Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG CLOSED

K
Episode 7

Aku kaget melihat 2 orang tersebut sudah berada didepan pintu kamarku, aku menjatuhkan selimut digenggaman tanganku.

"mau apa kalian?" ucapku,

"hahaha, kami ingin tubuhmu, diluar sana hujan deras membuat kami kedinginan maka dari itu kami butuh kehangatan mabak hahaha" ucapnya sambil mereka melangkah kearahku

"tolong,,, tolong,,," teriakku

"haha, teriak sampai nangis darahpun bakalan gak ada yang mendengarmu hahaha" ucapnya sambil tertawa lalu mereka mendekapku lalu menarik pakaianku hingga sobek

"aku mohon jangan menyentuhku, hiks, hiks, hiks,. tolong,,, tolong,,," teriakku sambil menepis tangannya,

"hahaha, nikmatiin aja mbak, kami akan menunjukkan surga dunia" ucapnya lalu melucuti pakaianku hingga bh dan cd ku, kini tubuhku polos dihadapan mereka, apakah keperawannku yang selama ini aku jaga akan direnggut oleh mereka?

Mereka mendorongku kekasur lalu salah seorang dari mereka memegangi kedua tanganku kemudian yang satunya lagi membuka seluruh pakaiannya dan dalamannya sehingga memperlihatkan kontolnya yang tegang menjulang keatas, aku merontak tapi tenaga aku tak cukup kuat untuk mengalahkan kedua lelaki tersebut

Dia mulai menggesek vaginaku dengan menggunakan tangannya, aku hanya bisa merontak tapi disatu sisi aku merasakan nikmat di vaginaku, kemudian tangannya meremas payudaku lalu mengenyot putingku dengan kencang, ini adalah pengalaman pertamaku tangan seorang lelaki memegangi vagina dan payudaraku

"aahhhhh,ooosssshh," desahku, aku berhenti merontak karena aku merasakan sensasi enak diseluruh tubuhku.

"aku bilang juga apa, kamu sudah mulai terbang kesurga sayangku, hahaha" ucap salah seorang dari mereka.

Mulut mereka kini melumat kedua puting payudaraku, aku hanya bisa pasrah membiarkan mereka bergerilya diseluruh tubuhku, kemudian aku merasakan ada sebuah mulut memainkan vaginaku aku memejamkan mataku menikmati jilatannya, lalu satunya lagi melepas seluruh pakaiannya hingga dia mengarahkan kontolnya ke wajahku,

"Buka mulutmu sayang, hisap senjataku ini" ucapnya lalu membuka paksa mulutku dengan menggunakan tangannya, aku berusaha menutup mulutku sebisa mungkin tapi dia menekan mulutku dengan sangat keras hingga aku meringis kesakitan dibuatnya, dengan terpaksa aku membuka mulutku lalu dia memasukkan kontolnya kemulutku.

"hiks, hiks, hiks" aku menangis sambil merasakan kontonya didalam mulutku, dia memaju mundurkan pinggulnya menekan kontonya dimulutku.

"Akhirnya semasa hidupku aku akan mersakan kenikmatan jepitan vagina perawan, hahaha" ucapnya lalu tertawa, dia mulai menggesek vaginaku dengan kepala kontolnya, aku tak bisa berbuat apa-apa lagi, aku hanya bisa pasrah menyerahkan keperawananku kepada mereka.

"ahhhhhhh sakit, tolong hentikan" pintahku saat kontolnya mulai tenggelam di vaginaku, air mataku menetes aku tidak pernah membayangkan kesucianku direnggut dengan cara seperti ini, mereka menjamahku dengan sangat beringas memacu kontolnya dengan sangat kencang di vaginaku, lalu lelaki yang satunya melepas kontolnya dimulutku lalu dia meminta temannya untuk gantian menggenjot vagianaku.

Keringat mereka bercucuran jatuh ke tubuhku walaupun cuaca malam ini sangat dingin, mereka berdua saling bergantian menjamahku hingga akhirnya mereka sampai di puncak kenikmatannya dan menyemburkan maninya di mukaku dan payudaraku, aku merasakan vaginaku sangat perih, bercak merah divaginaku berceceran di seprei.

"Gimana mbak, enak kan?" ucapnya lalu menamparku dengan menggunakan kontolnya.

"Tinggalkan aku, pergi dari rumahku, apa lagi yang kalian inginkan, ha? bentakku.

"hahaha, kami belum puas mbak, kami masih ingin menikmati tubuhmu, hahaha" ucapnya sambil mereka tertawa, mereka lalu menyeretku ke kamar mandi lalu mengguyurku dengan air membersihkan seluruh tubuhku, tak lama kemudian mereka bergantian menggenjotku hingga mereka mengeluarkan maninya berkali kali didalam vaginaku aku tidak merasakan kenikmatan sedikitpun saat mereka menggenjot vaginaku dengan kasar, hanya rasa perih yang aku rasakan.

Setelah mereka puas menjamahku, dia kembali memakai pakaiannya yang basah, aku hanya berdiam diri dikamar mandi tak mampu lagi berjalan, paha hingga kakiku bergetar, vaginaku sangat perih, mataku bengkak karena tangisku, lalu mereka menghampiriku sebelum pergi.

"Kalau kau melaporkan kejadian ini kepolisi atau keorang lain, aku gak segan-segan untuk membunuhmu bila kau melaporkan kami, camkan itu" benttaknya lalu meninggalkanku.

Aku melewati hari-hariku dengan menyendiri dirumah, kesedihanku semakin menjadi, mengurung diri, trauma terhadap kejadian pemerkosaan yang aku alami, tangisku kembali pecah bila mengingatnya, ditambah lagi nasibku yang kian memprihatinkan, uang yang diberkan kak Iwan waktu itu sudah habis, persediaan beras semaki menipis, membuatku sangat frustasi.

"Tuhan, mengapa engkau membuatku seperti ini, mengapa? mengapa engkau menakdirkan hidupku susah seperti ini, mengapa? mengapa engkau merenggut nyawa orangtuaku, mengapa? mengapa engakau memisahkanku dengan saudara-saudaraku disaat aku sangat membutuhkannya, mengapa? apa lagi yang engkau rencanakan tehadapku ha? puas engkau melihatku seperti ini? hiks, hiks" bentakku, sambil bebicara sendiri seolah mempertanyakan takdirku kepada yang maha kuasa.

Aku lemah tak berdaya, beberapa hari ini aku hanya makan dengan beberapa suap nasi tanpa lauk, tubuhku semaki hari semakin kurus, tubuhku tak terurus, bersentuhan dengan air pun jarang, semangat hidupku kian berkurang, aku pasrah bila harus meninggal saat ini.

Hingga suatu malam tubuhku tidak bisa lagi aku gerakkan, kondisiku saat ini terbaring lemah di kamarku, mungkin sebentar lagi aku akan menyusul orangtuaku pikirku, kesadaranku mulai hilang.

Aku melihat ayah dan ibuku sedang duduk dibawah pohon besar, aku melangkahkan kakiku pelan menghampirinya, kulihat mereka berdiri dari duduknya lalu memelukku,

"ayah, ibu, aku sangat merindukanmu hiks hiks hiks" ucapku menangis sambil memeluknya.

"kami juga sangat merindukanmu nak" ucapnya bersamaan

"kamu harus kuat nak, bertahanlah, kamu anak ibu yang paling kuat" bisik ibuku lalu meneteskan air matanya, lalu mereka melepas pelukannya kemudian bejalan menjauhiku

"ayah, ibu mau kemana?" tanyaku, tapi mereka terus melangkahkan kakinya tanpa menoleh

"ayah, ibu jangan tinggalkan azza sendiri" pintahku, lalu mereka menghilang dari pandangan mataku

"tidakkkkk" teriakku, aku terbangun dari tidurku, aku terbaring ditempat tidur, aku menoleh tak seorangpun diruangan ini, aku melihat cairan infus menetes demi sedikit melalui selang kecil masuk tetusuk jarum kedalam tangannku

"siapa yang membawaku kerumah sakit" pikirku, aku tidak mengingat apa-apa, lalu seorang suster masuk ke ruang perawatanku

"alhamdulillah, mbak sudah siuman" ucap suster yang merawatku,

"mbak sejak kapan aku disini sus?" tanyaku

"dari 5 hari yang lalu mbak" ucapnya, aku kaget mendengarnya

"5 hari yang lalu? siapa yang bawa aku kemari sus?" tanyaku

"aku lihat ada seorang lelaki yang selalu menjaga mbak tiap malamnya, paginya biasanya dia menitip mbak ke kami, katanya sih dia mau brangkat kerja, paling bentar lagi datang tuh ini kan udah sore" ucap suster

"mbak aku tinggal yah, bentar aku kembali kesini bawain obat" ucapnya lalu pergi meninggalkanku

"Siapa yah yang nolongin aku?" ucapku dalam hati

Aku kira aku udah menyusul orangtuaku, eh malah aku terbaring lama disini, aku kembali berpikir tentang diriku, nasibku lalu biaya rumah sakitku, bentar aku bayarnya pake apa, aku kan gak punya uang lagi, kepalaku mulai sakit memikirkan itu semua, tak lama kemudian ada seorang lelaki membuka pintu lalu masuk tanpa memberi salam,

"udah sadar mbak, tunggu bentar yah mbak aku panggil suster dulu" ucapnya lalu dia begegas keluar

"gak usah, aku udah diperiksa kok ma dia" ucapku

"kamu kan yang itu malam? kenapa bisa kau membawaku kemari?" tanyaku dibarengi detak jantungku semakin kencang.

"betul, aku dan temanku yang malam itu, maafkan aku" ucapnya

"apa? semudah itu kau minta maaf, brengsek" bentakku, sambil memegang kepalaku yang sakit

"aku hanya dipengaruhi oleh temanku malam itu untuk melakukannya," ucapnya

"pergi kau dari hadapanku" bentakku, aduh kepalaku kok kayak mau pecah

"sabar mbak, jangan banyak gerak dulu" ucapnya lalu melangkah kearahku

"pergi, pergi, aku tidak mau melihatmu" bentakku lagi sambil meringis kesakitan, dia kemudian keluar meninggalkanku, tak lama suster datang menghampiriku

"sus, kepalaku sakit banget sus" ucapku kesuster sambil memeriksa tekanan darahku, setelah memeriksa tekanan darah ku suster memberiku obat nyeri kepala.

"sebaiknya mbak minum obat itu sekarang, dan aku berharap mbak istirahat dulu, jangan berpikir yang berat-berat dulu sebelum kondisi mbak kembali pulih," ucapnya lalu meninggalkanku

"makasih sus" balasku, setelah meminum obat tersebut, rasa ngantukku menyerang dan akupun tertidur.

Aku terbangun dari tidurku, kulihat jam menunjukkan pukul 22.10, lumayan lama juga aku tertidur, aku melihat lelaki itu lagi duduk dikursi sambil tertidur, aku refleks melempar bantal kearahnya.

"aku bilang kamu pergi dari hadapanku" bentakku, rasa jengkel, marah, kecewa bercampur menjadi satu membuatku sangat emosi melihatnya

"maaf, tapi dengar dulu penjelasanku, setelah kejadian itu aku...." belum selesai dia menjelaskan aku melemparnya botol air mineral yang berada disampingku.

"kumohon dengarkan penjelasanku, aku tidak berniat jahat lagi ke kamu, cukup waktu itu" ucapnya

"setelah kejadian itu aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri, waktu itu aku dibawah pengaruh minuman beralkohol, aku dan temanku sebenarnya dalam perjalanan pulang ke rumah walaupun hujan sangat deras kami tetap menerobosnya tapi motor teman aku mogok ditengah jalan pas kami didepan rumahmu, kami memeriksa bahan bakarnya masih banyak lalu mengutak atik mesin motor tersebut tapi tak kunjung membaik.

Temanku lalu masuk dalam pekarangan rumahmu untuk berteduh, lalu dia izin kepadamu untuk berteduh diterasmu dan kamu mengizinkan kami. Lama kami berdua berteduh tapi hujan semakin lama semakin deras, waktu itu temanku memiliki ide untuk menyetubuhimu, aku sebenarnya menolak untuk menyetujui rencananya hanya saja dia ngotot untuk melakukannya, dan dia memaksaku untuk melakunkannya juga kemudian dia mengetuk pintu rumahmu dan memulai aksinya,

Setelah kejadian itu aku terus memikirkanmu, aku menyalahkan kelakuanku yang hina itu, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri, aku sangat gelisah menjalani hari-hariku, hingga aku memutuskan untuk menemuimu dan berniat meminta maaf lalu aku brangkat menuju rumahmu, saat aku mengetuk pintumu tidak ada balasan darimu, saat aku mencoba memutar gagang pintu rumahmu ternyata tidak terkunci, aku menemukanmu di kamar tertidur, aku membangunkanmu tapi kamu tidak menyahut, aku mendekat lalu melihat wajahmu sangat pucat, aku waktu itu panik dan tak tau harus melakukan apa, aku kira kamu telah meninggal waktu itu, aku menenangkan diriku lalu menyetuh detak nadimu ternyata masih berdetek, aku langsung melarikanmu kerumah sakit mengunakan taxi waktu itu."

"aku mohon maafkan aku" ucapnya lalu meneteskan air mata, aku tidak meresponnya, hati ini sangat sakit, kesucianku tidak bisa lagi kembali, apakah aku harus memaafkannya? tapi dia terlibat memperkosaku bersama temannya, aku sangat membecinya, sungguh sangat membecinya, tapi disatu sisi dia telah menyelamatkan nyawaku, andaikan dia tidak datang menemuiku saat itu mungkin aku sudah meninggal, aku bingung harus berbuat apa.

"kalau memang kamu tidak mau memaafkanku, setidaknya aku akan berusaha menebus dosa-dosaku padamu, apapun akan aku lakukan untukmu." ucapnya tertunduk lalu beranjak keluar,

Tak terasa aku sudah 9 hari di rumah sakit ini, aku tidak pernah lagi melihat lelaki itu sejak 3 hari yang lalu semenjak dia meminta maaf padaku, kondisiku saat ini sudah membaik, aku sudah diperbolehkan untuk pulang, sebelum pulang aku diarahkan untuk menyelesaikan administrasi biaya rawat inapku, aku bingung harus membayarnya pakai apa, aku saat ini tidak punya uang.

Saat tiba di kasir tiba-tiba lelaki itu datang dan langsung menyelesaikan biaya rumah sakitku, kami saling berdiam diri, aku hanya melihatnya transaksi tanpa harus menahannya toh aku juga gak punya uang jadi biarlah dia membayarnya bila dia berniat membantuku, saat semuanya selesai dia menawarkan diri untuk mengatarku balik ke rumah, aku sebenarnya menolak tapi dia memaksaku mau tidak mau aku ngikut aja dari pada harus jalan kaki.

Diperjalan balik dia singgah apotek untuk beli obat untukku sesuai resep yang diberi oleh dokter saat transaksi tadi, lalu dia singgah untuk membeli sebungkus nasi untukku, semua kebaikannya sebenarnya aku tolak tapi dia memaksaku dengan alasan dia ingin menebus kesalahannya kemarin, saat tiba di rumah aku masuk pekarangan rumahku tanpa mengajaknya singgah, dia mengikutiku.

"tunggu, perkenalkan namaku Hasan sambil mengulurkan tangannya" ucapnya

"Azza" jawabku singkat tak membalas uluran tangannya lalu masuk kerumah dan menguncinya.

Sore berganti malam aku tak lupa meminum obat, pagi hari Hasan datang ke rumah membawakanku sarapan, aku menolak kebaikannya tapi dia tetap memaksaku untuk menerimanya, siang dia kembali membakanku sebungkus nasi campur, lalu malamnya dia kembali membawakanku sebungkus makanan.

Selama seminggu ini dia selalu membawa makanan kerumah 3 kali sehari, aku cuek saja dengan kebaikannya tanpa mempersilahkannya masuk kedalam rumah dan mengajaknya ngobrol.

"apakah aku harus terus-terusan mencuekinya?" tanyaku dalam hati

"ataukah aku harus berteman saja dengannya karena selama aku sakit dia begitu baik padaku?" tanyaku lagi dalam hati

Hari demi hari berlalu dia masih rutin membawakan makanan kerumah walau biasa aku sengaja tidak menemuinya di depan, tapi dia menggantung makanan itu digagang pintu rumah, hingga suatu waktu aku memberanikan diri menyapanya terlebih dahulu,

"sampai kapan kau akan terus-terusan membawakanku makanan?" tanyaku

"sampai kamu memaafkanku" ucapnya, aku berpikir sejenak

"aku tak semudah itu akan memaafkanmu" kataku

"aku ngerti orang seperti aku gak pantas untuk dimaafkan." katanya, lalu dia beranjak dari rumahku.

Sebulan kemudian dia masih rutin membawakanku makanan, mungkin sudah waktunya aku harus memaafkannya, entah kenapa aku merasa kasihan melihatnya, aku menunggu didepan saat waktu memasuki makan siang, dia datang dengan mengendarai motornya lalu masuk kepekarangan rumahku.

"assalamualaikum" sahutnya

"waalaikumsalam" balasku, dia memberikanku kantongan berisi makanan tapi aku menolaknya lalu dia menggantung kantongan tersebut digagang pintu kemudian beranjak pergi kearah motornya

"tunggu, berhentilah membawakanku terus-terusan makanan, aku sudah tidak sakit lagi, aku udah sehat" ucapku

"tapi kamu mau makan apa Azza kalau aku berhenti membawakanmu makanan? aku sudah mengetahui kondisi keluargamu dan mengetahui sebagian tentangmu dengan bertanya ke tetanga-tetanggamu, bahkan aku pernah menanyakan di pak RT, aku ingin menolongmu dari kondisi ekonomi yang menimpamu, maafkan aku Azza izinkan aku untuk menebus dosa-dosaku padamu" ucapnya, aku terdiam sejenak dibuatnya, akhirnya akupun memaafkannya

"oke, aku memaafkanmu" ucapku

"alhamdulillah, makasih Azza" ucapnya lalu dia beranjak pergi dari rumah ku

Sejak saat itu aku dan Hasan ngobrol panjang lebar mengenai keluargaku, aku sudah mempersilahkannya masuk ke ruang tamu, kami berdua serasa sudah berteman sangat lama, tenyata Hasan orangnya mengasyikkan, kami juga biasa jalan keluar bareng, sampai sekarang pun dia masih membawakanku makanan walau aku sudah melarangnya.

Seiring berjalannya waktu hubungan aku dengan Hasan semakin dekat, aku tidak memungkiri bahwa Hasan punya pesona tersendiri dimataku, dia selalu membuatku kagum melihatnya, biaya hidupkupun ditanggung oleh Hasan.

Sebulan kemudian Hasan mengajakku jalan-jalan disebuah tempat wisata dikawasan pegunungan sekitar 1,5 jam perjalanan dari kota Makassar menggunakan motor, disana kami nginap disalahsatu villa yang lumayan sederhana memiliki 1 kamar tidur, ruang tamu, 1 kamar mandi, sampai di villa kami isatirahat sejenak sambil menaruh tas kami, tak lama kemudian kami berkunjung ke air terjung, kemudian menikmati sejuknya hutan pinus lalu kami ke kebun teh untuk melihat orang-orang memetik pucuk teh, sungguh bahagia aku saat ini, setelah sekian lama aku baru jalan-jalan lagi, tak lupa kami singgah makan disebuah warung yang viewnya sangat indah.

Malamnya kami menikmati kopi diteras penginapan, kondisi cuaca sangat dingin karena kami berada diketinggian, jaket yang kukenakan tak bisa menghangatkan tubuh ini, saat aku mulai ngantuk aku pamit ke Hasan untuk tidur,

"Hasan aku tidur yah, aku ngantuk nih" kataku

"oke, aku juga gak lama lagi" katanya

"trus kamu tidur dimana?" tanyaku

"aku tidur diruang tamu, kamu dikamar aja yah" jawabnya

"ya udah aku duluan yah" kataku

"oke" sahutnya

Aku tertidur sangat lelap mungkin karena kecapean, aku terbangun saat jaket yang kugunakan tidak mampu menahan dinginnya malam, selimut yang aku gunakan tembus hawa dingin, kunyalakan lampu kamar kilirik jam sudah menujukkan pukul 23,06 aku kemudian bangkit untuk ke kamar mandi buat pipis, saat aku keluar aku melihat Hasan mengigil sambil tiduran di sofa ruang tamu.

"belum tidur san?" tanyaku

"gimana caranya mau tidur Za kalau dingin gini" jawabnya,

"kamu pindah kekamar aja, daripada kedinginan disitu" ucapku lalu beranjak ke kamar mandi, setelah dari pipis aku melihat Hasan belum pinda ke kamar.

"Hasan pindah kekamar aja, jangan sampai kamu sakit loh" ucapku

"Emang gak apa? bentar aku khilaf loh haha" candanya

"ya elah, dasar" ucapku, aku masuk kekamar diikuti Hasan yang ada dibelakangku, ranjang villa ini tidak terlalu besar tapi cukuplah untuk dua orang.

"selimut ada berapa?"tanyanya

"cuman ada satu nih" jawabku

"bagi dong aku kedinginan nih, lagian itu selimut lumayan besar" sahutnya

"yauda nih" kataku sambil melebarkan selimut lalu kami berada dalam satu selimut, lalu aku mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur samping ranjang, lalu kami tertidur.

Suara ayam jantang bernyanyi menadakan pagi telah tiba, cuaca dingin saat ini masih sama dengan semalam, aku membuka mataku, posisi tidur aku saat ini sedang memeluk Hasan lalu kepalaku berada didadanya, aku baru sadar ternyata aku sedang memeluknya, dengan cepat aku melepas pelukanku, tapi dia tiba-tiba membalas pelukanku sehingga aku gagal melepasnya.

Aku melihat wajahnya sangat dekat diwajahku, dia membuka matanya lalu kami saling menatap lama, mata kami semakin dekat hingga bibir kami bersentuhan, entah kenapa aku tidak bisa menolak bibirnya aku membiarkan bibirnya melumat bibirku tapi aku belum bereaksi sama sekali, lama kelamaan aku mulai menikmati bibirnya lalu aku membalasnya, kami memejamkan mata sambil lidah kami berkelahi didalam sana.

Aku merasakan ada sebuah benda keras berada dipahaku, aku menggerakkan tanganku kearah benda tersebut bermaksud untuk menyingkirkannya dari pahaku, saat aku menyentuh lalu menggemgamnya aku merasa benda ini adalah, aku melepas ciuman kami lalu aku langsung menurunkan selimut lalu melihat apa sebenarnya yang aku genggam saat ini, saat melihatnya aku langsung melepas tanganku ternyata aku menggemgam kontol Hasan yang tegang didalam celananya, mata kami saling berhadapan, semyum dibibirnya membuatku salah tingkah,

"ma,,, maaf, aa,, aku gak sengaja" kataku gugup

Tanpa menanggapiku dia langsung melumat kembali bibirku aku hanya membalas bibirnya lalu tangannya mulai meraba payudaranyaku dari luar, dia menindihku lalu ciumannya turun keleherku.

"aaahhh, ssssshhhh" desahku, dia menyingkap selimut turun ke ranjang lalu tangannya mulai membuka kaosku, aku hanya membiarkannya karena saat ini aku juga sangat menikmati adegan ini, lalu dia melepas celana yang aku kenakan meninggalkan cd yang masih menempel, bibirnya menjilati belahan dadaku lalu dia menatapku

"boleh aku buka?" tanyanya, aku hanya menganggukkan kepala tanda setuju, lalu tangannya membuka pengait bh ku, terlihatlah payudaraku yang indah didepan matanya kemudian bibirnya memainkan putingku lalu menghisapnya dengan kencang membuatku kegelian.

"geli, hihihi" ucapku sambil tertawa

"tapi enakkan" sahutnya sambil tersenyum

Puas bermain dengan payudaraku, Hasan mengecup perutku kemudian turun kepusarku lalu turun mengecup vaginaku yang masih terbungkus cd, dia melepas cd ku turun dengan menggunakan giginya, dia tersenyum kearahku lalu mebuka lebar pahaku sehingga memperlihatkan vaginaku dengan jelas, dia menjilati dan menghisap klotorisku, aku hanya bisa memejamkan mata menikmati aksinya divaginaku, semaki lama semakin kencang saja jilatannya, tak lama kemudian aku orgasme,

"aaahhh, uhhhh, yaaahhhhh, aku keluar" desahku panjang

Hasan lalu membuka seluruh pakaiannya, aku melihat kontolnya yang tegang berurat, lalu mengarahkan ke wajahku, dia menuntun tanganku untuk menggengam kontolnya, aku bingung harus berbuat apa.

"Azza jilatin" pintahnya

"gak mau, jijik" ucapku, dia tidak memaksaku untuk menjilati kontolnya, dia lalu turun selangkanganku membuka lebar pahaku, kemudian dia meludahi vaginaku lalu memasukkan kontolnya perlahan.

"pelan-pelan sayang eh, Hasan" ucapku sambil menutup bibirku dengan tanganku, kenapa juga aku panggil Hasan sebutan sayang nanti dia kegeeran lagi.

"coba ulang, aku gak dengar sayang" balasnya sambil senyum, aku salah tingkah dibuatnya lalu aku menarik lehernya lalu melumat bibirnya suapaya rasa maluku sedikit hilang.

Hasan menggenjotku vaginaku semakin lama semakin kencang membuatku memajamkan mataku menikmati gesekan kelamin kami,

"ahhhhhhh, uhhhhhh, aku mau pipis sayang" ucapku, aku tidak lagi merasa malu memanggilnya sayang karena aku sangat keenakan,

"pipis aja sayang, rileks gak usah ditahan" bisiknya,,,

"ossshhhhh ohhhss," desahku, aku merasa ada cairan keluar divaginaku, genjotan Hasan berhenti lalu memintaku nungging membelakanginya, lalu dia meyodokku dari belakang, aku merasakan gaya seperti ini punya sensasi tersendiri, semakin lama sodokannya semakin kencang plok, plok, plok, lalu "plakk" dia menampar bokongku dengan keras "aww, ahhh, uhhh" desahku semakin erotis membuatnya semakin beringas menggenjotku

"aku mau keluar sayang" ucapnya

"keluarin diluar sayang, aku juga mau keluar sayang" ucapku

"aaahhh, uhhhh, yaaahhhhh" desahnya sambil memuntahkan maninya di bokongku, lalu dia memelukku dari belakang

"aahhhhh, osssshh aku juga keluar sayang" balasku

"makasih sayang" bisiknya lalu mengecup kepalaku dari belakang.

Pagi yang dingin ini kami lewati dengan ngentot sepuasnya, entah berapa kali aku orgasme, dia berkali kali memuntahkan maninya di payudaraku bahkan kewajahku.

Siangnya kami barangkat kembali ke Makassar, aku sangat bahagia berada disamping Hasan saat ini, sesampai dirumahku Hasan menggenjotku lagi tanpa ampun hingga malam tiba, setelah kami bedua puas Hasan pamit untuk balik kerumahnya berhubung besok pagi dia masuk kerja

"sayang aku balik yah, besok aku kesini lagi deh" ucapnya

"hati-hati yah sayangku" kataku sambil mengecup bibirnya





-------Bersambung-------

Kebaikan terselubung nh huu
 
"ahhhhhhh sakit, tolong hentikan" pintahku saat kontolnya mulai tenggelam di vaginaku, air mataku menetes aku tidak pernah membayangkan kesucianku direnggut dengan cara seperti ini, mereka menjamahku dengan sangat beringas memacu kontolnya dengan sangat kencang di vaginaku, lalu lelaki yang satunya melepas kontolnya dimulutku lalu dia meminta temannya untuk gantian menggenjot vagianaku.

Ini si Hasan yang mana nih? Yang pertama merawanin lubang atas atau lubang bawah? :D

Thx update-nya, Hu. :ampun:
 
Hasan ini .....
Trus Om Idar
lalu Om Faizal

jadi bingung nih...... Suami Tante Aza namanya siapa coba ?? :ampun::ampun:
 
Hasan ini .....
Trus Om Idar
lalu Om Faizal

jadi bingung nih...... Suami Tante Aza namanya siapa coba ?? :ampun::ampun:
Om Idar itu gak ada huu,

Yang ada cuma :

Om Faisal itu suami tante Azza.
Kalau si Hasan itu lelaki masa lalu tante Azza.
Randi adik om Faisal.
Sarah dan Nanda anak om Faisal dan Azza.
Iwan dan Ina saudara kandung Azza.
Rani istri Iwan
Pai anak Iwan dan Rani

Somoga gak bingung lagi huu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd