing kok. Bukannya gak tertarik sih dev, cowok normal lihat cewek pasti tertarik lah. Cuma aku harus memastikan dulu partner aku tertarik atau enggak, kemarin malam kalo misal aku terusin justru keliatan seperti aku yang memaksa kamu ngelakuinnya terlebih aku tahu kamu masih virgin. Maaf ya sebelumnya, aku juga berpikir akan ada sebagian besar cewek suka untuk menikmati berhubungan badan sebelum menikah dan ada juga yang tidak ingin melakukannya dulu sebelum menikah. Aku sendiri masih menjaga batasan itu, sedangkan mereka yang kemarin ngelakuinnya dengan aku justru karena mereka yang lebih sering meminta jatah dibandingkan keinginan pribadi aku."

"Wah... Jarang banget ya cowok kayak kakak, aku pikir semalem kakak mungkin lepas kendali terus mau maksa perkosa aku setelah mencoba pegang-pegang sebelumnya."

"Kamu keberatan gak untuk belajar sesi yang lebih dewasa? Gak maksudnya bukan ngajakin kamu gituan, tapi foto yang lebih mature. Kalo kamu gak nyaman setelah nyobain, bilang aja kita bisa gak lanjutin lagi."

"Hmmm... Apa cewek-cewek sebelumnya udah pernah seperti itu juga kak?" devi memastikan apa yang dipikirannya benar adanya.

"Iya mereka juga sudah pernah kok, dev. Alasannya karena produk garment yang pabrik rekanan aku buat juga punya lineup dewasa seperti lingerie, sleepwear, dll."

"Lingerie? Maksudnya pakaian dalam kak?"

"Iya betul. Pakaian dalam untuk dipakai tidur biasanya atau "dinas malam" kamu tahu sendiri kan. Nanti aku kasih lihat contoh produknya, ada di ponsel kok beberapa foto untuk keperluan iklan."

[Jay menghentikan sejenak sesi foto dengan devi dan beralih mengambil ponselnya. Setelah mencari foto yang diinginkan, jay menunjukkannya pada devi agar dirinya tidak penasaran dengan produk yang diceritakan oleh jay.]

"Ada yang mirip kayak dalemannya Ca*vin Kl*in ya kak? Ada juga yang mirip daster, wah bagus juga, aku kira semua bakal sexy-sexy gitu." balas devi setelah penasarannya hilang.

"Kamu mau coba? Tapi aku gak bawa samplenya sih, apa coba latihan posenya aja dulu? Pose yang dipake bisa bikin bentuk badan sama jenis pakaiannya lebih menonjol nantinya. Ya gitu deh namanya produk iklan harus bisa menarik minat calon pembeli. Sama kaya tadi, kalo kamu gak nyaman bilang aja aku gak bakal maksa."

"Kakak coba arahin dulu aja posenya." devi memberanikan dirinya

"Oke deh... Sekarang coba kamu duduk di sofa, setelah itu agak buka baju kamu, sama lebarin kaki kamu atau angkat kaki kamu terserah. Kalo bisa salah satu pantat kamu agak kamu tarik."

"K~kak? Bukannya terlalu erotis?" ucap devi merasa dirinya belum terbiasa berpose dewasa seperti yang diarahkan jay

"Iya gak apa-apa kok dev. Tolong jangan salah paham, ini gak masuk album kerjaan kok. Nanti kamu boleh hapus sendiri setelah selesai sesi fotonya, yang penting kamu coba dulu dan lihat hasil fotonya."

"O~oke deh kak... Aku coba... Begini?" devi memperagakan pose yang diarahkan kepadanya



"Yeah gitu...! Bagus dev, tahan bentar ya!"

Klik... Klik... Klik...

Klik... Klik... Klik...

[Setelahnya jay memberikan kameranya kepada devi untuk dia lihat hasil fotonya.]

"Gimana? Gak terlalu vulgar kan? Justru outfit yang kamu pake keliatan menonjol difotonya, karena tadi aku fokusin bagian celana makanya bentuk tubuh bawah kamu lebih berisi kan. Semua tergantung perspektif kita melihat hasil fotonya kok dev, kita kan bikin katalog apparel bukan katalog cewek buat "jualan"..."

"Iya sih kak... Untung kakak profesional fotografer yah, hasilnya jadi bagus. Mungkin kalo aku foto sendiri malah keliatan aneh atau orang salah paham malah mikir aku ganjen..."

"Hahahah... Masa cewek manis+polos kaya kamu bisa ganjen sembarangan ke orang? Oh iya, ini fotonya kamu hapus aja kalo mau atau kamu pindah ke internal ponsel kamu buat kenang-kenangan?" ujar jay memberikan kameranya kepada devi.

"Boleh aku simpen kak?" devi cukup senang setelah melihat hasil foto dirinya dan menginginkan untuk menyimpannya

"Kalo mau kamu simpen bentar aku pindahin laptop dulu, nanti aku kirim via email yah? Boleh minta alamat email kamu?"

[Devi memberikan alamat emailnya kepada jay, dan jay segera memindahkan file hasil fotonya untuk bisa dia kirimkan kepada devi.]

"Oh iya karena ini belum diedit jadi belum maksimal tone fotonya. Aku bisa editin bentar kok dev, kamu bisa ganti baju lagi nanti daripada ketahuan papa kamu pake baju begini..."

"Sampe lupa aku belum ganti baju karena keasyikan ikut foto sih, hehehe... Iya kak, aku ganti baju dulu sebentar yah..." devi membalas kemudian melangkah menuju kamar mandi untuk mengganti pakaian awalnya

"(Baguslah... Devi lumayan juga untuk prospek kedepannya, lagian gua terlalu capek ngeladenin cewek-cewek semalem. Gua masih butuh istirahat sebelum mereka balik kesini ntar sore.)"

[Karena terbiasa mengedit apalagi ringan, jay dengan mudah menyelesaikan sisa pekerjaannya bahkan sebelum devi selesai berganti memakai kebayanya kembali, dirinya duduk bersandar ditepi kasur untuk memejamkan mata karena masih merasa kelelahan.]

"Eh? Kok tidur duduk begitu?" devi yang baru saja keluar dari kamar mandi melihat jay yang terlihat kelelahan.

"Kak? Tidurnya yang betul dong? Tidurnya rebahan aja..." devi mencoba mendorong tubuh jay agar berbaring dengan tepat.

"(Hmmm... Gak nyangka dari deket gini makin cakep ternyata dilihat-lihat... Pantes aja cewek-cewek yang sama dia pada kecantol, ganteng ditambah perkasa sih. Jadi keinget soal barang pribadinya dia yang besar dan panjang, ah mikir apaan sih? Jadi malu sama pikiran sendiri. Hihihihi...)" devi mencoba menatap tubuh jay yang terlelap terutama bagian celananya seakan matanya memiliki pandangan tembus pandang. Meski dirinya seorang perawan, tapi tidak menampik bahwa dirinya juga tertarik terhadap lawan jenis layaknya perempuan normal.

"(Ah udah ah... Keluar aja deh, nanti papa nyariin, kalau sewaktu-waktu mergokin aku keluar dari kamar tamu bisa bahaya...)"

[Devi bergegas menuju pintu dan membukanya sambil menengok kiri-kanan apakah keadaan aman atau tidak. Setelah dirasa aman, devi dengan cepat keluar dari kamar tamu jay dan menuruni tangga menuju dapur. Hari berlangsung dengan cepat menjelang sore, para gadis menepati janji mereka dengan kembali tidak terlampau sore setelah berjalan-jalan.]

"Fiuhhhh... Sampe juga..." ucap kartika yang memarkirkan mobil jay setelah berkeliling berbelanja.

"Yeay... Untung tadi kita belanja makanan sama barang kerajinan tradisional yah..." sahut cindy

"Hahahaha... Mana lucu lagi ada gantungan kunci bentuknya kontol, malu-malu sendiri milihnya gak ada yang seukuran punya jay..." tawa bella mengingat saat dirinya ikut membeli kerajinan khas daerah situ.

"Ayo kak turun... Nanti kak jay keburu nyariin meski gak diteleponin dari tadi..." fera menyela pembicaraan gadis-gadis yang lebih tua darinya itu

"Iya nih... Masa dari tadi dia gak nyariin kita? Apa gak kangen gitu?" anin mulai menggoda dengan celotehannya

[Mereka berlima turun dari mobil dan bergegas kembali ke kamar sambil membawa tas berisi belanjaan.]

Tok... Tok...

"Jay?" kartika mengetuk pintu kamar jay yang bersebelahan dengan kamar mereka.

"Tumben? Apa tidur kali ya? Nanti coba aku telpon deh, kayaknya emang masih kecapekan. Habisnya kita maksain dia harusnya pemulihan sebelum berangkat ke dubai malah kita suruh ngelayanin kita berlima..." balas cindy yang teringat akan obat yang harus diminum jay selama masa pemulihan.

"Habis... Habisnya kontolnya bikin nagih sih, cin!" bella menyahutnya dengan ceplas ceplos tanpa melihat dimana mereka berada.

"Huss... Mulutnya nyablak aja, ditempat umum ini... Hahahaha..." anin mencoba menggodanya akan tetapi bella merupakan satu-satunya cewek diantara mereka yang mirip dengannya sangat frontal mengutarakan pendapatnya.

"Ya udah kita ke kamar yuk, haus nih mau minum... Minta minuman kaleng yang tadi dong dek...!" lanjut anin sambil membuka tangannya kepada fera

"Ambil yang lain lah kak... Tadi disuruh beli sendiri gak mau, adek kan beli yang ini kesukaan adek sendiri..." sahut fera ketus ketika kakaknya berusaha meminta minuman yang dia beli untuk dirinya sendiri

"Udah... Haduh... Gara-gara minuman aja berantem, ntar ganggu jay tidur dia ngamuk baru tahu rasa kalian..." cindy menarik lengan kedua bersaudara yang berisik itu pergi dari depan kamar jay

[Anin akhirnya mengalah dengan mengambil minuman bersoda yang lain dan menikmatinya sambil menonton tv di kamar. Sedangkan para gadis yang lain sibuk membereskan belanjaan dan melakukan kegiatannya sendiri.]

"Bentar ya. Aku ke kamarnya jay dulu ngasih obat, kalian tunggu disini..." cindy yang selesai mengatur obat yang harus rutin diminum oleh jay kemudian meninggalkan mereka.

"Awas cepet balik... Hihihihi..." sahut kartika yang sedikit menggoda cindy karena mereka tahu sesuatu bisa terjadi dengan menggunakan alasan sepele.

Tok... Tok...

"Jay... Udah bangun? Aku mau ngasih obat kamu nih... Buka dong!!" cindy menunggu jay dengan sabar

Jay mulai terbangun dan mendengar seseorang kembali mengetuk pintu kamarnya. Jay berjalan dan membukakan pintu untuknya

Klek...

"Ya cin... Hoammm... Sorry gua ngantuk banget, baru sadar jam segini. Udah lama balik kah?"

"Nih obatnya buat hari ini... Gak kok, kita barusan aja pulang. Tadi sempet ngetok pintu dulu, ternyata kamu masih tidur. Ya udah kita balik kamar beres-beres belanjaan baru aku balik lagi kesini..."

"Oh gitu... Oke makasih ya obatnya, bentar lagi kita dinner sama gua mau kasih pengumuman. Kalian siap-siap mandi gih, dekil gitu habis panas-panasan diluar..."

Candaan jay terhadap cindy yang memang terlihat lebih gelap meski baru sebentar berada diluar ruangan, membuatnya sedikit cemberut dan menggembungkan kedua pipinya tanda sedikit jengkel.

"Iya maaf... Bercanda doang kali..." ucap jay mendekati cindy dan mencubit pipinya yang sengaja dibuat chubby agar segera berhenti dari jengkelnya.

Tentu saja perempuan diperlakukan yang membuatnya tenang dengan cepat hilang perasaan jengkelnya, kemudian tersenyum lagi. Terlebih cindy dan jay saling bertukar pandangan yang membuatnya tersihir dengan pesona yang dimiliki jay meski dia baru saja bangun tidur. Dan berkat kedekatan yang terjalin diantara mereka baik selama kegiatan profesional maupun belakang kamera, perlahan mendekatkan hubungan antara satu sama lain.



[Menjelang petang, hampir semua sudah selesai mandi dan berdandan casual untuk dinner. Terlebih mereka penasaran karena jay akan membagikan suatu pengumuman disaat dinner malam ini.]

~Setelah hidangan makan malam tersaji dan mereka bersiap menunggu kabar yang akan disampaikan oleh jay.

Jay menatap mata para gadis yang menunggunya sedari tadi, "Iya iya... Gua tahu kalian penasaran, tunggu bentar biar orangnya hadir disini langsung."

Mereka menoleh heran karena mereka berlima dalam kondisi lengkap, jadi siapa lagi yang jay tunggu. Tak lama kemudian devi keluar dari dapur setelah mengantarkan hidangan mereka dan mengembalikan troli makanan sebelumnya.

"H~halo... Malam..."

"Devi?" kartika yang mengenalinya paling bingung duluan dibandingkan yang lain.

"Gini... Gua mutusin devi bakal gabung dengan agensi kita, gua mau kasih kesempatan dia buat belajar jadi model sesuai cita-citanya. Sebelum mikir yang aneh-aneh, alesan gua nerima dia Pertama, dia pertama kali bertemu om broto sudah diberikan kartu nama untuk mencoba bekerja disini sebelumnya tapi dia urung karena keluarganya menolak jadi buat gua keputusan om broto juga menjadi keputusan gua."

"Kedua, setelah papanya devi ngeliat anaknya tadi siang ikut sesi foto casual sama gua di halaman belakang, papanya mulai melunak yang awalnya devi dilarang sama sekali dan ingin sekolah modeling diluar bali karena ngeliat devi senang difoto makanya dibolehin dengan catatan selama masih berada di bali."

"Ketiga, mungkin ada baiknya punya satu member yang kenal atau punya koneksi untuk daerah bali untuk memasarkan produk kita dengan segmen khusus misal kebaya modern yang bakal gua bahas sama om broto selama gua di dubai nantinya."

"Keempat, dia butuh pekerjaan untuk ngebantu usaha orang tuanya yang mempertahanin penginapan ini yang mulai berat kalo hanya mengandalkan satu sumber penghasilan saja."

"Kelima, dia tahu kegiatan kita berlima kemarin di pemandian. Gua sendiri ngerasa gak enak karena niat awal liburan malah berubah orientasinya karena kalian kurang kontrol yang takutnya kalo orang lain yang tahu dijadikan tempat yang "senonoh" akan berpengaruh terhadap reputasi penginapannya sendiri."

"Kalian keberatan devi jadi talent baru kita?"

Para gadis terdiam satu sama lain meskipun hanya sebentar.

"E~enggak kok jay... Keputusan kamu ya kita ngikut aja, bener gak?" sahut anin yang melihat satu sama lain tentang apa yang jay sampaikan barusan.

"Iya kak... Aku sih no problem."

"Dia kayak seumuran fera deh. Seru juga kan fera ada temen ngobrolnya sewaktu kita pada kerja diluar."

baik fera,kartika,cindy maupun bella menyatakan tidak ada yang keberatan dengan usul jay.

"Kamu liat kan, dev? So, welcome to our agency...!"

"Iyah... Welcome ya dev...!"

"Ayo sini gabung makan bareng... Jangan nolak yah kalo udah jadi keluarga kita..."

[Devi pun merasa tidak enak karena mereka masih tamunya sendiri dan juga disaat yang bersamaan dia juga resmi bekerja untuk jay.]

Disaat itu, ayah devi datang dan menepuk pundak anaknya. "Nak, kamu gabung saja. Kesempatan untuk kamu berkenalan dengan mereka, biar papa yang selesaikan urusan dapurnya. Papa mau liat anak papa ngejar mimpinya sejauh yang dia mampu, papa rasa mereka memang didatangkan oleh Tuhan untuk menjemput kamu dan mewujudkan mimpi kamu."

Devi pun meneteskan air matanya dan memeluk ayahnya karena tahu dia akan meninggalkan keluarganya walau dekat untuk bekerja. Devi tahu bahwa orangtuanya sulit tinggal jauh darinya.

"Papa gak keberatan kan devi pergi? Devi janji tiap minggu devi bakal pulang kesini nemuin papa sama mama..." ucap devi sambil menyeka air matanya.

Melihat situasi itu para gadis juga tidak kuasa untuk ikut terharu dan jay juga bangun dari kursinya untuk menghibur devi.

"Dev... Kamu gak pergi jauh kok, sesuai janji sebelumnya kamu ada waktu bebas setiap weekend. Kalo kamu berat, pikirin pertimbangan keputusan papa kamu yang ngijinin kamu pergi. Kamu gak mau ngecewain keputusan papa kamu juga kan dengan bimbang setelah mendapat kesempatan?"

"Iya nak. Papa relain kamu bersama mereka, mereka orang-orang baik papa lihat. Mungkin malah papa yang bersalah kalau menghalangi anak sendiri untuk belajar mandiri."

"Jadi papa yakin? Terutama gak maksa aku buat nikah dulu sama anak kenalan papa yang waktu itu?"

"Semua sudah dipikirkan nak, papa bakal nunda keputusan itu dulu sampai kamu kembali. Kalau kamu sendiri setuju untuk menikah baru kita rencanakan ulang." balas sang ayah dengan bijak tanpa menyakiti perasaan anaknya itu

Cindy juga berdiri dari tempat duduknya, "Ayo duduk bareng kita. Santai aja, papanya kan udah ngasih restu, sekarang nikmatin waktu yang ada. Nanti setelahnya kan kamu bisa cerita secara personal setelah kita selesai makan malam."

[Mereka setuju untuk melanjutkan makan malam mereka yang tertunda demi menyambut anggota baru mereka sedangkan devi masih canggung karena dia ikut menyantap makan malam ditempat kerjanya sendiri yang seharusnya dia yang melayani mereka sebagai seorang staff akan tetapi kehangatan keluarga agensi barunya itu membuatnya mencoba merasa nyaman untuk menerima ajakan makan malam mereka.]



"Oh iya dev... Kamu besok ikut kita kan? Biar sekalian jalan soalnya kamu bakal kesulitan kalo gak ada kendaraan sendiri..." ucap anin berinisiatif memberikannya tumpangan.

"Iya tuh bener kata anin... Gua setuju sih sekalian kita semua balik bareng gitu, tadi gua udah tanya sama papanya tapi belum jelas jawabannya devi..." sahut jay

"T~tapi... Aku belum siap-siap sih gimana dong?" devi membalas dengan sedikit keraguan

"Enggak apa-apa... Gak usah bingung bawa perbekalan, disana nanti kan ada banyak cewek yang punya spare baju apalagi kita cewek-cewek juga bajunya lebih banyak yang seukuran. Kamu cukup bawa keperluan pribadi aja, dev..." kartika menambahi agar kepercayaan diri devi meningkat dengan kenyamanan yang mereka berikan.

"Oke deh kalo gitu mau kalian... Sekarang aku ijin pamit dulu ya, aku harus ngobrol sama orang tua aku dulu malam ini..."

"Iya udah sana... Besok siang kita checkout ya dev. Gak keburu kan?"

"Iya gak apa-apa... Malam..."

"Malam, dev..."

"Kita balik kamar yuk, kan udah kelar makannya. Kamu mau lihat belanjaan kita gak jay? Hahahaha..." tawa cindy teringat akan belanjaan mereka siang tadi.

"Hahahaha... Astaga, malu ah cin...!" kartika menarik lengan cindy untuk tidak meneruskannya.

"Hahahahaha...!!!" para gadis yang mengetahui apa yang dibeli juga ikut tertawa.

"Dasar... Cewek-cewek demen banget bikin penasaran, ya udah ayo kita balik ke kamar..." ajak jay sambil berdiri dari kursinya

[Mereka berenam kembali ke kamar dan menghabiskan malam bersama.]

"Jay, sini lihat..." anin membuka tas belanjaan yang mereka beli yang berisikan barang yang membuat mereka terus tertawa sepanjang hari.

Anin mengambil belanjaan yang membuat mereka tertawa sepanjang hari, yaitu kerajinan tangan yang disebut orang sebagai lolok berbentuk alat kelamin itu.





"Tadaaaa... Hahahahaha..." tawa anin disusul mereka yang ikut tertawa melihat barang yang dipegang anin

"Hampir segede punya jay kan? Hahahahaha..." lanjutnya terus tertawa

"Ckckckck. Dasar... Aneh-aneh aja lu nin, di kantor kan ada dildo. Eh itu asbak rokok yah?" jay menggelengkan kepala dengan ulah mereka

"Kan kamu selama di dubai nanti, kita cuma bisa self service jay... Siapa yang tanggung jawab sama kebutuhan kita nanti? Dildo kan lembek, ini dong kenceng terus... Hihihihi..." sahut bella yang terbuka dan berterus terang akan pikiran liarnya itu.

Jay mendekati bella dan mengusap kepalanya, "Dasar, kalo ketemu cewek pikirannya ehem-ehem begini bakal susah kalo udah punya mau...!"

"Jadi?" bella dengan tatapan nakal membalas jay dengan menurunkan 1 jarinya perlahan dari dada menuju perut bawah jay.

"Main sekali oke? Tapi jangan berisik... Gak inget tadi gua ngomong apa? Devi tahu kita kemarin ngapain, jangan sampe orang tuanya tahu apa yang kita lakuin. Nanti pikirannya berubah dikira devi ikut kita karena suka beginian...!"

[Dimulai dari bella, tanpa babibu jay membuat bella menungging dan menurunkan celana bella dan juga celananya sendiri. Jay meludahi kepala kontolnya agar terlumasi sebelum memasukkannya kedalam memek bella.]

Blesssss...

"Ouuuuugggggghhhhhhh... Yessssshhhhh..." desahan yang bella tahan dengan menutup mulutnya memenuhi ruangan itu. Jay juga tidak menggoyangkan pinggulnya dengan kencang seperti biasa hanya sodokan pelan untuk meminimalisir suara benturan antara paha dan pantatnya

In-Shot-20230122-170803982.gif


Gadis yang lain menggeleng karena bella termasuk gadis yang memiliki nafsu paling besar diantara mereka bertujuh kalau jena dan clara bersama mereka saat itu.

"Dasar si bella... Bisa aja ya idenya, kalo gitu kita juga gak mau kalah ya. Habis bella gantian ya jay?" sahut cindy yang mulai meremas payudaranya sendiri dan menatap kearah jay



"Mau aku banting eh bantu cin?" sahut kartika mendekatinya dan menarik keatas tshirt yang dipakainya sebelum mengincar bra miliknya.

Kartika sukses melucuti cindy hingga bra yang dikenakanya terlepas dan menunjukkan dua gunung kembar miliknya. "Gak pake toh? Jadi laper... Ini ada kacang dua boleh aku makan gak? Hehehehe..."

"Mmmmmppppsssshhhhhh..." desahan cindy perlahan keluar disaat kartika mengigit kecil puting miliknya.

"Boleh gabung dong ya? Sambil nunggu bella kelar dikontolin, kita nontonin mereka sambil main sendiri jadi ikutan horny kan. Ini bisa gede kayak gini kamu apain sih cin?" anin mulai tidak canggung bergabung dengan kartika untuk mengerjai cindy dengan meremas kencang payudara milik cindy yang sering kali membuat para gadis lain iri dengan bentuk dan ukurannya yang terbilang paling menonjol diantara mereka semua.

Sedangkan anggota mereka yang paling muda memilih acuh dengan bermain handheld nintendo switch milik kakaknya ketimbang bergabung dengan mereka.

"Awwww... Nin, geli ah kamu gigitin gitu... Penasaran ya penasaran aja, malah kaya netein bayi jadinya..." cindy mengerang sedikit karena ulah iseng anin yang tiba-tiba mengigit putingnya

"Hmmm... Jadi kalo jay yang gigit gak marah?" anin membalasnya

"Ya enggaklah... Hahahaha, cowok kalo nete sensasinya beda..." cindy mengatupkan jari telunjuk dan jempolnya menjadi satu.

"Awas kamu ya, cin...! Rasain ini...!!" anin kembali mengigit dan menghisap puting cindy hingga tertarik kencang.

"Awwwwwwwwwww, niiiiiiiiiiinnnnnnn... Nakal yaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh..." cindy membalas dengan menjambak rambut anin dan mendorong kepalanya makin terbenam diantara payudaranya karena cindy juga bercanda dan menikmati hisapan dan permainan lidah anin saat itu.

"Mmmmmppp... Mmmmpppphhhhh..." anin memberikan kode agar melonggarkan dekapan cindy agar dirinya bisa bernafas sedikit.

Cindy yang tidak tahan geli akhirnya melepaskan anin saat itu juga meski ada sesuatu yang kemudian hilang secara bersamaan karena rangsangan lidah anin.

"Awas kamu ninnnnn... Mmmmmmmmpppphhh..." cindy membalas anin dengan menarik dagunya mendekat dan mencumbunya dengan permainan lidah yang tak kalah hebatnya dari yang anin berikan sebelumnya. Bagi mereka sudah mulai menyukai permainan sesama wanita memberikan sensasi tersendiri apalagi jay akan meninggalkan mereka untuk sementara waktu.

Sementara masing-masing memiliki pasangan sendiri, kartika yang bermain sendiri dengan kerajinan tangan berbentuk dildo yang baru mereka beli siang tadi. Kartika menggesekkan dildo kayu itu diantara selangkangannya yang masih terbungkus celana dengan sempurna.

"Iiiiiiisssssssshhhh... Naaaaaaantiiiiii... Gantiaaaaaaaaannnn... Donggggggggggg..." dengan tatapan nakal kartika menonton mereka bahkan tak berapa lama dirinya orgasme dengan ditandai celananya yang mulai basah karena cairan orgasmenya sendiri.

"Eh? Liat tuh nin, ada yang kesepian nunggu antrian... Hihihihi... Kita temenin yuk?" cindy berinisiatif mengajak kartika untuk threesome.

Tanpa dikomando anin mengangguk dan merangkak mendekati kartika yang terkapar diatas kasur mereka. Kemudian anin membuka zipper jeans milik kartika turun dan menarik lepas celananya yang setengah basah pada area tertentu.

"Yang disini juga nakal... Gak boleh gitu yah... orgasme sebelum dimasukin kontolnya jay...!" anin terus mendekati kartika dan mengincar bagian privatenya yang masih basah setelah orgasme barusan. Anin menyingkap celana dalam kartika kesamping sebelum dirinya menjulurkan lidahnya untuk bermain-main dengan menyapu belahan memek kartika.

"Sllrrrrrrppppp... Sllrrrrrrppppp..."



Anin dengan posisi tengkurap yang sedang menjilati memek kartika diserang balik oleh cindy yang ikut bermain kereta-keretaan dengan mereka. Cindy dengan mudah menyingkap rok dan celana dalam yang dikenakan anin dan memberikan anin rimming job pada lubang pantatnya.

Jay melihat mereka sungguh aktif sambil menunggu giliran membisikkan sesuatu kepada bella. "Bel, lu serang cindy juga gih. Seru juga kayaknya main kereta berlima, hahaha..."

Bella mengangguk setuju dan berjalan kearah tepi kasur dan memposisikan dibelakang cindy sambil jay terus mempenetrasinya dengan doggy style. Bella melihat kesempatan dan menarik turun hotpant cindy dan menggelitik lubang memeknya dengan jari-jarinya.

"Awwwwwwwwwwsssssssshhhhh... Beeeeeeelllllllll..." lenguh cindy dengan serangan dadakan bella terhadap dirinya

Jay tersenyum dengan rencananya dan mulai menghujamkan kontolnya kencang. "Plok.. Plok.. Plok.. Plok.. Plok.." suara benturan kulit paha jay dan pantat bella mulai menggema dengan kencang seiring meningkatnya tempo permainan yang jay berikan kepada bella.

Malam itu, mereka berlima kecuali fera seperti sedang melaksanakan lembur untuk "beradu mekanik" kesekian kalinya. Tidak ada canggung lagi diantara mereka karena sex sudah seperti having fun ditambah ada bella dan cindy yang paham medis sehingga mereka bisa melakukannya dengan aman meskipun mereka membiarkan jay tidak memakai kontrasepsi sama sekali. Kenikmatan bercinta kulit bertemu kulit dan ejakulasi didalam rahim mereka satu per satu yang menambah tingkat kepuasan bagi para gadis bahwa mereka seperti sudah di"tandai/marking" oleh kontol dan juga sperma milik jay seorang.

Permainan malam itu berhenti setelah hampir 4 jam bergantian tubuh mereka satu per satu roboh akan menikmatan bercinta dengan jay yang belum pulih sepenuhnya.

In-Shot-20230122-173245254.gif


Hanya bella yang merasakan hangatnya sperma milik jay didalam rahimnya, sementara gadis lain mendapat semprotan pada wajah, payudara dan area pantat. Mereka berlima tertidur saling tumpang tindih tak beraturan sedangkan fera tertidur dilantai dengan nintendo yang masih menyala.

[Pagi menjelang... Jay yang selalu terbangun dipagi hari, keluar menuju halaman belakang dan duduk diatas bangku untuk menikmati udara pagi yang segar sambil menatap kearah danau yang menjadi nilai jual utama penginapan yang mereka sewa...]

"Puk... Puk... Pagi kak..." terlihat devi mencoba mendekati jay dan menepuk pundaknya mengajaknya berbincang.

"Eh? Halo devi... Kamu juga bangun pagi kah?"

"Ah iya kak... Udah jamnya aku berangkat ke pasar mencari bahan masakan sebelum sarapan pagi disiapkan." balasnya dengan tersenyum manis



"(Wah devi manis juga ya, apa tiap hari pakai kebaya kaya gini? Keliatannya ribet beraktivitas dengan pakaian itu terutama berbelanja apalagi kalau naik motor.)" pikir jay

"Mmm, dev... Kamu ke pasar dengan siapa? Kamu gak dingin pake kebaya gitu pagi-pagi?"

"A~aku biasanya sendiri kak, naik motor kok deket dari sini. Biasanya juga pake jaket kok kak, dingin banget disini kalo pagi-pagi begini. Hari ini terakhir aku beliin belanjaan dapur sebelum aku pergi sama kakak nanti."

"Oh kalo gitu, kamu keberatan gak kalo aku antar, dev? Baru-baru ini memang aku baru keluar dari rumah sakit, mungkin bagus juga bisa jalan-jalan sebentar sebagai ganti olahraga untuk pemulihan."

"EH? T~tapi kak... Disini daerah kampung kak, nanti bisa timbul gosip kalo aku jalan sama kakak. Orang tua aku nanti yang jadi sasaran pertanyaan, maklum disini orang-orang tuanya kepo banget."

"Masak kamu masih mikirin gitu sih, dev? Namanya berteman kan boleh saja, bukan berarti mereka bakal jadi calon suami tiap kali jalan berduaan kan?"

"Bukan gitu maksudnya kak... Maksud aku tuh, disini banyak orang tua yang mau jodohin anaknya sama aku tapi aku sendiri selalu bilang gak mau nikah dulu. Makanya aku mau cari kerja daripada harus nikah, apalagi kalo dapet calon suami gak support kegiatan aku bisa bikin stres juga karena disini banyak anak cowok yang kerjanya cuma mabuk-mabukan. Aku sendiri juga punya kriteria tersendiri untuk calon pendamping dan calon ayah buat anak aku kelak dalam pikiran aku..." balas devi yang secara tidak sengaja terbuka kepada jay.

"Hmmm... Kalo gitu, aku antar saja tapi gak turun dari mobil. Nantinya kamu bilang selesai jam berapa biar aku jemput, jadi aku bisa berjalan-jalan sebentar diluar. Kamu belum pegang nomor ponsel aku kan? Boleh tukeran?"

"(Aduh perhatian banget nih cowok, meski aku sendiri tahu apa yang dia lakukan sebelumnya. Tapi dia care banget sama cewek, mungkin ini ya yang membuat para cewek mau begituan sama dia?)"

[Devi mencoba berpikir sebentar kemudian mengambil ponselnya...]

"Boleh kak, nomor ponsel kakak berapa? Tapi beneran ngantar-jemput aja ya? Mungkin boleh juga tawaran kakak, soalnya ini juga belanja untuk kebutuhan mingguan jadi biasanya belanjaannya banyak." dengan sedikit ragu tapi akhirnya devi mengiyakan tawaran jay untuk membantunya.

Bersambung...
 
Di like sik komen nambah susulan sayang karya suhu @arkfeelspecial kalo gak dinikmati sambil diam dan ngaceng....
gak pasang ekspektasi tinggi kok hu, nulis santai aja. platform berbayar sebelah juga yang baca banyak tapi yang komen dikit... makasih udah mampir hu...
maksih suhuuu... lanjuuuttt...
kamsia hu...
Makasih updatenya suhu @arkfeelspecial sehat2 suhu. Biar tetap semangat berkarya.
enjoy bacanya hu...
 
Ini bentuk apresiasi saya (pribadi) dan temen2 pembaca disini hu @arkfeelspecial kita menikmati tulisan dan bukan hanya baca....

Kamsiah acara staycation yg berlanjut ini semoga segera belah duren devi nya bli suhu...
 
Apa jadinya kalo jay ketemu camer yg lebih garang daripada dirinya sendiri? Mirip judul sinetron tv dong
 
Terakhir diubah:
Yes please..... Hardcore....
That interracial photo is awesome
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd