Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Penyiksaan adik pacar

OpunkPolitico

Semprot Baru
Daftar
28 Dec 2019
Post
40
Like diterima
155
Bimabet
Namaku Widi, umurku 26 tahun kerja di kantor advokat di Jakarta. Pacarku bernama Karina, 5 tahun lebih muda dariku, kami bertemu saat Karina magang di kantorku. Cinta pada pandangan pertama, mungkin. Kami sudah sering berhubungan kelamin. Yang lebih vulgar lagi, kami biasa main bondage. Orangtuanya Karina pun sudah santai soal hubungan kami, jadi aku tenang ngapel Karina, dengan catatan siap menanggung semua konsekuensinya seandainya Karina tekdung. Orangtua kami pun merestuinya dan meminta kami siap-siap menikah segera setelah Karina lulus dan mendapat pekerjaan. Tentu saja, kita main bondage tanpa sepengetahuan orangtuanya Karina, sekedar selingan agar ada variasinya.
Rumahnya Karina terletak di kompleks perumahan di kawasan menengah atas dengan dua lantai plus loteng. Lantai bawah adalah showroom punya ibunya Karina, garasi, dan tempat tinggal kru butik dan pembantu. Lantai dua adalah tempat tinggal utama. Loteng diisi kamarnya Andini plus jemuran.

Suatu hari aku ngapel Karina di rumahnya, aku memergoki adiknya yang bernama Andini. Kata Karina sih Andini itu anaknya pemalu dan dia kuliah Informatika. Adiknya yang lain bernama Chintya, dia masih SMA kelas 2, dan aku sering main video game lawan dia. Biasanya setiap aku ngapel Karina, aku nggak tahu keberadaan Andini, mungkin karena dia jarang keluar kamar atau akunya yang biasa ngapel di kamar utama.
Andini kupergoki baru keluar dari kamar mandi cuma pakai tanktop berenda sama rok mini ketat modelan rok span yang menonjolkan dadanya yang besar lagi padat, pahanya yang putih mulus, pantat yang padat dan tidak terlalu montok, dan dia mungkin tidak pakai BH. Kecil-kecil tapi badannya padat. Dia kaget dan sontak lari ke kamarnya di loteng dan kupastikan dia tidak pakai BH karena kedua payudaranya berguncang dahsyat. Ketika aku mengingat-ingat lagi, tombol lampu kamar mandinya lebih tinggi dari dia, berarti si Andini kecil pake banget. 160 mungkin dia nggak sampai. Dalam satu kalimat: Andini cantik, putih, bohay, tapi agak cilik.
Kami pun makan malam. Aku mencoba mengajak Andini bicara tapi anaknya irit banget ngomong. Penisku berontak selama makan malam karena tetek extra kerad adik pacarku. Kecurigaanku kalau dia tidak pakai BH terbukti karena tonjolan padat di puncak teteknya.
"An, kamu makannya dikit juga."
"?" wajah polosnya Andini menampakkan rasa penasaran. "Segini biasa sih buatku."
Sebenarnya adik pacarku ini cantik, cuma pelit senyum. Auranya juga bikin orang mikir dua kali sebelum deketin dia.

Saat Karina di toilet, aku menguping kamarnya Andini di atas untuk kepo si cilik ini lagi ngapain. Dari balik pintu kamarnya, sayup-sayup terdengar bunyi biola. Enggak bakal kaget lah kalau dia yang main. Kelihatan kok anaknya pinter gitu, malah kalau enggak main musik jadinya aneh. Setahuku anak pinter yang ga main musik itu berarti otaknya belajar dengan bruteforce (dipaksa habis-habisan).

Usai kami bercinta, Karina punya ide gila untuk mengerjai Andini. Mumpung dia belum tidur dan ortu mungkin menginap di rumahnya Dennis kerabat mereka, kata Karina. "Paling besok minggu baru pulang Papa, Mama, sama Cynthia. Pengen banget gue ngejahilin Andini."
"Kenapa? Ada dendam?"
"Iri aja gue sama dia. Yang bawa piala musik dan matematika di ruang tamu itu ya dia, udah gitu IPK-nya 3.8 di informatika. Lu tahu IPK gue cuma 3.3."
"Ya gimana? Anaknya emang jenius mau apa lagi?"
"Lu gak penasaran sama dia?" Karina bertanya dengan nada sensual.
Awalnya aku ragu, tapi begitu kubandingkan badannya Karina sama Andini, nafsu menang lawan keraguan. Karina agak rata, Andini...well, tetek peluru. Aku pun mengeluarkan tali kulit, ballgag, dan jepitan dari lemari baju dalamnya Karina. Situasi kerabat membuat Karina nekad menaikkan rencananya. Kira-kira sih rencananya adalah kita bius Andini dengan obat bius reaksi cepat lalu kita perkosa sampai subuh. Yang ngeri sih pas dia nyadar besok pagi badannya ngilu.

Sekitar jam 8 malam, saat Andini sedang bekerja, aku membuka pintu kamarnya tanpa suara. Olala, kamarnya Andini jauh lebih geeky daripada kamar yang lain: komputer induk dengan tiga layar dengan keyboard/synthesizer plus pen tablet plus headset VR, dua laptop (satunya ukuran normal dan yang lain berukuran netbook), router plus antena wifi, sama server data. Itu belum termasuk biola, smartphone, tablet PC, setumpuk sebesar deck kartu poker dengan USB dan HDMI (redaksi: ini maksudnya adalah Raspberry Pi, cek gugel barangnya kek apa), dan PS Vita. Rak bukunya berisi buku teks matematika dan pemrograman, sejumlah besar buku sains populer, novel anime, dan komik. Bacaannya Andini...Stephen Hawking, Richard Dawkins, Jared Diamond, aku mah enggak bakal kuat deh...

Kemudian aku membius Andini. Dengan sigap, aku memasang ball gag di mulutnya Andini lalu mengikat kedua tangannya menyiku ke belakang. Sebelum lupa, aku menutup matanya. Kami kemudian berpindah ke garasi yang setengah kosong karena sedan orangtua plus Chintya sedang di rumah kerabat yang baru lahiran. Aku kemudian meliliti dadanya Andini dengan tali lalu menggantung Andini dari simpul di punggungnya. Tidak lupa kubelit pinggangnya Andini dengan tali yang kemudian membelit tempiknya.
Di tahap ini, aku mundur untuk mengamati hasil karyaku. Andini menggantung tak berdaya, dia merintih menahan sakit di dadanya yang sekarang harus menopang seluruh berat badannya. Dia mestinya sih nggak terlalu berat, walaupun payudaranya besar. Apa yang kulihat adalah suatu karya berkualitas tinggi. Maka, kuambil iPhone-ku untuk mengabadikan ketidakberdayaan sang hacker mungil bermelon super. Kedua tangan yang diikat menyiku ke belakang membuat dadanya Andini yang sudah cukup besar tambah tak tertahankan.
Lalu kugulung tanktop-nya dan muncullah dua gundukan payudara besar nan padat dan puting berwarna pucat sebagai hiasan. Oh-ho! putih banget payudaranya. Aku pun semakin bernafsu dan mulai menghisap puting kirinya sambil memilin yang kanan.
"Karin, lu ga mainin tete adik lu? Enak loh."
"Sini."
Karina lalu menyambar tetek sebelah kanan Andini. Kami meremasi, memilin, mengisap, memainkan, dan menarik puting Andini. Enak banget meremasi payudara padat Andini. Tetek Karina mah kalah total lawan Andini, tapi si Andini ini pendek anaknya, jadi akses teteknya sulit kecuali kitanya yang bergerak ke bawah atau dianya yang naik.
Aku kemudian mengambil dua vibrator telur lalu menempelkannya di kedua puting si kecil. Andini berdada besar, tapi putingnya kecil. Kulihat Andini menggelinjang tak berdaya akibat rangsangan ini. Kutebak dia masih perawan. Aku belum puas lalu mengambil vibrator mesin. Kakinya Andini kuangkat dan pahanya empuk. Ternyata tempiknya Andini tercukur bersih. Hee...enak nih tempik gundul kayak begini. Aku merangsang tempik si kecil ini dan menjilati manisnya cairan cintanya. Lalu kujalankan vibrator mesin itu dan tempiknya kucoblos dengan mesin itu. Dari ballgag yang menyiksa mulutnya, cuma terdengar suara "Uh..auph..ah"

Setelah dia klimaks, simpul di punggungnya kubiarkan sementara kedua tangannya kuikat ke kayu salib yang kubuat sebelumnya. Kakinya pun kuikat ke kayu salib itu sehingga Andini benar-benar disalib di salib buatanku. Aku kemudian menjejalkan vibrator penis karet di tempiknya Andini. Kutinggal Andini dalam keadaan disalib di garasi saat aku istirahat sebentar mengambil bir sebotol. Andini naik-turun di salib itu dan kulihat itu seperti sebuah tarian erotis. 25 menit dalam posisi itu, si kecil pun mulai lemas pertanda dia mulai pusing akibat darah yang sulit mengalir ke otaknya.

Kuturunkan Andini lalu kuperkosa payudaranya (titfcuk). Sementara payudaranya kuperkosa, Karina mengobel tempik adiknya. Aku mengganti sumpalan mulutnya dengan model ring agar mulutnya bisa merasakan penisku. Kurasakan Andini menggelepar di bawahku pertanda Karina sukses bikin dia orgasme.
Usai Andini orgasme, aku membalik Andini lalu mengangkat pantatnya untuk meng-anal dia. Anusnya Andini benar-benar rapat meremas penisku. Selang beberapa waktu, Karina memakai strap-on dildo untuk memperkosa dia. Aku dan Karina menjepit Andini dalam mode double-penetration (tempik sama anus sama-sama diisi). Andini kuikat dalam keadaan bersimpuh di lantai garasi.

Tiba-tiba aku terinspirasi untuk menyiksa si kecil lebih jauh. Kurebahkan dia lalu kakinya kurentangkan. Tempiknya Andini kuisi es batu dari kulkas. Andini mencoba teriak dari ballgag yang menyumpal mulutnya. Lima butir es batu masuk tempiknya, bocor lah tempiknya akibat air es dari tempiknya.

Selagi Andini kuikat menggantung, Karina minta, "Wid, gue horny nih. Minta diiket dong." Jadi, kuminta dia menunggu cuma pake korset dan thong. Setelah Andini terikat rapi, giliran Karina kuikat berlutut sehingga mulutnya pas di tempik adiknya. Karina kuikat shibari tapi mata dan mulutnya kubiarkan terbuka, toh kita berdua sama-sama terlibat. Karina menjilati tempiknya Andini sembari kumainkan dadanya Karina dari belakang.
Kusingkap roknya Andini sampai sepinggang lalu tali yang mengikat tempiknya kuikat ke tali yang menggantungnya. Untung tali yang kupakai sudah cukup halus, aku enggak mau merusak kulit halus Karina atau Andini hanya demi hasrat. Kalau Karina mungkin aman seandainya kulitnya beset. Andini yang bahaya, dia curiga mati aku; entah medsosku diacak-acak sama dia atau apalah, intinya jangan ketahuan macam-macam lawan hacker.

Kulepas tali yang mengikat badannya Andini lalu kedua tangannya kuangkat ke atas ala Asuna saat dia diperkosa Oberon. Andini kugantung dalam posisi ini sambil dadanya kugerayangi dan wajahnya kujilat. Di balik penutup matanya, kulihat Andini menangis. Kujilat manis air matanya. Kupeluk lalu kucium bibirnya. Kucari lidahnya untuk kumainkan dengan lidahku. Andini begitu nikmat.
Kusumpal kembali mulutnya untuk kuraba-raba. Dadanya yang begitu padat, ketiaknya putih mulus, wangi menggoda. Oooh...sungguh memabukkan adik pacarku ini.

Rangkaian penyiksaan itu cukup untuk membuat si kecil pingsan akibat kelelahan. Kubuka iPhone-ku dan kulihat jam sudah menunjukkan jam 2 malam. Aku pun tahu dari Karina kalau adiknya ini fisiknya memang lemah. Saat kutanya Karina soal keperawanan adiknya, dia bilang Andini sudah pernah ML sama teman-temannya waktu SMP (sesama cewek). Apakah Andini lesbian? Mungkin.

Setelah kita puas memperkosa Andini sampai dia pingsan, Karina melap badannya Andini lalu mencuci tanktop, rok span, sama CD-nya Andini. Aku kemudian menggendong Andini naik ke kamarnya lalu membaringkannya di kasurnya. Kurasakan empuknya payudaranya Andini di punggungku dan badannya sangat ringan. Sekali lagi boleh kan, toh Andini sudah nggak sadar. Kali ini tidak kupenetrasi dia, melainkan cuma kumainkan puting dan payudaranya. Awalnya kuremas kedua payudara putihnya sambil sekali waktu kutepuk agar bertemu. Mendadak, "Wid, kamu masih sama Andini? Aku mau ganti bajunya Andini."
Karina mengganti bajunya Andini dengan singlet sepinggang yang memperlihatkan pusarnya dan rok kaos ketat yang mencetak bulatan pantatnya.
"Apa dia ga curiga tuh? bajunya diganti gitu?"
"Gampang lah."
Besok pagi tinggal alibi dia kelelahan. Andini sepertinya percaya alibi kami, toh enggak ada bekas tali di badannya karena aku pakai tali kulit. Ingin kunikmati lagi si kecil bermelon super ini. Namun...sepertinya harus kutahan nafsuku sama dia karena dia curiga. Minggu siang, dia langsung menaikkan standar pengamanan kamarnya dengan kunci digital. Waduh, mau garap dia lagi bisa jadi perkara nih.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd