Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT Penjelajah Samudra S4

Episode 25


Ketika mereka datang , aku mengabaikan data-data itu , bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa. Kami berkumpul di kantin , makan siang bersama , sambil bercanda dan mengobrol satu sama lain. Aku menyuruh Maya menawari Rama dan Saras untuk makan siang bersama namun dia bilang mereka berdua sedang tidur siang. Kami melanjutkan makan siang tanpa mereka berdua.



Makan siang pun usai. Kami bermain beberapa permainan seperti bermain kartu. Kami mengajari Bintang dan Melati bagaimana cara bermain permainan itu , dan mereka mengerti walaupun masih harus dibimbing. Beberapa ronde kemudian , mereka tiba-tiba sudah menjadi pemain profesional. Bintang mulai mengerti angka dan beberapa kata , sedangkan Melati sepertinya sudah mengerti semuanya. Perlahan mereka membaur menjadi bangsa kami.



“ Jadi kalian akan tinggal di mana ? Apa di Indahpura?”



Githa bertanya di mana kami akan tinggal.



“ setidaknya aku ingin mereka melihat Tempat asalku“



Jawabku



“ aku ikut mereka berdua saja “



Sahut Bintang



“ Benarkah? Jadi semua tergantung kami?”



Celetuk Melati



“ mmhm “



“ Apa kalian siap melihat seperti apa Indahpura?”



Goda Maya



“ memangnya bakal seburuk apa sih?”



Tanya Bintang bingung



“ gak ... gak buruk kok. Cuma .... “



Aku langsung memotong Githa



“ begitu... begitu ... itu tempat kelahiranku tahu “



Mereka pun tertawa



“ Yah siapa tahu mereka ingin melihat seperti apa Svarnabhumi , Malayalam , Dewaloka, Swargaloka “



Dan Githa menyebutkan semua Planet tujuan Wisata di dunia kami.



“ waah , apakah semuanya Indah?”



Tanya Bintang dengan antusias



“ Kau harus lihat Dewaloka , sebuah planet dengan ribuan kota di atas awan , serta laut, sungai dan danau terbang “



Sahut Githa



“ wah pasti indah sekali “



Ia tidak tahu jika planet itu sebenarnya adalah Planet beracun seperti Venus. Namun atmosfer di ketinggian tertentu memiliki kesamaan dengan bumi sehingga bangsa kami membangun kota di atas awan di Planet itu. Dengan danau , sungai dan laut buatan. Planet itu rumah bagi konglomerat super kaya dan pejabat-pejabat super korup.



“ atau kalian mau main ke tempat asalku? “



Himaraja. Planet beku yang dinamakan sesuai nama salah satu raja bawahan Prabu Agung. Salah satu kota terbesar dan terpadat di Galaksi kami , rumah bagi 70 jiwa , mulai dari kaya hingga miskin. Himaraja menjadi rumah bagi perusahaan-perusahaan pengembang teknologi.



Himaraja dahulunya adalah planet mati. Namun melalui proses Teraforming , Himaraja dirancang menjadi planet yang persis seperti Bumi. Beberapa tahun pertama proses berjalan dengan sempurna sampai terjadi error yang menyebabkan suhu planet turun drastis. Akibatnya lautan , danau dan sungai menjadi membeku namun beberapa titik cukup terbilang normal. Ada hutan cemara , Padang rumput dengan bunga-bunga indah di Himaraja namun suhu tidak pernah mencapai 0 Celcius. Katakan saja iklim terhangat di planet ini menyerupai iklim di Siberia.



Himaraja menjadi tujuan wisata bagi para pencinta alam di Galaksi kami. Hutan buatan , Padang rumput buatan , serta pegunungan menjadi sasaran utama untuk hiking dan berkemah. Aku sempat mengajak Dewi berlibur di planet ini namun ia bilang ia tidak suka nuansa dingin karena ia pernah bertugas di planet ini waktu masih menjadi pramugari dan ia kurang menyukainya. Dewi memang lebih menyukai suasana musim panas seperti contohnya pantai tropis.



“ kalian belum pernah melihat Salju kan? “



Goda Githa



“ apa itu ? “



Githa memperlihatkan apa itu salju kepada Bintang. Melati tidak begitu terkejut seolah ia pernah melihatnya sebelumnya. Bintang sangat antusias. Ia memelukku dan dengan nada kegirangan ia memohon



“ nanti kita ke sana ya? Aku ingin melihat dengan mata kepalaku sendiri “



Aku tertawa kecil sambil menjawab



“ Tentu kenapa tidak“



Beberapa orang memang ada yang sangat menyukai suasana-suasana iklim dingin seperti Salju , pegunungan es , lautan yang membeku . Ternyata Bintang salah satunya. Ia mungkin belum pernah melihat Salju seumur hidupnya jadi , tidak ada salahnya jika aku mengajaknya ke Planet itu.



Kami mulai kelelahan setelah mengobrol cukup lama. Kami kembali ke kamar , tidur bertiga di kasur. Kali ini aku benar-benar tertidur. Tidak ada Iblis yang menggangguku. Aku tertidur sebentar. Lalu aku terbangun dan keduanya masih tertidur

. Aku bangkit dari tempat tidur , lalu keluar kamar karena aku tidak bisa tertidur lagi.



Aku mulai mengurus semua cucian kami sambil menunggu mereka terbangun. Tadinya aku ingin meminta Githa mengurusnya tapi dia dan Maya juga tertidur. Aku akhirnya mengurus semua cucian sendiri , mulai dari menyetrika , sampai melipat. Aku mulai terbiasa melakukannya saat aku menjadi dokter.



Lalu seseorang datang. Aku menoleh dan aku melihat Melati. Aku tersenyum dan ia pun tersenyum. Ia duduk manis di sampingku , melihatku menyetrika lalu melipat pakaian satu persatu.



“ awas ya kalo pakaian dalam sama bra aku ada yang gak rapi. Kami hukum gak kasih jatah. “



Aku tertawa kecil dan menjawab



“ Iya-iya. Atau mau urus sendiri ini?”



Melati menggeleng kepalanya.



“ gak makasih. Aku masih capek “



Jawabnya



“ kulihat kau segar-segar saja “



Ia tertawa dan menjawab



“ ya sudah sayang , sini gantian “



“ gak kok gak papa , aku cuma bercanda “



Ia duduk manis selama hampir setengah jam , melihatku merapikan pakaian.



“ Aku suka lho , pria yang pandai pekerjaan rumah “



Bisiknya. Aku menoleh dan kucium bibirnya sekilas dengan gemas. Ia tertawa genit lalu ia menerkam dan menciumku dengan nafsu. Aku melanjutkan pekerjaanku hingga semuanya tuntas. Aku tatap wajahnya serius



“ Melati , kau sudah tahu banyak tentang duniaku. Sekarang , aku ingin tahu lebih banyak tentang duniamu “



Raut wajahnya berubah. Wajahnya seketika serius dan sambil menunduk ia pun menjawab



“ sudah kubilang aku lebih senang kau mengenalku sebagai Melati , Sakti. Ada alasan kenapa aku tidak mau mengingatnya. Ada alasan kenapa aku meninggalkannya. “



Sahutnya. Aku pegang kedua pundaknya dan menjawab



“ maafkan aku Melati. Aku sudah salah “



Namun ia kembali tersenyum. Ia pegang wajahku dengan kedua tangannya seraya berkata



“ sudah santai saja sayang. “



Ia tertawa genit sambil menggigit bibir bawahnya. Kulepas pakaiannya dan ia pun pasrah. Kupeluk tubuhnya dari belakang , lalu kujamah dengan nafsu. Kuremas kedua buah dadanya dan ia pun mendesah keenakan sambil menolehkan wajahnya ke belekang. Kami pun bercumbu seliar-liarnya sambil kuremas sepasang buah dadanya dengan nafsu



“ aku senang kita berdua saja Sakti. “



Bisiknya nafsu. Kami terus bercumbu. Kami bangkit dari tempat duduk itu lalu sambil mencumbu bibirnya dengan nafsu , sambil meremas kedua buah dada itu , aku menuntun tubuh mungilnya hingga bersandar di dinding dekat kami. Ia letakkan kedua tangannya di dinding , lalu aku pun melepaskan ciumanku dan remasanku dari buah dadanya.



Ia terus mendesah nakal. Aku lepaskan semua pakaianku hingga aku ikut bugil bersamanya. Penisku telah mengacung setinggi-tingginya karena nafsu. Kudekap tubuhnya dari belakang , kucumbu liar lehernya , dan sambil meremas buah dadanya , aku menggesekkan penis besarku di belahan pinggulnya. Ia dongakkan kepalanya ke atas dan sambil tertawa genit ia mendesah-desah keenakan.



Bibirku naik ke telinganya. Kukecup telinganya dengan nafsu sambil berbisik-bisik liar. Tanganku kini turun ke pinggulnya dan aku siap menggenjot memeknya seganas-ganasnya. Ia tertawa geli. Aku masukkan penisku dari belakang secara perlahan-lahan dan ia kembali mendongakkan kepalanya , mendesah panjang sambil memanggil-manggil namaku.



“ Sakti ... ooooh “



Aku mulai menggenjotnya. Pipinya memerah dan tubuhnya mengejang. Kemaluannya sangat becek , membuatku semakin nafsu menggenjot-genjot kan kemaluanku. Kedua jemariku kembali ke atas . Kuremas kembali kedua buah dadanya , menggagahi kemaluannya dengan kecepatan tinggi , tanpa memberi ampun.



Aku kembali melahap bibirnya. Jemarinya mencakar , meremas-remas dinding , dan suara tepukan kedua kemaluan kami menggema di ruangan itu. Bibirku melahap-lahap lehernya dan ia pun mulai mendesah panjang siap untuk puncak kenikmatannya. Aku percepat genjotanku dan saat itulah ia mendongak ke atas dan mencapai puncak kenikmatannya.



Ia orgasme hebat. Ia memekik keras namun aku masih menggenjot dan menjamah tubuhnya dengan nafsu. Aku lepaskan penisku dari memeknya dan cairan kenikmatan seketika memuncrat deras dari kemaluannya. Tubuhnya berkedut dan ia terus memekik , mendesah menikmati puncak kenikmatannya. Ia seketika lemas , lalu ia pun berlutut , menempatkan wajah manisnya berhadapan langsung dengan penisku.



Ia buka mulutnya dan mulai mengulumnya. Ia bahkan tidak punya tenaga untuk meremas dan mengocoknya. Kuremas rambutnya dan dengan perlahan-lahan aku genjotkan penisku di rongga mulutnya. Ia dengan pasrah mengulum-ngulumi kemaluanku dari kepala hingga ke ujung. Lidahnya menyapu bersih kemaluanku lalu aku melepaskan kemaluanku dari mulutnya dan aku pun segera menggendongnya



“ Sakti .... mmmhhh “



Ia pejam matanya , memeluk erat leherku dengan kedua tangannya , lalu mendesah-desah hebat ketika penisku kembali mengguncangnya. Aku menggenjotnya tanpa ampun sambil menggendong tubuh mungilnya. Tubuhnya berguncang hebat dan kedua buah dadanya memantul-mantul karena hujaman kemaluanku yang ganas. Kami sama-sama mendesah , meramaikan ruangan itu dengan desahan kami.



“ Sakti..... ahhhh “



Ia kembali mencapai puncak kenikmatannya. Ia selalu orgasme ketika aku mengguncang tubuhnya secara paksa dan tanpa ampun. Orgasmenya lebih dahsyat dari sebelumnya dan tubuhnya seketika lemas. Ia berbisik memanggil namaku , lalu ia pun semakin lemas dan pasrah. Aku pegang tubuhnya erat-erat agar tak terlepas dari gendonganku dan terus menggenjotnya. Aku mengguncangnya tanpa ampun , sampai penisku berkedut dan memuncrat sederas-derasnya di dalam lubang kemaluannya.



Ia bernafas lega ketika aku selesai mengguncang-guncang kemaluannya dengan penisku. Ia seketika lemas , dan aku pun mendudukkannya di bangku itu. Rambutnya berantakan dan wajahnya sudah tak karuan. Nafasnya terengah-engah dan ia pun tertawa geli. Kami kembali berpelukan dan ia pun berbisik.



“ Aku senang kita akhirnya melakukannya berdua saja. Kadang aku ingin kita bermesraan berdua , seperti ini “



Aku ikut tertawa. Aku gendong dia dan kami pun bersama-sama mencuci tubuh kami di Shower. Kami kembali mengenakan pakaian kami , lalu ia membantuku membawa pakaian-pakaian kami ke kamar. Saat kami masuk , Bintang bahkan masih tertidur lelap di atas kasur. Melati kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur dan kembali istirahat.



Aku bertanya tentang masa lalunya dan raut wajahnya seketika berubah. Seolah , ada sesuatu yang disembunyikannya dariku sesuatu yang tidak ingin ia ingat lagi. Aku hanya ingin tahu seperti apa dunianya. Seperti apa kehidupan laut dalam kelereng biru. Dan aku hanya ingin tahu siapa sosok yang akan menjadi Istriku nanti. Namun sepertinya ia menyembunyikannya dalam-dalam dan lebih senang jika aku mengenalnya sebagai Melati. Gadis yang hidup di pengasingan di pinggir pantai.



Aku hanya ingat ia menyebut nama orang Tuanya , Ryujin yang Agung. Ia pasti seorang Raja atau Kaisar melihat dari gelarnya. Selagi ia tidur , aku membuka data milik Ayahku , mencari tahu tentang peradaban di Bumi. Hanya ada data tentang peradaban primitif di Bumi , peradaban di mana Ayahku berhasil melaksanakan penambangan tanpa perlawanan berarti , tapi tidak ada catatan tentang Ryujin. Atau peradaban bawah laut. Kurasa ada begitu banyak peradaban di Bumi dan Ayahku hanya menemukan beberapa peradaban kecil. Kurasa aku tidak akan pernah tahu siapa Melati sebenarnya



Hari ini menjadi hari yang sangat panjang. Aku sudah mengajak kedua gadisku berkeliling melihat-lihat kapalku , terdampar di alam lain dan bertatap muka dengan iblis musuh besar bangsaku , bermain permainan dengan teman-temanku , sampai bersenang-senang dengan Melati. Masih beberapa hari lagi hingga kami tiba di Galaksi Spiral , kampung halamanku.



Aku biarkan mereka berdua istirahat , lalu aku keluar dan berjalan menuju Anjungan. Tidak ada siapa-siapa di kursi Kemudi . Rama dan Saras mungkin juga istirahat di kamar mereka. Aku naik ke lantai tiga di mana posisi Nahkoda berada. Aku berdiri di sana dan melihat kalau kapal masih dalam keadaan autopilot menuju langsung ke Amarta , di mana Indahpura berada. Aku mengakses data memori kapal , dan mendapati folder yang aku sembunyikan masih di sana.



Aku mendapatkan gambar-gambar , dan video keluargaku. Sebagian ada di kapal Penjelajah Bintang , namun data yang di simpan di kapal ini , lebih baru. Aku mendapatkan gambar keponakanku , video-video mereka , dan segala kenanganku bersama keluargaku. Mereka tidak menghapusnya karena mereka tidak menemukannya.



Data tersembunyi ini juga bertahan saat mereka mereset ulang memori kapal , karena aku memprogramnya begitu. Aku tersenyum , seolah merasa aku mendapatkan keluargaku kembali. Sebelum depresi aku pun sering melihat gambar-gambar ini. Namun sejak kapal ini disita , aku tidak pernah melihatnya lagi.



Aku mengunduhnya ke komunikatorku , agar Melati dan Bintang melihat seperti apa keluargaku yang lainnya seperti keponakanku , kakak perempuanku , dan kakak iparku. Ada cukup Gambar dan video sehingga aku pikir mereka dapat mengenal mereka lebih dalam lagi. Lagipula mereka akan menjadi istriku , dan aku pikir akan lebih baik jika mereka lebih mengenal keluargaku dengan cara seperti ini.
 
Episode 26


“ astaga , apa itu keponakanmu Tuan?”



“ Dia sangat menggemaskan “



Aku akhirnya menunjukkan gambar keponakanku kepada Bintang dan Melati. Mereka melihatnya sendiri , setelah sebelumnya mereka mendengar ceritaku. Aku memperlihatkan video-video tentang keponakanku , dan juga Kakak perempuan dan Kakak iparku , agar Bintang dan Melati lebih mengenal mereka.



Mereka juga melihat ibu dan Ayahku. Bintang tersenyum melihat setiap gambar itu. Ia sangat antusias. Melati pun begitu namun Bintang terlihat lebih. Ia pun tersenyum seraya berbisik



“ mereka sepertinya orang baik-baik “



“ Dan menyenangkan “



Sahut Melati. Bintang melihat satu persatu gambar dan Video tentang keluargaku bersama Melati. Ia paling suka video tentang keponakanku. Ia sangat suka bayi kecil. Dan ketika melihat gambar Ayah dan Ibuku , ia menitihkan air mata



“ andai di dunia kami ada sihir seperti ini. Andai aku bisa menyimpan gambar orang tuaku. “



Dan suasana seketika hening. Melati lalu memeluknya. Kami pun berpelukan bertiga. Bintang kehilangan keluarganya sudah bertahun-tahun lampau dan dia mulai merindukan mereka. Berbeda denganku manusia di bumi waktu itu hanya menyimpan gambar dengan melukis di dinding. Namun sejak ia diasingkan dari kampung halamannya ke tepi pantai , ia hanya punya satu benda untuk mengingat kedua orang tuanya.



“ kalung yang aku kenakan saat ini “



Kalung sederhana yang bahkan tidak ia lepaskan saat mandi atau melakukan sex denganku. Hanya itu satu-satunya benda pemberian orang tuanya yang masih tersisa. Setiap ia melihatnya , maka ia ingat wajah mereka. Namun Bintang sangat takut , suatu hari ia akan lupa wajah mereka. Melati lalu melumat bibir Bintang dan memeluknya erat-erat. Mereka pun bercumbu di depanku



“ kau tidak akan pernah melupakan mereka sayangku “



Bisik Melati. Bintang pun tersenyum.



“ terima kasih “



Dan kami pun berbaring di kasur lalu bercumbu bertiga dengan mesranya. Kami bertiga menjadi sangat menyukai sex , karena itu salah satu cara untuk meluapkan perasaan cinta di dalam diri kami. Dan , sex bertiga terasa sangat menyenangkan dan sangat nikmat.



Hampir satu bulan kemudian , kami keluar dari Hyperspace , dan tiba di Galaksi Spiral. Tanah kelahiranku. Setelah berhari-hari menghabiskan waktu mengobrol , bermain kartu , bermain dadu , bermain permainan elektronik, Kami akhirnya tiba di orbit terluar tata surya di mana Indahpura berada. Kami mendinginkan mesin Hyperdrive lalu memposisikan kapal menuju Indahpura . Reaktor fusi diaktifkan , dan kami pun melompat menuju orbit Indahpura.



Semua berkumpul di Anjungan. Termasuk Melati dan Bintang. Mereka tak sabar lagi melihat seperti apa planet kelahiranku. Sesuai saran Githa dan Maya, mereka berdua mengenakan pakaian terbaik mereka. Gaya mereka kini persis seperti selebriti yang sedang berlibur. Sedikitpun tidak terlihat jika mereka sebenarnya wanita pribumi cantik dari planet asing.



Sepuluh menit kemudian , kami tiba di orbit Indahpura. Dua kapal patroli menghampiri posisi kami. Mereka meminta izin untuk memindai muatan pesawat , dan mempertahankan kecepatan sesuai perintah mereka. Prosedur ini sudah biasa di Galaksi kami setiap memasuki Planet tertentu. Namun aku terkejut razia itu dilakukan oleh perusahaan keamanan swasta, bukan dinas kepolisian.



Kami mengaktifkan pengecoh agar mereka tidak dapat mendeteksi muatan kami yang sebenarnya. Tentu akan terjadi kepanikan jika mereka tahu beberapa muatan kami termasuk ke daftar terlarang. Drone pembunuh ini contohnya. Pengecoh itu berhasil dan mereka hanya mendeteksi kalau kami membawa peralatan elektronik bekas dari Wilayah seberang laut.



Kapal itu menjauh. Kami diizinkan memasuki atmosfer , menuju Kota Indahpura. Melati dan Bintang melihat Planet lebih dekat. Sebuah Planet raksasa dengan gurun pasir yang sangat luas , dan lautan yang tercemar. Terdapat hutan yang kurang lebih menyerupai biota di daratan Afrika, namun tidak terlalu luas. Terdapat reruntuhan kota-kota kuno peninggalan ras keling penghuni asli Indahpura. Kini mereka menjadi buruh dan pekerja di planet mereka sendiri.



“ Dunia ini besar sekali “



Gumam Bintang



“ Ada lautan di Planet ini “



Sahut Melati



“ Ya , tapi mereka beracun dan mematikan “



Tapi masih terdapat cukup banyak biota laut yang terdapat di Planet ini. Hanya saja pantai dan lautan yang tercemar membuat tempat itu jauh dari kata indah. Aku pernah mengajak Dewi liburan sekali dua kali ke tepi pantai. Air lautnya keruh , dan kami selalu menghabiskan waktu membersihkan tepi pantai sebelum bermalam di sana.



Kami tiba di atmosfer , di atas kota Indahpura. Kota besar dengan pelabuhan Antariksa yang sangat luas. Pelabuhan di Indahpura adalah salah satu pelabuhan tersibuk di Galaksi kami. Karena sebagai salah satu jembatan penghubung ke Wilayah Seberang laut yang jutaan tahun cahaya jauhnya.



“ Menara , di sini LST Penjelajah Samudra , meminta izin untuk berlabuh “



Saras sebagai operator meminta izin berlabuh di salah satu dermaga



“ Dimengerti penjelajah Samudra , Silahkan berlabuh di dermaga 68 , ganti “



Kami berlabuh di dermaga yang disediakan. Ketika pendaratan berhasil , prosedur penyimpanan kapal pun dilakukan. Kami keluar dari kapal melalui garbarata. Tak lupa aku telah menyembunyikan muatan-muatan terlarang agar tidak diciduk oleh aparat.



Kami berjalan melewati imigrasi elektronik tanpa masalah. Tewasnya Laksamana Madya Raj aku harap cukup membuat mereka berhenti mengejar kami. Kamera pengintai dan imigrasi mendeteksi kami sebagai orang lain yang mana artinya kami semua tanpa terkecuali memulai hidup baru di Galaksi kami. Kami berhenti di terminal kedatangan dan saling berpelukan



“ Baiklah , kurasa sampai di sini petualangan kita. “



Aku pun bersalaman dengan Rama lalu Saras



“ Sampai jumpa lagi Komandan. Sebuah kehormatan dapat bertualang menuju dunia baru bersama Anda “



Ucap Rama



“ Kehormatan itu milikku Rama. Dana kalian telah aku kirim ke rekening baru kalian “



Dana yang mungkin cukup untuk membeli rumah baru dan sebuah kapal sederhana. Di rupiahkan mungkin sekitar 7 Miliar.



“ Terima kasih Komandan. Terima kasih “



Mereka keluar dermaga kedatangan lebih dahulu kemudian berjalan menuju Stasiun Tram.



“ Baiklah , bagaimana dengan kalian berdua? “



Aku lalu bertanya kepada Maya dan Githa.



“ Aku mungkin akan menyerahkan abu Tuan Dewa ke orang tuanya. Jadi , aku mungkin langsung transit ke Penerbangan lain “



Sahutnya



“ Baiklah , Dana milikmu sudah aku kirim ke rekening baru “



“ Terima kasih Komandan. “



Maya memeluk Githa , Melati dan Bintang sebelum pergi ke dermaga kedatangan. Kini tinggal Githa .



“ aku mungkin akan menetap di sini untuk beberapa lama. Dananya sudah aku terima“



Jawabnya



“ kau ingin tinggal di mana ?”



Tanya Bintang penasaran



“ entahlah. Tadinya aku mau berencana tinggal berdekatan dengan kalian “



Sahut Githa



“ Sakti , jadi kita pulang ke rumahmu? “



Aku tiba dengan nama yang berbeda sehingga secara teknis , Sakti sudah mati. Rumahku pun telah dijual dengan sendirinya oleh Tuan tanah. Biasanya para buron selalu mempunyai rumah baru setiap kali mereka membuat identitas baru. Kurasa aku pun begitu. Sayang sekali aku harus kehilangan barang-barang lamaku



“ Sayang sekali. Padahal aku ingin melihat seperti apa rumahmu “



Celetuk Bintang



“ tenang , kita akan tinggal di gedung yang sama dan kabin yang kurang lebih mirip seperti rumah lamaku “



“ yey “



Bintang sangat senang. Kami lalu berjalan keluar dermaga kedatangan menuju stasiun Tram. Kami pun mengantri memasuki Tram jurusan Distrik pekerja. Tidak ada penerbangan dalam kota di Indahpura jadi kami harus naik kereta ini atau menyetir dengan mobil pribadi.



Kami tiba di distrik pekerja , rumah lamaku ketika menikah bersama Dewi. Bintang dan Melati menjadi pusat perhatian karena gayanya yang nyentrik. Kami lalu naik lift , menuju lantai 57 di mana Kabin kami berada. Aku telah membeli kabin itu secara online , dan mendapatkan kode Unik yang dibutuhkan untuk membuka kunci pintu kabin. Kode unik ini akan berubah setiap beberapa menit dan dapat dibagikan ke setiap penghuni rumah.



“ nah , ini dia rumah kita. Gak luas gak mewah , tapi seenggaknya bersih rapi dan kasurnya cukup untuk kita bertiga “



Melati dan Bintang tertawa malu. Githa menaruh barang bawaannya di lantai dan duduk di sofa



“ lumayan juga ya , tapi sebelum aku beli rumah , apa boleh aku nginep di sini sementara?”



Bintang senang bukan kepalang



“ Iya kenapa gak? Lagian kan ada tirai yang nutupin tempat tidur , ini lihat “



Sahut Bintang. Melati langsung memeluk dan menjitak pelan kepalanya



“ dasar mesum. “



“ apa sih, aku serius tahu say “



Jawabnya sambil cemberut memegangi kepalanya . Aku berbaring dan kemudian tertidur. Aku membiarkan ketiga gadis ini membereskan barang-barang kami sementara aku istirahat sebentar di kabin baru kami.



Ketika aku bangun , mereka berdua dipelukanku. Senang rasanya bisa kembali dengan dua gadis ini dipelukanku. Hidup terasa sempurna. Kamarku telah rapi dan aku melihat Maya tidur di karpet bawah menghadap TV. Kucium kening mereka lalu aku kembali tidur nyenyak dipelukan mereka.



“ Sakti , bangun , Sakti sayang , makan malam sudah siap “



Akhirnya setelah sekian lama ada yang membangunkanku untuk makan malam. Melati duduk di pinggir kasur sambil menenteng satu mangkuk mie dengan kuah kari yang masih hangat. Aku segera duduk lalu mengambilnya



“ Terima kasih sayang , kalian sudah makan? “



Melati mengangguk. Ia sudah wangi , dan mengenakan piyama manis yang ia beli di Ravi. Maya pun sudah ganti baju setelah tertidur di lantai selama sore. Lalu ada gadis kesayanganku Bintang , yang masih bugil dan hanya mengenakan handuk , dan asyik melompat-lompat di sofa sambil memukul-mukul kepala Githa dengan sebuah bantal



“ wuhu perang bantal!”



“Eh ulet nangka! Udah ah bosen gue. Capek tahu gak main terus ama lu. Kayak gak ada capeknya ini anak “



Gerutu Githa



“ abisnya gua gabut tahu “



Inilah bedanya Dewi dan Bintang. Dulu aku kira Bintang mempunyai kepribadian sama seperti Dewi , namun ternyata ia lebih aneh , lebih alay , agak lesbi , dan selalu Extra.



“ kecoa ! kyaaaaaa ! “



Dan ia pun melompat-lompat ketakutan dari sofa sampai handuk itu terlepas dan ia pun telanjang bulat di tengah-tengah kamar



“ kecoa! Kecoa! Jauhin dari gue! Jauhin dari gueeeeee!



Lalu melati pun tertawa terpingkal-pingkal. Bintang lalu sadar kalau ia sedang dikerjai. Ia raih handuk itu lalu ia lilitkan kembali di tubuhnya.



“ lu ngerjain gue Mel?”



Bentak Bintang



“ sok gaul kamu Bintang “



Bintang lalu menyambar Melati dan mereka pun berciuman liar di atas kasur



“ aku harus mandi “



Aku bangkit dari kasur , meninggalkan mereka berdua bercumbu sepuasnya.



“ kayaknya aku salah kamar “



Gerutu Githa.



Ketika aku selesai , mereka masih berbaring diatas kasur sambil tertawa geli satu sama lain. Aku mengambil roti yang dihidangkan di lantai , lalu duduk dan memakannya.



“ Jadi apa kalian akan menikah di Indahpura?”



Githa lalu bertanya tentang rencana pernikahan kami.



“ Entahlah aku tak mau buru-buru. Aku masih ingin menunjukkan seperti apa dunia kita. Lagi pula , mereka baru tiba di Galaksi ini hari ini “



Sahutku



“ Aku setuju!”



Celetuk Bintang



“ Aku juga “



Aku masih ingin mengajak mereka menjelajah Indahpura , melihat planet-planet di galaksi kami , mengenal dunia kami lebih dalam lagi. Lalu aku akan membiarkan mereka memilih planet yang mana yang akan menjadi rumah mereka nanti. Tidak perlu terburu-buru. Kami punya banyak waktu



Sekilas kisah ini seperti telah menemui akhirnya. Aku akhirnya dapat merelakan kepergian Dewi , kepergian keluargaku dan aku mendapatkan pendamping baru yang untungnya juga mencintaiku. Maksudku dua pendamping baru. Ini adalah anugerah yang mungkin belum tentu di dapatkan semua orang. Musuh yang memburuku dan hampir membunuhku telah tewas dan aku tidak punya siapa-siapa lagi yang akan mengejarku. Setidaknya aku pikir begitu.



Namun kisah ini masih jauh dari selesai. Ini adalah saat di mana aku akan merasakan kehidupan ternikmat dan terbahagia seumur hidupku. Hidup bersama dua gadis yang sama-sama aku cintai dan aku sayangi. Aku seperti anak kecil yang mendapat dua mainan kesukaannya sekaligus. Sungguh kisah cinta yang tidak biasa.



Tapi aku tak tahu apa yang akan terjadi. Aku sebenarnya masih dihantui rasa takut. Aku tahu Laksamana Madya Raj masih hidup tapi Tokoh besar yang mungkin terlibat pembunuhan Ayahku masih hidup. Prabu Agung. Aku sempat menolak penawaran kerja sama dengan Iblis karena aku tahu melawan Prabu Agung sama saja seperti melawan seluruh negeri ini. Namun malam itu , sama seperti saat aku tiba di Galaksi ini , aku menuntut diriku sendiri Jika



“ Aku hanya ingin bahagia “



Itu saja. Aku tidak meminta lebih. Aku ingin mengesampingkan seluruh masa lalu itu dan memulai kehidupan baru yang Indah.
 
Episode 27


Esoknya aku menjual seluruh permata di muatan kapalku. Tentu saja secara ilegal. Itu sudah menjadi hal biasa di dunia kami dan kecuali berusaha menjual narkotik , Polisi tidak terlalu peduli asalkan ada ‘uang rokok’ yang dibayarkan kepada calo yang membeli permata kami. Apalagi kepolisian Planet Indahpura telah dibubarkan dan digantikan oleh perusahaan swasta yang menurut perusahaan pengelola planet , lebih kompeten. Kurasa lebih tepatnya lebih bisa bekerja sama.



Aku bertemu dengan calo itu di pelabuhan , dan mendapatkan dana sekitar 13 Miliar dari penjualan itu. Dana yang cukup untuk membeli Kapal serbu ringan kursi tunggal keluaran terbaru. Tapi tentu saja aku tidak berencana membeli kapal serbu. Aku mampir ke sebuah Showroom kereta listrik di pelabuhan dan melihat-lihat kereta untuk kami bertiga.



“ kita beli kereta yang bisa jalan sendiri saja? Atau kereta terbang? Astaga aku tak sabar ingin mencobanya”



Celetuk Bintang. Kereta terbang dilarang di Indahpura. Kami akhirnya membeli sebuah SUV sepanjang 6 meter , dan lebar 3 meter. Mulanya kami ingin membeli Rover bekas Militer(semacam APC) tapi kami sadar kendaraan itu terlalu besar.



Kami mulai petualangan di kereta itu dengan terjebak di tengah kemacetan. Kemacetan di Indahpura jauh lebih parah dari kota manapun di Bumi. Kami melepaskan pakaian kami , lalu aku pun pindah ke kursi belakang , sementara kedua gadisku berlutut memposisikan wajah manis mereka di batang penisku yang sudah tegang sempurna. Mereka genggam penisku dengan jemari mereka , lalu mereka pun secara bergantian menjilati kepala penisku.



Mereka buka mulut mereka dan mulai mengulum-ngulumi penisku secara bergantian. Aku belai rambut mereka , kepala dengan lembut, sambil mendongakkan kepala menikmati kuluman mereka. Mereka mengulum penisku dengan nafsu sambil mengocok-ngocok batangnya dengan geram. Aku remas kepala mereka lalu aku pun ejakulasi hebat di dalam mulut mereka.



Melati menelan air maniku lebih dulu. Ia mengurut-ngurus batang penisku , mengocok-ngocok keluar air mani dari penisku. Ia lalu melepaskan penisku dari mulutnya lalu Bintang pun segera mengambil alih. Ia telan sisa-sisa sperma dari penisku sampai batang kemaluanku kembali layu.



Kemacetan sangat parah sampai kami beberapa kali mengulangi adegan itu ketika terjebak macet. Butuh tiga jam untuk sampai ke kabin kami dan tak terhitung sudah berapa kali kedua gadis liar ini membuatku ejakulasi. Kami membeli bir dan arak sebanyak mungkin dan kami berencana mabuk-mabukan tanpa busana di dalam kabin .



Kami menggelapkan lampu kabin , membuka pakaian kami , memutar lagu sekeras mungkin dan mulai mabuk-mabukan dan pesta sex sepanjang sore. Ketika Githa pulang di malam hari , ia sudah melihat kami teler di atas kasur dengan tanpa sehelai kain pun menutupi kami.



“ ya ampun , bau sekali kabin ini. Eww , jangan bilang ini pe.... “



“ halo Githa sayang “



Gumam Bintang sebelum ia teler kembali. Githa membersihkan kabin itu sampai rapi kembali lalu ia menyelimuti kami yang sudah teler berat.



Beberapa hari kemudian, setelah kami puas berpesta berulang-ulang kali , aku mengajak mereka berkendara ke Komplek residensial mewah , didekat pusat perdagangan Indahpura. Jalanan sangat macet. Butuh waktu hampir empat jam untuk ke sana dengan segala kemacetan itu.



“ Sayang , kita mau ke mana sih? Macet sekali jalannya “



Bintang mulai resah. Melati tertidur di kursi belakang. Aku mengajak mereka ke kediaman mertuaku. Kami parkir di salah satu gedung parkir , lalu aku mengajak mereka ke kediaman mertuaku di lantai 81. Aku bahkan masih menyimpan kartu milik Dewi. Kami tiba di kediaman mereka dan ketika kami keluar dari lift , mereka sudah berdiri untuk menyambut kami.



“ Demi Dewa Agung “



Gumam Ayahanda Dewi ketika ia melihat Bintang dengan mata kepalanya sendiri. Bintang sangat mirip dengan Dewi sehingga kedua orangtua mereka pun juga sangat mirip. Bintang tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Ia seperti melihat Ayah dan Ibunya kembali.



“ Anakku , Dewi “



Mata ibunda Dewi seketika berkaca-kaca. Bintang hanya tertawa malu sambil menutupi wajahnya.



“ Sepertinya tidak ada yang tidak mungkin lagi di dunia ini “



Celetuknya. Mereka bertiga-tiga lalu bertatap-tatapan. Bintang lalu mendekat dan mereka pun berpelukan.



“ Namaku Bintang , “



Ucapnya memperkenalkan diri.



“ kami orangtua Dewi. Kalian mirip sekali “



Jawab mereka



“ kalian pun sangat mirip dengan Ayah ibuku. Hanya saja , kalian jauh lebih muda “



Sahut Bintang. Mereka lalu menoleh ke Melati , yang masih terharu dengan apa yang ia lihat.



“ siapa si cantik ini “



Ucap mereka



“ Aku Melati. Aku bersahabat dengan Bintang “



Kami duduk berlima di sebuah Meja. Aku mengabari mereka semalam kalau aku ingin berkunjung. Aku belum memberitahu mereka jika aku akan menikah lagi dengan Melati dan Bintang. Pelayan-pelayan mereka lalu menyiapkan jamuan dan kami pun makan siang bersama.



Kami pun Jujur kepada mereka berdua. Aku bilang jika mereka dari planet yang jauh di luar perbatasan Wilayah seberang Laut. Secara teknis di wilayah musuh. Bintang dan Melati juga bercerita jika dunia mereka masih belum secanggih dunia kami. Bintang bercerita jika ia dulu hidup dengan kedua orang tuanya yang sangat mirip dengan mereka berdua. Hanya saja keduanya terlihat jauh lebih muda dari orangtua Bintang.



Mereka seolah melihat Dewi hidup kembali. Sama seperti di saat pertama kali aku melihat Bintang. Aku pun masih bingung bagaimana bisa Melati membuat diri mereka mengerti bahasa kami. Bintang pun menjawab jika ia pun merasa seolah dipertemukan lagi dengan kedua orang tuanya.



Mereka lalu mengeluarkan album-album gambar serta video-video lengkap tentang Dewi yang mereka simpan. Gambar-gambar dan video-video yang mungkin akan membuat Bintang dan Melati lebih mengenal kedua orangtua Dewi. Mereka berdua adalah Ayah dan Ibuku juga sejak aku menikahi Dewi. Kami pun melihat gambar serta Video Dewi mulai ia masih kecil hingga ia sudah gadis bahkan sampai menikah denganku.



Kami tiba di sana saat lewat tengah hari dan tak terasa matahari pun hampir terbenam. Kami makan malam bersama. Bintang duduk di dekat kedua orangtua Dewi sedangkan aku duduk berdekatan dengan Melati. Itu membuat kedua orangtua Dewi seperti merasakan kembali kehadiran anak mereka. Bintang pun menyempatkan diri untuk berganti pakaian , mengenakan pakaian milik Dewi yang masih disimpan di sana.



“ bagaimana denganmu nak? Bagaimana kehidupan keluargamu?”



Mereka akhirnya bertanya tentang keluarga Melati. Bintang sudah menceritakan kehidupan keluarganya cukup lengkap siang tadi. Sekarang , mereka ingin mengenal lagi bagaimana kehidupan Melati.



“ ano..... aku tidak punya Ayah Ibu , itu sebabnya aku diasingkan “



Jawab Melati sambil tersenyum. Ia lagi-lagi berbohong tentang keluarganya. Bintang sering bercerita tentang keluarganya , namun Melati seolah tidak ingin sekali menceritakan siapa dia , siapa Ayahnya , siapa Ibunya , apapun tentang Identitasnya sendiri , keluarganya apalagi bangsanya. Seolah ia lebih ingin orang mengenalnya sebagai Melati , gadis cantik dan sexy yang diasingkan di tengah hutan tanpa ayah dan Ibu.



“ Itu menyedihkan sekali anakku, jadi kau diasingkan sejak kau masih kecil “



Melati mengangguk. Namun ia tidak bercerita lebih lanjut tentang dirinya , namun justru membelokkan pembicaraan dengan bertanya tentang Dewi. Mereka pun terkecoh . Mereka kembali bercerita panjang lebar sepanjang makan malam. Melati dengan senang hati mendengarnya.



“ Ini mungkin berlebihan , tapi , maukah kalian , menginap untuk malam ini?”



Mereka mengajak kami menginap semalam. Aku bertanya kepada Melati dan Bintang , dan mereka pun mengangguk. Kami setuju. Hanya saja kali ini kami tidak tidur bertiga , namun tidur di kamar yang berbeda. Bintang tidur di kamar Dewi , Melati di kamar tamu dan aku di sofa ruang tengah. Githa mengabari lewat komunikator jika ia sudah di rumah dan aku jadi menitipkan rumahku padanya.



“ Ia pasti sangat bahagia . Tinggal di rumah sebesar ini , dan kedua orangtua yang baik hati “



Gumam Bintang. Ia sangat mirip dengan Dewi ketika mengenakan pakaiannya. Ia tidak lelah selalu dibandingkan dengan Dewi. Justru ia seperti terlihat lega , ketika kehadirannya sanggup membuat orang lebih bahagia. Seperti ketika kedua orangtua Dewi melihatnya.



“ Tuan , aku sangat berterima kasih kau membawaku kemari. Aku sangat senang sekali “





Bintang lalu bangkit dari sofa , dan berjalan meninggalkan aku dan Melati menuju kamarnya. Melati pun bangkit dan bilang kalau ia ingin istirahat di kamar tamu. Aku pun berbaring di sofa , dan mulai istirahat.



Aku seolah dapat merasakan kembali kehadiran Dewi di rumah ini. Tidak, bukan karena ada Bintang di sini. Tapi mungkin karena ini memang rumahnya. Sudah hampir setahun ia pergi , dan kurasa aku mulai bisa merelakannya. Aku senang Bintang juga menyukai tempat ini , tapi Melati , ia selalu merasa tidak senang jika seseorang bertanya tentang dirinya. Tapi sisanya , kurasa ia juga menyukai tempat ini.



“ Dewi , jika kau di sini , aku hanya ingin meminta izin darimu , untuk menikah lagi dengan kedua gadis ini. Kau akan selalu menjadi istri pertamaku. Kenangan kita akan selalu ada. Kita pernah menangis , kita pernah tertawa , kita pernah bahagia bersama. Semua akan selalu aku ingat , semua akan selalu aku kenang. Hanya kau yang tahu jika hingga sekarang , aku tetap mencintaimu “



Inilah tujuanku sebenarnya. Aku berbicara pada abu Dewi yang dipajang dirumahnya, meminta izin untuk menikah dengan kedua gadis itu. Aku tersenyum lalu aku menangis. Aku ambil abu itu dari atas meja lalu aku peluk. Aku kembalikan abu itu ke tempatnya , lalu aku berbaring di atas sofa bersiap untuk istirahat. Tak lama , hanya dengan mengenakan handuk , Bintang keluar dari kamarnya lalu ia berdiri menghampiriku



Aku pun berdiri dan seketika itu juga ia melepaskan handuk yang melilit tubuhnya. Aku lepaskan seluruh pakaianku lalu aku dekap tubuhnya dengan penuh cinta , lalu aku cumbu bibirnya dengan gemas. Ia dekap tubuhku erat-erat dan dengan nafsu yang membara Bintang membalas cumbuan bibirku.



Akhirnya kami punya waktu untuk bercinta berdua saja. Aku baringkan dia di karpet , aku tahan kedua tangannya , lalu aku cumbu lehernya dengan liar. Ia mendesah pelan , menggeliatkan tubuhnya yang ramping di atas karpet. Aku hisap telinganya lalu bibirku terus turun hingga bertemu buah dadanya yang mungil. Aku hisap keduanya secara bergantian , sambil meremasnya dengan nafsu.



Wajahnya semakin memerah dan tubuhnya semakin menggeliat. Aku tahan kedua tangannya dan dengan nafsu aku tusukkan batang kemaluanku ke lubang memeknya. Kugenjot tubuhnya dengan liar , dan kedua selangkangan kami bertepuk dengan hebat. Ia meremas karpet itu , menggeleng-gelengkan kepala ke kiri dan ke kanan menahan tusukan penisku yang menghunjam kemaluannya dengan kecepatan tinggi.



Kami kembali bercumbu dan saling menggoyangkan pinggul kami. Tubuhku berkedut dan aku siap ejakulasi di dalam memeknya. Ia pun mulai mengerang kuat dan akhirnya mencapai puncak kenikmatannya. Cairan orgasme mengalir deras dari kemaluannya dan tak lama air maniku meluap sebanyak-banyaknya di dalam lubang kemaluannya.



Sex itu sangat singkat dan cepat , tapi kami menikmatinya. Aku cabut penisku dari memeknya , lalu ia mengulum-ngulum dan menghisap sisa-sisa air mani yang keluar dari penisku. Kami sama-sama terpuaskan lalu kami pun bercumbu dan berpindah melakukannya di kamar. Kami kembali bercumbu dan aku pun menggagahi Bintang berulang-ulang kali di kamar tidur Dewi. Rasanya persis seperti sedang bercinta dengan istriku , Dewi. Dan aku sangat menikmati setiap detik ketika aku mengagahinya.



“ hai Ibu , hai Ayah. “



Esok paginya Bintang menyambut kedua orangtua Dewi dengan sebutan Ayah dan Ibu. Mereka pun tersenyum , lalu membalas sapaannya. Melati pun sudah bangun dan membantu Bintang menyiapkan sarapan. Mereka punya puluhan pelayan di sini , namun Bintang dan Melati ingin mereka mencicipi masakannya.



Pagi itu ketika sarapan , aku akhirnya memberitahu mereka jika kami akan menikah. Aku akan menikahi Bintang , kembaran putri mereka , dan juga Melati. Mereka pun tersenyum. Mereka mengakatakan jika mereka akan merasa terhormat jika kami melibatkan mereka di pernikahan itu.



Aku telah mendapat restu dari mertuaku. Kehidupan baru telah menantiku. Sebelum pulang kami pun berpelukan dan kepada Bintang , mereka ingin Bintang menganggapnya sebagai orangtua mereka. Bintang mengangguk dan dengan senang hati ia akan melakukannya. Untuk sesaat mereka seperti merasakan putri mereka hadir mereka dan aku dapat melihat mereka sangat bahagia. Begitu juga Bintang, ia juga terlihat bahagia.



Kami pulang ke rumah kami. Aku bertanya apakah mereka tertarik tinggal di Indahpura , seperti aku dan Dewi , atau mereka ingin merasakan bagaimana kehidupan di planet lainnya. Bintang mengatakan ia akan ikut apapun keputusan kami berdua. Sedangkan Melati , ia ingin merasakan atmosfer di planet lain.



Aku setuju. Aku memang berniat mengajak kedua gadisku ini bertualang menjelajah dunia. Kami melihat-lihat planet mana yang akan menjadi kunjungan kami selanjutnya. Tentu saja harus planet layak huni bukan planet beracun atau pun planet industri. Pilihan akhirnya jatuh ke Himaraja. Karena mereka sangat ingin merasakan iklim dingin di planet itu.



Ketika Githa pulang , kami mengajaknya apakah ia tertarik untuk ikut dalam petualangan baru kami. Ia jawab ya. Lagipula ia yang menyarankan kami berlibur ke planet itu. Mereka sangat antusias. Tak sabar melihat dunia yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.
 
Episode 28


“ Memasuki Atmosfer “



Aku menahkodai LST Penjelajah Samudra sendirian, memasuki Atmosfer Himaraja. Melati , Bintang dan Githa berdiri di Anjungan , menikmati pemandangan planet es itu. Himaraja terletak 70 ribu tahun cahaya dari Indahpura. Cukup jauh sehingga butuh butuh kurang lebih 19 jam dengan menggunakan Hyperdrive.



Planet itu dapat dikategorikan planet raksasa. Namun hanya satu kota besar di sana , yang kurang lebih tiga kali ukuran kota New York. Rumah bagi 90 persen populasi Himaraja. Kami tidak segera mendarat di kota. Saat itu sedang musim panas dan suhu di daerah tropis memungkinkan untuk kami untuk keluar tanpa menggunakan seragam. Aku mendaratkan kapalku di sebuah Padang rumput , lalu aku bangkit dari kursi kemudi



“ Selamat datang di Himaraja Nona-nona “



Kami mengenakan baju dingin , lengkap dengan masker oksigen jika tingkat oksigen menurun. Aku membuka Ramp door kapal , dan pemandangan rumput hijau , serta bunga-bunga putih yang liar menyambut kami.



“ waaah , Indah sekali “



Gumam Bintang. Suhu menunjukkan setara -15 derajat celcius. Cukup dingin meski rumput dan bunga bermekaran seperti di bumi. Pegunungan salju yang jauh di sana menambah keindahan panorama alam. Angin dingin menusuk tubuh meski jaket yang kami gunakan sangat canggih. Berbeda dengan di Bumi , kami tidak dapat mengunjungi Padang rumput ini sepanjang tahun. Terkadang suhu terlalu dingin hingga permukaan membeku , terkadang ditambah badai salju terjadi , jadi bisa dikatakan kami cukup beruntung.



“ Astaga Dingin sekali. Lebih dingin dari pegunungan “



Melati dan Bintang bahkan masih kedinginan. Tapi tidak dengan Githa. Ia bahkan tidak mengenakan jaket . Ia hanya mengenakan sweater dan sebuah rok panjang.



“ bagaimana menurut kalian?”



Tanya Githa. Sambil menggigil kedinginan Bintang menjawab



“ tidak buruk. Cuma lebih baik lagi kalau planetnya lebih hangat “



Sahutnya. Planet ini memang dirancang semirip mungkin dengan surga di mitologi kami. Hanya saja kesalahan Terraforming membuat iklim menjadi beku.



“ aku tak sabar melihat seperti apa kotanya “



Celetuk Melati. Githa tertawa. Ia ambil dua buah bunga putih yang tumbuh liar diantara rerumputan lalu ia berikan kepada Melati dan Bintang. Dengan gemetar mereka menerimanya



Aku mengeluarkan generator penghangat agar mereka tidak kedinginan. Melati dan Bintang sudah berpelukan saling menghangatkan diri mereka. Aku hidupkan generator itu dan temperatur seketika naik. Temperatur naik menembus angka setara 0 Celcius hingga menjadi 16 celcius dalam radius ratusan meter. Cukup hangat untuk membuat mereka melepas jaket yang tebal dan berat itu.



“ Fiuh , akhirnya hangat lagi “



Bintang melepaskan jaket dan seragamnya menyisakan kaos tipis dan celana pendek. Melati juga membuka jaket tapi ia tidak melepas seragamnya. Sedangkan Githa melepas seluruh pakaiannya menyisakan sebuah bikini putih tipis. Aku peringatkan mereka agar tidak berjalan terlalu atau mereka akan mati kedinginan



“ Ini baru piknik. “



Celetuk Melati.



Sebelumnya mereka sangat kedinginan namun sekarang mereka bersantai di alam terbuka dengan bantuan generator penghangat. Tidak sesempurna bumi , namun ini pengalaman termirip yang dapat kami dapatkan di dunia kami. Kami mengeluarkan makan siang kami , lalu mulai makan bersama di alam terbuka.



“ aku tidak sabar , melihat seperti apa kotanya nanti”



Ucap Bintang. Githa tertawa pelan



“ kamu sudah jadi cewek kota ya sekarang “



Sahutnya



“ jangan salah paham dulu. Aku masih suka wisata alam seperti ini kok. Aku hanya suka suasana perkotaan karena aku baru merasakannya “



Jawab Bintang



“ Tentu , semua orang begitu waktu pertama kali. Bagaimana dengan kamu Melati? “



Melati hanya tersenyum santai seraya menjawab



“ Entahlah, sama seperti Bintang kurasa “



Sahutnya santai



“ Kalian berdua cocok buat geng sosialita “



Celetuk Githa



“ kenapa mau ikut gabung ?”



Tanya Bintang iseng



“ Okay kenapa gak “



Mereka bertiga pun tertawa. Kami berpiknik , mengobrol di alam bebas , berpose mengambil gambar selama lebih dari tiga jam. Awalnya mereka berpose sok cantik seperti cewek-cewek di dunia kami , sampai entah bagaimana mereka berpose ‘nyeleneh’ seperti orang idiot.



“ Baiklah , Nona-nona , kalian siap ke liburan yang sebenarnya “



Kami kembali ke kapal. Gadis-gadis itu masuk lebih dulu sementara aku mengenakan kembali jaket , lalu memasukkan kembali generator penghangat ke dalam kapal. Kami semua kembali ke Anjungan. Aku duduk di kursi Kemudi lalu kami lepas landas menuju orbit rendah.



Dari orbit rendah , kami melompat menuju atmosfer kota Himaraja. Mereka melihat menara-menara pencakar langit dengan ribuan kapal-kapal serta kendaraan terbang memenuhi angkasa. Di Himaraja kami tidak diharuskan berlabuh di pelabuhan. Tapi untuk kapal sebesar ini , kurasa lebih baik kami berlabuh di pelabuhan Antar Galaksi karena kami akan mendapat masalah ketika memasuki lorong sempit



Kami berlabuh di pelabuhan AntarGalaksi Himaraja. Kami berlabuh di dermaga terbesar karena ukuran kapal kami yang sangat besar. Biaya sewa sangatlah mahal tapi kurasa aku tidak punya pilihan. Pelabuhan ini sangat besar , katakanlah mungkin sebesar Jakarta Pusat. Mungkin karena Pelabuhan ini juga berperan sebagai salah satu jembatan menuju Galaksi lain.



Pelabuhan terpisah kurang lebih puluhan kilometer dari kota. Pelabuhan dan pusat kota dipisahkan semacam selat seluas puluhan kilometer. Keduanya dihubungkan kereta hyperloop yang mampu melaju dengan kecepatan 3000 km/jam. Dengan kecepatan tersebut, hanya butuh kurang dari dua menit dari pelabuhan menuju pusat kota.



Himaraja sendiri adalah kota yang tiga kali lebih besar dari New York , dengan setiap sektor dihubungkan dengan kereta magnetik. Ada pula Tram serta skywalk yang menghubungkan setiap blok dan setiap gedung di sektor tersebut. Ada Jalan raya di Kota ini , namun nihil kendaraan karena kondisi iklim yang dingin. Hanya kendaraan tertentu yang dapat menggunakan jalan raya. Kebanyakan orang menggunakan kapal dan kereta terbang.



“ selamat datang di Himaraja. Silahkan berbaris dengan rapi dan tunjukkan tanda pengenal Anda “



Kami berbaris di imigrasi. Pengunjung dari planet lain di wajibkan melewati imigrasi. Kami telah di cek oleh kapal patroli saat memasuki atmosfer kota , namun peraturan planet mengharuskan kami melewati imigrasi setiap berlabuh di pelabuhan. Dan seperti di Indahpura , lagi-lagi aku tidak melihat polisi , hanya petugas keamanan swasta.



“ selamat datang di Himaraja Tuan. Kunjungannya Empat orang ya. Selamat menikmati kunjungan Anda “



Kami melewati imigrasi dengan aman. Planet ini memiliki rotasi 36 jam yang artinya satu hari di planet ini kurang lebih satu setengah hari di bumi. Hanya berbeda hitungan jam dari Indahpura. Ada banyak loket penyewaan kapal , serta ada banyak taxi gelap yang menawarkan penerbangan ke kota. Kami berbaris memasuki kereta hyperloop menuju kota , menuju kondominium yang telah aku sewa.



“ Wah , indah sekali. “



Gumam Melati saat melihat pemandangan kota dari stasiun.



“ Jadi ini yang namanya Salju “



Sahut Melati. Ia terdiam. Tatap matanya , serta raut wajahnya berubah. Aku pegang tangannya , lalu ia pun menoleh



“ ayah dan ibuku bertemu di musim dingin. Dari dulu aku sangat ingin melihat salju. Hanya saja aku tidak berani melihatnya sewaktu aku tinggal di bumi. Aku sangat menyukai salju ketika aku masih kecil. Namun tiba-tiba saja. Ketika dewasa , aku membencinya”



Kereta magnetik itu melaju di sebuah jalur yang dibungkus di dalam semacam tabung kaca. Terbuat dari sejenis permata , kaca tersebut berfungsi melindungi kereta dari kondisi alam luar. Kereta melaju secepat 3000km/jam namun kami dapat berdiri dan duduk santai di kereta tanpa khawatir jatuh.



Kota dilindungi semacam perisai tak terlihat yang selain melindungi kota meteroit atau pun bombardir musuh, juga berfungsi meningkatkan suhu di kota itu sendiri. Tanpa perisai maka kota akan terperangkap di suhu -120 hingga -200 Celcius. Dengan perisai ini setidaknya suhu dapat di stabilkan di suhu -30 derajat. Seperti musim dingin di planet bumi. Andai proses terafroming berhasil , kota ini sebenarnya dirancang seperti kota pinggir pantai. Dengan pantai yang luas , panjang , lebar dan indah.



Tak sampai dua menit , kami tiba tepat di bawah kondomonium 500 lantai yang menjadi landmark Himaraja. Kondomonium itu bahkan lebih tinggi dari gunung api di tanah kelahiran Bintang. Kami turun sambil menyeret koper kami masing-masing. Lalu kami naik lift dari stasiun , menuju Lobby.



Dari Lobby , kami naik menuju lantai 200 di mana Kondomonium kami berada. Aku membuka kamar dengan kode QR yang dibagikan pemilik. Aku menyewa kamar yang paling murah di gedung ini. Mungkin sekitar 10 juta per hari. Memang terlalu mahal tapi mengingat pengalaman yang akan diberikan , aku tetap menyewanya.



“ wah tinggi sekali. “



Ucap Bintang . Rasanya seperti tinggal di atas awan. Melati duduk di sofa sambil memandangi pemandangan luar. Tempat tinggal itu kecil , mungkin hanya tipe 48, dengan ruang tengah dan kedua kamar yang menghadap pemandangan luar. Ada satu kamar utama dengan kasur lebar, cukup untuk adegan threesome. Dan ada satu kamar dengan kasur ukuran Queen. Bahkan kamar mandi di kamar utama memiliki jendela lebar satu arah dengan pemandangan luar.



Aku mendekap kedua gadisku, lalu kami bercumbu liar di depan jendela. Kedua bibir mereka saling berebut mengecup melumat bibirku dengan liar. Lidah kami saling beradu , dan kami bertiga pun bercumbu liar selama kurang lebih lima menit.



“ terima kasih Tuan. Aku suka tempat ini . Indah sekali “



Bisik Bintang.



“ aku senang jika kalian menyukainya. Bagaimana dengan kau Melati ?”



Melati tersenyum gembira



“ Tentu saja. Apa kita akan jalan-jalan sore? “



Kami membawa barang bawaan kami ke kamar , lalu ganti pakaian. Kami lalu bersantai bersama di ruang tengah. Bintang membiarkan aku berkelonan bersama Melati sementara dia menyediakan cemilan sore bersama Githa. Aku memeluk Melati , dan sesekali tanganku meremas buah dadanya yang tidak mengenakan bra. Ia tertawa sambil mendesah keenakan



“ ihhh jari kamu nakal ya Sakti “



Kami lalu bercumbu sekilas dan jemariku entah bagaimana sudah sampai di antara selangkangannya. Aku lumat bibirnya sambil mencolok-colok kemaluannya dengan pelan dan berirama. Ruang tengah itu menjadi ramai dengan suara ciuman dan suara desahan Melati.



“ Kalian sadar kami di sini kan?”



Celetuk Githa. Bintang hanya tertawa



“ kamu gak cemburu begitu?”



Bintang menggeleng kepalanya



“ kenapa harus gitu? Mereka berdua kan pacar aku semua? “



Jawab Bintang sambil meremas pinggul Githa dengan nafsu



“ Aw! Bintang ! Kan sudah gua bilangin !”



Bintang cuma tertawa terbahak -bahak dan mereka pun lanjut bekerja. Kami masih saling bercumbu , saling meremas mengocok dan mencolok kemaluan kami. Lalu kami sama sama melepas seluruh pakaian kami hingga bugil seluruhnya di atas sofa. Dan Melati pun menunggangiku dan mulai menggenjot dengan kecepatan penuh



Kini ruangan tengah dihiasi suara tepukan selangakangan kami , dan decitan-decitan sofa Itu. Aku remas buah dadanya sambil kugenjot memeknya dari bawah. Melati mendongakkan kepalanya ke atas sambil mendesah-desah keras. Aku percepat genjotanku dan desahannya pun semakin menjadi-jadi.



Melati terus menggeliat , menggelinjangkan tubuhnya di atas sofa itu. Wajahnya sudah memerah dan ia pun siap mencapai klimaks. Aku pun siap untuk memuntahkan amunisi dari penisku. Aku pun duduk Memanggku Melati lalu aku dekap tubuhnya , mempercepat genjotanku dan siap untuk ejakulasi. Penisku berkedut dan kami pun orgasme bersama-sama diatas sofa itu.



Kami saling membersihkan tubuh kami , sementara Githa dan Bintang masih menyiapkan cemilan. Entah apa yang mereka buat. Kami kembali berpakaian , kembali berkelonan di atas sofa dan akhirnya mereka pun menghampiri kami sambil membawakan cemilan yang sangat banyak.



Kami bersantai sore sambil menonton TV , dan menikmati pemandangan sore. Sayangnya pemandangan matahari terbenam tidak seindah di bumi. Tapi menurut Bintang , ia justru lebih menikmati pemandangan sore di planet ini. Hari pun seketika gelap. Aku lalu mengajak mereka bertiga jalan-jalan di sebuah taman di dalam gedung ini.



Ada banyak taman di dalam gedung pencakar langit ini. Ada dengan tema pegunungan , ada tema pantai , ada juga tema taman biasa di perkotaan. Kami mengunjungi taman santai dengan nuansa perkotaan. Kami mengunjungi taman itu , yang penuh dengan mainan anak-anak , dengan pemandangan yang seolah kami berada di tengah-tengah sebuah kota yang besar.



“ hei ada Bar , kalian mau ke sana? “



Githa mengajak kami bersenang-senang di Bar, setelah cukup lama bersantai dan berfoto di taman itu. Mereka sudah agak bosan di taman itu sehingga mereka pun setuju. Wanita gratis saat mau masuk ke dalam Bar , jadi hanya aku yang membayar. Kami pun masuk dan musik elektro yang menggelegar langsung menyambut kami.



Aku menyewa sebuah meja. Aku meneraktir mereka minuman dan kami pun mabuk-mabukan di sana. Aku tak menyangka Melati dan Bintang akan sangat menyukai dunia malam seperti ini. Aku suka minuman keras tapi aku tidak terlalu suka party dan musik elektronik di tempat seperti ini.



“ Kalian berdua have fun ya. “



Lagi-lagi Bintang meninggalkan kami berdua saja. Melati menyandarkan kepalanya sambil meneguk gelas ke dua belas. Ia sangat kuat minum , bahkan sekarang dia belum mabuk. Aku mengawasi Bintang , karena gadis sepertinya tentu akan menjadi mangsa bajingan-bajingan di bar ini.



“ kamu gak suka tempat kayak gini Sakti?”



Bisik Melati



“ dulu aku suka , hanya saja sekarang , aku sudah jarang ke sini lagi “



Jawabku



“ kan ada aku , ada Bintang juga. Santailah sedikit “



Sahutnya dengan nada nakal. Ia lalu mengajakku berdiri. Ia pegang tanganku lalu ia menarikku ke tengah kerumunan. Di tengah kerumunan itulah kami berdansa. Ia dekap tubuhku dan sambil berdansa liar. Aku masih kaku karena aku sudah jarang melakukannya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd